Gejala dan Tanda Klinis Malaria di Daerah Endemis
|
|
- Johan Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Artikel Penelitian Gejala dan Malaria di Daerah Endemis Lambok Siahaan Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan Abstrak: Sebuah penelitian cross-sectional dilakukan untuk mendapatkan data mengenai gejala dan tanda klinis malaria di dua daerah endemis malaria, yaitu Kabupaten Nias Selatan dan Kotamadya Sabang. Diagnosis malaria ditetapkan berdasarkan pemeriksaan apusan darah (mikroskopik). Diperoleh 380 orang penderita malaria di Kabupaten Nias Selatan dan 41 orang di Kotamadya Sabang. Sebanyak 35,3% penderita malaria di Kabupaten Nias Selatan dan 41,5% di Kotamadya Sabang datang tanpa gejala klinis demam. Pasien malaria yang tidak mengalami demam umumnya mempunyai gejala klinis badan pegal, pusing, gangguan pencernaan dan lemas. Disimpulkan bahwa demam bukanlah gejala klinis yang selalu ada pada penderita malaria di daerah endemis. Badan pegal, pusing, gangguan pencernaan dan lemas merupakan gejala klinis yang juga dapat muncul pada penderita malaria di daerah endemis. Kata kunci: malaria, gejala klinis, tanda klinis Clinical Symptoms of Malaria in Endemic Area Lambok Siahaan Parasitology Department, Medical School, University of North Sumatera, Medan Abstract: A cross-sectional study was conducted to acquire data about clinical signs and symptoms of malaria in two endemic areas, i.e. South of Nias and Sabang districts. Diagnosis of malaria was made by peripheral blood smear (microscopic). There were 380 malaria patients in South of Nias district and 41 patients in Sabang district. Thirty five point five percent of malaria patients in South of Nias and 41.5% in Sabang district did not have fever. Most of these patients had myalgia, headache, abdominal discomfort and weakness. It was concluded that fever was not always found in malaria patients in endemic area. Myalgia, headache, abdominal discomfort and weakness were apparently common clinical malaria symptoms in endemic area. Keywords: malaria, clinical sign, clinical symptom 211
2 Pendahuluan Tingginya kasus malaria klinis merupakan sesuatu yang perlu segera disikapi. Hal ini bisa saja terjadi oleh karena resistensi obat atau oleh karena kesalahan diagnosis, terutama bila diagnosis malaria hanya ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis. Padahal gejala dan tanda klinis malaria di daerah endemis umumnya tidak khas dan hampir sama seperti gejala dan tanda klinis pada penderita infeksi lainnya, terutama pada fase awal infeksi. 1,2 Pengenalan gejala klinis yang khas di daerah endemis malaria merupakan salah satu cara untuk penanganan penyakit malaria secara cepat, tepat dan rasional. Seleksi awal penderita yang dicurigai sebagai penderita malaria klinis merupakan suatu hal yang perlu dilakukan oleh petugas kesehatan di lapangan, sebelum akhirnya dikonfirmasi oleh pemeriksaan mikroskopis yang masih merupakan standar diagnostik malaria. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data prevalensi malaria, serta menganalisis gejala dan tanda klinis malaria yang paling banyak muncul pada penderita malaria di daerah endemis malaria (Kabupaten Nias Selatan dan Kotamadya Sabang). Metode Penelitian dilakukan secara cross sectional dan merupakan bagian dari rangkaian penelitian malaria yang dilaksanakan di delapan desa di tiga kecamatan di Kabupaten Nias Selatan dan sembilan desa di dua kecamatan di Kotamadya Sabang. Populasi penelitian adalah penduduk yang bertempat tinggal di tempat penelitian. Populasi terjangkau adalah pasien dengan keluhan demam (gejala klinis), riwayat demam satu minggu terakhir atau mengalami kenaikan suhu tubuh (tanda klinis). Subjek penelitian adalah penderita malaria yang ditentukan berdasarkan pemeriksaan apusan darah (mikroskopis), yaitu dengan ditemukannya Plasmodium spp. pada sediaan darah. Subjek dengan keluhan demam (gejala klinis) atau riwayat demam satu minggu terakhir atau mengalami kenaikan suhu tubuh (tanda klinis), diperiksa secara simultan untuk menegakkan diagnosis malaria. Pemeriksaan itu meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan apusan darah (tebal dan tipis). Sebelum dilakukan pemeriksaan, subjek diberi penjelasan tentang apa yang akan dilakukan dan ditanyakan kesediaannya untuk ikut dalam penelitian. Kesediaan untuk ikut penelitian ditandai dengan penandatanganan informed consent (Gambar 1). Anamnesis meliputi identitas pribadi, keluhan penyakit saat ini, riwayat penyakit-penyakit kronis terdahulu, riwayat penyakit malaria dan riwayat penggunaan obat antimalaria. Pemeriksaan fisik diagnostik yang dilakukan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendapatkan tanda objektif (tanda klinis) dan dikaitkan dengan kebutuhan pada penelitian. Pemeriksaan Fisik Anamnesa Bukan Penderita Malaria Obat Yang Sesuai Dengan Penyakit Populasi Penelitian Pemeriksaan Apusan Darah (Mikroskopis) Penderita Malaria Obat Antimalaria Gambar 1. Alur Pemeriksaan Pasien Pemeriksaan apusan darah meliputi pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis. Darah diambil dari ujung jari yang telah ditusuk dengan menggunakan lancet steril setelah terlebih dahulu dibersihkan dengan kapas alkohol. Darah tetes pertama dibuang dan tetes selanjutnya diletakkan pada dua object glass, masing-masing di bagian tengah object glass sebanyak sekitar dua tetes. Untuk apusan darah tebal tetesan darah tersebut diaduk dengan menggunakan ujung object glass yang lain. Sementara itu untuk apusan darah tipis diratakan dengan menggunakan tepi sisi object glass dengan cara mendorong dari satu arah ke arah yang berlawanan. Kemudian dikeringkan pada suhu kamar. Setelah kering, apusan darah tipis difiksasi dengan metanol sebelum diberi pewarnaan, sementara apusan darah tebal langsung diberi pewarnaan. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan Giemsa 10% selama menit, lalu dibilas dengan air kran yang mengalir. Setelah kering, slide siap untuk diperiksa dengan mikroskop dengan pembesaran 1000x untuk melihat ada tidaknya serta menghitung kepadatan Plasmodium sp. 3 Penderita malaria diberikan pengobatan malaria sesuai dengan standard pengobatan. 4 Bagi yang bukan penderita malaria diobati sesuai dengan penyakitnya. Sebelum diberikan pengobatan, subjek diberikan penjelasan tentang kegunaan obat dan efek samping yang dapat terjadi. Data yang diperoleh diolah secara deskriptif sederhana dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil Pemeriksaan darah dilakukan pada 268 orang di Kotamadya Sabang dan 731 dari 1147 orang yang dilayani di Kabupaten Nias Selatan. Dari pemeriksaan darah tersebut didapatkan 41 penderita malaria di Kotamadya Sabang dan 380 di Kabupaten Nias Selatan. 212
3 Tabel 1. Karakteristik Dasar Sampel Penelitian Kelompok Kabupaten Nias Selatan Kotamadya Sabang Umur Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Prempuan Total <5 tahun (9,6%) (0%) 5-14 tahun (29%) (19,8%) tahun (14,2%) (13,1%) tahun (20,9%) (15,3%) tahun (15,2%) (13,4%) tahun (7%) (20,15) >55 tahun (3,4%) (20,1%) Total 208 (28,5%) 523 (71,5%) 731 (100%) 96 (35,8%) 172 (64,2%) 268 (100%) Tabel 2. Karakteristik Dasar Penderita Malaria Kelompok Kabupaten Nias Selatan Kotamadya Sabang Umur Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Prempuan Total <5 tahun (5,8%) (0%) 5-14 tahun (10,8%) (14,6%) tahun (10,8%) (12,3%) tahun (23,2%) (19,5%) tahun (19,4%) (14,6%) tahun (16,8%) (19,5%) >55 tahun (13,2%) (19,5%) Total 138 (36,6%) 242 (63,7%) 380 (100%) 15 (36,6%) 26 (63,4%) 41 (100%) Tabel 1 menunjukkan bahwa subjek penelitian yang paling banyak dijumpai adalah kelompok umur 5-14 tahun di Kabupaten Nias Selatan dan kelompok umur >55 tahun di Kotamadya Sabang. Sementara itu, perempuan lebih banyak daripada laki-laki di kedua tempat penelitian tersebut. Tabel 2 menunjukkan bahwa penderita malaria paling banyak dijumpai di Kabupaten Nias Selatan adalah kelompok umur tahun. Sementara itu di Kotamadya Sabang, penderita malaria terbanyak berasal dari kelompok umur tahun, kelompok umur tahun dan kelompok umur > 55 tahun. Di kedua daerah penelitian dijumpai bahwa penderita malaria perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Tabel 3 menunjukkan bahwa prevalensi malaria di Kabupaten Nias Selatan adalah 52,7%, dengan kasus malaria terbanyak disebabkan oleh Plasmodium falciparum (64,2%). Di Kotamadya Sabang kasus malaria terbanyak diakibatkan oleh Plasmodium vivax, yaitu sebesar 85,4% dari jumlah kasus yang ditemukan. Di kedua tempat penelitian juga dijumpai infeksi campuran dari kedua spesies plasmodium tersebut. Tabel 4 menunjukkan bahwa gejala klinis yang paling sering dilaporkan oleh subjek penelitian adalah demam (dengan atau tanpa gejala lain), badan pegal, pusing, gangguan pencernaan, lemas dan gabungan gejala-gejala tersebut. Sementara itu, tanda klinis yang dijumpai hanyalah kenaikan suhu tubuh. Tabel 5 menunjukkan bahwa gejala klinis yang paling banyak dijumpai pada penderita malaria adalah demam (dengan atau tanpa gejala lain), yaitu 64,7% di Kabupaten Nias Selatan dan 58,5% di Kotamadya Sabang. Selain demam, penderita malaria umumnya menunjukkan gejala klinis lain, misalnya badan pegal, pusing, gangguan pencernaan dan lemas. Sementara itu, tanda klinis yang dijumpai hanyalah kenaikan suhu tubuh. Tidak ditemukan pembesaran limpa. Tabel 3. Distribusi Penderita Malaria Tempat Penelitian Penderita Malaria P. falciparum P. vivax Campuran Total Proporsional Kabupaten Nias Selatan (n=731) 244 (64,2%) 59 (15,5%) 77 (20,3%) ,7% Kotamadya Sabang (n=268) 3 (7,3%) 35 (85,4%) 3 (7,3%) 41 15,3% Total
4 Tabel 4. Gejala dan Sampel Penelitian Karakteristik Kabupaten Kotamadya Sabang Nias Selatan (n=268) (n=731) Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Demam+Gejala Lain ,7% 96 35,8% Gabungan Gejala 57 7,8% 19 7,1% tanpa Demam Demam ,7% 63 23,5% Menggigil 0 0% 0 0% Badan Pegal 79 10,8% 28 10,4% Pusing 59 8,1% 37 13,8% Gangguan Pencernaan 29 4,0% 12 4,5% Lemas 29 4,0% 13 4,9% Kenaikan Suhu Tubuh ,6% ,2% Pembesaran Limpa 0 0% 0 0% Tabel 5. Gejala dan Penderita Malaria Karakteristik Kabupaten Kotamadya Sabang Nias Selatan (n=41) (n=380) Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Demam + Gejala Lain 52 13,7% 11 26,8% Gabunagan Gejala 43 11,3% 3 7,3% tanpa Gejala Demam ,1% 13 31,7% Menggigil 0 0% 0 0% Badan Pegal 38 10,0% 8 19,5% Pusing 27 7,1% 5 12,2% Gangguan Pencernaan 14 3,7% 0 0,0% Lemas 12 3,2% 1 2,4% Kenaikan Suhu Tubuh ,9% 32 78,0% Pembesaran Limpa 0 0% 0 0% Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 380 kasus malaria di Kabupaten Nias Selatan, 35,3% di antaranya tanpa gejala klinis demam. Begitu pula di Kotamadya Sabang, dari 41 orang penderita malaria, 41,5% di antaranya datang tanpa gejala klinis demam. Sebaliknya gejala klinis demam dilaporkan oleh 66,1% dan 59,5% orang yang bukan penderita malaria, berturut-turut di Kabupaten Nias Selatan dan Sabang. Diskusi Peluang terjadinya penyakit malaria sangat ditentukan oleh seberapa besar kemungkinan kontak dengan nyamuk sebagai vektor pembawa penyakit selain daya imunitas tubuh. Nyamuk vektor malaria, umumnya lebih banyak beraktivitas pada malam hari. Pada penelitian ini, kasus malaria terbanyak dijumpai pada kelompok umur dewasa, yang sangat berhubungan dengan aktivitas pada malam hari atau pekerjaan yang berpeluang untuk kontak dengan vektor. Sementara itu, tingginya kasus malaria pada perempuan lebih dimungkinkan karena komposisi perempuan di populasi memang lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Spesies yang dijumpai pada kedua tempat penelitian ini adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Infeksi yang terjadi dapat saja berupa infeksi tunggal ataupun infeksi gabungan keduanya. Kasus yang terbanyak muncul di Kabupaten Nias Selatan adalah malaria oleh karena Plasmodium falciparum. Sementara kasus terbanyak di Kotamadya Sabang adalah Plasmodium vivax. Hal ini sesuai dengan laporan Dinas Kesehatan pada masing-masing daerah. 5,6 Demam sebagai salah satu gejala klasik malaria, tidak selalu harus ditemukan pada penderita malaria, terutama di daerah endemis malaria. 1 Dari data masing-masing tempat penelitian didapatkan bahwa hanya 64,7% dan 58,5% penderita malaria di Kabupaten Nias Selatan dan Kota Sabang yang datang dengan gejala klinis demam. Selain demam, keluhan badan pegal, pusing, gangguan pencernaan dan lemas, juga harus diperhatikan sebagai gejala klinis malaria, terutama di daerah endemis malaria. Hal ini dapat terlihat bahwa umumnya penderita malaria yang datang tidak dengan gejala klinis demam, akan datang dengan gejala klinis tersebut. Gejala klinis malaria yang bervariasi ini pun diperoleh pada berbagai penelitian yang dilakukan di berbagai tempat. Penelitian yang dilakukan pada anak penderita malaria di Gambia pada tahun 2000, diperoleh hasil bahwa 58,3% penderita malaria tersebut menderita demam, 86% mengalami pusing dan 60,7% mengalami gangguan pencernaan. 7 Sementara itu, penelitian di Thailand melaporkan bahwa gejala klinis penderita malaria umumnya adalah demam (42,3%), pusing (98,3%), badan pegal (96,6%), menggigil (88,4%) dan gangguan pencernaan (29,3%). 8 Penelitian lain yang dilakukan di Nigeria pada tahun 2005 juga mendapatkan hasil 100% penderita malaria yang diteliti mengalami demam, 69,6% mengalami pusing dan 50,4% mengalami gangguan Tabel 6. Perbandingan Demam Diagnosis Mikroskopis Kabupaten Nias Selatan Kotamadya Sabang Demam Tidak Demam Total Demam Tidak Demam Total Malaria 246 (64,7%) 134 (35,3%) 380 (100%) 24 (58,5%) 17 (41,5%) 41 (100%) Bukan Malaria 232 (66,1%) 119 (33,9%) 351 (100%) 135 (59,5%) 92 (40,5%) 227 (100%) 214
5 pencernaan. 9 Demam sebagai gejala klinis, umumnya lebih bersifat subjektif. Hal itu terlihat dari 21,7% keseluruhan subjek yang mengalami kenaikan suhu tubuh (tanda klinis) tidak mengeluhkan demam (gejala klinis). Sebaliknya, dari 246 orang penderita malaria yang mengeluhkan demam (gejala klinis) di Kabupaten Nias Selatan, 97,2% di antaranya mengalami kenaikan suhu tubuh (tanda klinis). Oleh karena itu, pemeriksaan suhu tubuh dengan menggunakan alat ukur termometer, yang lebih bersifat objektif, sangat diperlukan dalam pemeriksaan pasien malaria. Dalam penelitian ini tidak dijumpai adanya pembesaran limpa, yang biasanya berhubungan dengan kronisitas penyakit dan imunitas tubuh penderita. Kesimpulan Pengenalan gejala klinis yang khas di daerah endemis malaria sangat membantu penanganan penyakit malaria secara cepat, tepat dan rasional, guna menurunkan angka kesakitan dan kematian karena malaria. Tenaga kesehatan di daerah endemis diharapkan dapat mengenal gejala dan tanda klinis yang khas pada daerahnya, sebagai langkah awal diagnostik malaria klinis sebelum dikonfirmasikan pada pemeriksaan apusan darah (mikroskopis). Oleh karena itu, pengamatan lebih lanjut untuk menemukan gejala dan tanda klinis yang khas pada tiap daerah endemis perlu dilakukan, sambil terus membenahi laboratorium diagnostik malaria di daerah endemis malaria. Daftar Pustaka 1. Harijanto PN, Gejala Klinik Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis dan penanganan. Jakarta: EGC; 2000.h Purwaningsih S. Diagnosis malaria. Dalam: Harijanto PN (editor) Malaria, epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis dan penanganan. Jakarta: EGL; 2000.h Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, PAPDI. Konsensus Penanganan Malaria, 2003.h Dinas Kesehatan Kotamadya Sabang. Laporan pengobatan dan penemuan penderita Malaria di Kota Sabang, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sub Din P2P, Dinas Kesehatan Kabupaten Nias Selatan. Laporan pengobatan dan penemuan penderita malaria di Kabupaten Nias Selatan, Propinsi Sumatera Utara, Seidlein LV, Milligan P, Pinder M, Bojang K, Anyalebechi C, Gosling R, et al. Efficacy of artesunate plus pyrimethaminesulphadoxine for uncomplicated malaria in Gambian children. The Lancet 2000;29: Erhart LM, Yingyuen K, Chuanak N, Buathong N, Laoboonchai A, Miller RS, et al. Hematologic and clinical indices of malaria in a semi-immune population of Western Thailand. Am J Trop Med Hyg 2004;70(1): Pitmang SL, Thatcher TD, Madaki JKA, Egah DZ, Fischer PR. Comparison of sulphadoxine-pyrimethamine with and without chloroquine for uncomplicated malaria in Nigeria. Am J Trop Med Hyg 2005;72(3): EV 215
Lambok Siahaan* Titik Yuniarti**
KESEHATAN LINGKUNGAN Malaria Pasca Tsunami di Pulau Weh Lambok Siahaan* Titik Yuniarti** Abstrak Bencana tsunami melanda Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember 2004, selain meningkatkan kejadian
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...viii SUMMARY... ix DAFTAR
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik. B. Waktu dan tempat penelitian Tempat penelitian desa Pekacangan, Cacaban, dan Ketosari Kecamatan
Lebih terperinciISSN: E-JURNAL MEDIKA,VOL 6 NO 7,JULI 2017
KARAKTERISTIK KLINIS MALARIA TROPIKA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MGR. GABRIEL MANEK, SVD ATAMBUA PERIODE SEPTEMBER 2013 - FEBRUARI 2014 Robertus Brian Junarli 1, I Ketut Agus Somia
Lebih terperinciSKRINING MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUASIN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH
SKRINING MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUASIN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH 222 Abstract Marhum Nur Amani, Abdul Kadar, Solikhah Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Lebih terperinciABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc
ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDUDUK TERHADAP TINGGINYA PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DI DESA MESA KECAMATAN TNS (TEO NILA SERUA) KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2010 Helendra Taribuka,
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI INFEKSI MALARIA DI LABORATORIUM RUMAH SAKIT UMUM PANGLIMA SEBAYA TANAH GROGOT KALIMANTAN TIMUR PERIODE
ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI MALARIA DI LABORATORIUM RUMAH SAKIT UMUM PANGLIMA SEBAYA TANAH GROGOT KALIMANTAN TIMUR PERIODE 2006-2010 Sahala Triyanto S,2012. Pembimbing I : Budi Widyarto Lana,dr., M.H. Pembimbing
Lebih terperinciSTATUS HEMATOLOGI PENDERITA MALARIA SEREBRAL
STATUS HEMATOLOGI PENDERITA MALARIA SEREBRAL Nurhayati Parasitologi FK UNAND E-mail: nurhayatikaidir@yahoo.co.id ARTIKEL PENELITIAN Abstrak Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia. Berdasarkan
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012
ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 Nugraheni M. Letelay, 2013. Pembimbing I : dr. Ellya Rosa Delima, M.Kes Latar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Memasuki milenium ke-3,infeksi malaria masih merupakan problema klinik bagi negara tropik/sub topik dan negara berkembang maupun negara yang sudah maju.malaria merupakan
Lebih terperinciGambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012
Gambaran Infeksi di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012 Nugraheni Maraelenisa Letelay 1, Ellya Rosa Delima 2 1. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010
ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010 Cheria Serafina, 2012. Pembimbing I: July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. Pembimbing II : Adrian Suhendra, dr., SpPK.,
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Dimas Aditia Gunawan, 2012 Pembimbing I : July Ivone, dr., MKK., MPd. Ked. Pembimbing II : Prof. Dr. Susy Tjahjani,
Lebih terperinciDEFINISI KASUS MALARIA
DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL
LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL dr. Waode Mariyana dr. Isra Wahid, PhD FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lebih terperinciKOMPOSISI PARASIT MALARIA DI DAERAH LOMBOK BARAT BERDASARKAN MALARIOMETRIC SURVEY (MS)
KOMPOSISI PARASIT MALARIA DI DAERAH LOMBOK BARAT BERDASARKAN MALARIOMETRIC SURVEY (MS) Wigati 1, S. Sukowati 2, Enny W. Lestari 3, Herry Andries 2 1) Balai Besar Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit,
Lebih terperinciCSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1
1 MANUAL KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI Sitti Wahyuni, MD, PhD Bagian Parasitologi Universitas Hasanuddin, sittiwahyunim@gmail.com
Lebih terperinciABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012
ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012 Janice Surjana, 2014 Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg.,skm. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana,
Lebih terperinciEpidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Malaria Sudah diketahui sejak jaman Yunani Kutukan dewa wabah disekitar Roma Daerah rawa berbau
Lebih terperinciUJI RELIABILITAS DIAGNOSIS MIKROSKOPIS MALARIA TENAGA LABORATORIUM PUSKESMAS DI DAERAH ENDEMIK KOTA SAWAHLUNTO SUMATERA BARAT
Artikel Penelitian UJI RELIABILITAS DIAGNOSIS MIKROSKOPIS MALARIA TENAGA LABORATORIUM PUSKESMAS DI DAERAH ENDEMIK KOTA SAWAHLUNTO SUMATERA BARAT Nurhayati, Hasmiwati, Selfi Renita Rusjdi Abstrak Pemeriksaan
Lebih terperinciKombinasi Kina-Klindamisin 3 Hari pada Penderita Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi
KARANGAN ASLI pada Penderita Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi Lambok Siahaan Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten
Lebih terperinciGambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014
872 Artikel Penelitian Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 Hans Everald 1, Nurhayati 2, Elizabeth Bahar 3 Abstrak Pengobatan malaria
Lebih terperinciPEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TUJUAN Mampu membuat, mewarnai dan melakukan pemeriksaan mikroskpis sediaan darah malaria sesuai standar : Melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles
Lebih terperinciMedan Diduga Daerah Endemik Malaria. Umar Zein, Heri Hendri, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan
Medan Diduga Daerah Endemik Malaria Umar Zein, Heri Hendri, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Dalam Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciPEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP No. Dokumen : 21/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-4 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr. I Ketut
Lebih terperinciGAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT, TROMBOSIT DAN WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DENGAN
ABSTRAK GAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT, TROMBOSIT DAN WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DENGAN IgM ANTI Salmonella typhi (+) DI DUA RUMAH SAKIT SUBANG TAHUN 2013 Rinda Harpania Pritanandi,
Lebih terperinciPendahuluan. Tujuan Penggunaan
Pendahuluan Malaria merupakan salah satu penyakit parasit paling umum di dunia dan menempati urutan ke 3 dalam tingkat mortalitas diantara prnyakit infeksi utama lainnya. Parasit protozoa penyebab malaria
Lebih terperinciJurnal Vektor Penyakit, Vol. 7 No. 2, 2013 : 9-14
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 7 No. 2, 2013 : 9-14 Pemeriksaan Klinis dan Parasitologis Penderita Malaria P. Falciparum di Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara Tahun 2012 (Clinical Examination and Parasitological
Lebih terperinciABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes
ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDUDUK TERHADAP PENYAKIT FILARIASIS LIMFATIK DI DESA BONGAS KECAMATAN PAMANUKAN KABUPATEN SUBANG TAHUN 2011 Ayu Faujiah, 2011. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang serius dan fatal yang disebabkan oleh parasit protozoa genus plasmodium yang ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles
Lebih terperinciPEMERIKSAAN MIKROSKOPIS DI PUSKESMAS BUNTA KABUPATEN BANGGAI. Staf Dinas Kesehatan Kab. Banggai Propinsi Sulawesi Tengah 3
PERBANDINGAN DIAGNOSIS MALARIA KLINIS DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS DI PUSKESMAS BUNTA KABUPATEN BANGGAI A.Arsunan Arsin, Heri Paerunan 2, Sri Syatriani 3 Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PENYAKIT MALARIA SERTA PEMERIKSAAN SAMPEL DARAH MASYARAKAT PERUMAHAN ADAT DI KECAMATAN KOTA WAIKABUBAK KABUPATEN SUMBA BARAT - NTT SKRIPSI Oleh Thimotius
Lebih terperinciABSTRAK. GAMBARAN IgM, IgG, DAN NS-1 SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS DENGUE DI RS IMMANUEL BANDUNG
ABSTRAK GAMBARAN IgM, IgG, DAN NS-1 SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS DENGUE DI RS IMMANUEL BANDUNG Listiyani Halim, 2010, Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Indahwaty,
Lebih terperinciANALISIS BIAYA DAN TATALAKSANA PENGOBATAN MALARIA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD ULIN BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN PERIODE TAHUN
ANALISIS BIAYA DAN TATALAKSANA PENGOBATAN MALARIA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD ULIN BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN PERIODE TAHUN 20062009 COST ANALYSIS AND MALARIA THERAPY FOR HOSPITALIZED PATIENT IN
Lebih terperinciDESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini
1 KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI (Dipersiapkan oleh Sitti Wahyuni) TUJUAN Umum: Setelah selesai melaksanakan kegiatan
Lebih terperinci3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian
17 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng yaitu Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya (Gambar 1).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik dunia maupun Indonesia (Kemenkes RI, 2011). Penyakit malaria adalah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit mematikan yang disebabkan oleh dari genus dengan perantara nyamuk Anopheles betina. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2014 sendiri telah terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang masih sulit diberantas dan merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia termasuk Indonesia, Separuh penduduk
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyebab Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk anopheles betina. 5,15 Ada lima spesies
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Mikrobiologi klinik dan infeksi.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi bidang Mikrobiologi klinik dan infeksi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Penelitian
Lebih terperinciKESESUAIAN GEJALA KLINIS MALARIA DENGAN PARASITEMIA POSITIF DI WILAYAH PUSKESMAS WAIRASA KABUPATEN SUMBA TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Kesesuaian Gejala Klinis Malaria Dengan Parasitemia Positif... (Fridolina Mau dan Ira Bule Sopi) KESESUAIAN GEJALA KLINIS MALARIA DENGAN PARASITEMIA POSITIF DI WILAYAH PUSKESMAS WAIRASA KABUPATEN SUMBA
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax:
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127 Telp.: 0751-31746 Fax: 0751-32838 Email: fk2unand@pdg.vision.net.id PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK 6 BLOK 3.5 (DARAH 7) BAGIAN
Lebih terperinciJST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : ISSN KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH
JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : 298 304 ISSN 2252-5416 KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH Hemoglobin Level and Parasite Density of Malaria Patients in
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasmodium merupakan penyebab infeksi malaria yang ditemukan oleh Alphonse Laveran dan perantara malaria yaitu nyamuk Anopheles yang ditemukan oleh Ross (Widoyono, 2008).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10 hingga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria masih menjadi masalah kesehatan di daerah tropis dan sub tropis terutama Asia dan Afrika dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Patel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Parasit Genus Plasmodium terdiri dari 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae
Lebih terperinciUNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara
PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA MEDAN BERDASARKAN DATA DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN TAHUN 2011 Oleh : Anita Fitriani 090100286 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSI ITAS SUMATERA UTARA U MEDAN 20122 PREVALENSI
Lebih terperinciTATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :
Revisi Halaman Kepala 1. Pengertian Malaria adalah suatu infeksi penyakit akut maupun kronik yang disebakan oleh parasit Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014 Ferdinand Dennis Kurniawan, 1210122 Pembimbing I : Dr.Jahja Teguh Widjaja, dr., SpP.,
Lebih terperinciUji sensitivitas in vivo Plasmodium falciparum terhadap klorokuin: Studi di Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo
Rina Majalah Handayani Farmasi Indonesia, 15(2), 81 88, 2004 Uji sensitivitas in vivo Plasmodium falciparum terhadap klorokuin: Studi di Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo In vivo sensitivity test of
Lebih terperinciABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER
ABSTRAK UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER Aisyah Mulqiah, 2016 Pembimbing I Pembimbing II : dr. Penny
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
Lebih terperinciMANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2011
MANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2011 Felix Kasim,H. Edwin Setiabudhi, Immanuel Indra Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Maranatha Bandung Forum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit malaria merupakan jenis penyakit tropis yang banyak dialami di negara Asia diantaranya adalah negara India, Indonesia, dan negara Asia lainnya. (Dewi, 2010).
Lebih terperinciRisk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)
Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 4, Desember 2013 Hal : 175-180 Penulis : 1. Junus Widjaja 2. Hayani Anastasia 3. Samarang
Lebih terperinciPEMERIKSAAN MIKROFILARIA DI DUSUN CIJAMBAN KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS. Mei Widiati*, Ary Nurmalasari, Septi Nurizki ABSTRACT
PEMERIKSAAN MIKROFILARIA DI DUSUN CIJAMBAN KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS Mei Widiati*, Ary Nurmalasari, Septi Nurizki Program Studi Diploma III Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis *m.widiati@gmail.com
Lebih terperinciPENDEKATAN DIAGNOSIS DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007
PENDEKATAN DIAGNOSIS DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007 SKRIPSI Oleh Siska Yuni Fitria NIM 042010101027 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi terletak di Jalan Raya Karang Tengah km 14 Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Dinas kesehatan
Lebih terperinciTINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007
TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007 SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013
i KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 Oleh : YAATHAVI A/P PANDIARAJ 100100394 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Fisiologi dan Farmakologi-Toksikologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria tersebar hampir di seluruh dunia yaitu antara garis 60 lintang utara dan 40 lintang selatan, meliputi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan
Lebih terperinciDISTRIBUSI KASUS MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPENAN KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2011
Aspirator Vol. 4 No. 2 Tahun 2012 (Hal. 92-99) DISTRIBUSI KASUS MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPENAN KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2011 Distribution of Malaria Case in Simpenan Public Health Centre Sukabumi
Lebih terperinciTERAPI INHALASI MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI. : Prosedur Tidakan pada Kelainan Paru. I. Waktu. Mengembangkan kompetensi.
MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI NOMOR MODUL TOPIK SUB TOPIK I. Waktu : B02 : Prosedur Tidakan pada Kelainan Paru : Terapi Inhalasi TERAPI INHALASI Mengembangkan kompetensi Sesi Tutorial Diskusi
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.
ABSTRAK Leucocytozoonosis merupakan salah satu penyakit yang sering menyebabkan kerugian berarti dalam industri peternakan. Kejadian penyakit Leucocytozoonosis dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu umur,
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
21 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup ilmu bidang Obstetri dan Ginekologi, dan Mikrobiologi Klinik. 4.1.2 Ruang Lingkup Tempat
Lebih terperinciPENYAKIT MENULAR. Website:
PENYAKIT MENULAR Penyakit Menular Penyakit menular memberikan Informasi insiden, period prevalence dan prevalensi penyakit secara klinis dengan/tanpa informasi laboratorium yang digali melalui kuisioner.
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Sidik Jari Jenis Kelamin Suku 3. Defenisi Operasional No. Defenisi Cara Penilaian Alat Ukur Hasil Ukur 1. Kepadatan alur Menghitung
Lebih terperinciABSTRAK MANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN
ABSTRAK MANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2011-2012 Owymardyan Yusel Manafe, 2013, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : H. Edwin Setiabudi,dr.,SpPD-KKV
Lebih terperinciCEK SILANG MIKROSKOPIS SEDIAAN DARAH MALARIA PADA MONITORING PENGOBATAN DIHIDROARTEMISININ-PIPERAKUIN DI KALIMANTAN DAN SULAWESI
ARTIKEL CEK SILANG MIKROSKOPIS SEDIAAN DARAH MALARIA PADA MONITORING PENGOBATAN DIHIDROARTEMISININ-PIPERAKUIN DI KALIMANTAN DAN SULAWESI Endah Ariyanti,* Riyanti E, Budi Prasetyorini, Aisyah, Khairiri,
Lebih terperinciABSTRAK. PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT JANTAN STRAIN BALB/c YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei
ABSTRAK PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT JANTAN STRAIN BALB/c YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei Lisa Marisa, 2009 Pembimbing I : Dr. Susy Tjahjani,
Lebih terperinciPenemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU
Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dalam penelitian ini adalah Ilmu Mikrobiologi, Ilmu Kesehatan Anak, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 4.2 Tempat dan waktu
Lebih terperinciGAMBARAN KLINIS DAN TATALAKSANA PASIEN RAWAT INAP MALARIA FALCIPARUM DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
GAMBARAN KLINIS DAN TATALAKSANA PASIEN RAWAT INAP MALARIA FALCIPARUM DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE 2009 2013 JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium. Ada lima jenis Plasmodium yang sering menginfeksi manusia, yaitu P. falciparum,
Lebih terperinciABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS
ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS Renaldi, 2013 Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : dr. Indahwaty,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Yang dimaksud dengan penelitian analitik yaitu penelitian yang hasilnya tidak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik.
27 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik. 1.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium basah Fakultas
Lebih terperinciGAMBARAN PENINGKATAN KEJADIAN MALARIA DI DESA TETEL KECAMATAN PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA
GAMBARAN PENINGKATAN KEJADIAN MALARIA DI DESA TETEL KECAMATAN PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA DESCRIPTION OF INCIDENCE OF MALARIA IN TETEL VILLAGE PENGADEGAN SUB DISTRICT PURBALINGGA DISTRICT Tri Ramadhani,
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011
ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Adelia, 2012, Pembimbing 1: Laella K.Liana, dr., Sp.PA., M.Kes Pembimbing 2: Hartini Tiono, dr.,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup ruang lingkup disiplin Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Ilmu Penyakit Kandungan dan Kebidanan, dan Mikrobiologi Klinik.
Lebih terperinciKonfirmasi Pemeriksaan Mikroskopik terhadap Diagnosis Klinis Malaria
Artikel Penelitian Konfirmasi Pemeriksaan Mikroskopik terhadap Diagnosis Klinis Malaria Confirmation of Microscopic Examination towards Clinical Diagnosis in Malaria A. Arsunan Arsin* Heri Paerunan** Sri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dunia yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis
Lebih terperinciABSTRAK KESESUAIAN PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA ERITROSIT FLOW CYTOMETER DENGAN GAMBARAN POPULASI ERITROSIT PADA PEMERIKSAAN SEDIAAN APUS DARAH TEPI
ABSTRAK KESESUAIAN PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA ERITROSIT FLOW CYTOMETER DENGAN GAMBARAN POPULASI ERITROSIT PADA PEMERIKSAAN SEDIAAN APUS DARAH TEPI Vivin Maria, 2006, Pembimbing I : Penny Setyawati M,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salmonella typhi, suatu bakteri gram-negative. Demam tifoid (typhoid fever atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit menular masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang termasuk di Indonesia. Penyakit menular ini terkait erat dengan
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER GRADE I DAN II PADA ANAK 0 14 TAHUN DI RSUD PROF. W. Z. JOHANNES KUPANG PERIODE JANUARI DESEMBER 2007 Yasinta Adolfina Making. 2009. Pembimbing I :
Lebih terperinciGAMBARAN PENURUNAN DEMAM PADA PASIEN DEMAM TIFOID DEWASA SETELAH PEMBERIAN FLUOROQUINOLONE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER
ABSTRAK GAMBARAN PENURUNAN DEMAM PADA PASIEN DEMAM TIFOID DEWASA SETELAH PEMBERIAN FLUOROQUINOLONE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2007 Angelina, 2009. Pembimbing I : Budi Widyarto
Lebih terperinciKARAKTERISASI PLASMODIUM SPESIES MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN NESTED PCR DI KABUPATEN NIAS SELATAN PROPINSI SUMATERA UTARA INDONESIA DISERTASI
KARAKTERISASI PLASMODIUM SPESIES MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN NESTED PCR DI KABUPATEN NIAS SELATAN PROPINSI SUMATERA UTARA INDONESIA DISERTASI Oleh : HARURIKSON LUMBANTOBING 1430413007 Pembimbing
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. 1. Depkes RI, Undang-Undang Kesehatan No 23 Tahun Tentang Kesehatan. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI, 1992. Undang-Undang Kesehatan No 23 Tahun 1992. Tentang Kesehatan. 2. Depkes RI, 1995. Epidemiologi, Buku Pedoman. Malaria, Ditjen P2M dan PLP, 3. Harijanto, 2010. Malaria
Lebih terperinci