Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

dokumen-dokumen yang mirip
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

Nisa khoiriah INTISARI

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

ABSTRAK. : Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pemberian, Imunisasi Dasar. Nuur Octascriptiriani Rosdianto

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

Esty Indarwati. : Tingkat pengetahuan Ibu, cakupan pemberian vitamin A

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Di Puskesmas Benteng Kota Sukabumi

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-3 TAHUN DI PADUKUHAN PUCANGANOM DESA WEDOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Pada Lansia Di Posyandu Bina Keluarga Karang Wreda Kusuma Kecamatan Mojoroto Kota Kediri

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

Woro Rahmanishati* STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK

PERAN IBU TERHADAP PEMBERIAN GIZI PADA ANAK USIA 1 5 TAHUN DI DESA SUMURGENENG WILAYAH KERJA PUSKESMAS JENU KABUPATEN TUBAN

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG TAHUN 2008

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

Upaya Kader Posyandu Dalam Peningkatan Status Gizi Balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN BALEDONO, KECAMATAN PURWOREJO, KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI POSYANDU MEKARSARI KROYO KARANGMALANG SRAGEN

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

ABSTRAK. Kata Kunci : Status Gizi, Perkembangan Motorik Halus Daftar Pustaka: ( )

Tri Puspa Kusumaningsih, Novia Ayunita. Akademi Kebidanan Bhakti Putra Bangsa Purworejo Jl.Soekarno Hatta, Borokulon, Banyuurip, Purworejo

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Balita (1-5 tahun) Di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu-Tuban

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI KELURAHAN SIDOHARJO RW 1 RT 2 DAN 4 KECAMATAN LAMONGAN

Eka Fauzia Laila ABSTRAK

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DPT-HB DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN TAHUN 2012

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI SEIMBANG BAGI IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN PALMERAH TAHUN 2013

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Balita (1-5 tahun) (Di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu-Tuban)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

KEJADIAN KEK DAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KALONGAN KABUPATEN SEMARANG

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENDERITA KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK

PICTURE OF MOTHER KNOWLEDGE ON NUTRITION STATUS IN KARANGRAYUNG PUSKESMAS I.

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

HUBUNGAN POLA ASUH GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKARAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI DI KELURAHAN WARNASARI KECAMATAN CITANGKIL KOTA CILEGON

PENINGKATAN PERAWATAN KEHAMILAN MELALUI KELAS IBU HAMIL DI PUSKESMAS LAMONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN UPAYA KEPATUHAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

ABSTRAK. Kata Kunci: Tumbuh Kembang, ASI, MP-ASI Daftar Pustaka: 33 buah ( )

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN DI BPM KUSNI SRI MAWARTI DESA TERONG II KEC.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN MOTIVASI MEMBERI MAKANAN BERGIZI DI DESA PANAONGAN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2015 ABSTRAK

Transkripsi:

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Annissa Indriati Fauzy, Marina Yuniyanti, S.SIT Abstrak Masalah gizi akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur harapan hidup yang merupakan satu unsur utama keberhasilan pembangunan negara.masalah gizi pada anak menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak. Status gizi adalah suatu keadaan akibat keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaannya. Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi status gizi balita adalah pengetahuan, pekerjaan, pola asuh, pendidikan, status ekonomi. Jenis penelitian adalah korelasional. Populasi penelitian seluruh ibu balita di kelurahan Jayaraksa dengan ukuran sampel 182 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan semua instrumen sudah dilakukan uji validitas. Analilis statistik menggunakan koefisien somer d, koefisien kontingensi, dan korelasi theta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pengetahuan ibu, pola asuh, pekerjaan, dan status ekonomi terhadap status gizi balita karena nilai p-value 0,05. Tidak terdapat pengaruh pendidikan terhadap status gizi balita karena nilai p-value >0,05.Merujuk kepada hasil penelitian diharapkan institusi terkait dapat memberikan konseling lebih rutin kepada ibu balita tentang kebutuhan gizi balita. PENDAHULUAN Millenium Development Goals (MDGs) adalah sasaran pembangunan millenium yang berisikan target untuk mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Konsep MDGs pada intinya bertujuan untuk membawa pembangunan ke arah yang lebih adil bagi semua pihak yaitu manusia dan lingkungan hidup, bagi laki-laki dan perempuan, bagi orang tua dan anak-anak, serta bagi generasi sekarang dan generasi mendatang (Maryam, 2012).MDGs memiliki beberapa target salah satunya adalah menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Kesepakatan global yang di tuangkan dalam MDG s menegaskan bahwa tahun 2015 setiap Negara harus sudah bisa menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi tahun 1990. Salah satu tujuan dari kesepakatan tersebut adalah menurunkan prevalensi gizi kurang sebesar 20 setiap tahunnya. (http//depkes.go.id/ target-mdg s- bidang- kesehatan diakses pada tanggal 15 Maret 2014). Keadaan gizi di masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam keberhasilan pembangunan Negara yang dikenal dengan istilah Human Development Index ( Suruni, 2006). Masalah gizi 1

2 memiliki dimensi luas. Masalah gizi dapat terjadi di berbagai kalangan usia baik dewasa maupun anak (Sihadi, 2005). Masalah gizi terutama pada anak perlu mendapat perhatian karena sampai saat ini masih sering muncul kesalahpahaman orang tua terhadap masalah status gizi. Dengan melihat penyebab dari timbulnya masalah gizi, seorang ibu dapat mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencegah dan mengurangi masalah gizi pada anak. Anak sebagai sumber daya manusia untuk masa depan ternyata masih mempunyai masalah yang sangat besar. Masalah gizi kurang dan gizi buruk telah menjadi pehatian dunia khususnya di Indonesia. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, prevalensi balita sangat kurus secara nasional tahun 2013 masih cukup tinggi yaitu 5,3 persen, terdapat penurunan dibandingkan tahun 2010 (6,0 ) dan tahun 2007 (6,2 ). Demikian pula halnya dengan prevalensi kurus sebesar 6,8 persen juga menunjukkan adanya penurunan dari 7,3 persen (tahun 2010) dan 7,4 persen (tahun 2007). Secara keseluruhan prevalensi anak balita kurus dan sangat kurus menurun dari 13,6 persen pada tahun 2007 menjadi 12,1 persen pada tahun 2013. (www.gizikia.depkes.go.id diakses pada tanggal 13 Februari 2014). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Sukabumi tahun 2013 menunjukan bahwa Puskesmas PONED Baros Kota Sukabumi merupakan jumlah keempat terbanyak yang memiliki 4 balita yang terkena gizi buruk di Kota Sukabumi. Hal ini menunjukan masih ada masalah gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas PONED Baros. Wilayah Kerja Puskesmas PONED Baros terdiri dari 4 kelurahan yaitu Kelurahan Baros, Kelurahan Jayaraksa, Kelurahan Jayamekar dan Kelurahan Sudajaya Hilir Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Baros tahun 2013 presentase angka status gizi yang kurang ada di Kelurahan Jayaraksa yaitu terdapat kejadian gizi buruk 1 balita (0,25) dengan status gizi buruk, 48 balita (12,24) dengan status gizi kurang, 6 balita (1,53) dengan gizi lebih dan sebanyak 337 balita (85,97) dengan gizi normal. Masalah gizi merupakan masalah multi dimensi dan menjadi faktor penentu kualitas sumber daya manusia (SDM) dimasa yang akan datang. Sebenarnya sudah dilakukan upaya untuk penanganan gizi kurang dan buruk pada balita diwilayah kerja Puskesmas PONED Baros ini yaitu dengan memberikan penyuluhan gizi, PMT penyuluhan, PMT pemulihan, Klinik gizi, dan penimbangan anak yang dilakukan tiap bulannya di posyandu. Di Wilayah Kerja Puskesmas PONED Baros peran bidan juga sudah baik meskipun masih terdapat masalah gizi buruk pada balita. Peran bidan tersebut antara lain dengan melakukan promosi kesehatan dan edukasi tentang kebutuhan gizi. 2

3 Faktor pencetus munculnya masalah gizi dapat berbeda antar wilayah maupun antar kelompok masyarakat, bahkan akar masalah ini dapat berbeda antar kelompok usia balita. Pada tingkat tertentu, kekurangan gizi dapat menyebabkan jumlah sel, ukuran besar sel dan zat-zat biokimia lain lebih rendah daripada anak normal. Makin muda usia anak yang menderita kurang gizi, makin berat akibat yang ditimbulkan (www.perpustakaan.bappenas.go.id diakses pada tanggal 10 Februari 2014). Kekurangan zat gizi secara umum (makanan kurang dalam kualitas dan kuantitas) menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak serta perilaku anak yang mengalami kurang gizi tersebut (Almatsier, 2005). Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan sumber daya manusia dan sekaligus dalam pengentasan kemiskinan adalah dengan meningkatkan gizi anak. Keadaan gizi terutama pada balita akan sangat mempengaruhi tingkat kecerdasan manusia dewasa, karena kecukupan gizi sangat diperlukan dalam pembentukan otak terutama pada masa prasekolah yang nantinya akan menghasilkan manusia produktif dan berkualitas. Banyaknya kejadian anak yang megalami kekurangan gizi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Marimbi (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan status gizi diantaranya masalah pengetahuan, usia, ekonomi, pola asuh, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, dan lingkungan. Faktor-faktor yang telah diuraikan diatas, mungkin juga merupakan penyebab status gizi buruk pada balita di Puskesmas PONED Baros. Hal ini diperkuat dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan metode wawancara. Berdasarkan survei pendahuluan tersebut, diperoleh hasil bahwa dari 10 orang ibu yang mempunyai anak balita di Wilayah kerja Puskesmas PONED Baros Kota Sukabumi terdapat 2 dari 10 orang ibu setelah diukur anaknya berstatus gizi kurus. Dari 2 orang ibu tersebut diperoleh semuanya memiliki pengetahuan yang kurang tentang gizi pada balita. Berdasarkan pola asuh, 1 orang ibu tersebut memberi bimbingan atau asuhan authoritative karena memberikan pilihan tidak memaksa dan 1 orang ibu menerapkan pola asuh permisif. Dilihat dari penghasilan, dari 2 ibu diantaranya memiliki penghasilan <Rp. 1.3500.000. Berdasarkan pendidikan, dari 2 ibu, 1 diantaranya berpendidikan SD, 1 ibu berpendidikan SMP. Dilihat dari status pekerjaan, dari 2 ibu semuanya tidak bekerja. Berbeda dari 2 ibu yang memiliki anak berstatus gizi kurus, 8 dari 10 orang ibu setelah diukur anaknya berstatus gizi normal. Dari 8 orang ibu tersebut 5 ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi pada balita dan 3 orang ibu memiliki pengetahuan yang cukup. Berdasarkan pola asuh, 4 orang ibu memberi bimbingan atau asuhan authoritative 3

4 karena memberikan pilihan tidak memaksa dan 4 orang ibu menerapkan pola asuh otoriter. Dilihat dari penghasilan, dari 8 ibu, 5 diantaranya memiliki penghasilan Rp. 1.350.000 - Rp. 1.850.000, dan 3 orang memiliki penghasilan <Rp. 1.350.000. Berdasrkan pendidikan, dari 8 ibu, 5 diantaranya berpendidikan SMA, dan 3 ibu berpendidikan SMP. Dilihat dari status pekerjaan, dari 8 ibu, semuanya tidak bekerja. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Balita di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah Korelasional. Penelitian Korelasional yaitu mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor lain berdasarkan koefisien korelasi dan bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih serta seberapa jauh korelasi yang ada antara variabel yang diteliti (Hidayat, 2010).Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Cross Sectional. Crosssectional adalah variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara bersamaan atau sekaligus (Notoatmodjo, 2010).Selain itu dalam penelitian ini digunakan metode survey, yaitu suatu rancangan yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi, dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi (Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini mengkaji pengaruh pengetahuan ibu tentang status gizi balita,pendidikan, pekerjaan ibu, status ekonomi, dan pola asuh terhadap status gizi balita di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi. Penelitian dilakukan di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi sejak bulan Februari sampai Juli 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balitausia 1-5 tahun di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi sebanyak 314 ibu balita. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang mempunyai balitausia 1-5 tahun di Kelurahan JayaraksaWilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi sebanyak 182 responden dengan cara Purposive Sampling dan Proporsional Random Sampling. 4

5 HASIL DAN PEMBAHASAN a. Pengaruh Pengetahuan ibu Terhadap Balita di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas PONED Baros Kota Sukabumi Tabel 1 Pengetahua n Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Balita Tentang Gizi Balita dengan Balita Norma l Kuru s Gemuk Obesitas Sangat Kurus Baik 109 94,0 0 0 7 6,0 0 0 0 0 116 100 Cukup 15 24,6 16 26,2 28 45,9 2 3,3 0 0 61 100 Kurang 1 20,0 3 60,0 0 0 0 0 1 20,0 5 100 Jumlah 125 68,7 19 10,4 35 19,2 2 1,1 1 0,5 182 100 Jm l Tabel 2 Hasil Analisis Uji Koefisien Somers D Variabel Bebas Variabel Tak Bebas P-Value Koef Somer d Pengetahuan ibu balita tentang status gizi Balita 0,000-0,552 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat p-value = 0,000 berarti <0,05 yang menunjukan bahwa ada pengaruh pengetahuan ibu terhadap status gizi balita dengan nilai koefisien somer d -0,552. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu balita tentang status gizi mempengaruhi terhadap status gizi balita. Hasil uji hipotesis tersebut sesuai dengan teori dari Achmad Djaeni Sedioetama (2004) yang mengatakan bahwa semakin banyak pengetahuan gizi, semakin diperhitungkan jenis dan kwantum makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya sehingga status gizi anak akan baik. Masyarakat awam yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling menarik panca indera, dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan gizi makanan tersebut. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Anwar (2006) bahwa pengetahuan ibu tentang gizi akan mempengaruhi status gizi balita. 5

6 b. Pengaruh Pola Asuh Terhadap Balita di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas PONED Baros Kota Sukabumi Tabel 3 Tabulasi Silang dan Hasil Uji Koefisien Kontingensi Pola Asuh Orang Tua dengan Balita Pola Asuh Norma Tidak Jml l normal Authoritative 115 89,8 13 10,2 128 100 Otoriter 8 61,5 5 38,5 13 100 Permisif 2 4,9 39 95,1 41 100 Jumlah 125 68,7 57 31,3 182 100 p-value Koefisien Q kontingensi 0,000 0,604 0,854 Berdasarkan syarat uji koefisien pada nilai chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat cell yang bernilai 0 sehingga diperlukan penggabungan. Penggabungan kriteria ini dilakukan pada variabel status gizi yang dikategorikan normal dan tidak normal dimana kategori status gizi kurus, gemuk, sangat kurus, dan obesitas dimasukan dalam kriteria kategori status gizi tidak normal. Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat p-value = 0,000 berarti <0,05 yang menunjukan bahwa ada pengaruh pola asuh terhadap status gizi balita dengan nilai koefisien kontingensi 0,604 dan nilai Q = 0,854 yang menunjukkan keeratan terhadap status gizi balita sangat erat. Dengan demikian dapat disimpulkan pola asuh mempengaruhi status gizi balita. Hal ini sesuai dengan teori Menurut Wagnel dan Funk menyebutkan bahwa mengasuh itu meliputi menjaga serta memberi bimbingan menuju pertumbuhan ke arah kedewasaan. Pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Secara lebih spesifik, kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan, lebih penting lagi keterlambatan perkembangan otak. Pada masa ini juga, anak masih benar-benar tergantung pada perawatan dan pengasuhan oleh ibunya. Pengasuhan kesehatan dan makanan pada tahun pertama kehidupan sangatlah penting untuk perkembangan anak. Hal ini juga diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Anwar (2006) yang menunjukan bahwa pola asuh mempengaruhi status gizi balita. 6

7 c. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Balita Tabel 4 Tabulasi Silang Pekerjaan Ibu Balita Dengan Balita Pekerjaan Kuru Sangat Jml Normal Gemuk Obesitas s Kurus Bekerja 3 6 5 1 0 15 Tidak bekerja 122 13 30 1 1 167 Jumlah 125 19 35 2 1 182 Berdasarkan perhitungan analisis dengan menggunakan korelasi teta diperoleh nilai teta diperoleh 0,492. Sedangkan nilai t hitung dengan df=7,58 diperoleh 0,159. Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh pekerjaan terhadap status gizi balita dengan tingkat pengaruhnya terhadap status gizi balita cukup kuat. Bekerja akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Hambatan ibu dalam mempertahankan status gizi balita karena para ibu banyak yang bekerja. Mereka sangat terikat dengan waktu dan sudah memiliki jadwal tertentu. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga terutama pada pola pengasuhan anak (Sulistiani, 2008). Sehingga ibu yang bekerja biasanya memiliki mobilitas yang tinggi karena kesibukan pekerjaan sehingga kebanyakan kebutuhan asupan nutrisi untuk anak kurang diperhatikan. Teori ini diperkuat oleh hasil penelitian dari Hammond (2004) bahwa sebagian ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap status gizi anaknya. d. Pengaruh Pendidikan Terhadap Balita Tabel 5 Pendidikan Tabulasi Silang Pendidikan Ibu Balita Dengan Balita Norma l Kuru s Gemuk Obesi tas Sangat Kurus Jml SD 10 26,3 11 28,9 14 36,8 2 5,3 1 2,6 38 100 SMP 60 69,0 8 9,2 19 21,8 0 0 0 0 87 100 SMA 55 96,5 0 0 2 3,5 0 0 0 0 57 0 Jumlah 125 68,7 19 10,4 35 19,2 2 1,1 1 0,5 182 100 Tabel 6. Hasil Uji Koefisien Somers D Variabel Variabel P-Value Koef Somer d Bebas Tak Bebas Pendidikan Balita 0,355 0,066 7

8 Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat p-value = 0,355 berarti >0,05 yang menunjukan bahwa tidak ada pengaruh pendidikan ibu terhadap status gizi balita dengan nilai koefisien somer d 0,066. Diperoleh dengan nilai p-value = 0,355 dapat disimpulkan bahwa pendidikan ibu tidak berpengaruh terhadap status gizi balita. Menurut Apriadji (2004), meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio, atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. e. Pengaruh Status Ekonomi Berdasarkan Tingkat Pendapatan Terhadap Balita Tabel 7 Status Ekonomi Tabulasi Silang Status Ekonomi dengan Balita Norma l Kuru s Gemuk Obesi tas Sangat Kurus Jml Rendah 51 56,7 17 18,9 20 22,2 1 1,1 1 1,1 90 100 Sedang 66 80,5 2 2,4 13 15,9 1 1,2 0 0 82 100 Tinggi 8 80,0 0 0 2 20,0 0 0 0 0 10 100 Jumlah 125 68,7 19 10,4 35 19,2 2 1,1 1 0,5 182 100 Tabel 8. Hasil Analisis Uji Koefisien Somers D Variabel Bebas Status Ekonomi Variabel Tak Bebas Balita P Koef Value Somer d 0,009 0,169 Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat p-value = 0,009 berarti <0,05 yang menunjukan bahwa ada pengaruh tingkat pendapatan terhadap status gizi balita dengan nilai koefisien somer d 0,169. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan mempengaruhi terhadap status gizi balita. Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang berhubungan dengan daya beli yang dimiliki oleh keluarga (Santoso, 2005). Karena semakin tinggi penghasilan seseorang akan semakin baik terhadap status gizi karena asupan nutrisi yang mencukupi, dan semakin rendah penghasilan seseorang akan meningkatkan status gizi yang kurang karena penghasilan yang tipe kelas menengah dan bawah akan samakin sulit untuk daya beli yang dibutuhkan. Teori diatas semakin diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryadi tahun 2010 yang menunjukkan bahwa status ekonomi akan mempengaruhi status gizi balita. 8

9 KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 182 responden yang memiliki balita di Kelurahan Jayaraksa wilayah kerja Puskesmas PONED Baros Kota Sukabumi diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar ibu yang mempunyai balita di Kelurahan Jayaarksa Wilayah Kerja Puskesmas PONED Baros Kota Sukabumi memiliki pengetahuan yang baik tentang status gizi, ibu tidak bekerja, berpendidikan SMP, menerapkan pola asuh autoritatif dan sebagian besar responden mempunyai pendapatan Rp <1.350.000,00 2. Terdapat pengaruh Pengetahuan Ibu yang mempunyai balita tentang gizi terhadap balita di Kelurahan Jayaraksa. 3. Terdapat pengaruh Pola Asuh Ibu terhadap balita di Kelurahan Jayaraksa. 4. Terdapat pengaruh Pekerjaan Ibu terhadap balita di Kelurahan Jayaraksa. 5. Tidak terdapat pengaruh Pendidikan Ibu terhadap balita di Kelurahan Jayaraksa. 6. Terdapat pengaruh Status Ekonomi terhadap balita di Kelurahan Jayaraksa. b. Saran 1. Puskesmas PONED Baros Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi Puskesmas PONED Baros Kota Sukabumi. Semoga bisa dijadikan sebagai bahan masukan untuk perencanaan tahun berikutnya, khususnya dalam status gizi balita dengan cara mengadakan kerjasama lintas sector dengan kelurahan atau desa dengan tujuan lebih melakukan pendekatan kepada ibu balita seperti dengan pemberian makanan tambahan susu, biscuit, bubur, dan makanan lain yang bergizi baik bagi balita setiap penimbangan di posyandu untuk menanamkan kesadaran ibu balita untuk lebih memperhatikan kebutuhan gizi balitanya sehingga ibu balita lebih rajin dan tertarik datang ke posyandu dengan tujuan untuk memeriksakan pertumbuhan balitanya dan hal ini akan mengurangi masalah status gizi pada balita. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan status gizi balita serta variabel lain yang bepengaruh terhadap status gizi balita seperti variabel usia ibu, lingkungan, sumber informasi, pengalaman, dan lain-lain. 9

10 DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka, 2005. Anonim. Volume dan Nilai Impor Komoditas Pertanian. Jakarta : Badan Pusat Statistik, 2010. Apriadji, W.H. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta : Gramedia Pustaka, 2004. Arikunto,S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC Kedokteran, 2009. Azwar, A. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta : Departemen kesehatan RI, 2005.. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat Bagi Balita. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2008. Depkes RI. Angka Kecukupan Gizi Rata-rata. Jakarta : Hasil Widyakarya Nasional dan Gizi, 2004. Pangan. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta : Departemen kesehatan RI, 2007. Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Modul KIE Pada Ibu Atau Keluarga Balita. Sukabumi : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, 2006. Friedman. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC Kedokteran, 2004. Hidayat, A. A. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika, 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Kartono. Perilaku Manusia. Jakarta: ISBN, 2006. Marimbi, Hanum. Tumbuh Kembang, dan Imunisasi Dasar pada Yogyakarta: Nuha Medika, 2010. Balita. Maryam, Siti. Peran Bidan yang Kompeten Terhadap Suksesnya MDG s. Jakarta: Salemba Medika, 2012. Mubarak. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC, 2007. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika, 2011. Path Francin Erna. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC Kedokteran, 2005. 10

11 Sedioetama, A.D. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat, 2004. Sibagariang, Eva Ellya.. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Trans Info Media, 2010. Sihadi. Pembangunan Kesehatan dalam Masalah Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka, 2005. Soehardjo. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta : Kanisius, 2007. Soemirat. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University, 2005. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Kedokteran, 2004. Sunarti. Pola Pengasuhan Anak. Jakarta : Gramedia Pustaka, 2006. Supartini, Y. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak 1. Jakarta: EGC,2004. Supriasa,dkk. Penilaian. Jakarta: EGC Kedokteran, 2007. Suryanah. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta : EGC Kedokteran, 2004. Untoro, Rachmin. Panduan Makanan Untuk Hidup Sehat. Jakarta : Direktorat Gizi Masyarakat, 2005. http//depkes.go.id/ sdki 2012/ diakses pada tanggal 10 Februari 2014 www.gizikia.depkes.go.id/ Riskesdas 2010/ diakeses pada tanggal 13 Februari 2014 www.dinkes.jabarprov.go.id/ Gizi Balita/ diakses pada tanggal 13 Februari 2014. http://disnakertrans.jabarprov.go.id/ Upah Minimum Regional Kota Sukabumi/ diakses pada tanggal 14 Februari 2014 11