Diagnostik Klinis Malaria Di Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan. Malaria Clinical Diagnostics in Musi Rawas, South Sumatera Province

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN OBAT MALARIA DI WARUNG. Influencing Factor of Malaria Drug Purchase at Stall

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

SKRINING MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUASIN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS DI PUSKESMAS BUNTA KABUPATEN BANGGAI. Staf Dinas Kesehatan Kab. Banggai Propinsi Sulawesi Tengah 3

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYUMBA PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria


KESESUAIAN GEJALA KLINIS MALARIA DENGAN PARASITEMIA POSITIF DI WILAYAH PUSKESMAS WAIRASA KABUPATEN SUMBA TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Tingkat Kepatuhan Penderita Malaria Vivax... (M. Arie Wuryanto) M. Arie Wuryanto *) *) Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM UNDIP ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOGAGOMAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT KOTA KOTAMOBAGU

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BEBERAPA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN NANGA ELLA HILIR KABUPATEN MELAWI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

Gejala dan Tanda Klinis Malaria di Daerah Endemis

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI MALARIA DI LABORATORIUM RUMAH SAKIT UMUM PANGLIMA SEBAYA TANAH GROGOT KALIMANTAN TIMUR PERIODE

Lambok Siahaan* Titik Yuniarti**

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. terkena malaria. World Health Organization (WHO) mencatat setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

*Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Konfirmasi Pemeriksaan Mikroskopik terhadap Diagnosis Klinis Malaria

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

: Survei Malariometrik di Kelurahan Kalumata Kecamatan Kota Ternate Selatan Kota Ternate Provinsi Maluku Utara Tahun 2013

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Keywords: Characteristics, Malaria Parasites Positive, RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

Promotif, Vol.3 No.2, April 2014 Hal

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

Received date: 23/1/2014, Revised date: 25/3/2014, Accepted date: 1/4/2014

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

KUESIONER. Petunjuk : Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar. 1. Salah satu upaya pemberantasan malaria dilakukan dengan surveilans

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DEFINISI KASUS MALARIA

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

PENGARUH LINGKUNGAN DAN TEMPAT TINGGAL PADA PENYAKIT ANAK UMUR 5 14 TAHUN DI KOTA BIAK TAHUN 2013

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS MULTIDRUG RESISTANT

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis Univariat

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN KAMPAR KIRI TENGAH, KABUPATEN KAMPAR, 2005/2006

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

Transkripsi:

Diagnostik Klinis Malaria Di Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan Muhamad Nizar 1 dan Lukman Hakim 2 Malaria Clinical Diagnostics in Musi Rawas, South Sumatera Province Abstract. Almost 80% of the populations in Indonesia live in malaria endemic areas. Until now, AMI was reported to lower high while the MDG target of AMI up to 5 per 10,000 population in 2015. This study aims to formulate the cardinal sign of clinical malaria in Musi Rawas district. Two hundred and eleven samples were taken based on the inclusive case selection criteria include fever> 38 C, chills, sweating and headaches and muscle pain and an enlarged spleen in four health center with AMI > 10,000. There was no significant association between the occurrence of clinical symptoms of malaria, but after the regression analysis obtained the cardinal sign of clinical diagnosis of malaria is fever> 38 C accompanied the headache, chills, cold sweat and nausea and age <39 years with OR 11.3. Clinical diagnosis is confirmed by the cardinal sign of fever > 38 C accompanied the headache, chills, sweating, muscle pain and age <39 years Keywords: Cardinal Sign, clinical diagnosis, clinical symptoms, malaria PENDAHULUAN Malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat. Karena malaria digolongkan penyebab kematian terutama bagi anak anak dan ibu hamil. Selain itu, malaria sangat mempengaruhi produktivitas sehingga berdampak pada perekonomian keluarga. Dilaporkan kehilangan pendapatan hampir mencapai 60 juta dolar atau sekitar 90 juta orang Indonesia yang tinggal di daerah endemis malaria pada tahun 2005. 1 Menurut catatan WHO dilaporkan setiap tahunnya ditemukan kasus malaria sekitar 250 juta dengan kematian hampir mencapai 880.000 kasus. Di Indonsia dilaporkan hasil Riskesdas 2007 insidennya mencapai 2,85% meningkat menjadi 10,6% pada tahun 2010, karena penentuan diagnosisnya berdasarkan gejala klinis. 2,3 Di Musi Rawas prevalensi sekitar 1,8% sementara di provinsi berkisar 1,6%. 4 Annual Malaria Incidence (AMI) sejak tahun 2001 mencapai 10,9 tahn tahun 2005 sekitar 11,9 meningkat 15,9 perseribu penduduk pada tahun 2009. Hal ini menurut Riskesdas (2007) disebabkan meningkatnya pemanfaatan pelayanan sarana kesehatan 39,2% tahun 2005 menjadi 48,7% pada tahun 2007, selain itu di Musi Rawas adanya pembukaan perkebunan sawit di berbagai desa. Tingginya insiden malaria dalam kurun sepuluh tahun ini berdasarkan pola penularan penyakit kasus terendah pada Mei dan tertinggi Desember, sedangka survei longitudinal entomologi di desa Pasirmukti di Kecamatan Cineam, Tasikmalaya kepadatan nyamuk pada Oktober dan terendah Februari. 5 AMI adalah indikator penetapan diagnosis ber- 1. Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Rawas, Sumatra Selatan 2. Loka Litbang P2B2 Ciamis 49

Diagnostik Klinis...(Muhammad Nizar) dasarkan gejala klinis, artinya kemungkinan bias penentuan diagnosis terlalu besar karena belum ada dasar diagnosis klinis sesuai lokal spesifik masingmasing daerah. Beberapa penelitian lain yang serupa telah dilakukan seperti di Banjarnegara ketika terjadi KLB Malaria tahun 2004 dan Kabupaten Lingga Kepulauan Riau merumuskan cardinal sign malaria berbeda beda sesuai dengan status endemisitas malaria. Dan beberapa gejala klinis malaria pun direspon berbeda oleh setiap orang, hal ini sangat tergantung dengan imunitas dan perkembangan monocycle parasit malaria di berbagai sel terutama pada eritrosit, leukosit dan trombosit. Di mana akhir akhir ini dilaporkan terjadi resistensi terhadap obat anti malaria meningkat terutama P.falciparum 6,7. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini mengetahui gambaran cardinal sign malaria di Kabupaten Musi Rawas berdasarkan gejala klinis. BAHAN DAN METODE Studi ini merupakan observasional dengan menggunakan pendekatan seleksi kasus minimal 211 suspek malaria yang tersebar di empat Puskesmas. Wawancara pada setiap kasus dengan kriteria inklusif, demam lebih dari 38 C, menggigil, berkeringat dingin, sakit kepala dan nyeri otot serta splenomegali. Kemudian diambil darah vena untuk dilakukan pemeriksaan darah tebal malaria dengan metode centrifuge. Data tersebut dikumpulkan selama tiga bulan yaitu Februari hingga April 2011. Untuk menjaga kualitas mutu pemeriksaan laboratorium studi ini menggunakan hasil cross check di Balai Besar Laboratorium Palembang. Tabel 1. Distribusi Frekwensi Gejala Klinis Malaria Menurut Pemeriksaan Metode Centrifuge di Kabupaten Musi Rawas Variabel Kategori Nilai Persentase CI 95% Umur Rata rata Minimal Maksimal Standar Deviasi Jenis kelamin Laki laki Perempuan Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Pendidikan Rendah Tinggi Lama sakit Rata rata Minimal Maksimal Standar Deviasi Riwayat gejala klinis Demam > 38 C Keringat Dingin Menggigil Sakit Kepala Nyeri Otot Splenomegali Riwayat makan OAM Ya Tidak 40,11 tahun 4 tahun 80 tahun 16,7 tahun 100 111 143 68 175 36 3,8 hari 1 hari 30 hari 3,2 hari 175 54 97 95 42 5 32 179 (37,8 42,39) 47,4 % 52,6 % 67,8 % 32,2 % 82,6 % 17,4 % (3,38 4,26) 82,9 % 25,6 % 46,0 % 45,0 % 19,9 % 2,4 % 15,2 % 84,8 % 50

Aspirator Vol. 3 No. 1 Tahun 2011:49-54 Data dianalisis berdasarkan pendekatan diskriptif, bivariat dan regresi logistik untuk menentukan faktor yang lebih mempengaruhi kejadian malaria. HASIL Dua ratus sebelas sampel suspek malaria yang terdapat di empat Puskesmas dalam Kabupaten Musi Rawas sesuai dengan kriteria inklusif. Tabel 1 menunjukkan rata rata umur berkisar 40 tahun dalam range 37 sampai 43 tahun. Usia termuda adalah 4 tahun dan tertua 80 tahun. Dari 211 suspek malaria 47,5% adalah laki laki, 67,8% bekerja sebagai petani, buruh dan P dan padaumumnya berpendidikan rendah sekitar 82,9% yaitu tingkat SD dan SMP. Ratarata mengalami sakit selama 3,8 hari atau pada interval 3 4 hari, riwayat sakit yang paling lama sekitar 30 hari dan terpendek 1 hari. Dengan keluhan 82,9% demam > 38 C, menggigil 46% dan sakit kepala sekitar 45%, disusul keringat dingin 25,6%, nyeri otot 19,9% dan splenomegali 2,4%. Dengan kebiasaan makan obat anti malaria sekitar 15,2%. Berdasarkan tabel 2 di atas, pemeriksaan malaria dengan metode Centrifuge menemukan Plasmodium dengan prevalensi sekitar 2,84 %. Tabel 3. duabelas faktor risiko malaria, yang tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kejadian malaria Tabel 2. Distribusi Frekwensi Hasil Pemeriksaan Laboratorium Menurut Hasil Cross Check Laboratorium Kesehatan Daerah Palembang Variabel Jumlah Persentase Keterangan Metode Centrifuge - Positif - Negatif Tabel 3. Hubungan Faktor Risiko Penemuan Parasit Malaria Menurut Metode Centrifuge di Kabupaten Musi Rawas Variabel Kategori p-value Odd Rasio CI 95 % Ket Umur 39 tahun 0,080 5,904 0,678 51,429 40 tahun Jenis Kelamin Laki laki 0,294 2,271 0,407 12,674 Perempuan Pekerjaan Bekerja 0,630 0,950 0,170 5,316 Tidak Bekerja Pendidikan Pendidikan Rendah 0,319 0,455 0,080 2,578 Pendidikan Tinggi Lama Sakit 3 hari 0,370 2,428 0,080 2,578 Riwayat Gejala Klinis Riwayat Makan OAM 4 hari Demam > 38 C Keringat Dingin Menggigil Sakit Kepala Nyeri Otot Splenomegali Ya Tidak 0,063 0,166 0,148 0,160 0,259 0,864 6 205 0,192 1,040 0,227 0,236 1,037 1,030 2,8 % 90,8 % 0,037 0,992 1,008 1,074 0,026 1,978 0,027 2,057 1,007 1,067 1,006 1,055 0,368 1,035 1,007 1,-35 51

Diagnostik Klinis...(Muhammad Nizar) Tabel 4. Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria Variabel Kriteria Sig. Odd Ratio CI 95 % Lower Upper Umur 39 tahun 0,08 0,132 0,13 1,348 40 tahun Riwayat Gejala Klinis Demam > 38 C Keringat Dingin Menggigil Sakit Kepala Nyeri Otot 0,02* 0,97 0,25 0,06 0,97 11,334 69246109,369 3,722 9,6 49331746,514 1,447 0,000 0,379 0,843 0,000 86,263-36,532 110,933 - dengan metode centrifuge namun terdapat enam faktor risiko yang mempunyai nilai probalitasnya < 0,250. Sebagai syarat diikutkan uji multivariat, di antaranya umur p=0,080, demam > 38 p=0,63, keringat dingin p=0,166, menggigil p=0,148, sakit kepala p=0,160 dan nyeri otot p=0,25. Tabel 4 dari enam cardinal sign di atas yang mempengaruhi kejadian malaria adalah demam > 38 C secara signifikan dengan nilai p=0,02. Kelima variabel faktor risiko di atas walaupun nilai p>0,05, tidak menunjukkan signifikan namun setelah dianalisis multivariat ternyata mempengaruhi proporsi probalitas lebih dari 10%. Artinya kelima faktor itu merupakan counfonding demam yang mempengaruhi kejadian malaria, sehingga perlu diiukutkan dalam rumusan cardinal sign. Dengan odd rasio sekitar 11,3. Artinya peluang kejadian malaria sekitar 11,3 kali lebih besar jika mempunyai riwayat demam > 38 C yang disertai sakit kepala, umur < 39 tahun, menggigil dan berkeringat dingin serta nyeri otot. PEMBAHASAN Beberapa penelitian melaporkan bahwa umur tidak berhubungan secara signifikan terhadap kejadiam malaria, seperti studi di Banjarnegara 8 ketika kejadian luar biasa malaria terhadap 105 sampel dengan 58% adalah kasus malaria positif. Sekitar 14,3% adalah kelompok umur 35-44 tahun 9. Studi di Lingga Kepulauan Riau dengan desain case series kasus terbanyak pada kelompok >15 tahun sekitar 65,9% 10. Namun studi yang dilakukan pada 210 anak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan kekurangan glukose 6 phosphate dehydrogenase di Kabupaten Sumba Timur, karena menurut studi yang dilakukan di Afrika, malaria itu berhubungan dengan kematian anak tinggi pada usia kurang dari lima tahun. 11, 12 Jenis kelamin dalam beberapa studi hampir berimbang sehingga tidak terdapat perbedaan yang bermakna berpotensi malaria. Hal ini didukung studi Budiawan 9, 13 dan Syamsuri 1 di Lingga Kepulauan Riau 10 Melaporkan sekitar 61,7% adalah laki-laki, hal ini karena keterpaparan lebih dominan dibandingkan perempuan. Menurut hasil studi yang dilaporkan Budiawan (2004) sekitar 36,3% tingkat SD dan 15,2% tidak sekolah, hampir sama dengan temuan pada studi ini yaitu 82,6%. Pada studi ini tingkat pendidikan rendah itu termasuk yang tidak sekolah. Kondisi yang serupa dilaporkan di Papua yang berpeluang ketularan malaria adalah kelompok pendidikan di bawah SMP sebesar 2,23 kali 14. Namun Syamsuri menemukan penderita malaria positif dari 751 sekitar 32,2% 10. Penelitian di Papua maupun di Banjarnegara menemukan hal yang sama padaumumnya sebagai petani atau berpenghasilan di bawah UMR. 9, 14. Meskipun temuan pada studi ini tidak adanya hubungan yang signifikan antara cardinal sign dengan kejadian malaria, namun kelima gejala klinis tersebut 52

Aspirator Vol. 3 No. 1 Tahun 2011:49-54 merupakan konfonding demam > 38 C (p-0,02) sebagai pedoman menetapkan diagnosis klinis malaria. Budiawan merumuskan cardinal sign malaria di Banjarnegara dan Purwonegoro adalah pucat, menggigil, berkeringat dan rasa dingin. Empat rumusan cardian sign ini diperoleh dengan menganalisis 54 gejala klinis ketika terjadi KLB Malaria di sana. Penelitian di Kebumen 1998 menemukan sakit kepala bermakna terhadap malaria dan di Sepanjang aliran Sungai Serayu maupun di Banyumanik, Semarang melaporkan kasus-kasus malaria padaumumnya mengeluh sakit kepala walaupun tidak signifikan secara statistik. Namun di Uganda dilaporkan splenomegali diperoleh nilai sensitivitas dan spesifisitas sekitar 97% dan 97%. 13 KESIMPULAN DAN SARAN Disimpulkan, tersangka malaria dengan riwayat gejala klinis demam >38 C disertai menggigil, keringat dingin, nyeri kepala dan umur < 39 tahun, berpeluang positif plasmodium spp 11 kali lebih besar. Selanjutnya disarankan, Cardinal sign dapat dijadikan kriteria inklusif untuk penegakkan diagnosis klinis, PUS- TAKA pemeriksaan laboratorium di Puskesmas pada kegiatan PCD dan ACD, dan pengembangan studi uji diagnostik. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini merupakan penelitian operasional program Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Rawas, oleh karena ini pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada Bupati Musi Rawas dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Rawas serta Kepala Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang. DAFTAR PUSTAKA 1. Stalker P. Kita Suarakan MDGs Demi Pencapaiannya di Indonesia. In. Jakarta: Bappenas; 2008:23. 2. Litbangkes. Riskesdas 2007. In. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008. 3. Litbangkes. Laporan Riskesdas 2010. In. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2011. 4. MURA K. Profil Pemberantasan Penyakit 2009. In. Muara Beliti: Dinas Kesehatan; 2009. 5. Hakim L, Sugiarto. Prevalensi Malaria Asymptomatic Pada Kelompok Penduduk Paling Berisiko Tertular di Kecamatan Kalipucang Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Jurnal Aspirator 2009;I (1):4-9. 6. Wellems TE, Plowe CV. Chloroquine- Resistant Malaria. The Journal of Infectious Diseases 2001;Vol. 184:p. 770-776. 7. Syafruddin D. Dasar Molekul Resistensi Parasit Terhadap Obat Antimalaria. In: Harijanto PN, Nugroho A, Gunawan CA, eds. Malaria : dari Molekuler ke Klinik. Jakarta: EGC; 2010:64-84. 8. WHO. Epidemiological Surveillance of Malaria in Countries of Central And Eastern Europe And Selected Newly Independent States. In. Bulgaria; 2002. 9. Budiawan W. Nilai Diagnosis Kombinasi Gejala Demam dan Gejala/ Tanda Klinis Lain di Daerah Endemis Malaria Dengan Kejadian Luar Biasa di Kecamatan Purwonegoro dan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara [Tesis]. Semarang: Diponegoro; 2004. 10. Syamsuri, Hiswani, Lubis R. Karakteristik Penderita Malaria di Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005. In. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2005. 11. Syahyuni R. Hubungan Defisiensi 6 Phosphate Dehydrogenase (G-6-PD) 53

Diagnostik Klinis...(Muhammad Nizar) Dengan Kepadatan Parasit Malaria Pada Anak Usia Sekolah di Daerah Endemis Malaria [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2003. 12. Bloland PB, Williams HA. Malaria Control During Mass Population Movements and Natural Disasters. Washington, DC: The National Academies Press; 2003. 13. Iqbal J, Khalid N, Hira PR. Comparison of Two Commercial Assays with Expert Microscopy for Confirmation of Symptomatically Diagnosed Malaria. Journal of Clinical Microbiology 2002, ;Vol. 40, No. 12:p. 4675 4678. 14. Babba I. Faktor faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria (Studi Kasus di Wilayah Puskesmas Hamadi Kota Jayapura) [Thesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2007. 54