BAB I PENDAHULUAN. Teori pengambilan keputusan klasik atau rasional mengasumsikan bahwa manajer

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Teori pengambilan keputusan klasik atau rasional mengasumsikan bahwa manajer"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Teori pengambilan keputusan klasik atau rasional mengasumsikan bahwa manajer berperilaku untuk memaksimalkan profitabilitas perusahaan (Horowitz 2005). Manajer melanjutkan proyek yang diproyeksikan menguntungkan dan menghentikan proyek tersebut jika tidak menguntungkan perusahaan. Keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan sebuah proyek pada umumnya didasarkan pada alat evaluasi yang mengutamakan profitabilitas perusahaan, misalnya IRR, NPV, dan indeks profitabilitas. Akan tetapi, penelitian menunjukkan bahwa manajer cenderung untuk mengambil keputusan secara tidak rasional (Bazerman dan Moore 2009; Chong dan Suryawati 2010). Dalam hal ini, manajer cenderung untuk melanjutkan proyek walaupun proyek tersebut tidak menguntungkan untuk perusahaan. Perilaku ini dikenal dengan eskalasi komitmen. Eskalasi komitmen merupakan tendensi pengambil keputusan untuk bertahan atau meningkatkan komitmennya pada serangkaian tindakan yang gagal (Brockner 1992; Schaumberg dan Wiltermuth 2014). Eskalasi komitmen ini sering terjadi pada individu yang telah berkomitmen pada suatu tindakan tertentu. Eskalasi komitmen merupakan kajian yang telah ada sejak tiga dekade yang lalu (Denison 2009; Slessman dkk. 2012). Walaupun kajian ini telah lama ada, tetapi penelitian di bidang eskalasi komitmen juga terus berkembang karena penggalian teori yang dapat menjelaskan eskalasi komitmen secara komprehensif sehingga eskalasi komitmen merupakan topik yang menarik untuk diteliti (Brockner 1992; Slessman dkk. 2012). Tak hanya itu, eskalasi komitmen diduga merupakan perilaku yang menonjol dari berbagai kontroversi atau keputusan organisasi yang gagal sehingga penelitian pada kajian ini masih terus berkembang (Slessman dkk. 2012). Contohnya seperti yang diungkapkan oleh Government Accountability Office yang menyebutkan bahwa pemerintah 1

2 Amerika Serikat memberi bantuan yang awalnya sebesar $85 miliar meningkat menjadi $172 miliar kepada perusahaan jasa keuangan AIG yang menunjukkan tanda-tanda eskalasi sesuai (Government Accountability Office 2009). Tanda-tanda eskalasi ini didasarkan pada penilaian GAO yang mengindikasikan ketidakpastian yang tinggi kemampuan AIG untuk mengembalikan dana pemerintah. Contoh lainnya adalah kasus Big Dig sebuah proyek pengerjaan jalan terumit sepanjang sejarah Amerika Serikat. Proyek yang direncanakan mulai pada tahun 1982 dengan nilai proyek $2,4 miliar selesai pada tahun 2007 dengan biaya yang membengkak hingga lebih dari $14 miliar (Hofherr 2015). Dalam literatur akuntansi manajemen, teori pembenaran diri (self-justification theory) digunakan sebagai teori utama untuk menjelaskan perilaku eskalasi komitmen (McNamara dkk. 2002; Cheng dkk. 2003; Sivanathan dkk. 2008; Cheng dkk. 2009; Slessman dkk. 2012; Steinkühler dkk. 2014). Teori pembenaran diri ini menyatakan bahwa individu sebagai pembuat keputusan cenderung melakukan eskalasi komitmen sebagai upaya untuk membenarkan tindakan awal yang telah dilakukan. Hal ini disebabkan keinginan individu menjaga nama baik (face-saving) dan keengganan untuk mengakui ketidakberhasilan sumber daya yang dialokasikan (Staw 1981; Brockner 1992). Teori ini menjelaskan eskalasi komitmen lebih komprehensif karena teori ini mampu menjelaskan perilaku eskalasi komitmen dari awal pengambilan keputusan yang menyebabkan adanya tanggung jawab atas keputusan awal. Staw membagi pembenaran (justification) menjadi dua bagian, yaitu pembenaran internal dan eksternal (internal and external justification). Pembenaran internal utamanya mempertimbangkan pembenaran sebagai proses intraindividu, konflik nilai dalam diri mereka. Pembenaran eksternal terjadi ketika individu menghadapi tantangan eksternal atau evaluasi, individu termotivasi untuk membuktikan kepada orang lain bahwa mereka tidak salah dalam keputusan sebelumnya. 2

3 Peneliti memasukkan tekanan pengaruh sosial (social influence pressure) sebagai faktor yang dapat mempengaruhi perilaku eskalasi komitmen. Hal ini didasarkan pada pernyataan Staw (1981) menyebutkan bahwa dorongan untuk melakukan pembenaran eksternal lebih kuat dibandingkan dengan dorongan untuk melakukan pembenaran internal. Pembenaran eksternal lebih kuat pengaruhnya pada individu dibandingkan pembenaran internal karena individu sangat peduli terhadap bagaimana mereka terlihat di mata orang lain, terutama pada individu yang secara karakteristik mempunyai pengendalian diri dan kesadaran diri publik yang tinggi. Tekanan pengaruh sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pembenaran eksternal (Street dan Street 2006; Beshears dan Milkman 2011; Slessman dkk. 2012; Lowell 2012). Literatur eskalasi komitmen telah membahas pengaruh social influence pressure terhadap perilaku eskalasi komitmen walaupun masih sedikit yang mengujinya secara empiris (Slessman dkk. 2012). Penelitian empiris dalam literatur akuntansi telah menjelaskan bahwa tekanan pengaruh sosial telah diteliti dapat mengarahkan individu pada perilaku yang disfungsional (Ponemon 1992; Dezoort dan Lord 1994; DeZoort dan Lord 1997; Lord dan Dezoort 2001; Davis dkk. 2006; Chong dan Syarifuddin 2010b; Chong dan Syarifuddin 2010a; Clayton 2010). Brehm dan Kassin (1990) dalam DeZoort dan Lord (1997) mendeskripsikan tekanan pengaruh sosial terdiri atas tiga tipe, tekanan kepatuhan (obedience pressure), tekanan kesesuaian (dalam penelitian Ponemon (1992) tekanan kesesuaian disebut peer pressure yang selanjutnya dipakai dalam penelitian ini), dan tekanan ketaatan (compliance pressure). Peneliti hanya memasukkan peer pressure dalam penelitian ini. Kajian obedience pressure menyatakan bahwa ketika individu mengalami obedience pressure mengurangi tanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan individu sedangkan kajian eskalasi komitmen menyatakan rasa tanggung jawab merupakan argumen yang mendasari individu 3

4 melakukan eskalasi komitmen. Oleh karena itu, peneliti tidak memasukkan obedience pressure dalam penelitian ini. Peer pressure dapat mempengaruhi perilaku individu. Menurut Bandura (1977) individu cenderung melihat perilaku orang lain untuk membentuk dasar model perilaku mereka sendiri. Dalam kaitannya dengan eskalasi komitmen, individu yang melihat rekan sekerjanya berhasil dalam sebuah proyek menjadikannya sebagai dasar dalam menjalankan proyek. Ketika hasil proyek yang didapatkannya berbeda dengan yang diharapkan, individu melakukan eskalasi komitmen agar menciptakan kesesuaian dengan dasar yang telah diciptakannya. Beberapa penelitian terdahulu telah memberikan alternatif sistem pengendalian untuk mengurangi perilaku kecenderungan manajer melakukan eskalasi komitmen. Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Ghosh (1997), Chong dan Suryawati (2010), Helmayunita (2012), Dewi dan Supriyadi (2012), dan Buxton dan Rivers (2014) memberikan alternatif adanya monitoring control sebagai upaya untuk mengurangi kecenderungan manajer melakukan eskalasi komitmen. Penelitian Cheng dkk. (2003) mengusulkan metode hurdle rates untuk strategi deeskalasi. Penelitian mereka menguji tiga tingkatan hurdle rates, no hurdle rates, self-set hurdle rates, dan organization-set hurdle rates. Hasil penelitian mereka menemukan bahwa self-set hurdle rates dapat menjadi mekanisme pengendalian perilaku eskalasi komitmen karena dengan menentukan sendiri hurdle rates dapat meningkatkan komitmen manajer pada hurdles rates sebagai tolak ukur evaluasi profitabiltas proyek sehingga manajer cenderung untuk menghentikan proyek ketika profitabilitas perusahaan menurun. Penelitian yang dilakukan oleh Dutta (2003) menyatakan bahwa eskalasi komitmen dapat direduksi dengan sistem pemberian kompensasi, kontrak bonus residual-income-based jika retensi manajerial tidak parah dan option-income-based jika masalah retensi manajerial parah. 4

5 Literatur akuntansi manajemen menyatakan bahwa sistem pengukuran kinerja merupakan suatu alat pengendalian yang dapat memotivasi perilaku individu (Micheli dan Mari 2014). Walaupun sistem pengukuran kinerja dapat memotivasi perilaku individu, sistem ini sulit untuk didesain untuk beberapa aspek kerja (Bourne dkk. 2014). Kesalahan dalam mendesain sistem pengukuran kinerja dapat menghasilkan perilaku yang berkebalikan dari yang diharapkan. Dalam kaitannya dengan eskalasi komitmen, sistem pengukuran kinerja harus dirancang untuk mengurangi self-justification yang menjadi penyebab individu melakukan eskalasi komitmen pada proyek yang tidak menguntungkan. Bazerman dan Moore (2009) menyatakan bahwa sistem pengendalian sebaiknya dirancang agar manajer dapat mengungkapkan hasil negatif dari keputusan proyek awal yang telah dilakukan sehingga dapat memotivasi manajer untuk membuat keputusan yang terbaik untuk perusahaan RUMUSAN MASALAH Dalam konteks organisasi, pengaruh faktor sosial tidak dapat dielakkan dalam mempengaruhi perilaku individu. Bratton (2004) menjelaskan dalam disertasinya bahwa pengaruh rekan kerja (peer pressure) merupakan faktor utama yang mempengaruhi individu dalam melakukan perilaku etis. Beberapa penelitian empiris juga telah mendukung bahwa peer pressure dapat mempengaruhi perilaku etis dalam bidang akuntansi, seperti penelitian Ponemon (1992) serta Chong dan Syarifuddin (2010a). Pengaruh sosial ini juga telah diungkapkan dapat mempengaruhi eskalasi komitmen (Street dan Street 2006; Lowell 2012; Slessman dkk. 2012) walaupun dalam artikel tersebut tidak menguji secara empiris. Street dan Street (2006) mengungkapkan bahwa tekanan untuk mengikuti nilai orang lain merupakan pengaruh yang lebih kuat untuk melakukan eskalasi komitmen dibandingkan sistem kepercayaan etis seseorang. Lowell (2012) menyatakan bahwa pilihan untuk melakukan eskalasi komitmen mungkin diambil akibat tekanan soaial yang ada. 5

6 Penelitian dilaksanakan di Indonesia yang merupakan negara dengan tingkat kolektivitas yang tinggi (The Hofstede Centre, 2015). Peer pressure dalam budaya kolektivisme cenderung lebih kuat karena individu dalam budaya kolektivis cenderung mengambil keputusan dipengaruhi oleh opini kelompok sehingga ketika individu berperilaku menyimpang dari opini kelompok menimbulkan rasa malu (Hofstede, 2011). Penelitian yang dilakukan Cheng dkk. (2009) menyatakan manajer yang melakukan tinjauan (review) sebagai pengukuran kinerja terhadap proyek yang dilakukan cenderung tidak mengungkapkan hasil negatif dari proyek yang telah dilakukan sehingga kemungkinan eskalasi komitmen dapat terjadi sedangkan pengukuran kinerja merupakan salah satu alat yang digunakan sebagai alat komunikasi (Micheli dan Mari 2014) umpan balik dari hasil investasi proyek. Hal ini disebabkan oleh rasa tanggung jawab yang tinggi sehingga manajer cenderung melakukan justifikasi keberadaan dan keberlanjutan proyek (Cheng dkk. 2009). Oleh karena itu, perusahaan seharusnya memodifikasi sistem pengukuran kinerja yang diberlakukan dalam mengukur kinerja manajer atas proyek yang dilaksanakannya. Penelitian ini menguji apakah sistem pengukuran kinerja berpengaruh terhadap kecenderungan manajer untuk melakukan eskalasi komitmen. Untuk itu, peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah peer pressure berpengaruh terhadap kecenderungan manajer melakukan eskalasi komitmen? 2. Apakah sistem pengukuran kinerja berpengaruh terhadap kecenderungan manajer melakukan eskalasi komitmen? 1.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris: 6

7 1. Pengaruh peer pressure terhadap kecenderungan manajer melakukan eskalasi komitmen. 2. Pengaruh sistem pengukuran kinerja terhadap kecenderungan manajer melakukan eskalasi komitmen MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini memiliki kontribusi teoretis dan praktis. Dari segi teoretis, penelitian ini menguji secara empiris self justification theory sebagai dasar utama perilaku eskalasi komitmen seperti yang diungkapkan penelitian-penelitian sebelumnya (Brockner 1992; McNamara dkk. 2002; Sivanathan dkk. 2008; Slessman dkk. 2012; Steinkühler dkk. 2014). Pengujian empiris ini memberikan penjelasan kekuatan self justification theory dalam menjelaskan eskalasi komitmen setelah beberapa penelitian terdahulu memberikan alternatifalternatif teori yang dapat menjelaskan perilaku eskalasi komitmen (Rutledge dan Karim 1999; Booth dan Schulz 2004; Huang dan Chang 2010). Penjelasan tentang kekuatan self justification theory dalam menjelaskan eskalasi komitmen menjadi hal yang penting karena kebutuhan teori yang komprehensif dalam menjelaskan fenomena ini. Seperti halnya Rutledge dan Karim (1999) serta Booth dan Schulz (2004) yang menjelaskan bahwa teori keagenan tidak secara lengkap menjelaskan eskalasi komitmen karena kurangnya penjelasan teori keagenan ketika diperhadapkan dengan pertimbangan etis individu. Brockner (1992) menjelaskan teori prospek banyak digunakan dalam penelitian untk menjelaskan fenomena eskalasi komitmen, tetapi penjelasan teori prospek merupakan penjabaran untuk mendukung teori pembenaran diri dalam menjelaskan eskalasi komitmen. Kontribusi teoretis lainnya adalah penelitian ini menguji secara empiris pengaruh lingkungan sosial pada eskalasi komitmen sebagai wujud justifikasi eksternal. Dengan menguji salah satu faktor dalam social influence theory, penelitian ini diharapkan memberi 7

8 bukti empiris atas pernyataan Staw (1981) yang menyatakan justifikasi eksternal lebih kuat pengaruhnya pada individu dibandingkan justifikasi internal dalam mempengaruhi individu untuk melakukan eskalasi komitmen. Dengan mengambil lokasi penelitian di Indonesia, hal ini dapat memberikan bukti empiris bagaimana pengaruh peer pressure terhadap eskalasi komitmen di negara dengan tingkat kolektivitas yang tinggi setelah penelitian Chong and Syarifuddin (2010a) yang telah menguji pengaruh peer pressure terhadap eskalasi komitmen di negara dengan tingkat kolektivitas yang rendah. Kontribusi teoretis selanjutnya adalah penelitian ini menguji secara empiris pengaruh sistem pengukuran kinerja terhadap kecenderungan eskalasi komitmen. Dengan menguji pengaruh sistem pengukuran kinerja, penelitian ini diharapkan memberi bukti empiris atas pernyataan Bazerman dan Moore (2009) bahwa sistem pengendalian, termasuk sistem pengukuran kinerja, diharapkan dapat memotivasi manajer untuk mengurangi perilaku eskalasi komitmen. Sistem pengukuran kinerja digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi keberhasilan suatu organisasi. Sistem pengukuran kinerja yang baik dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif bagi perusahaan (Micheli dan Mari 2014). Pentingnya sistem pengukuran kinerja sehingga dapat membantu perusahaan dalam mengendalikan proyek yang sedang dilaksanakan perusahaan. Kedua, penelitian ini juga diharapkan memberikan kontribusi praktis mengenai situasi dan upaya untuk mengurangi kecenderungan eskalasi komitmen. Eskalasi komitmen yang muncul sebagai upaya pembenaran diri manajer atas perilaku sebelumnya dapat dipengaruhi oleh perusahaan dengan memperbaiki kebijakan sistem pengukuran kinerja. Dengan sistem pengukuran kinerja yang baik, upaya pembenaran diri manajer dapat dikurangi yang dapat berdampak bagi perilaku eskalasi komitmen. Dengan berkurangnya eskalasi komitmen, perusahaan dapat menyelamatkan sumber daya dari proyek yang tidak menguntungkan. 8

9 1.5. SISTEMATIKA PENULISAN Penelitian ini disusun dalam lima bab, yaitu: Bab I : Bab ini adalah pendahuluan yang berisi latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan Bab II : Bab ini adalah landasan teori dan perumusan hipotesis yang berisi kajian literatur variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini dan acuan perumusan hipotesis. Bab III : Bab ini adalah metode penelitian yang berisi desain penelitian, prosedur dan protokol eksperiman, partisipan, definisi operasional variabel dan ukuran operasional, uji instrumen, dan uji hipotesis. Bab IV : Bab ini adalah hasil dan pembahasan penelitian yang berisi cek manipulasi, statistik deskriptif, pengujian hipotesis, dan diskusi hasil penelitian. Bab V : Bab ini adalah penutup yang berisi simpulan, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya. 9

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesuksesan

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesuksesan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori ekonomi menjelaskan bahwa pengambilan keputusan rasional ditandai dengan upaya manajer untuk meningkatkan keuntungan maksimal perusahaan. Tindakan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi organisasi menyebabkan inefisiensi alokasi sumber daya dan merugikan bagi

BAB I PENDAHULUAN. bagi organisasi menyebabkan inefisiensi alokasi sumber daya dan merugikan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eskalasi komitmen terbukti menjadi masalah yang serius bagi organisasi. Kecenderungan manajer melanjutkan proyek yang tidak memberikan keuntungan bagi organisasi menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan secara ekonomi, namun perkembangan bisnis saat ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan secara ekonomi, namun perkembangan bisnis saat ini mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Strategi perusahaan dalam memutuskan investasi proyek adalah berorientasi pada keuntungan kompetitif jangka panjang (Huang dan Chang, 2010) sehingga manajer dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bazerman (1994) mendefinisikan eskalasi adalah derajat dimana individu

BAB I PENDAHULUAN. Bazerman (1994) mendefinisikan eskalasi adalah derajat dimana individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eskalasi komitmen adalah tendensi dari pengambil keputusan untuk tetap bertahan atau mengeskalasi komitmennya pada serangkaian tindakan yang gagal. Bazerman (1994)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang dapat menjelaskan tentang adverse selection. Adverse selection adalah salah satu permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. auditing masih sangat begitu kuat. Hal ini tampak dengan banyaknya bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. auditing masih sangat begitu kuat. Hal ini tampak dengan banyaknya bukti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sampai dengan awal tahun 2000-an, pengaruh tekanan dalam lingkungan auditing masih sangat begitu kuat. Hal ini tampak dengan banyaknya bukti yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan profitabilitas perusahaan. Manajer seharusnya menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan profitabilitas perusahaan. Manajer seharusnya menginvestasikan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pendekatan tradisional terhadap pengambilan keputusan berasal dari teori ekonomi yang mengasumsikan bahwa manajer akan mengambil keputusan yang memaksimalkan profitabilitas

Lebih terperinci

Keefektifan Monitoring Control dan Penalaran Moral Individu dalam De-eskalasi Komitmen

Keefektifan Monitoring Control dan Penalaran Moral Individu dalam De-eskalasi Komitmen Keefektifan Monitoring Control dan Penalaran Moral Individu dalam De-eskalasi Komitmen Herlina Rahmawati Dewi (Universitas Islam Indonesia) Supriyadi (Universitas Gadjah Mada) ABSTRACT The study aims to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Garis besar sebuah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Garis besar sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip perusahaan dalam pengambilan keputusan berorientasi untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Garis besar sebuah perusahaan adalah mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan sangatlah penting untuk memiliki seorang manajer. Dalam hal ini membantu untuk mengambil suatu keputusan dalam kegiatan perusahaan ketika membangun

Lebih terperinci

Oleh: KHANIFAN SETYA PANCA NUGRAHA

Oleh: KHANIFAN SETYA PANCA NUGRAHA PENGARUH MONITORING CONTROL DAN KONDISI ADVERSE SELECTION TERHADAP ESKALASI KOMITMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI DENGAN GENDER DAN LOCUS OF CONTROL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI ( Studi Kasus pada Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu perekonomian di dunia semakin berkembang. Globalisasi membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Karena itu, organisasi dituntut untuk

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PERATAAN LABA (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia)

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PERATAAN LABA (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia) PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PERATAAN LABA (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harga transfer (transfer pricing) merupakan harga produk atau jasa yang ditransfer secara

BAB I PENDAHULUAN. Harga transfer (transfer pricing) merupakan harga produk atau jasa yang ditransfer secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga transfer (transfer pricing) merupakan harga produk atau jasa yang ditransfer secara internal oleh pusat-pusat pertanggungjawaban (divisi) dalam sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa perusahaan besar seperti Enron, Merck, Allied Carpet, Sunbean, World

BAB I PENDAHULUAN. beberapa perusahaan besar seperti Enron, Merck, Allied Carpet, Sunbean, World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak perusahaan besar jatuh karena terlibat dalam skandal keuangan perusahaan. Skandal keuangan yang terjadi di beberapa perusahaan besar di Indonesia bahkan di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan dalam industri manufaktur membuat setiap perusahaan manufaktur semakin meningkatkan kinerja agar tujuannya dapat tercapai. Pendirian sebuah perusahaan memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. harus berupaya secara efisien dan efektif untuk mengelola perusahaan agar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. harus berupaya secara efisien dan efektif untuk mengelola perusahaan agar dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh profitabilitas yang tinggi agar dapat bertahan hidup dan berkembang secara berkelanjutan. Manajemen harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan keuangan yang tidak mencerminkan keadaan atau kondisi laporan

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan keuangan yang tidak mencerminkan keadaan atau kondisi laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manajemen laba sering kali dianggap negatif atau buruk oleh banyak pihak terutama investor, karena pada umumnya manajemen laba menyebabkan tampilan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (decision maker). Dalam pengambilan keputusan, manajer harus

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (decision maker). Dalam pengambilan keputusan, manajer harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seorang manajer memegang fungsi dan peran sebagai pengambil keputusan (decision maker). Dalam pengambilan keputusan, manajer harus mempertimbangkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konflik organisasi dapat muncul ketika suatu inisiatif baru mulai diperkenalkan

BAB I PENDAHULUAN. konflik organisasi dapat muncul ketika suatu inisiatif baru mulai diperkenalkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan lingkungan yang dinamis menuntut organisasi untuk dapat melakukan penyesuaian dengan cepat. Salah satu penyesuaian yang dapat dilakukan adalah dengan memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntan besar Big4 tetapi juga praktik perorangan lainnya. Untuk contoh kasus yang ada di indonesia yaitu PT Kimia Farma.

BAB I PENDAHULUAN. akuntan besar Big4 tetapi juga praktik perorangan lainnya. Untuk contoh kasus yang ada di indonesia yaitu PT Kimia Farma. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan ini, telah menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat mengenai ketidakmampuan profesi akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang memiliki kompeten, tidak memihak, dan objektif, yang disebut akuntan publik atau lebih dikenal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun pihak eksternal

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun pihak eksternal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate governance menjadi isu yang sangat menarik dari waktu ke waktu, khususnya mulai mengemuka pada tahun 1998 ketika Indonesia mengalami krisis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Manajemen pihak

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Manajemen pihak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konsep Corporate Governance muncul sebagai upaya untuk mengurangi penyimpangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Manajemen pihak Corporate Governance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang dibuat harus memberikan informasi yang bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang dibuat harus memberikan informasi yang bermanfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di antara para pelaku bisnis dapat dipicu karena adanya perkembangan usaha yang semakin pesat. Berbagai macam cara telah dilakukan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan memperoleh dana dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan memperoleh dana dari dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajer memerlukan dana untuk mengembangkan dan menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan memperoleh dana dari dalam perusahaan atau dari luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Earning atau laba merupakan komponen keuangan yang menjadi pusat perhatian sekaligus dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, misalnya digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di masyarakat. Perusahaan ini menggambarkan perusahaan yang menawarkan sahamnya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan yaitu pihak pemilik dan pengelola, yang berkontribusi dalam modal, keahlian, serta tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/ menyebutkan. bahwa perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/ menyebutkan. bahwa perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-36/PM/2003 dan Peraturan Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/07-2004 menyebutkan bahwa perusahaan yang go public diwajibkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dilakukan. Namun, menurut Covaleski et al. (2003) dan Shields and

BAB I PENDAHULUAN. banyak dilakukan. Namun, menurut Covaleski et al. (2003) dan Shields and BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian partisipasi anggaran yang berbasis pada motivasi sudah banyak dilakukan. Namun, menurut Covaleski et al. (2003) dan Shields and Shields (1998) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya dengan melakukan pendanaan terhadap proyek investasi (capital

BAB I PENDAHULUAN. satunya dengan melakukan pendanaan terhadap proyek investasi (capital BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan memiliki potensi untuk mengembangkan usahanya, salah satunya dengan melakukan pendanaan terhadap proyek investasi (capital budgeting) yang akan memiliki

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Nilai Perusahaan, Manajemen Laba, Tobin Q, Discretionary Accruals. vii

ABSTRAK. Kata Kunci: Nilai Perusahaan, Manajemen Laba, Tobin Q, Discretionary Accruals. vii Judul : Pengaruh Manajemen Laba pada Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015) Nama : I Putu Adi Surya Lesmana NIM : 1306305092 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan dari suatu perusahaan karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti: kreditur, pemerintah, pemasok, dan lain-lain. Informasi laba

BAB I PENDAHULUAN. seperti: kreditur, pemerintah, pemasok, dan lain-lain. Informasi laba BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajer suatu perusahaan menggunakan laporan keuangan untuk berkomunikasi dengan pemegang saham perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran bisnis di seluruh dunia telah berkembang selama beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. Peran bisnis di seluruh dunia telah berkembang selama beberapa dekade BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran bisnis di seluruh dunia telah berkembang selama beberapa dekade terakhir dari pendekatan klasik "memaksimalkan keuntungan" menjadi pendekatan "sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (SAK). Opini tersebut menunjukkan kualitas atas laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (SAK). Opini tersebut menunjukkan kualitas atas laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik adalah audit atas laporan keuangan sebuah entitas dengan memberikan opini atau pendapatnya atas laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (PSAK No. 1 revisi 2009, 2012). Pada umumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan informasi yang lengkap dan berkualitas dalam berbagai bentuk sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu informasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari kegiatan yang ada di perusahaan tidak lepas darikegiatandengan fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dan kinerja suatu perusahaan bagi investor. Informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dan kinerja suatu perusahaan bagi investor. Informasi keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sumber informasi keuangan mengenai kondisi dan kinerja suatu perusahaan bagi investor. Informasi keuangan tersebut sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya membuat dunia usaha dijalankan secara profesional justru menjadi

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya membuat dunia usaha dijalankan secara profesional justru menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ada sisi negatif yang tidak diharapkan dari perkembangan konsep-konsep manajemen sejak awal abad dua puluhan. Konsep pengelolaan korporasi yang seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan saja, namun juga memiliki pengaruh ke pihak-pihak lain, seperti kreditur, investor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi akuntansi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi akuntansi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi akuntansi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan merupakan kebutuhan yang paling mendasar pada proses pengambilan keputusan bagi investor di pasar

Lebih terperinci

BAB I. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Manajer akan meningkatkan nilai bagi pemegang saham melalui investasi yang

BAB I. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Manajer akan meningkatkan nilai bagi pemegang saham melalui investasi yang 1 BAB I. PENGANTAR A. Latar Belakang Manajer akan meningkatkan nilai bagi pemegang saham melalui investasi yang memberikan tingkat pengembalian lebih besar daripada biaya modal. Kalau hal ini terjadi berarti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan, dimana nilai perusahaan dijadikan indikator bagi investor untuk pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen laba muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer

BAB I PENDAHULUAN. manajemen laba muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan informasi atas laba bersih suatu perusahaan melalui berbagai cara akan memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap tindak lanjut para pengguna

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N. dapat terjadi di berbagai bidang: bisnis, pemerintahan, agama, pendidikan,

B A B I P E N D A H U L U A N. dapat terjadi di berbagai bidang: bisnis, pemerintahan, agama, pendidikan, B A B I P E N D A H U L U A N I.1. Latar Belakang Perilaku tidak etis penting untuk dipelajari karena perilaku tidak etis kemungkinan akan membawa dampak buruk pada kinerja organisasi (Beu dan Buckely,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham dengan memaksimalkan laba (profit). Antara manajemen dan pemegang saham diharap bisa saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun. Laporan keuangan menjadi media bagi perusahaan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman yang semakin pesat telah banyak

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman yang semakin pesat telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perkembangan zaman yang semakin pesat telah banyak membawa perubahan, kemajuan teknologi dan perkembangan dunia usaha dalam memasuki pasar bebas mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi tentang posisi keuangan perusahaan dan kinerja dari perusahaan tersebut. Hal ini dibuat sebagaimana untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan masyarakat terhadap auditor sebagai pihak yang independen dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan sangat besar. Auditor bertanggung jawab untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laba telah menjadi indikator umum bagi pihak manajemen dan pihak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laba telah menjadi indikator umum bagi pihak manajemen dan pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba telah menjadi indikator umum bagi pihak manajemen dan pihak eksternal untuk menilai kinerja suatu perusahaan. Informasi laba ini dapat mempengaruhi investor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan yang dikeluarkan secara periodik oleh perusahaan, akan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan yang dikeluarkan secara periodik oleh perusahaan, akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan sebagai sebuah hasil dari kegiatan operasional sebuah perusahaan yang dikeluarkan secara periodik oleh perusahaan, akan menjadi sebuah pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran BAB I PENDAHULUAN Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran umum dalam penyusunan sesuai dengan judul. Penulis menyusun pembabakan dari ringkasan setiap isi dari bab per bab yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan (Rigby & Bilodeau, 2015). Balanced Scorecard pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan (Rigby & Bilodeau, 2015). Balanced Scorecard pada awalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Balanced Scorecard telah menjadi salah satu alat manajemen yang paling banyak digunakan (Rigby & Bilodeau, 2015). Balanced Scorecard pada awalnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen perusahaan pada dasarnya memiliki kepentingan ganda yaitu untuk memaksimalkan kepentingan pemegang saham dan kepentingan perusahaan itu sendiri. Untuk itu,

Lebih terperinci

(Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah Kabupaten Klaten)

(Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah Kabupaten Klaten) PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN PELIMPAHAN WEWENANG, BUDAYA ORGANISASI, DAN LOCUS OF CONTROL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja dan keberlanjutan sebuah organisasi adalah tantangan terbesar yang

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja dan keberlanjutan sebuah organisasi adalah tantangan terbesar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja dan keberlanjutan sebuah organisasi adalah tantangan terbesar yang dihadapi oleh seorang pemimpin (Emmons, 2013). Kesuksesan tidak hanya berbicara

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B PENGARUH LOCUS OF CONTROL, KOMITMEN PROFESI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AUDIT DENGAN KESADARAN ETIS SEBAGAI VARIABEL MODERATING (SURVEI PADA KANTOR AKUNTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan publik memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan publik memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntan publik memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan perkembangannya. Dalam menjalankan profesinya, auditor dituntut profesional dalam menjalankan segala pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis seringkali terjadi kecurangan-kecurangan atau tindakan yang menyimpang dari prosedur akuntansi yang benar, dimana kecurangan tersebut disebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia bisnis, kebutuhan akan penggunaan jasa akuntan publik dewasa ini semakin meningkat, terutama kebutuhan atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerintahkan bawahannya untuk terlibat dalam kecurangan pelaporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. memerintahkan bawahannya untuk terlibat dalam kecurangan pelaporan keuangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa skandal akuntansi menunjukkan keterlibatan figur berotoritas yang memerintahkan bawahannya untuk terlibat dalam kecurangan pelaporan keuangan. CFO WorldCom,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan membutuhkan jasa audit akuntan publik, hal ini disebabkan karena perusahaan mempublikasikan laporan keuangannya kepada pihak luar yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipicu oleh fenomena gagal bayar subprime mortgage bertransformasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dipicu oleh fenomena gagal bayar subprime mortgage bertransformasi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis finansial tercatat banyak terjadi hingga tahun 2013. Krisis tersebut menimpa perusahaan, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kegagalan menjaga likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut (Hansen dan Mowen [1997]). Proses

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut (Hansen dan Mowen [1997]). Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran merupakan salah satu komponen penting dalam perencanaan perusahaan, yang berisikan rencana kegiatan di masa datang dan mengindikasikan kegiatan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk keperluan modal usaha maupun untuk perluasan usahanya. Ekspansi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan media yang digunakan perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga merupakan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran dari laporan keuangan adalah sebagai salah satu sumber informasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. Peran dari laporan keuangan adalah sebagai salah satu sumber informasi bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran dari laporan keuangan adalah sebagai salah satu sumber informasi bagi stakeholder (pemangku kepentingan) dalam menilai kinerja suatu perusahaan, selain itu laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, kontribusi BAB I PENDAHULUAN Bab pertama menguraikan latar belakang, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik menyiapkan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan atau auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan atas suatu

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan atas suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laba merupakan indikator penting dan sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan atas suatu perusahaan, pada era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi peningkatan kegiatan usaha perusahaan. Peningkatan kegiatan usaha tersebut disertai dengan semakin kompleksnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini mengkaji landasan teori, konsep-konsep yang digunakan, dan hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini mengkaji landasan teori, konsep-konsep yang digunakan, dan hasil BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Bab ini mengkaji landasan teori, konsep-konsep yang digunakan, dan hasil penelitian sebelumnya yang diperlukan dalam menjawab masalah penelitian yang akah

Lebih terperinci

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana atau media informasi bagi para stakeholders. Dengan diterbitkannya laporan keuangan dapat memberikan informasi tentang kinerja

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP TINDAKAN PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia)

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP TINDAKAN PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia) PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP TINDAKAN PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajer perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen perusahaan menggambarkan informasi mengenai kinerja dan posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan juga berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO)

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perusahaan go public di Indonesia dapat dilihat dari bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) setiap tahunnya. IPO merupakan

Lebih terperinci

Pengaruh Hurdle Rates dan Framing Terhadap Eskalasi Komitmen dalam Penganggaran Modal

Pengaruh Hurdle Rates dan Framing Terhadap Eskalasi Komitmen dalam Penganggaran Modal Pengaruh Hurdle Rates dan Framing Terhadap Eskalasi Komitmen dalam Penganggaran Modal TEODORA WINDA MULIA LODOVICUS LASDI THOMAS AQUINAS WIDJANARKO Unika Widya Mandala Surabaya Abstract: In making decisions,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai Negara, termasuk di Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan kerugian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. theory) merupakan suatu hubungan antara agent dengan principal. Dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. theory) merupakan suatu hubungan antara agent dengan principal. Dimana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan manajer dengan pemegang saham di dalam teori keagenan (agency theory) merupakan suatu hubungan antara agent dengan principal. Dimana pemilik perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelemahan. Wild et al. (2003) mengkritik bahwa akuntansi akrual

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelemahan. Wild et al. (2003) mengkritik bahwa akuntansi akrual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan disusun berdasarkan akuntansi berbasis akrual (accruals accounting). Akuntansi akrual mempunyai keunggulan bahwa informasi laba perusahaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak-pihak yang terkait, terutama informasi yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak-pihak yang terkait, terutama informasi yang berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang memiliki keterkaitan dengan pihak luar berkewajiban untuk memberikan informasi yang setransparan mungkin kepada pihak-pihak yang terkait,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin kompleks. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan pendanaan untuk kegiatan investasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan pendanaan untuk kegiatan investasi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan membutuhkan pendanaan untuk kegiatan investasi yang direncanakan. Pendanaan yang bersumber dari internal perusahaan sering kali tidak mencukupi. Sumber pendanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beragam penelitian terkait tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB I PENDAHULUAN. Beragam penelitian terkait tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beragam penelitian terkait tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility; selanjutnya disingkat CSR) telah banyak dilakukan dalam literatur akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja atau pertanggung jawaban manajemen perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. kinerja atau pertanggung jawaban manajemen perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi dan merupakan cerminan dari kondisi suatu perusahaan. Dalam laporan keuangan tersebut, terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan mencerminkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan yang diaudit akan menambah kredibilitas suatu perusahaan

Lebih terperinci