BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba, verba

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kejadian, komponen semantis, kategorisasi, dan makna.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. tersebut perlu dibatasi untuk menghindari salah tafsir bagi pembaca.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. semantis, kategorisasi, makna, dan kebudayaan. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk

STRUKTUR SEMANTIS VERBA UJARAN BAHASA SIMALUNGUN

ABSTRAK MAKNA IDIOM BAHASA JEPANG: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI

APLIKASI TEORI METABAHASA MAKNA ALAMI DALAM KAJIAN MAKNA

STRUKTUR DAN PERAN SEMANTIS VERBA AMBIL DALAM BAHASA ACEH TESIS. Oleh RIDHA REHANA /LNG

STRUKTUR SEMANTIK Verba PROSES TIPE KEJADIAN Bahasa Jawa : KaJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI

STRUKTUR SEMANTIK PRONOMINA PERSONA DALAM SISTEM SAPAAN BAHASA BALI

ABSTRAK STRUKTUR DAN PERAN SEMANTIS VERBA MENYENTUH BAHASA BALI: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI (MSA)

VERBA AMBIL DALAM BAHASA BATAK TOBA:

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan, berlari, dan pergi. Tidak hanya manusia, hewan juga melakukan

Irma Setiawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Mataram Pos-el:

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sejumlah verba yang bermakna dasar AMBIL

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

KATEGORI DAN PERAN SEMANTIS VERBA DALAM BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Verba gerakan, seperti pindah, datang, dan berlari dapat ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. Toba. Bahasa Batak Toba sebagai bahasa ibu sekaligus bahasa sehari-hari sering

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Bali merupakan bahasa daerah yang masih hidup karena masih

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.

BAB I PENDAHULUAN. Satu bentuk kata dapat memiliki padan leksikon yang beragam. Misalnya,

STRUKTUR SEMANTIS VERBA TINDAKAN BAHASA INDONESIA. Drs. MULYADI. Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Univrsitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. dalam pesebab (Payne, 2002: 175). Ketiga, konstruksi tersebut menunjukkan

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari beragam etnis yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, yaitu lisan dan tulisan. Komunikasi lisan adalah komunikasi yang

PERANAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI DALAM PENCARIAN MAKNA VERBA BAHASA BALI RASA PADA ANGGOTA TUBUH

BAB I PENDAHULUAN. menerangkan nomina dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, kategori yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

STRUKTUR FRASA VERBA BAHASA PAKPAK DAIRI ANALISIS X-BAR

MAKIAN DALAM BAHASA MADURA: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

K A N D A I. PERAN SEMANTIS VERBA BAHASA ABUN (Semantical Role of the Verb of Abun Language)

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya,

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif karena desain ini merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

PARAMETER VERBA EMOSI. Mulyadi Universitas Sumatera Utara

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk

BAB V PENUTUP. sistem modalitas Bahasa Inggris. Modalitas merupakan sistem semantis di mana

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengungkapkan ide atau gagasan juga untuk sekedar menginformasikan apa yang

BAB I PENDAHULUAN. sebab kalimat tanya tidak pernah lepas dari penggunaan bahasa sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah aspek penting dalam interaksi manusia. Ini berarti

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

METODE PENELITIAN. alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah

I. PENDAHULUAN. Bahasa merupakan ciri khas yang hanya dimiliki oleh manusia. Dengan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSATAKA. frasa pemerlengkap. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari

SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS : VIII

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

LARAS dan RAGAM BAHASA

BAGAIMANA MANUSIA MEMAHAMI UJARAN

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai

BAB VI PENUTUP. Tesis ini menguraikan analisis ciri semantis, konstruksi gramatikal, makna

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

Lesson 66: Indirect questions. Pelajaran 66: Pertanyaan Tidak Langsung

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

Transkripsi:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba, verba ujaran, tipe semantis, makna, dan struktur semantis. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari salah tafsir pembaca. Konsep verba pada penelitian ini mengacu kepada pendapat Frawley (1992: 140-144) yang menyatakan bahwa verba adalah peristiwa yang mengimplikasikan perubahan waktu. Dengan demikian, ada keterkaitan peristiwa dengan perubahan dan temporalitas. Sebagai suatu peristiwa verba digolongkan atas verba keadaan, proses, dan tindakan. Verba ujaran merupakan subkelas dari verba tindakan yang secara khusus mengacu pada peristiwa ujaran. Wierzbicka (1996: 174) mengusulkan dua jenis komponen untuk mengeksplikasi makna verba ujaran. Pertama, komponen aku berkata..., yang disebut pernyataan. Kedua, komponen aku mengatakan ini karena..., yang disebut tujuan ilokusi. Pernyataan mempresentasikan isi ujaran, sedangkan tujuan ilokusi mempresentasikan maksud penutur. Sebagai contoh, pada kalimat Aku memberitahukan padamu bahwa aku tidak kuliah, pernyataannya ialah aku berkata : aku tidak kuliah, sedangkan tujuan ilokusinya ialah aku mengatakan ini karena aku ingin kau mengetahuinya. Tipe semantis adalah pengelompokan butir leksikal berdasarkan komponen semantisnya (Mulyadi, 2010: 169). Misalnya, komponen X mengatakan sesuatu kepada

Y terkandung pada makna verba mangindo meminta, marsobba memohon, dan manuduh menuduh yang terdapat dalam satu ranah semantis yang sama. Makna sebuah kata adalah konfigurasi dari makna asali (Wierzbicka, 1996: 170). Konfigurasi yang dimaksud adalah kombinasi antara satu makna asali dengan makna asali yang lain yang membentuk sintaksis makna universal. Komponen semantis adalah perangkat makna yang terdapat pada sebuah butir leksikon (Mulyadi, 2000b). Mulyadi (2000b: 42) mengatakan bahwa komponen yang dimaksud mencakup kombinasi dari perangkat makna seperti seseorang, sesuatu, mengatakan, terjadi, ini, dan baik. Pentingnya pengungkapan komponen semantis dari sebuah butir leksikon ialah untuk mengetahui struktur semantisnya. Dalam mengungkapkan jaringan tersebut, makna sebuah kata haruslah dibandingkan dengan makna kata- kata lain yang secara intuitif dirasakan berhubungan. Struktur semantis adalah jaringan relasi semantis di antara kata-kata dalam sistem leksikon suatu bahasa (Mulyadi, 2000b: 43). Struktur semantis sebuah kata dapat diungkapkan jika maknanya dibandingkan dengan kata-kata lain yang dirasakan berhubungan. Jika perbandingannya tepat, ada dua kemungkinan yang ditemukan, yakni struktur semantisnya memiliki kesamaan atau kebalikannya. 2.2 Landasan Teori Kajian struktur semantis terhadap verba ujaran bahasa Simalungun menggunakan teori Metabahasa Semantik Alami (MSA) yang dikembangkan oleh Wierzbicka (1996) dan pengikutnya Goddard (1998). Teori ini dirancang untuk memparafrase semua makna, baik makna leksikal, makna gramatikal, maupun makna

ilokusi (Mulyadi, 2012: 34). Dengan demikian, teori ini bisa digunakan untuk mengeksplikasi makna verba ujaran bahasa Simalungun. Teori MSA berhubungan dengan Prinsip Semiotis. Prinsip ini menyatakan bahwa makna kompleks apa pun dapat dijelaskan tanpa perlu berputar-putar dan tanpa residu dalam kombinasi makna diskret yang lain (Goddard, 1998: 2, Wierzbicka, 1996: 10). Untuk itu, digunakan perangkat makna asali (semantic primitives) sebagai elemen akhir dalam analisis makna. Yang dimaksud makna asali adalah makna yang tidak dapat berubah (Goddard, 1998: 2) karena sudah diwarisi manusia sejak lahir (innate). Makna ini memiliki sebuah kalimat dasar yang merefleksikan sebuah proposisi yang sederhana. Ada tiga konsep teoretis dalam teori MSA yang penting untuk dikemukakan, yaitu makna asali, polisemi nonkomposisi, dan sintaksis makna universal, yang akan dijelaskan berikut ini. 2.2.1 Makna Asali Seperti dikemukakan seebelumnya, makna asali adalah seperangkat makna yang tidak dapat berubah dan telah diwarisi manusia sejak lahir. Menurut Wierzbicka (1996: 31), makna asali merupakan refleksi dan pembentukan pikiran yang dapat dieksplikasi dari bahasa alamiah yang merupakan satu-satunya cara mempresentasikan makna. Eksplikasi makna tersebut meliputi makna kata- kata yang intuitif berhubungan atau sekurang-kurangnya memiliki medan makna yang sama, dan makna kata-kata itu dianalisis berdasarkan komponennya. Seperangkat makna asali diharapkan dapat menerangkan makna kompleks menjadi lebih sederhana tanpa harus berputar-putar (Goddard, 1998: 2). Wierzbicka (1996: 35) dan Goddard (1998: 24-37) mengusulkan 63 makna asali yang ditemukannya terhadap sejumlah bahasa di dunia. Mulyadi (2012: 38) membuat pemadanannya dalam bahasa Indonesia. Berikut merupakan elemen makna asli.

Tabel 2.1 Perangkat Makna Asali Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia KOMPONEN Substantif Substantif Relasional Pewatas Penjumlah Evaluator Deskriptor Predikat Mental Ujaran Tindakan,peristiwa, gerakan, perkenaan Tempat, keberadaan, milik, dan Spesifikasi Hidup dan Mati Waktu Ruang Konsep logis Augmentor intensifier Kesamaan Sumber : Mulyadi (2012: 38) ELEMEN MAKNA ASALI I AKU, YOU KAMU, SOME ONE SESEORANG PEOPLE/PERSON, ORANG, SOMETHING/THING SESUATU/HAL, BODY TUBUH KIND JENIS, PART BAGIAN THIS INI, THE SAME SAMA, OTHER/ELSE LAIN ONE SATU, TWO DUA, MUCH/MANY BANYAK, SOME BEBERAPA, ALL SEMUA GOOD BAIK, BAD BURUK BIG BESAR, SMALL KECIL THINK PIKIR, KNOW TAHU, WANT INGIN, FEEL RASA, SEE LIHAT,HEAR DENGAR SAY UJAR, WORDS KATA, TRUE BENAR DO LAKU, HAPPEN TERJADI, MOVE GERAK, TOUCH SENTUH BE (SOME WHERE), THERE IS/EXIST ADA, HAVE PUNYA, BE (SOMEONE/SOMETHING) ADALAH (SESEORANG/SESUATU) LIVE HIDUP, DEAD MATI WHEN/TIME BILA/WAKTU, NOW SEKARANG, BEFORE SEBELUM, AFTER SETELAH, A LONG TIME LAMA, A SHORT TIME SINGKAT, FOR SOME TIME SEBENTAR, MOMENT SAAT WHERE/PLACE (DI) MANA/TEMPAT, HERE (DI) SINI, ABOVE (DI) ATAS, BELOW (DI) BAWAH, FAR JAUH, NEAR DEKAT, SIDE SISI, INSIDE (DI) DALAM NOT TIDAK, MAYBE MUNGKIN, CAN DAPAT, BECAUSE KARENA, IF JIKA VERY SANGAT, MORE LEBIH LIKE/AS SEPERTI

2.2.2 Polisemi Nonkomposisi Polisemi merupakan bentuk leksikon tunggal yang dapat mengekspresikan dua makna asali yang berbeda (Mulyadi, 2000: 43). Ini terjadi karena adanya hubungan komposisi antara satu eksponen dengan eksponen lainnya karena eksponen tersebut memiliki kerangka gramatikal yang berbeda. Pada tingkatan yang sederhana, eksponen dari makna asali yang sama mungkin akan menjadi polisemi dengan cara yang berbeda pada bahasa yang berbeda pula. Menurut Goddard (1998: 31 dalam Mulyadi, 2000b: 43) ada dua hubungan komposisi yang paling kuat : hubungan pengartian dan hubungan implikasi. Hubungan pengartian tampak pada MELAKUKAN/ TERJADI dan hubungan implikasi tampak pada MERASAKAN / TERJADI. Perhatikan contoh berikut. (6) X MELAKUKAN sesuatu pada Y sesuatu TERJADI pada Y (7) Jika X MERASAKAN sesuatu tentang Y sesuatu TERJADI pada X Perbedaan sintaksis yang dapat diketahui dari verba MELAKUKAN dan TERJADI pada contoh (6) di atas ialah bahwa MELAKUKAN memerlukan dua argumen, sedangkan TERJADI hanya membutuhkan satu argumen. Hal yang sama terjadi pada verba TERJADI dan MERASAKAN, tetapi pada verba MERASAKAN tipe argumen yang muncul berbeda, yaitu tentang Y. 2.2.3 Sintaksis Makna Universal Sintaksis makna universal yang dikembangkan Wierzbicka pada akhir tahun 1980 merupakan perluasan dari sistem makna asali. Wierzbicka (1996: 19) menyatakan bahwa makna memiliki struktur yang sangat kompleks, dan tidak hanya dibentuk dari elemen sederhana, seperti seseorang, ingin, tahu, tetapi dari komponen berstruktur

kompleks, seperti aku menginginkan sesuatu, ini baik, atau kau melakukan sesuatu yang buruk. Kalimat seperti ini disebut sintaksis makna universal. Jadi, sintaksis makna universal adalah kombinasi dari butir-butir leksikon makna asali yang membentuk proposisi sederhana sesuai dengan perangkat morfosintaksisnya (Mulyadi dan Rumnasari, 2006: 71). Dalam teori MSA, untuk merumuskan struktur semantis digunakan teknik parafrase, yang menurut Wierzbicka (1996: 35) harus mengikuti kaidah-kaidah berikut: 1) Parafrase harus menggunakan kombinasi sejumlah makna asali Wierzbicka. Kombinasi sejumlah makna asali diperlakukan terkait dengan klaim teori MSA, yaitu suatu bentuk tidak dapat diuraikan hanya dengan memakai satu makna asali. 2) Parafrase dapat pula dilakukan dengan memakai unsur yang merupakan kekhasan suatu bahasa. Hal ini dapat dilakukan dengan menggabungkan unsurunsur yang merupakan keunikan bahasa itu sendiri untuk menguraikan makna. 3) Kalimat parafrase harus mengikuti kaidah sintaksis bahasa. 4) Parafrase selalu menggunakan bahasa yang sederhana. 5) Kalimat parafrase kadang-kadang memerlukan indensasi dan spasi khusus. Dalam menjelaskan struktur semantis verba ujaran bahasa Simalungun, model parafrase MSA yang digunakan mengikuti Wierzbicka dengan formulasi berikut ini: (a) Pada waktu itu, X mengatakan sesuatu pada Y (b) X mengatakan ini karena X ingin sesuatu terjadi (c) X berpikir bahwa ada alasan yang baik mengapa Y harus melakukan Z (d) X mengatakan sesuatu seperti ini Tujuan ilokusi mempresentasikan maksud penutur. Verba ujaran memiliki makna ilokusi dan makna verba ujaran dibentuk oleh sejumlah komponen. Tiap verba mempunyai komponen semantis tertentu yang membentuk maknanya dan sekaligus menjadi ciri semantisnya yang khas. Ketiga konsep teoretis di atas, yaitu makna asali, polisemi takkomposisi dan sintaksis makna universal merupakan komponen utama dalam merumuskan struktur

semantis. Unit dasar sintaksis makna universal dapat disamakan dengan klausa, dibentuk oleh substantif dan predikat, serta beberapa elemen tambahan sesuai dengan ciri predikatnya. Contoh pola sintaksis makna universal ditunjukkan di bawah ini : (8) Aku melihat sesuatu di tempat ini. (9) Sesuatu yang buruk terjadi padaku. (10) Jika aku melakukan ini, orang akan mengatakan sesuatu yang buruk tentang aku. (11) Aku tahu bahwa kau orang yang baik. (12) Aku melihat sesuatu terjadi di sana. (13) Aku mendengar sesuatu yang baik. Pola kombinasi yang berbeda dalam sintaksis makna universal mengimplikasikan gagasan pilihan valensi. Contohnya, elemen MELAKUKAN, selain memerlukan subjek dan komplemen wajib (seperti seseorang melakukan sesuatu ), juga memerlukan objek (seperti seseorang melakukan sesuatu kepada seseorang ). Begitu pula, MENGATAKAN, di samping memerlukan subjek dan komplemen wajib (seperti seseorang mengatakan sesuatu ), juga memerlukan pesapa (seperti seseorang mengatakan sesuatu pada seseorang ), atau topik (seperti seseorang mengatakan sesuatu tentang sesuatu ), atau pesapa dan topik (seperti seseorang mengatakan sesuatu pada seseorang tentang sesuatu ) (Mulyadi dan Rumnasari, 2006: 71). Hubungan ketiga konsep tersebut dalam kajian makna diringkas dalam gambar di bawah ini :

Makna li Polisemi Sintaksis makna Makna asali Gambar 2.1 Makna Hubungan Makna Asali, Polisemi, Sintaksis Makna Universal, dan Makna (Sumber: Mulyadi dan Rumnasari, 2006: 71) Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa gabungan dari dua makna asali berkombinasi untuk membentuk polisemi. Kombinasi dari makna asali membentuk kalimat berupa parafrasa untuk mengetahui makna. 2.3 Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap verba, khususnya verba ujaran sudah pernah dilakukan oleh beberapa ahli. Berikut dijelaskan beberapa penelitian yang relevan dan kontribusinya penelitian ini. Beratha (2000) dalam artikelnya yang berjudul Struktur dan Peran Semantis Verba Ujaran dalam Bahasa Bali menguraikan semantik verba ujaran dengan menggunakan teori Metabahasa Semantik Alami (MSA). Metode yang digunakan dalam analisis datanya adalah metode padan dan metode agih, sedangkan penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal dan formal. Hasil kajian Beratha menunjukkan bahwa ada sejumlah verba tindakan yang bertipe ujaran dalam bahasa Bali seperti ngidih, nunas meminta, nunden, nikain memerintah, nombang melarang, majanji berjanji, ngajum menyanjung, nyadad mengkritik, nesek mendesak, ngancam mengancam, nuduh menuduh, dan matakon bertanya.

Struktur semantis verba tindakan tipe ujaran ini diformulasikan dalam komponen X mengatakan sesuatu kepada Y. Penelitian Beratha memberi banyak masukan dari segi teori yang digunakan dan juga cara menganalisis verba ujaran. Dari segi teori dapat diketahui pola sintaksis yang digunakan dalam penelitian tersebut dan dari segi cara menganalisis verba ujaran tampak pada penggunaan parafrase yang bersumber dari perangkat makna asali. Penelitian Beratha memberi kontribusi dalam penelitian verba ujaran bahasa Simalungun. Selanjutnya, Thohri (2011) menguraikan struktur semantis verba komisif ujaran dalam bahasa Sasak, dengan menggunakan teori MSA. Data verba ujaran bahasa Sasak dianalisis dengan metode padan dan metode agih, dan penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal dan formal. Menurut Thohri, struktur verba ujaran komisif dalam bahasa Sasak terbagi dua, yaitu berjanji dan nawaran. Struktur semantis verba komisif ujaran sasak bejanji adalah: Pada waktu itu, X mengatakan sesuatu pada Y. X mengatakan ini karena X ingin Y berpikir bahwa X harus melakukan Z. X tahu jika X tidak melakukan Z, Y akan berpikir bahwa X orang yang buruk. X mengatakan seperti ini. Struktur semantis ujaran nawaran adalah: pada waktu itu, X mengatakan sesuatu pada Y. X mengatakan ini karena X ingin Y berpikir bahwa X mau melakukan Z. X berpikir bahwa ada alasan tertentu jika X melakukan Z, Y akan berpikir bahwa X orang yang baik. X mengatakan sesuatu seperti ini. Penelitian Thohri memberi kontribusi dari segi model analisis, yaitu cara-cara memparafrase makna verba komisif ujaran dalam bahasa Sasak. Model analisis Thohri dapat juga diterapkan untuk menerapkan makna verba ujaran dalam bahasa Simalungun.

Selain dari model analisis, teori yang digunakan dalam penelitan ini dapat menambah pemahaman terhadap penggunaan teori MSA. Di luar verba ujaran, Mulyadi (2000a) memformulasikan struktur semantis verba penglihatan. Teori yang diterapkan adalah teori Metabahasa Semantik Alami (MSA). Data verba penglihatan dianalisis dengan metode padan dan metode agih, sedangkan analisis data disajikan dengan metode informal dan formal. Hasil kajian ini menyatakan bahwa struktur semantis verba penglihatan dalam bahasa Indonesia dibentuk oleh empat jenis polisemi, yakni melihat/ merasakan, melihat / mengetahui, melihat / memikirkan, melihat / mengatakan. Kontribusi penelitian Mulyadi adalah pada model analisis yang digunakan. Mulyadi menguji perilaku semantis verba penglihatan dengan menggunakan berbagai teknik analisis, seperti teknik ganti, teknik lesap, dan teknik ubah wujud. Selain itu, ia menggunakan beberapa kata yang kemungkinan dapat berkolokasi dengan verba penglihatan untuk mengungkapkan perbedaan makna di antara anggota verba penglihatan. Lebih lanjut, Subiyanto (2008) meneliti makna verba gerakan bukan agentif bahasa Jawa. Seperti penelitian sebelumnya, Subiyanto menggunakan teori Metabahasa Semantik Alami (MSA). Dalam analisis data, metode padan digunakan untuk menentukan klasifikasi verba gerakan bukan agentif. Kemudian, metode agih diterapkan untuk mengungkapkan makna asali yang terdapat pada verba gerakan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komponen semantis verba gerakan bukan agentif bahasa Jawa memiliki ciri [+/- dinamis], [-kesengajaan], [+/- kepungtualan], [+/- telis]. Struktur semantis verba gerakan bukan agentif bahasa Jawa ada dua, yaitu (1) berdasarkan arah gerakan, struktur semantisnya ialah BERGERAK dan

MELAKUKAN dan (2) berdasarkan kualitas gerakan struktur semantisnya MELAKUKAN dan TERJADI. Penelitian Subiyanto memberi kontribusi dalam mengkaji struktur semantis verba ujaran dalam bahasa Simalungun. Penerapan metode padan dan metoge agih, dan penerapan teori MSA memberi pemahaman tentang analisis makna terhadap verba pada sebuah bahasa. Selanjutnya, Mulyadi (2009) menguraikan semantik verba bahasa Indonesia (VBI), yakni kategori semantis dan peran semantis verba, berdasarkan teori MSA. Ia mengusulkan tiga kategori semantis verba, yakni keadaan, proses, dan tindakan, yang diuji berdasarkan skala kestabilan waktu. Di samping itu, dijelaskan bahwa ciri utama perbedaan antara aktor dan penderita ialah aktor memiliki gagasan kendali atas situasi yang dinyatakan oleh verba, sedangkan penderita tidak mengandung gagasan kendali. Dalam bahasa Indonesia verba keadaan, memiliki relasi aktor sebagai pengalam dan relasi penderita sebagai lokatif, stimulus dan tema, verba proses memiliki satu partisipan karena partisipan tunggalnya mengalami perubahan keadaan dan pengendali tindakan, peran semantisnya dipetakan sebagai penderita, dan verba tindakan, ada dua kemungkinan peran derivasi dari aktor, yaitu pemengaruh dan agen. Penelitian Mulyadi bermanfaat dari segi metode dan teori. Teori MSA yang bermanfaat untuk memetakan tipe-tipe semantis verba ujaran dalam bahasa Simalungun, sedangkan metode yang digunakan bermanfaat untuk penentuan makna dan struktur semantis verba ujaran dalam bahasa Simalungun. Mulyadi (2000b) dalam artikelnya yang berjudul Struktur Semantis Verba Bahasa Indonesia menguraikan (1) klasifikasi semantis verba bahasa Indonesia, (2) struktur semantis verba bahasa Indonesia, dan (3) persamaan dan perbedaan struktur

semantis kelas verba bahasa Indonesia. Metode dalam pengumpulan data adalah metode simak dan metode cakap. Dalam pengkajian data digunakan metode padan dan metode agih dengan menerapkan teknik ganti, ubah wujud, sisip, perluas, dan lesap. Teori MSA diterapkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian Mulyadi adalah bahwa klasifikasi semantis VBI terdiri atas verba kognisi, persepsi, gerakan. Ujaran dan perpindahan yang lebih kompleks daripada struktur semantis verba pengetahuan, emosi, kejadian, dan badaniah. Beberapa struktur semantis VBI memperlihatkan persamaan dan perbedaan. Penelitian di atas memberi banyak masukan dari segi teori dan model analisis. Dari segi teori diketahui pembagian verba menjadi tiga bagian, yaitu verba keadaan, proses, dan tindakan. Melalui verba tindakan dapat diketahui verba ujaran dalam bahasa Indonesia dan verba ujaran itu dihubungkan dengan verba ujaran dalam bahasa Simalungun. Berdasarkan properti temporal memberi inspirasi dalam penentuan verba ujaran dalam bahasa Simalungun. Kemudian, masukan dari segi model analisis tampak pada penggunaan parafrase yang bersumber dari perangkat makna asali. Selain teori dan model analisis, data verba ujaran pada penelitian ini juga sangat bermanfaat bagi peneliti.