BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Metode Peer Tutoring ( Tutor Sebaya )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN A. Hasil Belajar

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MELALUI METODE PEER TUTORING PADA SISWA KELAS V SDN 1 PANDOWAN, KULON PROGO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KPK DAN FPB MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

Vol. 1 No. 1 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi membuat persaingan antar Negara semakin ketat. Oleh karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berfikir kompleks dan abstrak. Di sisi lain guru berupaya memperjelas dan. disajikan dengan strategi yang menarik bagi siswa.

BAB I PENDAHULUAN. guru harus mampu dalam mengelola komponen pembelajaran dan kreatif dalam

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) suatu bahan kajian terpadu yang merupakan

IMPLEMENT ASI MODEL PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GIRING QUESTION AND GETTING ANSWER

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS IV SD

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data pemahaman konsep matematis siswa untuk setiap sampel penelitian yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh: Maelah SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek

Meningkatkan Kemampuan Siswa Mengelompokan Hewan Berdasarkan Makanannya Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD Negeri 2 Wombo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA SEKOLAH DASAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS TUTOR SEBAYA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII-G SMPN 1 SEMANDING KAB. TUBAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH ABSTRAK

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI BELAJAR KOOPERATIF PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEDUNGSIGIT TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN

PERBAIKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA DI KELAS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pretest (x) dan

Syafwan SMPN 2 Poso Pesisir Kab. Poso ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pengamat maupun dari peneliti sendiri berdasarkan fokus penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE MOVING GROUPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII-H SMPN 1 BOYOLANGU. Oleh : Agus Sunaryo

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

ABSTRAK. Kata kunci: model pembelajaran, examples non examples, hasil belajar, geografi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

OPTIMALISASI HASIL BELAJAR IPA TENTANG SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI METODE DISKUSI DENGAN TEHNIK PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SDN CAWANG 07 PAGI JAKARTA TIMUR

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR DAN KUIS PADA SISWA SMK TKM TAMAN SISWA PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu

PENERAPAN TEORI BELAJAR VYGOTSKY DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

Lili Solikhati 1) Siti Maimunah 1) Malikhatun 1) Sunanto 1) Bre Wirabudi 1) 1)Guru SMP Negeri I Bulakamba Kabupaten Brebes, Tegal,.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI FUNGSI DAN PERAN PENDUDUK DALAM PEMBANGUNAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CIRC. Endah Wigati

BAB I PENDAHULUAN. beberapa siswa yang dilakukan peneliti di SMK Bustanul Ulum Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, proses pembelajaran merupakan

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PAJAK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Erni Baiti SMP Negeri 2 Comal-Pemalang

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini penulis laksanakan pada SMP Negeri 1 Mootilango Kabupaten

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.3

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INTRODUCTION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI SMAN 2 BANDA ACEH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Peer Tutoring ( Tutor Sebaya ) Menurut Ischak dan Warji dalam Suherman (2003:276) berpendapat bahwa tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya. Suryo dan Amin (1984:51) yang dimaksud dengan tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan belajar. Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman dan sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri, karena dalam model pembelajaran tutor sebaya ini, mereka (para tutor) harus berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang mantap dengan teman sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan sosial. Dengan demikian, beban yang diberikan kepada mereka akan memberi kesempatan untuk mendapatkan perannya, bergaul dengan orang orang lain, dan bahkan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman. Tutor teman sebaya adalah perekrutan salah satu siswa guna memberikan satu per satu pengajaran kepada siswa lain, dalam menyelesaikan tugas yang diberikan melalui partisipasi peran tutor dan tutee. Tutor memiliki kemampuan lebih dibandingkan tutee, tapi pada beberapa variasi tutorial jarak pengetahuan yang dimiliki antara tutor dan tutee minimal (Roscoe & Chi, 2007). Hisyam Zaini (dalam Amin Suyitno, 2002:60) mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya. Metode tutor sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi dari kelompok siswa itu sendiri untuk menjadi tutor bagi teman-temannya, dimana siswa yang menjadi tutor bertugas untuk memberikan materi belajar dan latihan kepada temantemannya (tutee) yang belum faham terhadap materi/ latihan yang diberikan guru dengan dilandasi aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok tersebut,

sehingga akan terbangun suasana belajar kelompok yang bersifat kooperatif bukan kompetitif. Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya (Suherman, dkk. 2003). Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya (Sukmadinata, 2007).Inti dari metode pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang pelaksanaannya dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia memberikan bimbingan ia sudah dapat menguasai bahan yang akan disampaikan. Model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil sangat cocok digunakan dalam pembelajaran matematika dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas dan siswa menjadi terampil dan berani mengemukakan pendapatnya dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil dapat meningkatkan hasil belajar siswa dimana semua siswa aktif, siswa sangat antusias dalam melaksanakan tugas, semua perwakilan kelompok berani mengerjakan tugas didepan kelas, siswa berani bertanya dan respon siswa yang diajar sangat tinggi. Kelebihan tutor sebaya dalam pendidikan yaitu dalam penerapan tutor sebaya peserta didik dilatih untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Metode pembelajaran tutor sebaya ini mempunyai tujuan penting dalam kelompok, dapat melatih tanggung jawab individu dan memberikan pengajaran kepada peserta didik untuk saling membantu satu sama lain dan saling mendorong untuk melakukan usaha yang maksimal.dengan menggunakan tutor sebaya dalam kelompok kecil, mempunyai fungsi antara lain membantu peserta didik yang kurang mampu agar mudah memahami pelajaran, peserta didik yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas. Dalam hal ini tutor maupun yang ditutori sama mendapatkan keuntungan. Bagi tutor akan

mendapatkan pengalaman, sedangkan yang ditutori akan lebih mudah dalam menerima pelajaran.di dalam pembelajaran ini peran guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing, artinya guru hanya melakukan intervensi ketika benar-benar dibutuhkan peserta didik dan memotivasi peserta didik untuk aktif belajar. Langkah-langkah metode tutor sebaya dalam kelompok Dalam metode pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pemilihan materi Memilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari peserta didik secara mandiri. Materi dibagi dalam sub-sub materi (segmen materi) 2) Pembagian kelompok Bagilah peserta didik menjadi kelompok-kelompok yang akan disampaikan pendidik. Peserta didik yang lebih pandai dibagi dalam setiap kelompok yang akan bertindak sebagai tutor. 3) Pembagian materi Masing-masing kelompok diberikan tugas mempelajari satu sub materi dan setiap kelompok akan dipandu oleh peserta didik yang lebih pandai (tutor). 4) Waktu Beri peserta didik waktu yang cukup untuk persiapan baik dalam kelas maupun diluar kelas. 5) Diskusi kelompok Ketika semua kelompok sedang bekerja, sebaiknya pendidik berkeliling bergantian mendatangi kelompok, dan dapat membantu apabila terjadi salah pemahaman. Tetapi tidak mencoba mengambil alih kepemimpinan kelompok. 6) Laporan tim Setiap kelompok melalui wakil yaitu tutor menyampaikan perkembangan temannya yang ditutori serta menyampaikan kendala atau kesulitan pada saat mengajarinya mengenai dribble kepada pendidik. Pendidik bertindak sebagai narasumber utama. 7) Kesimpulan Setelah pendidik mengetahui kendala ataupun kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik, pendidik memberikan penjelasan, dan meluruskan pemahaman peserta didik yang masih salah. Kemudian pendidik memberikan kesimpulan atas apa yang telah dipelajari.

8) Tes Membagi soal tes dan memberikan cukup waktu bagi semua peserta didik untuk menyelesaikannya. Dengan hasil tes ini berfungsi untuk mengukur keberhasilan metode tutor sebaya dalam pembelajaran. Dari uraian di atas maka dapat dipahami adanya kebiasaan peserta didik untuk saling membantu teman terutama yang mengalami kesulitan dalam belajar, akan terjadi keakraban yang akhirnya akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai materi yang sedang dipelajari. 2.1.2 Pengertian IPS Menurut Sapriya (2009: 19) Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi identik dengan istilah social studies Pengertian IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan Sapriya (2009: 20). Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik Sapriya (2009: 20). Pengertian IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan dari konsep-konsep ketrampilan-ketrampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi (Puskur, 2001: 9). Fakih Samlawi & Bunyamin Maftuh (1999: 1) menyatakan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial disusun melalui pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Adanya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki ketrampilan mengkaji dan memecahkan masalahmasalah sosial tersebut. Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek

pendidikan dari pada transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Pelajaran IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan di lingkungan sekitarnya. 2.1.3 Hasil Belajar IPS Salah satu faktor yang diutamakan dalam legiatan di Sekolah dasar adalah belajar, karena menurut Gage yang dikutip oleh Yahmin Martinis didefinisikan sebagai suatu proses dimana organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengelaman yahmin Martinis (2004:132). Sejalan dengan pendapat tersebut, hmalik menyatakan bahwa: Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas, yakni mengalami (hamalik, 2001:27 ). Jadi dalam belajar siswa bukan hanya aspek pengetahuan yang diutamakan akan tetapi perubahan tingkah laku juga menjadi sasaran yang amatt penting dalam belajar dan perubahan tingkah laku itu dapat diperoleh melalui pengalaman pribadi dalam berintraksi dengan lingkungannya seperti yang dikemukakan oleh Slameto berikut ini: Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya ( Slameto, 1991 : 2) Dari batasan diatas bila diterapkan dakam suatu instistusi sekolah maka dapatlah disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh guru (pengajar) terhadap siswa (pelajar) dalam suatu pembelajaran yang memberikan sebanyak banyaknya pengalaman agar terdapat perubahan dalam diri siswa. Perubahan tingkah laku yang terjadi akibat proes pembelajaran oleh usman dan Setiawati dinyatakan sebagai salah satu Kriteria keberhasilan belajar( Usman dan setiawati, 2001:5). Sehingga wujud proses belajar yang dialami oleh seseorang itu dapat dilihat sebagai hasil belajar, karena pengertian hasil belajar itu sendiri adalah :

Kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Sudjana,2002:22). Tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa ini merupakan ukuran kemampuan selama mendapatkan proses belajar yang dinyatakan dalam bentuk perolehan nilai belajar. Dapat dikaji yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian tindakan kelas ini adalah hasil nilai beljar siswa setelah mendapatkan proes pembelajaran dikelas sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan. Sehingga dapat diketahui keberhasilan siswa dalam proses belajar yang telah dilakukan. Kesimpulanya adalah bahwa seorang guru untuk melihat hasil belajar para siswanya setelah mencapai kompetensi dasar suatu pelajaran harus melakukan tes formatif siswa sesuai dengan materi yang sudah diajarkan. 2.2 Penelitian Yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang mengkaji tentang peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran totur sebaya adalah sebagai berikut: metode tutor sebaya, hasil belajar. Metode tutor sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang menunjuk beberapa siswa untuk mengajari temannya yang lain dalam kelompok kecil, jika sama usia mereka. Penelitian penerapan metode pembelajaran tutor sebaya ini bertujuan untuk mengetahui Peningkatan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menerapkan metode pembelajaran tutor sebaya, Aktivitas guru dan siswa dalam penerapan metode pembelajaran tutor sebaya, Kemampuan guru dalam mengelola metode pembelajaran tutor sebaya, dan Respon siswa terhadap pembelajaran metode tutor sebaya. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Negeri 5 Banda Aceh yang berjumlah 25 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar siswa, lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran tutor sebaya, lembar pengamatan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran tutor sebaya, dan angket respon siswa dalam menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya. Analisis data menggunakan statistik deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan metode pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara individual siklus I adalah 76 persen, meningkat 92 persen pada siklus II. Secara klasikal siklus I adalah 70 persen, dan meningkat menjadi 90 persen pada siklus II; Aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran baik, aktivitas mencerminkan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran tutor sebaya, Keterampilan guru dalam mengelola

pembelajaran dengan metode pembelajaran tutor sebaya semakin terampil dengan skor rata-rata pada siklus I yaitu 2,85 persen dalam kategori baik, kemudian meningkat pada siklus II yaitu 3,46 persen dikategorikan baik dan Persentase respon siswa terhadap penerapan metode pembelajaran tutor sebaya pada materi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi adalah 96 persen senang, 99,2 persen baru, 96 persen berminat untuk mengikuti proses belajar mengajar dan 97,6 persen materi yang diberikan sangat menarik untuk dipelajari. Penelitian tentang model totur sebaya, telah dilakukan penelitian tersebut berbentuk skripsi,yang dilakukan oleh Martalina Isnuarsih ( 2012) yang berjudul meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD 12 Purwodadi kabupaten Grobogan Tahun pelajaran 2012 / 2013. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar afektif siswa untuk mata pelajaran matematika kelas V peningkatan hasil belajar siswa pada kondisi awal siswa yang tuntas 8 ( 33,3 % ) dan yang tidak tuntas 16 orang atau ( 66,67 % ) pada siklus 1 yang tuntas 22 orang ( 91,67 % ) dan yang tidak tuntas 2 orang ( 8,33% ) Sedangkan pada siklus II semua siswa yang terdiri 24 orang sudah memenuhi KKM atau dapat dikatakan tuntas 100 % sedangkan utuk meningkatkan hasil belajar afektif pada kondisi awal kurang aktif ( 42 % ), pada siklus II menjadi aktif ( 58 % ) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model peer toturing dapat hasil yang efektif. 2.3 Kerangka Berfikir Model pembelajaran dengan memanfaatkan teman sebaya didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan menurut Ibrahim (2000:2) model pembelajaran dengan memanfaatkan teman sebaya merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran ini mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2003:30). Pembelajaran dengan model tutur sebaya merupakan kelompok diskusi yang beranggotakan 4-5 siswa pada setiap kelas di bawah bimbingan guru mata pelajaran dengan menggunakan tutor sebaya. Tutur sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu

kesulitan anggota dalam memahami materi ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan setiap anggota lebih mudah menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik. Dengan pembelajaran menggunakan tutor sebaya akan memudahkan siswa untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran dan kesulitan kepada temannya sendiri ketimbang kepada guru, siswa lebih sungkan dan malu.dari penjelasan diatas maka dapat dibuat diagram sebagai berikut : Kodisi awal Perbaikan pembelajar an dengan tutor sebaya Pembelajaran konvensional Siklus I Refleksi Siklus II Materi tidak dipahami siswa Tujuan pembelajaran tidak tercapai Terjadi interaksi aktif dari siswa. Menuangkan pendapat dan gagasan. Pemahaman materi lebih mudah dengan bahasa/cara anak Anak dapat memahami materi dengan mudah. Tujuan Pembelajaran tercapai Hasil Belajar Gambar I Hubungan antara metode Pembelajaran tutor sebaya dengan Hasil belajar.

2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan masalah, landasan teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Pengunaan Metode Totur Sebaya pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V di SD 2 kuripan Kabupaten Grobogan Semester II Tahun pelajaran 2015/2016