BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pendekatan tradisional terhadap pengambilan keputusan berasal dari teori ekonomi yang mengasumsikan bahwa manajer akan mengambil keputusan yang memaksimalkan profitabilitas perusahaan. Manajer seharusnya menginvestasikan sumber dayanya dalam proyek yang diproyeksikan menghasilkan profit terbesar bagi perusahaan dan secara periodik mengevaluasi kinerja ekonomi proyek tersebut (Harrison dan Harrel, 1993). Oleh karena itu, informasi akuntansi yang menunjukkan kinerja ekonomi menjadi sumber informasi utama dalam pengambilan keputusan proyek. Berbagai penelitian empiris pun menggunakan informasi akuntansi yang menunjukkan kinerja ekonomi dari proyek sebagai dasar manajer dalam mengambil keputusan seperti yang dilakukan oleh Staw (1976), Harrison dan Harrel (1993), Rutledge dan Karim (1999), Booth dan Schulz (2004) dan Chong dan Suryawati (2010). Namun demikian, fokus bisnis saat ini tidak seharusnya hanya terbatas pada maksimalisasi profit dengan mengabaikan perusakan lingkungan dan masyarakat (Larson dan Gray, 2011). Peningkatan perhatian dan kekhawatiran terhadap dampak bisnis atas lingkungan dan sosial dan dampak isu lingkungan dan sosial telah mendorong sejumlah perusahaan secara aktif mengelolanya (Adams dan Frost, 2008). Atkinson dkk. (2011) juga mengatakan bahwa perbaikan, kepatuhan dan manajemen lingkungan menjadi aspek penting dalam praktik bisnis yang baik saat ini. Perusahaan maupun proyeknya harus 1
memperhatikan pemangku kepentingannya (Boddy, 2002) termasuk lingkungan dan sosial. Dalam praktik, perhatian besar dunia bisnis atas informasi lingkungan dan sosial ditunjukkan oleh hasil survei KPMG (2011) yang mengungkapkan bahwa 95 persen dari 250 perusahaan terbesar di dunia (G250 Companies) melaporkan aktivitas tanggung jawab sosialnya. Namun, sejauh penelusuran penulis terhadap penelitian-penelitian empiris, penelitian mengenai penggunaan informasi lingkungan dan sosial hanya berfokus pada pengguna eksternal, belum ada penelitian yang menguji penggunaan informasi lingkungan dan sosial dalam pengambilan keputusan internal termasuk dalam keputusan atas evaluasi proyek.. Survei KPMG (2011) yang menjelaskan praktik pelaporan kinerja lingkungan dan sosial di atas seharusnya dapat menggambarkan bahwa informasi lingkungan dan sosial dipertimbangkan oleh manajer dalam pengambilan keputusannya. Laporan yang diungkapkan kepada publik merepresentasikan kinerja manajer dalam internal perusahaan. Namun, pengungkapan kinerja lingkungan dan sosial tidak serta merta sejalan dengan peningkatan kinerja pada aspek tersebut. Clarkson dkk. (2007) dan Al-Tuwaijri dkk. (2004) menunjukkan hubungan positif pengungkapan informasi lingkungan dan kinerja lingkungan. Namun, Patten (2002) menunjukkan hubungan negatif antara pengungkapan informasi lingkungan dan sosial dengan kinerja lingkungan dan sosial. Hasil yang tidak konsisten ini memunculkan pertanyaan mengenai bagaimana informasi lingkungan dan sosial dimanfaatkan oleh dunia bisnis termasuk manajer. Hal ini juga diperkuat oleh Gond (2012) yang mengatakan bahwa meskipun organisasi 2
telah mengklaim isu lingkungan dan sosial dalam pelaporannya, masih belum banyak diketahui apakah terintegrasi dalam sistem pengendalian manajemennya. Pemanfaatan informasi lingkungan dan sosial dalam dunia bisnis, khususnya oleh pihak eksternal perusahaan, telah menjadi perhatian banyak peneliti yang menguji pengaruh informasi akuntansi lingkungan dan sosial terhadap nilai perusahaan seperti Guidry dan Patten (2010), Rikhardsson dan Holm (2008), Murray dkk. (2006), Hassel dkk. (2005), Al-Tuwaijri dkk. (2004), Milne dan Patten (2002), Chan dan Milne (1999), Teoh dan Shiu (1990), Anderson dan Frankle (1980), Ingram (1978), Hendricks (1976), Belkaoui (1976). Penelitian-penelitian tersebut sebagian besar menunjukkan bahwa informasi akuntansi mengenai informasi sosial dan lingkungan memiliki information content dengan arah pengaruh yang tidak konsisten. Dari kondisi tersebut, dapat dipahami bahwa investor, sebagai principle dalam teori keagenan (Jensen dan Meckling, 1976) dan juga pihak eksternal, mempertimbangkan informasi sosial dan lingkungan dalam pengambilan keputusan investasinya. Oleh karena itu, menarik untuk menguji pengambilan keputusan manajer karena akan memberikan bukti empiris bagaimana manajer sebagai agent dan pihak internal merespon informasi sosial dan lingkungan. Penelitian empiris mengenai keputusan manajer banyak yang menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai dasar argumen, salah satunya oleh Harrison dan Harrel (1993). Namun, Rutledge dan Karim (1999) dan Booth dan Schulz (2004) menunjukkan kelemahan generalisasi teori agensi dengan menggunakan pendekatan moralitas. Kelemahan teori agensi juga dapat 3
ditemukan dalam menjelaskan praktik bisnis yang melibatkan konflik kepentingan antara banyak pemangku kepentingan. Hill dan Jones (1992) menjelaskan bahwa salah satu kelemahan teori agensi adalah ketidakmampuan menjelaskan sifat hubungan kontraktual implisit maupun eksplisit yang terjadi pada hubungan perusahaan dengan berbagai pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan dapat berupa lingkungan (Gibson, 2012; Starik, 1995) dan masyarakat (Silver, 2012). Penelitian Harrison dan Harrel (1993), Rutledge dan Karim (1999), Booth dan Schulz (2004) dan Chong dan Suryawati (2010) juga hanya menjelaskan konflik kepentingan yang terjadi antara pihak manajer dan pemilik saham dalam keputusan melanjutkan atau tidak melanjutkan sebuah proyek. Sebuah teori akan dinilai berdasarkan kemampuan komprehensif dalam menjelaskan masalah. Oleh karena itu, penelitian mengenai pengambilan keputusan manajer atas proyek yang melibatkan konflik kepentingan banyak pihak menarik untuk dilakukan dengan menggunakan teori yang lebih komprehensif karena akan memberikan penjelasan atas realitas bisnis tersebut. Teori pemangku kepentingan (stakeholder theory) mengakui keberagaman kelompok yang memiliki pancang (stake) atau kepentingan dalam operasi perusahaan yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan (Freeman, 1984; Freeman dkk., 2010). Teori ini memiliki cakupan yang lebih luas daripada teori agensi yang oleh Hill dan Jones (1992) dikatakan meliputi hubungan kontraktual yang implisit maupun eksplisit antara semua pemangku kepentingan. Kepentingan berbagai kelompok pemangku kepentingan kunci lebih cenderung tidak saling melengkapi sehingga penting untuk memiliki mekanisme untuk menyeimbangkan 4
berbagai kepentingan (Wall dan Greiling, 2011) yang berarti tanggung jawab manajer meningkat. Grit (2004) mengusulkan rerangka untuk meningkatkan tanggung jawab manajer yang salah satu aspek pentingnya adalah informasi. Oleh karena itu, Wall dan Greiling (2011) berargumen bahwa akan menguntungkan jika sistem akuntansi manajerial didesain menggunakan pandangan pemangku kepentingan terhadap perusahaan karena menurut Grit (2004) manajer akan mengambil keputusan yang lebih baik jika memiliki pengetahuan yang lebih banyak mengenai dampak eksternal dan sosial. Wall dan Greiling (2011) mengatakan: Information provision to (external) stakeholders plays a prominent role in the field of stakeholder theory-related accounting techniques. The currently existing accounting techniques for supporting managerial decision-making only address selective aspects. Therefore it is necessary to integrate and augment existing accounting techniques in order to develop a more integrated approach towards measuring whether stakeholder value is created or not from the perspective of a firm or the perspective of a stakeholder value creating network. Berbagai penelitian telah mengeksplorasi penggunaan teknik akuntansi untuk kepentingan pengambilan keputusan pihak eksternal dengan menggunakan pendekatan teori pemangku kepentingan seperti Robert (1992), Clarkson (1995) dan Gamerschlag dkk. (2011). Sementara praktik dan penelitian empiris yang berfokus pada penggunaan teknik akuntansi dalam mendukung pengambilan keputusan internal, manajer, untuk menciptakan nilai bagi berbagai pemangku kepentingan masih kurang. Padahal menurut Hall (2010) informasi ini dapat digunakan oleh manajer untuk mengembangkan pengetahuan mengenai lingkungan kerjanya, termasuk untuk menguji asumsi dan ekspektasi mengenai 5
operasi organsisasi dan untuk mengidentifikasi masalah, peluang dan kejutan potensial (potential surprises). Informasi lingkungan dan sosial yang diperoleh seringkali bertentangan dengan informasi ekonomi sebagaimana hasil penelitian Seifert dkk. (2003) yang menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara kinerja ekonomi dan kinerja sosial perusahaan. Selain kemungkinan pertentangan, informasi ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, masyarakat termasuk konsumen, lingkungan, pemerintah, dan lembaga sosial masyarakat sehingga dibutuhkan teori yang dapat mempertimbangkan semua pemangku kepentingan. Teori pemangku kepentingan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dapat digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi kemungkinan keputusan yang akan diambil oleh manajer. Meskipun teori pemangku kepentingan dapat menjelaskan keputusan yang akan diambil oleh manajer secara umum, namun menurut Trevino (1986) dan Jones (1991), keputusan manajer dipengaruhi oleh karakteristik individu. Oleh karena itu, dalam pengambilan keputusan atas informasi lingkungan dan sosial, pertimbangan manajer bergantung pada kepribadian manajer. Salah satu karakteristik individu yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah locus of control (Rotter, 1966 dalam Hodgkinson, 1992; Trevino, 1986; Jones, 1991). Berbagai penelitian telah menunjukkan peran locus of control dalam mempengaruhi berbagai kondisi yang dialami oleh individu termasuk manajer. Brownell (1981) menunjukkan peran locus of control dalam memoderasi 6
pengaruh penganggaran partisipatif terhadap individu. Hyatt dan Prawitt (2001) juga menunjukkan peran variabel ini mempengaruhi kinerja auditor ketika bekerja pada kondisi kantor audit yang berbeda. Berdasarkan model pengambilan keputusan etis dari Trevino (1986), locus of control mempengaruhi keputusan yang diambil oleh manajer. Oleh karena itu, pemanfaatan informasi sosial dan lingkungan mungkin bergantung pada konsepsi manajer mengenai tanggung jawabnya atas informasi tersebut. Selain itu, manajer mungkin akan mempertimbangkan menggunakan lebih banyak informasi mengenai lingkungan perusahaan karena menganggap dapat mengendalikannya (Hodgkinson, 1992) sehingga keyakinan mengenai kemampuan mengendalikan mungkin berpengaruh terhadap pemanfaatan informasi tersebut. 1. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka masalah utama yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah: a. Apakah manajer mempertimbangkan informasi lingkungan dan sosial dalam pengambilan keputusan melanjutkan atau tidak melanjutkan proyek? b. Apakah atribut manajer, locus of control, mempengaruhi penggunaan informasi lingkungan dan sosial? 1. 3. Tujuan penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menguji penggunaan informasi lingkungan dan sosial dalam pengambilan keputusan manajer. Hal ini 7
memberikan bukti empiris mengenai keputusan manajer atas informasi lingkungan dan sosial dan keputusan yang melibatkan pertimbangan banyak pemangku kepentingan yang belum digunakan oleh Harrison dan Harrel (1993), Both dan Schulz (2004), Rutledge dan Karim (1999), dan Chong dan Suryawati (2010) dalam penelitiannya. Hal ini juga memberikan bukti empiris mengenai bagaimana manajer sebagai pihak internal merespon informasi lingkungan dan sosial. Hal ini didasari oleh banyaknya bukti empiris mengenai penggunaan informasi lingkungan dan sosial oleh pihak eksternal terutama investor (seperti Guidry dan Patten, 2010; Murray dkk., 2006; Hassel dkk., 2005; Al-Tuwaijri dkk., 2004; Chan dan Milne, 1999; Teoh dan Shiu, 1990; Anderson dan Frankle, 1980; Ingram, 1978; Hendricks, 1976; Belkaoui, 1976), namun bukti empiris pemanfaatan oleh pihak internal belum ada. Penelitian ini menggunakan teori pemangku kepentingan untuk menjelaskan bagaimana manajer memanfaatkan informasi lingkungan dan sosial. Teori pemangku kepentingan secara luas diakui sebagai teori manajemen, namun masih sedikit penelitian yang mempertimbangkannya dalam pengambilan keputusan manajer secara individu (Reynolds dkk., 2006). Oleh karena itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menguji secara empiris teori pemangku kepentingan dengan menggunakan informasi lingkungan dan sosial. Penelitian ini juga bertujuan menguji secara empiris peran karakteristik individu dalam pengambilan keputusan atas informasi lingkungan dan sosial. Keputusan manajer dipengaruhi oleh karakteristik individu (Trevino, 1986; Jones, 1991) yang salah satunya adalah locus of control. Penelitian ini menguji bahwa 8
manajer dengan locus of control internal cenderung menggunakan informasi lingkungan dan sosial. Oleh karena itu, berdasarkan teori pemangku kepentingan dan konsep locus of control, penelitian ini bertujuan menguji apakah manajer dengan karakter tertentu akan mempertimbangkan informasi lingkungan dan sosial. 1. 4. Kontribusi Penelitian Penelitian ini memiliki kontribusi teoritis dan praktis. Dari segi teoritis penelitian ini memberikan penjelasan mengenai bagaimana pihak internal perusahaan, dalam hal ini manajer, merespon jika diberikan informasi lingkungan dan sosial oleh akuntan. Hal ini memberikan sumbangsih penjelasan atas penyajian informasi akuntansi yang tidak hanya terbatas pada kinerja ekonomi tapi juga mempertimbangkan kinerja lingkungan dan sosial. Sumbangsih lainnya adalah adanya penjelasan mengenai penggunaan informasi lingkungan dan sosial oleh pihak internal sehingga penjelasan tidak hanya terbatas pada penggunaannya oleh pihak eksternal. Kontribusi teoritis lainnya adalah memberikan bukti empiris penggunaan teori pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan individu manajer karena selama ini masih kurang (Reynolds dkk., 2006). Selain itu, penelitian ini juga memberikan bukti empiris tambahan atas konsep pengambilan keputusan Trevino (1986) dan Jones (1991) mengenai peran karakteristik individu dalam pengambilan keputusan manajer. Dari segi praktis, penelitian ini memberi masukan kepada akuntan manajemen mengenai perlunya menyajikan informasi lingkungan dan sosial dalam evaluasi proyek manajer. Demski dan Feltham (1976) dalam Wall dan 9
Greiling (2011) menjelaskan bahwa informasi akuntansi, dalam hal ini informasi sosial dan lingkungan, mempengaruhi pengambilan keputusan manajerial dalam dua cara: secara langsung sebagai masukan atas keputusan dan secara tidak langsung mempengaruhi perilaku manajer. Hal ini akan menjadi sumber informasi sekaligus dapat merubah perilaku manajer sehingga semakin bertanggung jawab sosial. Dari pendekatan instrumental, hal ini akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh kinerja sosial perusahaan terhadap peningkatan kinerja ekonomi sebagaimana penelitian Surroca dkk. (2010) dan Simpson dan Kohers (2002). Oleh karena itu, penyajian informasi lingkungan dan sosial dapat mendorong peran akuntan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Kontribusi praktis lainnya terkait dengan hasil pengujian peran karakteristik individu manajer dalam hal ini locus of control terhadap penggunaan informasi lingkungan dan sosial. Klarifikasi peran perbedaan karakter individu akan mengarahkan pada pembuatan dan penggunaan efektif desain sistem informasi manajemen (Fisher, 1996). Hasil pengujian ini akan menunjukkan tingkat perlunya sistem informasi manajemen mengenai lingkungan dan sosial yang disesuaikan dengan locus of control manajer. 1. 5. Sistematika Penulisan Pembahasan penelitian ini selengkapnya diorganisasikan sebagai berikut: 10
Bab I : Menguraikan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, tujuan serta kontribusi penelitian. Bab II : Membahas tinjauan literatur dan pengembangan hipotesis Bab III : Membahas metoda penelitian, dengan menguraikan desain penelitian, prosedur dan protokol eksperimen, partisipan, dan ukuran operasionalisasi variabel. Bab IV : Menguraikan analisis data dan pengujian hipotesis, dengan menyajikan hasil pengolahan data dan pembahasannya Bab V : Berisi diskusi dan implikasi penelitian, simpulan, dan keterbatasan yang ada serta saran bagi penelitian mendatang. 11