BAB I PENDAHULUAN. sekitar 9,1%, usia tahun sebesar 8,13%. pada anak dengan frekuensi kejadian 4-6 kasus/1.000 anak (Nelson, 2000).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. serta tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam

BAB I PENDAHULUAN. sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 1,2 Demam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia mempunyai dua faktor yang berpengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi. penerus bangsa memiliki kemampuan yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada ketidakmampuan untuk mengendalikan fungsi motorik, postur/ sikap dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. 1

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB III METODE PENELITIAN

Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kejadian Kejang Demam Anak di Rumah Sakit Al-Ihsan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 60 bulan disertai suhu tubuh 38 C (100,4 F) atau lebih yang tidak. (SFSs) merupakan serangan kejang yang bersifat tonic-clonic di

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

HUBUNGAN RIWAYAT BBLR DENGAN RETARDASI MENTAL DI SLB YPPLB NGAWI Erwin Kurniasih Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 214 per

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi yang berarti tingkat risiko kematian terhadap anak yang lahir hidup sebelum ulang tahun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB 5 PEMBAHASAN. Pada penelitian ini yang bermakna sebagai faktor risiko bangkitan kejang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS. environment

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal sesuai usianya, baik sehat secara fisik, mental,

BAB 5 PEMBAHASAN. Penelitian telah dilakukan pada 40 pasien epilepsi yang menjalani monoterapi

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di Indonesia, mencatat populasi kelompok usia anak di. 89,5 juta penduduk termasuk dalam kelompok usia anak.

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 1. Pendahuluan. Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun diperkirakan wanita di dunia meninggal sebagai akibat. per kelahiran hidup (Wiknjosastro, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola

BESAR SAMPEL. Saptawati Bardosono

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Kesehatan Anak dan Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorokan.

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN KEJANG DEMAM DI RUANG PERAWATAN ANAK RSU ANUTAPURA PALU. Adhar Arifuddin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDG) telah menjadi tujuan milenium

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

Sekitar 25% 50% pasien kejang demam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan anugerah Tuhan yang Maha Kuasa. Sudah semestinya

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kejang demam merupakan jenis kejang pada anak-anak yang paling sering

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan prevalensi balita gizi pendek menjadi 32% (Kemenkes RI, 2010).

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengakibatkan hampir mortalitas (Goldszmidt et al, 2013). Stroke juga

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kongenital adalah penyebab utama kematian bayi di negara maju

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia (Hidayat, 2006). Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar 8,13%. Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai kesehatan merupakan cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan pelayanan kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak, faktor sosial anak, dan pendidikan ibu. Salah satu penyakit tersering yang diderita oleh anak adalah penyakit kejang demam (Hidayat, 2006). Kejang merupakan suatu gangguan neurologis yang lazim terjadi pada anak dengan frekuensi kejadian 4-6 kasus/1.000 anak (Nelson, 2000). Usia kejang demam terbanyak terjadi pada anak antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun, 2%-5% anak berada di bawah 5 tahun pernah mengalami 1

2 bangkitan kejang demam. Bangkitan kejang demam terjadi pada anak berusia antara usia 6 bulan sampai dengan 22 bulan. Kejadian bangkitan kejang demam tertinggi terjadi pada usia 18 bulan. Prevalensi kejang demam di Amerika Serikat dan Eropa berkisar 2%-5%. Prevalensi kejang demam di Asia meningkat dua kali lipat bila dibandingkan di Eropa dan di Amerika. Kejadian kejang demam di Jepang berkisar 8,3%-9,9% (Fuadi,2010). Prevalensi kejang demam di Indonesia tahun 2005-2006 mencapai 2-4% (Fadila, 2014). Kejang demam dapat menimbulkan bangkitan. Bangkitan kejang demam cukup mengkhawatirkan bagi orang tua. Kejang demam mempunyai prognosis yang baik. Setelah kejang demam pertama, 33% anak akan mengalami satu kali rekuensi dan 9% anak mengalami rekuensi tiga kali atau lebih. Rekuensi kejang demam akan meningkat jika terdapat faktor risiko seperti kejang demam pertama pada usia kurang dari 12 bulan, terdapat riwayat keluarga dengan kejang demam, dan jika kejang pertama pada suhu <40 C, atau terdapat kejang demam kompleks (Dewanti, 2012). Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda-beda, hal ini tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak. Anak dengan ambang kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38 C, tetapi pada anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru akan terjadi pada suhu 40 C atau lebih. Kejang demam berulang lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang rendah, sehingga penanganannya perlu

3 memperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita mengalami kejang (Sodikin, 2012). Saharso menjelaskan bahwa dampak kejang bisa mengakibatkan cacat fisik, cacat mental, gangguan perilaku, gangguan belajar, epilepsi, bahkan meninggal. Beberapa penyakit yang bisa timbul akibat kejang adalah cerebral palsy atau lumpuh otak, development delay (lambat pertumbuhan) yang meliputi motoric delay (lambat motorik atau gerak), speech delay (lamban bicara) dan cognitive delay (lamban kognitif), terjadi kelumpuhan, epilepsi, kelainan perilaku hingga keterlambatan mental (Irdawati, 2009). Pada penelitian sebelumnya Bahtera (2009), membuktikan ada hubungan mutasi gen dengan umur, suhu dan riwayat keluarga pernah kejang demam, saat kejang pertama. Sepertiga pasien kejang demam pertama mengalami kejang demam berulang. Riwayat keluarga pernah kejang demam dan mutasi gen merupakan faktor risiko kejang demam berulang. Terdapat hubungan mutasi gen dengan umur, suhu dan riwayat keluarga pernah kejang demam, saat kejang pertama. Penelitian Vebriasa (2013), anak dengan riwayat kejang lebih banyak mengalami kejang demam sederhana dibandingkan kejang demam kompleks, meskipun perbedaannya tidak bermakna. Anak dengan riwayat kejang pada keluarga cenderung mengalami kejang demam pertama pada usia yang lebih dini. Riwayat kejang pada keluarga tidak meningkatkan

4 risiko terjadi kejang demam kompleks sebagai tipe kejang demam pertama. Hasil studi pendahuluan diperoleh data dari rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas, angka kejadian kejang demam selama tahun 2013 jumlah pasien pada rawat inap ada 202 anak dan pada rawat jalan 65 anak. Pada survey ini peneliti mengambil 8 sampel yang terkena kejang demam. Dari anak yang terdiagnosa kejang demam berusia 1-4 tahun dan mempunyai riwayat kejang sebelumnya. Dari 8 sampel 5 berjenis kelamin laki-laki 3 perempuan, Suhu saat terjadi kejang rata-rata 38 C. Tipe kejang dari 8 sampel diantaranya 5 dengan kejang demam kompleks dan 3 dengan kejang demam sederhana. Berdasarkan survey tersebut perlunya dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kejang demam berulang pada anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kejang demam berulang diantaranya suhu pasien saat kejang, usia pertama kali kejang dan tipe kejang (Dewanti, 2012). Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kejang demam berulang pada anak di RSUD Banyumas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahannya adalah apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kejang demam berulang pada anak di RSUD Banyumas?.

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kejang demam berulang pada anak. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan usia anak pertama kali kejang demam, jenis kelamin, suhu saat terjadi kejang dan jenis kejang pada anak di RSUD Banyumas. b. Mendiskripsikan kejadian kejang demam berulang pada anak di RSUD Banyumas. c. Diketahuinya hubungan antara variabel usia pertama kali kejang, jenis kelamin, suhu saat terjadi kejang, dan jenis kejang dengan kejadian kejang demam berulang pada anak di RSUD Banyumas. d. Diketahuinya faktor yang paling dominan dengan risiko kejang demam berulang di RSUD Banyumas. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi rumah sakit Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu bantuan berupa informasi dan masukkan kepada rumah sakit terhadap factor risiko kejang demam berulang. 2. Bagi peneliti Merupakan suatu pengalaman untuk mengetahui faktor-faktor risiko kejang demam berulang.

6 E. PenelitianTerkait 1. Bahtera (2009) Penelitian ini berjudul Faktor genetik sebagai risiko kejang demam berulang. Rancangan penelitian menggunakan kohort prospektif. Pengujian hipotesis memakai regresi logistik, dan uji korelasi memakai Rank Sperman corelation. Hasil dari penelitian ada hubungan mutasi gen dengan umur, suhu dan riwayat keluarga pernah kejang demam, saat kejang pertama. (koefisien korelasi berturut-turut - 0,359; -0,339; 0,278). Riwayat keluarga pernah kejang demam dan mutasi gen berisiko 2-3 kali terjadi kejang demam berulang (RR 2.9, p<0,05 dan RR 3.556 p>0,05). Subyek untuk pemeriksaan DNA diambil dengan nested case control. Pemeriksaan mutasi gen pintu voltase kanal ion Na+ subunit α (SCN IA) diperiksa di kromosom 2q24 exon 26 dan subunit β (SCN IB) di kromosom 19q13 exon 3, dikerjakan di Biotek ITB Dilakukan amplifikasi DNA dengan tehnik PCR dan sequencing untuk melihat adanya mutasi gen pintu kanal voltase ion Na+. Primer yang dipakai adalah, untuk SCN IA Dan IB. Primer untuk SCN IA adalah Forward ( SCN IA 26-1Fb ): 5 gtt tct tgc cga gct gat agg 3 (dirancang oleh Biotek ITB) dan Reverse ( SCN IA 26-1R ): 5 gcg tag atg aac atg act agg 3 (sesuai referensi). Untuk Primer untuk (SCN IB) adalah Forward (SCN IB 3 F): 5 cct tcc cct ccc tgg cta 3 (sesuai referensi)

7 dan Reverse (SCN IB 3R): 5 ggc agg cag cac ccg act cac 3 (sesuai referensi). Perbedaan dengan penelitian tersebut yaitu metode dalam penelitian saya menggunakan observasional dengan rancangan kasus kontrol dan pendekatan retrospektif. 2. Yuana-Iva (2010) Penelitian yang dilakukan berjudul Korelasi kadar seng serum dan bangkitan kejang demam. Metode penelitian ini menggunakan kasus kontrol. Data dianalisis dengan uji Chi-square, korelasi Spearman, dan analisis determinan. Rerata kadar seng serum pada bangkitan kejang demam lebih rendah dibanding tanpa kejang demam, namun tidak bermakna. Kadar seng serum bersama faktor genetik, infeksi berulang, penyulit dalam kehamilan maupun persalinan, suhu badan, gangguan perkembangan otak, dan umur dapat digunakan sebagai prediktor bangkitan kejang demam meskipun memiliki peranan kecil.