BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum merupakan penyakit yang mengerikan. Banyak orang yang merasa putus harapan dengan kehidupannya setelah terdiagnosis kanker. Kanker merupakan satu kelompok penyakit yang dicirikan dengan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan menyebar secara tidak normal. Jika persebarannya tidak dikontrol, hal ini dapat menyebabkan kematian (ACS, 2011). Seperti yang dipublikasikan oleh WHO, kanker merupakan salah satu figur utama penyebab kematian seluruh dunia dengan terhitung 8,2 juta kematian pada tahun 2012 (IARC, 2012). Berdasarkan data WHO pada tahun 2004, kanker merupakan penyakit penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular di seluruh dunia (ACS, 2011). Tercatat pada tahun 2012 terdapat 14,1 juta kasus kanker baru yang mana meningkat dari tahun 2008 sebanyak 12,7 juta kasus dan sebanyak 7,6 jutanya meninggal dunia (IARC, 2012). Hingga saat ini, lebih dari 60% kasus baru yang terjadi setiap tahunnya di seluruh dunia terjadi di 1
2 Afrika, Asia serta Amerika Tengah dan Selatan. Wilayah tersebut menyumbang sebanyak 70% kematian kanker dunia (IARC, 2012). Dalam data WHO tahun 2008, Asia Tenggara menyumbang 725.600 kasus dan 501.000 meninggal dunia akibat kanker (ACS, 2011) Di Indonesia, prevalensi tumor/kanker mencapai 4,3 per 1000 penduduk. Prevalensi menurut provinsi berkisar antara 1,5% di Maluku hingga 9,6% di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah ini menyebabkan kanker sebagai sumber kematian urutan nomor 7 setelah strok, tuberkulosis, hipertensi, cedera, perinatal, dan diabetes mellitus yang mana memiliki proporsi kematian sebanyak 5,7% di Indonesia (Riskesdas, 2007) Pada dasarnya setiap sel dalam tubuh manusia dapat berpotensi menjadi sel kanker. Terdapat faktor penyebab (eksternal dan internal) yang dapat berperan bersama atau saling berangkaian untuk menginisisasi atau mempromosikan karsinogenesis (ACS, 2011). Pada regio tubuh kepala dan leher, karsinoma sel skuamosa (KSS) merupakan keganasan yang paling umum, terhitung sebanyak 92% kasus (Bailey et al., 2006). Di Amerika Serikat, karsinoma sel skuamosa kepala dan leher (KSSKL) menyumbang sekitar 4 persen dari seluruh keganasan. Kanker jenis ini terbentuk dari sel cadangan-
3 sel yang menggantikan sel-sel yang terluka atau rusak dalam sel epitel. Tingkat kelangsungan hidup lima tahun pasien yang mengalami KSSKL rata-rata sekitar 60 persen. Jika tumor dilakukan intervensi pada tahap awal sebelum tumbuh signifikan atau menyebar, tingkat ketahanan hidup akan menjadi lebih baik-setinggi 80 persen (CAP, 2011). Salah satu jenis dari KSSKL adalah yang terletak pada laring. Gejala yang umum muncul dari karsinoma sel skuamosa laring (KSSL) adalah riwayat perkembangan yang bertahap dari suara serak, nyeri tenggorok, kesulitan dalam menelan, nyeri saat menelan, dan obstruksi jalan napas. Kanker laring merupakan penyakit yang sering terjadi pada orang tua, dengan puncak insidensi pada dekade keenam dan ketujuh. Kurang dari 1% terjadi dibawah usia 30 tahun, meskipun hal ini telah dilaporkan pada anak berusia 12 tahun tanpa memiliki faktor risiko. Tidak ada ras yang dominan terjadi kanker laring di Amerika Serikat yang telah ditunjukkan. Beberapa bukti menunjukkan bahwa orang yang berkulit hitam mempunyai insidensi yang lebih besar pada umur muda dan memiliki outcome yang lebih buruk dibandingkan orang yang berkulit putih, namun hal ini tidak secara seragam ditetapkan (Myers & Suen, 1996).
4 Kanker laring berlokasi pada satu dari tiga area berikut ini: 1) Supraglotis (bagian atas dari laring diatas pita suara, termasuk epiglotis); 2) Glotis (bagian tengah dari laring dimana pita suara berada); dan 3) Subglotis (bagian bawah laring antara pita suara dan trachea) (CAP, 2011). Distribusi karsinoma laring diantara supraglotis, glotis, dan subglotis adalah 40:59:1. Seperti kebanyakan tumor, banyak faktor yang berkontribusi dalam perkembangan kanker laring. Faktor risiko terjadinya kanker laring yang utama adalah riwayat merokok. Yang kedua adalah efek yang sinergi dari pengaruh rokok yang kemudian diiringi dengan konsumsi alkohol yang berat. Beberapa pekerjaan dan pajanan juga dapat memberikan risiko yang lebih besar untuk terjadinya kanker laring. Teridentifikasi terjadi peningkatan risiko pada orang-orang yang bekerja sebagai tukang cat rumah, operator mesin metal dan plastik, pekerja konstruksi, dan mereka yang terpapar asap bensin atau diesel. Peningkatan risiko yang spesifik juga teridentifikasi untuk orang-orang yang terpapar dalam secara kronis terhadap debu kayu. Asbestos juga merupakan faktor risiko, namun tidak sebesar faktor risikonya terhadap kanker paru. Faktor diet dan
5 terinfeksi virus, seperti Human Papilloma Virus terbukti dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker laring. Terdapat beberapa macam jenis terapi yang tersedia untuk pasien dengan kanker laring. Beberapa terapi merupakan terapi standar (terapi yang biasa digunakan), dan beberapa masih dilakukan pengujian dalam uji coba klinik. Terdapat tiga jenis terapi standar yang dilakukan: 1) Terapi radiasi; 2) Operasi; dan 3) Kemoterapi (NCI, 2014). Hingga saat ini berbagai penelitian mengenai kanker banyak dilakukan dan dikembangkan, namun data dan tatalaksana mengenai KSSL di Indonesia masih belum banyak. Data mengenai epidemiologi penyakit beserta kajiannya juga masih sulit ditemukan. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki prevalensi kanker terbesar di Indonesia juga tidak memiliki banyak data mengenai penyakit ini. Oleh karena itu, penting dilakukan penelitian mengenai KSSL di DIY khususnya di RSUP Dr. Sardjito yang merupakan rumah sakit tipe A (Rumah Sakit rujukan tertinggi) di Daerah Istimewa Yogyakarta.
6 I.2. Rumusan Masalah Uraian ringkas dalam latar belakang masalah diatas memberi dasar bagi peneliti untuk dapat menyimpulkan beberapa perumusan masalah, yaitu angka prevalensi dan insidensi dari KSSL yang belum banyak diteliti di Indonesia meskipun keduanya semakin meningkat. Selain itu, data-data mengenai hubungan antara kelompok umum serta letak kanker laring dan stadium akhir yang mana keduanya memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan klasifikasi lainnya masih belum banyak diteliti. Data-data tersebut dapat digunakan untuk menyusun tatalaksana penyakit yang tentunya akan lebih akurat dan bermanfaat. Dari perumusan masalah tersebut menghasilkan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana frekuensi dari jenis kelamin dan pengelompokan usia pada pasien KSSL di RSUP Dr. Sardjito tahun 2012-2013? Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan letak KSSL pada letak kanker? Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan stadium kanker?
7 Apakah terdapat hubungan antara usia dengan letak kanker? Apakah terdapat hubungan antara usia dengan stadium kanker? I.3. Keaslian Studi 1. Alan et al. (1985) melakukan penelitian yang berjudul Squamous cell carcinoma of the oral cavity, pharynx, and larynx in young adults menunjukkan bahwa perkembangan karsinoma sel skuamosa pada usia muda dapat berhubungan dengan merokok berat serta minum alkohol dan kelangsungan hidup yang buruk di banyak pasien adalah karena mengabaikan dirinya sendiri dan gagal untuk mencari perawatan medis ketika masih dalam tahap awal perjalanan penyakit. Pada penelitian ini peserta yang diikutkan adalah pasien RSUP Dr. Sardjito dan tidak terbatas pada umur tertentu. 2. Penelitian yang berjudul Karsinoma Laring Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang oleh R. Rahadi et al. (1988) menunjukkan bahwa ditemukan 31 kasus penderita karsinoma laring selama waktu lima tahun (1981 1985) di antara 384 orang penderita tumor ganas di bagian THT (8,07%). Jenis kelamin penderita
8 terdiri 26 orang (83,9%) laki-laki dan 5 orang (16,1%) wanita. Rasio berdasarkan jenis kelamin ini berarti 5,2 : 1. Umur rata-rata penderita adalah 52,09 tahun dengan simpang baku sebesar 11,7 tahun. Pada penelitian ini peserta yang diikutkan adalah pasien RSUP Dr. Sardjito. 3. Penelitian yang berjudul Tumor Kepala Leher di Poliklinik THT-KL RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2010 Desember 2012 yang dilakukan oleh Hutahuruk et al. (2013) menjumpai penderita tumor THT-KL pada Januari 2010-Desember 2012 sebanyak 231 penderita dan paling banyak ditemukan pada laki-laki (68.9%), kelompok umur terbanyak adalah 41-65 tahun (46,3%) dengan kelompok umur termuda 0-5 tahun (0,87%), jenis histopatologis terbanyak yaitu karsinoma sel skuamosa (4,7%) dan lokasi tumor tersering yaitu nasofaring (35,1%). Pada penelitian ini peserta yang diikutkan adalah pasien RSUP Dr. Sardjito.
9 I.4. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengkaji karakteristik pasien KSSL RSUP Dr. Sardjito tahun 2012-2013 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengkaji frekuensi dari jenis kelamin dan pengelompokan usia pada pasien RSUP Dr. Sardjito tahun 2012-2013 b. Untuk mengkaji hubungan antara jenis kelamin dengan letak kanker pada pasien RSUP Dr. Sardjito tahun 2012-2013 c. Untuk mengkaji hubungan antara jenis kelamin dengan stadium kanker pada pasien RSUP Dr. Sardjito tahun 2012-2013 d. Untuk mengkaji hubungan antara usia dengan stadium kanker pada pasien RSUP Dr. Sardjito tahun 2012-2013 e. Untuk mengkaji hubungan antara usia dengan stadium kanker yang pada pasien RSUP Dr. Sardjito tahun 2012-2013
10 I.5. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat baik bagi institusi, peneliti maupun subjek penelitian. Bagi institusi: a. Mendapatkan tambahan data informasi ilmiah mengenai KSSL di RSUP Dr. Sardjito serta informasi mengenai hubungan-hubungan didalamnya b. Menggunakan data karakteristik KSSL pada pasien RSUP Dr. Sardjito tahun 2012-2013 sebagai landasan pengembangan penelitian berikutnya Bagi peneliti: a. Menambah wawasan pengetahuan mengenai kanker b. Melatih peneliti untuk membuat penelitian yang baik