BAB I PENDAHULUAN. seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. jaringan listrik yang berada paling dekat dengan konsumen (mayarakat).

ANALISIS PENYELAMATAN ENERGI DAN KEANDALAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DENGAN ADANYA PDKB-TM DI PT. PLN (PERSERO) APJ SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu energi primer yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Masalah

PEDOMAN OPERASI GARDU INDUK

5. SOP = STANDING OPERATING PROCEDURE

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan salah satu aspek yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Listrik merupakan salah satu komoditi strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu kebutuhan utama bagi penunjang dan pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUISIONER PENELITIAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB 1 PENDAHULUAN

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS PENYEBAB DAN UPAYA MINIMALISASI KERUSAKAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DI WILAYAH KERJA PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN RAYON LABUHAN

A. Latar Belakang. di Indonesia. Permasalahan utama yang dihadapi PT. PLN (Persero) adalah mulai

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui jaringan distribusi. Jaringan distribusi merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat terpenuhi secara terus menerus. mengakibatkan kegagalan operasi pada transformator.

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu pembangkitan,

BAB I LATAR BELAKANG

RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan energi listrik dengan gangguan pemadaman yang minimal.

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI OCR DAN GFR TRAFO 60 MVA GI 150 KV JAJAR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dikendalikan. Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci: Penerapan K3, SMK3

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu penentu kehandalan sebuah sistem. Relay merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah pemikiran dan upaya dalam menjamin keutuhan baik jasmani maupun

MATERI PRAKTEK DISTRIBUSI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan juga dapat berpengaruh pada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. adanya polusi yang menyebabkan terjadinya flashover pada isolator-isolatornya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

BAB 1 P E N D A H U L U A N

MATERI DIKLAT E-LEARNING Revisi September 2012

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah, padahal tenaga kerja adalah

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

TRANSFORMATOR ARUS DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS PADA PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JAWA TENGAH & DIY UPT SEMARANG GIS 150kV SIMPANG LIMA

PROSEDUR PELAKSANAAN K2 DAN K3 PADA INSTALASI TT / TET SAAT PEMELIHARAAN DALAM KONDISI OFF LINE

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

BAB II PROFIL PT PLN (PERSERO) KANTOR INDUK PEMBANGKITAN SUMATERA BAGIAN UTARA. A. Sejarah Ringkas PT PLN (Persero) Kantor Induk KITSBU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV PT. PLN APJ BANDUNG

BAB I. PENDAHULUAN. daya listrik dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya adalah kualitas daya

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Perusahaan PT. PLN (PERSERO) pemerintah daerah otonom (GEMENTE) atau gabungan keduanya.

BAB IV HASIL PENELITIAN

LAPORAN MINGGUAN OJT D1 MINGGU XIV. GARDU INDUK 150 kv DI PLTU ASAM ASAM. Oleh : MUHAMMAD ZAKIY RAMADHAN Bidang Operator Gardu Induk

BAB III LANDASAN TEORI

SISTEM PROTEKSI RELAY

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PEMBANGUNAN DAN PEMASANGAN

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Selain itu ketenagalistrikan akan mempengaruhi laju perekonomian dari berbagai

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tri Fani, 2014 Studi Pengaturan Tegangan Pada Sistem Distribusi 20 KV Menggunakan ETAP 7.0

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

ANALISIS KEANDALAN TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUSI WEIBULL

EVALUASI EKSPANSI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv GI SOLO BARU

: 138 HARI KERJA (6 BULAN)

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tegangan tinggi digunakan dalam peralatan X-Ray. Dalam bidang industri, listrik

Menjamin keselamatan kerja operator & orang lain Menjamin penggunaan peralatan mekanik aman dioperasikan Menjamin proses produksi aman dan lancar

BAB I PENDAHULUAN. mentransmisikan dan mendistribusikan tenaga listrik untuk dapat dimanfaatkan

BAB III TINJAUAN UMUM SISTEM SCADA DALAM KOMUNIKASI RADIO

SOP PEMELIHARAAN PROTEKSI BAY KOPEL NO. DOKUMEN : PC40.TJBTB.01 EDISI : 00 REVISI : 00 TANGGAL : 9 DESEMBER 2016 PT PLN (PERSERO)

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu organisasi baik besar ataupun kecil ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berperan merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan organisasi yang bersangkutan. Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerja. Pemikiran pemikiran baru tentang manajemen kinerja dan karier karyawan diperlukan perubahan sikap dari para manajer dan karyawan dalam pengembangan kompetensi untuk membangun perusahaan yang unggul di masa depan (Sulistiyani, 2009). Seorang manajer memfokuskan perhatiannya pada upaya memfungsikan tiga hal yakni; menyusun, mengarahkan, dan pengawasan. Adapun fungsi pengawasan secara ensesial adalah bagaimana caranya agar tugas-tugas terlaksana dengan baik sehingga dapat ditentukan apakah tujuan yang diinginkan tercapai atau tidak. Paling pokok dalam pengawasan adalah menentukan standar kinerja (performans), menciptakan mekanisme umpan balik pada kinerja dan produktivitas, serta memakai sistem imbalan (Arsyad, 2003). Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) dilakukan mulai dari skala perusahaan, skala pekerja, hingga seluruh peralatan, dan alat produksi dalam proses produksi. Di Indonesia, masalah pengawasan K3 hampir menjadi permasalahan di berbagai daerah karena beberapa faktor seperti kurangnya tenaga 1

2 pengawas. Dalam data yang disajikan oleh Kementrian Tenaga Kerja tahun 2012, terdapat 14 kategori yang menjadi objek pengawasan K3 antara lain hubungan kerja, waktu kerja dan waktu istirahat, pengupahan, jamsostek, penempatan dan pelatihan, pesawat uap dan bejana tekan, pesawat angkat angkut, pesawat tenaga dan produksi, kelistrikan dan lift, pencegahan kebakaran, kesehatan kerja, konstruksi bangunan, lingkungan kerja, kimia. Pengawasan merupakan fungsi yang penting dalam manajemen kegiatan agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai harapan sehingga tujuan kegiatan tersebut dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dalam upaya mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja, perlu dilakukan pengawasan yang intensif dari berbagai pihak baik internal perusahaan maupun eksternal perusahaan (Juliaudrey, 2015). Perusahaan terlebih dahulu menggariskan pokok-pokok kebijakan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta sasaran yang akan dicapai, kebijakan keselamatan yang harus dibuat tertulis dan ditandatangani pemimpin tertinggi perusahaaan. Kebijakan yang hendak ditegaskan salah satunya berupa pengawasan atas terlaksananya semua ketentuan K3 (Hadiopoerta, 2014). Manajer senior harus bertekat untuk meningkatkan kinerja keselamatan dan setuju dengan visi keselamatan yang telah ditetapkan. Para manajer mendorong kesadaran para manajer bahwa kinerja keselamatan yang baik adalah baik untuk bisnis. Komitmen terhadap perubahan yang terus menerus terhadap peningkatan kinerja keselamatan dan pemberdayaan pekerja untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan tersebut dapat menjadi kekuatan yang potensial dalam mencapai dan mempertahankan tingkat keselamatan (Suharno, 2000).

3 Pengecekan terhadap tindakan pencegahan keselamatan dan kesehatan adalah penting untuk dilakukan, sama pentingnya dengan pengecekan terhadap kemajuan dan hasil kerja. Para supervisor perlu melihat bahwa pertimbangan pemenuhan kewajiban akan keselamatan, kesehatan, dan lingkungan adalah merupakan bagian yang penting dari tugas. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah aspek perlindungan tenaga kerja melalui penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang berpotensi membahayakan pekerja. Dengan menerapkan teknologi pengedalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapakan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Di samping itu, K3 diharapkan dapat menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi (Qomariyatus, 2014). Analisa keselamatan pekerjaan memiliki tujuan utama untuk mengusahakan program analisa keselamatan pekerjaan dengan memperbaiki kinerja keselamatan kerja karyawan. Perbaikan tersebut harus menghasilkan penurunan yang bernilai yaitu dihasilkan dari kinerja personil yang tidak aman karena kurangnya pengetahuan atau pengertian tentang resiko yang melibatkan pekerja. Kebanyakan kegagalan tersebut akibat dari kurang cukupnya atau kurang terarahnya pelatihan kerja lainnya diakibatkan oleh kebiasaan-kebiasaan baik yang mungkin sudah terlupakan, lainnya lagi diakibatkan oleh beberapa pekerjaan yang dikerjakan sangat jarang, dimana prosedur-prosedur yang aman dan benar tidak diketahui atau dilupakan (Musoffan, 2007) Pada sebuah Penelitian di PT. RBU telah mengupayakan tersedianya aspek-aspek K3 bagi pekerja, yaitu dengan memberi pembekalan awal mengenai

4 pengetahuan keselamatan kerja, menyediakan alat-alat keselamatan kerja sesuai dengan kebutuhan pekerja, mengadakan training K3 setiap satu tahun sekali sebelum menjalankan proyek, serta menyediakan pengawas untuk mengawasi jalannya kegiatan produksi. Namun para pekerja tersebut kurang memperhatikan karena setiap harinya masih ada pekerja yang tidak mengenakan alat-alat keselamatan kerja. Perilaku kerja yang ditunjukkan pekerja PT. RBU dari informasi diatas jelas berseberangan dengan konsep kinerja keselamatan menurut Griffin dan Neal (2000). Menurutnya salah satu komponen kinerja keselamatan adalah individu mengikuti prosedur kerja dan memakai peralatan keselamatan atau alat pelindung diri (APD) dengan benar. Sehingga dari pernyataan tersebut dapat diindikasikan bahwa pekerja PT. RBU memiliki kinerja keselamatan yang rendah (Aprilia, 2014). Mencapai tingkat safety performance yang baik, diperlukan peralatan dan tempat kerja yang aman, supervisor yang berkompeten dan keterampilan yang handal. Di samping itu persyaratan keselamatan kerja yang dibuat, diterapkan, dan dipelihara sesuai dengan norma keselamatan kerja. Sedangkan kinerja keselamatan kerja dilaporkan kepada pemimpin perusahaan untuk dikaji (Hadipoetra, 2014). Pada Penenelitian oil dan gas idustri di Irak menemukan bahwa faktor manusia dan praktek manajemen pekerjaan di dalam organisasi dapat mencapai kinerja keselamatan yang lebih baik jika pertunjukan keamanan dapat mempengaruhi perilaku pekerja untuk mencegah tempat kerja cedera (Shamsudin, 2011).

5 PT. PLN (Persero) P3B UPT Medan adalah perusahaan listrik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah lama ada di Indonesia dalam bidang ketenagalistrikan di Indonesia dan menjadi satu-satunya perusahaan yang menyediakan listrik terbesar di Indonesia. PT. PLN (Persero) P3B UPT Medan menyediakan tenaga listrik untuk kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai serta berusaha memberikan pelayanan yang terbaik untuk pelanggan yang sekaligus mendapatkan keuntungan berdasarkan prinsip pengolahan perusahaan. Tenaga listrik sangat diperlukan bagi kehidupan, karena hampir seluruh aktivitas manusia berhubungan dengan suplai energi listrik. Demi keandalan penyaluran energi listrik tersebut maka sistem tenaga listrik dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pembangkitan, transmisi dan gardu induk, dan distribusi. Transmisi dan Gardu Induk (GI) adalah suatu instalasi penyaluran yang berfungsi untuk menyalurkan daya atau tenaga listrik dari pusat pembangkit ke gardu induk, dari gardu induk ke gardu induk lainnya, melalui sistem Tegangan Ekstra Tinggi (TET), Tegangan Tinggi (TT), dan Tegangan Menengah (TM). Beberapa tugas dalam pemeriksaaan instalasi gardu induk yaitu memeriksa peralatan secara visual yang kemudian dituangkan dalam format checklist dan melakukan pengisian logsheet, monitoring, dan mengupayakan tegangan sisi sekunder nominal 20 kv sesuai permintaan pemadaman APD (Alat Pengatur Distribusi) dan 150 kv sesuai permintaan pemadaman UPB (Unit Pengatur Beban) dengan mengubah tap changer. Jika terdapat perubahan status dan fungsi peralatan akibat adanya suatu gangguan. Maka yang dilakukan operator gardu induk adalah mematikan bunyi alarm, memeriksa dan mengamati perubahan yang

6 terjadi pada panel kontrol dan panel proteksi, mencatat jam gangguan dan indikasi yang muncul. Operator harus melaksanakan SOP (Standar Operasi Prosedur) gardu induk yang berlaku, yaitu melaporkan gangguan dan langkah-langkah yang telah dilakukan kepada Dispatcher UPB, melaksanakan instruksi atau perintah dari Dispatcher UPB, melaporkan gangguan yang bersifat permanen dan vital kepada supervisor. Pada tahun 1996 kecelakaan kerja terjadi pada seorang pekerja yang tewas tersengat listrik pada saat pemeliharaan. Kejadian tersebut mendorong PT PLN (Persero) P3B UPT Medan bekerja keras menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja bagian Tragi/GI dan terkhusus pada saat pemeliharaan gardu induk. Kondisi pemeliharaan adalah kondisi dimana peralatan gardu induk diperiksa dan dipelihara untuk menjaga dan mempertahankan keandalan peralatan agar tetap bekerja sesuai dengan fungsinya. Pada kondisi ini yang dilakukan operator adalah memeriksa izin persetujuan pelaksanaan pemeliharaan peralatan dan berkoordinasi dengan Dispatcher UPB, memeriksa, dan meneliti urutan sesuai SOP. Tersedianya tim PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertengangan) yang disediakan oleh PT. PLN P3B UPT Medan telah membantu pekerjaan tim garduk induk dalam pemeliharaan. Tragi/GI Glugur memiliki 4 tim gardu induk yaitu GI titi kuning, GI mabar, GI GIS listrik dan GI Glugur. Setiap gardu induk memiliki seorang supervisor dan masing-masing gardu induk memiliki trafo dengan jumlah yang sama dan tegangan arus 150 kv dan 20kv. Gardu induk titi kuning adalah GI

7 konvensional atau berada di area terbuka, sedangkan GI glugur, listrik, dan mabar adalah gardu induk yang sudah terisolasi. Gardu induk konvensional memiliki perhatian yang lebih dibanding dengan GI yang tersisolasi karena GI berada di area terbuka lebih mudah menimbulkan masalah. Setiap gardu induk memiliki 4 orang operator sebagai pelaksana monitoring gardu induk dan operator bekerja sesuai jadwal shift (pagi, sore, dan malam). Operator memeriksa kondisi gardu induk di lapangan dan mengelola hasil monitoring peralatan, melaksanakan pengoperasian peralatan sesuai SOP, mencatat secara rutin parameter operasi peralatan gardu induk, melaksanakan checklist kondisi operasi peralatan gardu induk, mengidentifikasidan melaporkan abnormal (minyak trafo bocor atau suhu konduktor > 37 ºC) yang mungkin terjadi pada peralatan gardu induk. Potensi bahaya yang terdapat di gardu induk yaitu terpapar/kontak langsung dengan arus lisrik, trafo meledak dan terbakar, flash over meledak, kerusakaan properti, pemadaman aliran listrik meluas, kebocoran SF6, dan penyaluran arus listrik tidak sampai kepada masyarakat. Saat kondisi darurat yang dilakukan operator gardu induk operator harus membebaskan peralatan gardu induk yang terganggu dari tegangan, melaporkan kejadian kepada Dispatcher UPB dan supervisor GI, dan melakukan evakuasi untuk menyelamatkan diri jika memungkinkan. Komponen pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja di Tragi/GI yaitu penggunaan APD, rambu-rambu K3 di area kerja, dan prosedur K3. Tanda peringatan atau rambu-rambu K3 salah satu hal yang harus diperhatikan pekerja, agar tidak terjadi kesalahan operasi, dan setiap orang memperhatikan bahaya yang

8 ada di tempat kerja. Supervisor gardu induk adalah pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yang memiliki peranan untuk memantau kinerja, memantau tempat kerja untuk melihat bahaya yang ada dan mengambil tindakan dan menjamin agar pekerja bekerja dengan aman. Pengawasan dilakukan secara langsung maupun tidak langsung harus dapat menetapkan apa yang dilakukan tentang permasalahan dan memberikan instruksi yang diperlukan. Sekitar tahun 2000 terjadi pemadaman total pada salah satu gardu induk yang mengakibatkan pemadam gardu induk atau mesin tidak beroperasi. Kejadian seperti ini adalah kejadian yang fatal yang tidak boleh terjadi di gardu Induk. Penyebab dari kejadian tersebut karena terjadi kesalahan operasi. Pemadaman GI otomatis telah menyumbangkan kinerja yang buruk kepada UPT Medan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai hubungan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dengan kinerja keselamatan pekerja bagian Tragi/GI Glugur PT. PLN P3B Medan 2016. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti adalah apakah ada hubungan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dengan kinerja keselamatan pekerja bagian Tragi/GI Glugur PT. PLN (Persero) P3B UPT Medan tahun 2016?

9 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dengan kinerja keselamatan pekerja bagian Tragi/GI Glugur PT. PLN (Persero) P3B UPT Medan tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja yakni penggunaan APD, rambu-rambu K3, pengawas, dan prosedur keselamatan kerja pekerja bagian Tragi/GI PT. PLN (Persero) P3B UPT Medan. 2. Mengetahui gambaran kinerja keselamatan pekerja bagian Tragi/GI PT. PLN (Persero) P3B UPT Medan. 1.4 Hipotesis Penelitian Ho : Tidak ada hubungan pengawasan K3 dengan kinerja keselamatan pekerja bagian Tragi/GI Glugur PT. PLN (Persero) P3B UPT Medan. Ha : Ada hubungan pengawasan K3 dengan kinerja keselamatan pekerja bagian Tragi/GI Glugur PT. PLN (Persero) P3B UPT Medan. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan kepada bagian Tragi/GI Glugur untuk peningkatan kinerja keselamatan pekerja di PT. PLN (Persero) P3B UPT. 2. Sebagai masukan bagi perusahaan untuk mengetahui hubungan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dengan kinerja yang dilakukan pekerja bagian Tragi/GI.

10 3. Sebagai bahan referensi untuk penulis lain yang ingin meneliti tentang hubungan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja di sebuah perusahaan.