Hujan mengguyur seluruh kota dilengkapi dengan angin kencang, kilat yang menyambar, dan halilintar yang mengguntur. Badai yang luar biasa.

dokumen-dokumen yang mirip
1) Panduan Keselamatan... i

Angin senja terasa kencang berembus di antara

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

TERPERANGKAP. merakitkata.blogspot.com

AKU AKAN MATI HARI INI

dengan mudah, mereka melukaimu? Mengancammu?, aku membuka mataku. Menatap

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana,

PATI AGNI Antologi Kematian

Kilat masih terus menyambar dan menyilaukan mata. Cahaya terangnya masuk melalui celah-celah jendela dan ventilasi udara. Suara petir terus menderu

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus

Chapter I. Saudaraku,

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

Adam Aksara MENANTI CINTA. Penerbit. Nulisbuku.com

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~

Matahari dan Kehidupan Kita

Yarica Eryana. Destiny. Penerbit HKS

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut.

IBU - seorang ibu beranak 1 berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut hitam pendek - berjalan menuju sebuah BUKU.

A Y U R I A N N A. There s Something Between Us

Sampel novel 7 Days Waiting for Reincarnation oleh Erin Dharma Damayanti

(Cintaku) Bait Pertama. Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

Cermin. Luklukul Maknun

Suara alunan piano terdengar begitu lembut

Cara Membaca Bahasa Tubuh

Aku belajar bahwa tawa dan airmata bukan sesuatu yangg memalukan, Aku mau menjadi rajawali yang siap setiap saat melewati badai hidup dan tak akan

Intro. Cupve - Izzi - Guardian

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

huh, akhirnya hanya mimpi, ucapnya sambil mengusap dada.

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

Lebih dekat dengan Mu

Oh tidak, tidak, tidak... Seharusnya Mr. Henry tidak bisa menemukannya di sini. Lemari ini adalah tempat aman Mallory setiap kali Mr.

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

Juli Milik kita. Aku sudah sampai depan RS Margono. siap. menunggu. engga usah kaget, aku bisa. menit aku sampai, tunggu ya mas

Awal, Sosok Sang pembunuh Aaarrrrrggghh terdengar suara guraman keras aahhhh, tolong aku teriakan seorang wanita. Ternyata ada demon yang mencoba

pernah terasa sama lagi setelah kau mengalami hal yang fantastis. Bagiku, pengalaman selama di Vazard adalah hal yang fantastis.

Well, aku rasa tidak ada yang salah.

Sepasang Sayap Malaikat

Karya Kreatif Tanah Air Beta

Butterfly in the Winter

Kura-kura dan Sepasang Itik

Di Semenanjung Tahun. Saat semua berakhir, saat itu pula semua berawal. Yuni Amida

Sayangnya, bukan karena faktor-faktor positifnya. Gang Eyeri-Headburry terkenal sebagai gang terkumuh di kota Headburry. Terkotor, terbobrok, dan

- Sebuah Permulaan - - Salam Perpisahan -

MEMBINGKAI ASA. Tarie Kertodikromo

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

SINOPSIS MENGGAPAI CINTA PANDANGAN PERTAMA

tugasnya masing-masing, wartawan-wartawan dilarang keras mendekat, memotret maupun masuk kedalam apartemen. Korban tewas kira-kira pukul sebelas

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

My Love Just For You vol1

Belasan kota kudatangi untuk menjadi tempat pelarianku. Kuharap di sana bisa kutemukan kedamaian atau cinta yang lain selainmu.

TEKNIK EDITING DALAM FILM BELENGGU

Ariesty Kartika. Kerangka Jiwa

Bab 4 Kecakapan Komunikasi Dasar

P A D A M U E M B U N

"Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer?" tanyanya saat aku

Korean Chingu. Korean Chingu s Fandoom! Penerbit Korean Chingu Publishing

pelajaran 9 energi tahukah kamu apa itu energi 119

MUARA HATI. Sedikit rasa curiga yang sempat terlihat dari matanya, kini hilang tak bersisa. Terlebih saat

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan

Segera jemput dia di bandara! Dan bawa kemari! Awas, jika dia melarikan diri! Siap, Pak! ~1~ Bandara Soekarno Hatta, am. Pesawat dari Singapura

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku!

Kisahhorror. Fiksi Horror #1: A Midnight Story. Penerbit Dark Tales Inc.

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Maaf, Ki. Kamu salah paham selama ini. Kiama benar-benar tidak paham kalimat yang diucapkan Rifan. Bagaimana mungkin dia salah paham, jika perhatian

Kakiku basah karena menginjak genangan air. Daundaun berserakan di sekitarku. Terdengar berderik saat terinjak oleh kakiku yang telanjang tanpa alas

Damar, apakah pada akhirnya mereka ini bisa benar-benar pulang?

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya.

2. Gadis yang Dijodohkan

JUDUL FILM: Aku Belum Mati tapi Tidak Hidup

BAB 1. *** Seoul International High School

semoga hujan turun tepat waktu

"Tapi mimpi itu inspirasi. Aku ragu untuk melangkah tanpa aku tau mimpiku."

Tak seperti hari-hari kemarin, sejak pagi tadi mentari

Saat itu aku sedang berdua di rumah dengan Fadhil, Kak Dityo sedang berada di kampus, dan Kak Darma baru saja pulang.

Peter Swanborn, The Netherlands, Lima Portret Five Portraits

Suatu hari, saat liburan semester pertama mereka pergi ke sebuah pantai. Disana mereka menghabiskan waktu hanya bertiga saja. ``Aku mau menuliskan

Sinar yang Hilang. Ketika Takdir Menyapa 1

Aduh 15 menit lagi masuk nih, gimana donk? Jalanan macet segala lagi, kenapa sih setiap hari jalanan macet kaya gini? Kayanya hari ini bakalan jadi

Tante, please... Saya benar-benar membutuhkan bantuan. Pemuda itu tampak memohon. Tapi... Ini menyangkut hidup mati seseorang, tante!


SAHABAT PERTAMA. Hari Senin pagi, Lisha masih mandi. Padahal seharusnya ia sudah berangkat sekolah.

Satu Hari Bersama Ayah

Foto itu. Foto Dazi bersama dua orang yang telah menyelamatkan hidupnya. Tentang langkah pertama untuk masa lalunya. *** 9 tahun yang lalu, Dazi yang

SATU ada yang tertinggal

Mmm, baiklah kalau gitu aku... aku pergi dulu ya. Sekali lagi terimakasih jaketnya... Sampai ketemu lagi kalau begitu. katanya sambil tersenyum.

Suzy melangkahkan kaki memasuki lift gedung tempatnya bekerja. Beberapa orang wanita yang tidak ia kenal akrab mengikutinya dari belakang.

Hidup adalah sebuah pilihan. Hiduplah

AYAH MENGAPA AKU BERBEDA?

Transkripsi:

Hujan mengguyur seluruh kota dilengkapi dengan angin kencang, kilat yang menyambar, dan halilintar yang mengguntur. Badai yang luar biasa. Dan kami terjebak di dalam mobil yang mogok. Aku mendesah tak percaya, berusaha menstater mobil klasik fordku, tapi mesin mobilnya tak menyala. Sekarang bagaimana? Kami tak mungkin tinggal di dalam mobil. Terlalu berbahaya. Anginnya terlalu kencang. Ada kemungkinan mobil kami bisa terbang. Belum lagi hujan tak kunjung reda, yang dapat memicu banjir. Di dalam mobil dalam kondisi seperti ini mungkin bisa membuat kami mati kedinginan, apalagi aku tak membawa persediaan apapun. Selimut pun tak ada. Ya ampun. Aku benar-benar ceroboh. Gabrielle, kataku sembari melirik pada Gabrielle yang duduk di sampingku. Dia anak adopsiku yang masih berusia 14 tahun dengan rambut kemerahan lebat dan bersinar ketika di bawah sinar matahari, berkulit pucat dan bermata biru indah. Wajahnya amat tampan, tapi ekspresinya selalu datar. Bibirnya yang merah selalu tertutup; pendiam, jadi sulit sekali bagiku untuk tahu apa yang dia inginkan. Tapi Gabrielle punya suara yang bagus. Aku beberapa kali pernah mendengar suaranya. Kau tunggu di sini sementara aku melihat kondisi mobil kita. Gabrielle mengangguk sekali tapi tak mengatakan apapun. Itu sudah cukup bagiku. Begitu kulepas sabukku dan membuka pintu mobil, tubuhku langsung basah kuyup dan kedinginan hanya dalam waktu semenit. Kubuka kap mobil dan melihat mesinnya yang memanas dan berasap. Aku terbatuk, mengibas-ngibaskan tanganku di depan wajah. Setelah uapnya sedikit menghilang, aku melihat kondisi mobilku.

The Beloved Mr Bad Great. Terlalu gelap. Aku tak bisa melihat apapun. Menggertakan gigiku untuk menahan rasa dingin dan suara angin yang mengerikan, aku berlari ke belakang, membuka bagasi dan mengambil senter. Kuteramangi mesin mobilku dan melihat ada yang mendesis dari dekat aki mobil, sebelum akhirnya meledak lagi dalam letupan dan sengatan listrik. Sial. Mesin mobilku rusak. Benda ini tak akan bergerak jika tak didorong. Masalahnya, tak akan ada pihak yang mau membantu di saat seperti ini. Badainya terlalu besar, bahkan tak ada satu mobil pun yang lewat padahal masih jam sembilan malam. Sepertinya, pemerintah tadi sudah memperingatkan akan ada badai, aku saja yang terlalu malas mendengarkan siaran radio. Lalu sekarang bagaimana? Aku melihat sekeliling. Tak ada satupun ruang tertutup yang dapat mengamankan Gabrielle. Aku tak peduli apa yang terjadi pada diriku tapi Gabrielle masih kecil. Aku bisa mati bila terjadi hal yang buruk padanya. Aku benar-benar putus asa. Yang ada hanya jalan raya dan di kiri-kanan kami cuma ada pohon. Bagaimana bila salah satu pohon itu terkena petir dan tumbang, menimpa mobil kami saat kami memutuskan untuk tinggal bermalam di mobil? Ya Tuhan, aku tak ingin memikirkannya. Lalu, setelah aku merasa tak ada harapan, aku melihat ada seberkas cahaya yang mendekat. Sebuah mobil besar mendekat ke arah kami, membunyikan klaksonnya untuk menyuruh kami minggir. Dengan keberanian yang kupaksakan, ditambah kenekatan, aku melompat ke tengah jalan, ke depan si mobil, sambil merentangkan kedua tanganku dan menutup kedua mataku. Aku siap mati di tempat. ANJING! Mau mati ya? Seseorang berteriak. Begitu aku membuka mata, aku melihat sinar silau terpancar dari lampu mobil, yang sekarang hanya berjarak sepuluh senti dari tubuhku. Aku melonjak kaget dan jantungku nyaris copot begitu klakson mobil itu membahana, memekakkan telingaku. Minggir! Mengganggu jalan saja! Teriaknya tak sabar sambil menekan klaksonnya terus-terusan. Baru kusadari bahwa mobil yang ada di hadapanku berjenis Hummer H2 SUT berwarna putih yang sudah kotor karena lumpur. 2

Aku segera berlari ke dekat kemudi dan nyaris terkena serangan jantung, lagi, begitu melihat Jeremiah Huges-lah yang mengendarai mobil itu. Aku melangkah mundur begitu melihatnya memelototiku. Jeremiah Huges si Playboy, begitulah para wanita memanggil dia. Pria itu seorang Direktur perusahaan televisi swasta, yang terkenal dengan sikapnya yang blak-blakan. Dia juga adalah sahabat dari sutradara animasi terkenal, yang juga jadi mahasiswaku Cody Handerson. Entah apa masalah pria ini padaku, tapi dia tak pernah suka padaku. Padahal aku tak pernah berbuat apapun padanya. Jangankan itu, dia juga bukan mahasiswa di kampusku. Dia hanya sering berkunjung ke kampusku untuk menemui Cody dan hal itu pula yang membuatnya benci padaku. Dia bahkan tak mau repot-repot menyembunyikannya. Seperti sekarang, contohnya. Kau? katanya tak percaya. Apa yang barusan kau lakukan? Kau ingin mati? Kalau kau mau mati, jangan jadikan aku tersangka! Pergi sana bunuh diri ke suatu tempat! Tidak perlu menyusahkan orang lain! Dia marah-marah. Aku Kalau kau berani muncul lagi seperti itu, aku akan membunuhmu. Dia mendesis. Tangannya memindahkan kopling. Aku bergerak refleks sebelum dia menginjak gas, memegangi tepian jendelanya yang terbuka. TUNGGU! Jeez! Dia melonjak memegangi telinganya. Apa kau sadar kau berteriak di mana? Di telingaku, sialan! Anakku bawa dia bersamamu, kataku cepat. Dia mengerjap. Anak apa? Sebelum sadar apa yang kukatakan, aku sudah mengatakan segalanya sambil memegangi tangannya. Anakku Gabrille-di-dia masih kecil. Tolong bawa dia bersamamu ke tempat yang aman. Aku tak peduli kau meninggalkanku sendirian di sini. Aku tak peduli apa yang terjadi padaku yang penting kau mengamankan Gabrielle. Dia tak aman di jalanan saat badai. Mobil kami mogok dan-dan-dan bila mobil kami terbang atau ada pohon yang jatuh menimpa mobil kami 3

The Beloved Mr Bad DIAM! Dia meraung. Ya Tuhan, apa yang kau katakan? Aku sama sekali tak mengerti apa yang kau coba jelaskan padaku dan kau sebut dirimu Profesor? Kali ini dengan jengkel aku melompat naik, memegang kerah bajunya dan berteriak sekencang-kencangnya. AKU TAK PEDULI! ANAKKU ADA DI DALAM MOBIL DAN DIA KETAKUTAN! Pria itu mengerjap dan terdiam selama beberapa detik, menatapku. Aku bisa mendengar suara desahan napasku, dan suara rintik hujan, juga suara jantungku yang berdegup kencang karena ketakutan. Kau punya anak? katanya keheranan. Aku mengerang jengkel. Tak bisakah kau menolongnya? Tangannya melepas genggamanku dengan mudah, kemudian mendorongku sehingga aku jatuh ke atas lumpur. Dia membuka pintu mobilnya, menjejakkan sepatu bootnya dengan mantap. Rambutnya yang gelap segera basah karena hujan, begitu pula dengan kemejanya. Dia melirikku, tapi tak membantuku melainkan segera melangkah ke mobilku dan membuka pintu mobil. Aku tahu kalau Huges membenciku. Tak perlu ditanya karena matanya menunjukkan hal itu. Tapi tak bisakah dia sedikit lebih sopan padaku? Aku lebih tua darinya sekitar sepuluh tahun dan tetap saja dia tak peduli. Well, mungkin itu memang sikapnya. Tapi dia mampu bersikap baik pada orang lain, kecuali aku. Aku tak tahu mengapa. Kenapa dia bisa berteman Handerson yang begitu sopan juga perlu dipertanyakan. Mereka seperti langit dan bumi. Huges mengeluarkan Gabrielle dari mobil, menggendongnya dengan mudah di tangannya. Dengan secepat kilat dia membawa Gabrielle masuk ke dalam mobilnya. Dia baik-baik saja. Dan asal kau tahu saja, dia sama sekali tak ketakutan atau panik sepertimu, teriaknya jengkel menutup pintu mobil. Aku Naik! katanya lagi. H-huh? Aku mengerjap. A-apa? Aku bilang naik! Tapi kupikir 4

Huges menarik lenganku, dengan paksa menggiringku ke mobilnya ke sisi yang satunya, dan aku naik ke atas mobilnya tanpa bantahan walau masih kebingungan. Dia berteriak jengkel sebelum menutup pintu, Siapa yang mau jadi babysitter anakmu? Aku melihat Huges berjalan cepat dan masuk ke dalam mobil. Dia membanting pintu, menoleh ke belakang. Hey Dik, kau tak apa-apa? Gabrielle mengangguk. Jawab pertanyaanku kalau kau punya mulut. Kau tak bisu kan? Jangan berteriak padanya! Teriakku panas. Kalau kau tak suka kami naik Silakan turun. Tubuhku tadi kering sebelum aku menolong kalian. Dan aku akan tertawa melihat kalian berdua terbang terbawa angin. Dia menantangku, tertawa seperti iblis. Aku menggertakan gigi. Orang ini menyebalkan! Huges menginjak gas-gas dalam-dalam, karena aku tak bisa membalasnya, senyuman kemenangan muncul di wajahnya, dan mobil kami bergerak cepat melewati pohon-pohon yang berkelebatan di samping kami. Aku tak berbicara pada Huges karena aku kesal padanya dan dia juga kesal padaku. Maka perjalanan itu kami lalui dalam diam. Mobil Hummer Huges benar-benar luar biasa melewati badai seakan tak ada apa-apanya. Kami meluncur dengan mulus melewati kegelapan, kemudian pada jalan berbatu yang hanya menimbulkan sedikit lonjakan pada mobil kami. Pakai jeketku, kata Huges tiba-tiba. Aku mengerjap. Dia berbicara padaku? Pakai jeketku. Apa kau tak melihat tanganmu dari tadi gemetaran? Aku menunduk, melihat kedua tanganku yang tergenggam erat-erat di atas pangkuanku dan gemetar dengan hebat. Lalu aku sadar betapa dinginnya air yang turun dari rambutku dan menempel di pakaianku. Gabrielle, aku menoleh ke belakang, melihat keadaan Gabrielle. Apa kau basah? Kedinginan? Gabrielle tak menjawab. Aku mendesah lelah, Gabrielle 5

The Beloved Mr Bad Dia sudah pakai selimut, kata Huges kemudian mendesah dan melempar jaket kulit yang dia ambil dari belakang. Pakai. Bagaimana denganmu? Aku punya kulit yang lebih tebal ketimbang kau. Kulihat jaket kulit itu, kemudian menyelimutinya ke tubuhku. Aneh. Aku merasa lebih hangat. Bau tubuh Huges masih bisa kucium, sangat maskulin dan menggoda. Pantas saja para wanita jatuh cinta padanya. Hanya saja aku sedikit tak nyaman karena, begitu aku memakai jaket itu, aku sadar bahwa tubuh Huges besar sekali. Panjang lengan jaketnya malah sampai menutupi, bukan, melewati ujung-ujung jariku. Urm... kataku setelah hening lama sekali. Apa? katanya galak. Kita akan kemana? Ke tempat paling aman di muka bumi. Aku mengerjap dan tak bertanya lagi. Kami akhirnya berhenti dan masuk ke dalam bangunan apartemen mewah. Huges segera melompat turun, sementara aku membantu Gabrielle turun. Aku memerhatikan Huges dari sudut mataku, sedikit ketakutan, gugup, juga kedinginan. Pria itu benar-benar memesona. Tidak sepertiku, dia tampil macho, berdiri dengan punggung yang tegap dan langkah yang mantap. Air yang menetes dari rambutnya yang basah hanya menjadi penambah keseksiannya, belum lagi kaosnya menempel berkat air hujan, menunjukkan dadanya yang bidang dan lekukan mantap di bagian pinggang, otot perut dan otot tangannya. Gabrielle menarik jeketku dan aku menunduk melihatnya, yang memiringkan kepala seolah bertanya, Kenapa? Tak ada apa-apa. Kemari! Huges memanggil kami. Cepat sedikit. Aku kedinginan dan kelaparan. Dia memasukkan kedua tangannya ke saku celananya dan berjalan dengan tidak sabaran. Kami mengikuti Huges masuk ke dalam lift, nyaris tergelincir begitu mengimbangi langkahnya, dan naik ke lantai paling akhir gedung itu. Tunggu, bukankah itu artinya anginnya justru lebih kencang? Pikiranku bertanya-tanya begitu kami keluar dari lift, melewati koridor dan pintu-pintu. Jemari Gabrielle yang dingin memegang tanganku. 6