UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS

dokumen-dokumen yang mirip
UJI DAYA TERIMA ROTI TAWAR DENGAN MODIFIKASI TEPUNG JAGUNG DAN KENTANG DAN KONTRIBUSINYA DALAM PEMENUHAN KECUKUPAN ENERGI PADA ANAK SD

UJI DAYA TERIMA ROTI TAWAR DENGAN MODIFIKASI TEPUNG JAGUNG DAN KENTANG DAN KONTRIBUSINYA DALAM PEMENUHAN KECUKUPAN ENERGI PADA ANAK SD SKRIPSI OLEH :

UJI DAYA TERIMA DAN NILAI GIZI DONAT YANG DIMODIFIKASI DENGAN JAGUNG DAN BAYAM SKRIPSI OLEH : ATINA TRAVIANITA NIM

SUBTITUSI TEPUNG PISANG AWAK (Musa paradisiaca var Awak) DAN IKAN LELE DUMBO (Clariasis garipinus) DALAM PEMBUATAN BISKUIT SERTA UJI DAYA TERIMANYA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

Citra Chairannisa 1, Albiner Siagian 2, Ernawati Nasution 2 ABSTRACT

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) TERHADAP CITA RASA MI BASAH SKRIPSI. Oleh : NURFATIMAH DALIMUNTHE NIM.

Disusun Oleh : J

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

Lampiran 1 FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) 3. Netralkan indera pengecap anda dengan air putih setelah selesai mencicipi satu sampel.

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAN HASIL PARUTAN BIT MERAH DALAM PEMBUATAN BISKUIT TERHADAP KANDUNGAN GIZI

SUBSTITUSI TEPUNG PISANG AWAK MASAK(Musa paradisiaca var. awak) DAN KECAMBAH KEDELAI (Glycine max ) PADA PEMBUATAN BISKUIT SERTA DAYA TERIMA.

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG WORTEL TERHADAP DAYA TERIMA DAN KADAR VITAMIN A PADA BISKUIT SKRIPSI OLEH :

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PENGARUH PENGGUNAAN TEMPE SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN ISIAN BURGER TERHADAP KOMPOSISI ZAT GIZI DAN DAYA TERIMANYA

UJI DAYA TERIMA DAN NILAI GIZI MI BASAH YANG DIMODIFIKASI DENGAN TEMPE DAN WORTEL (Daucus carota L.) Gizi Kesehatan Masyarakat

SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM DENGAN PENAMBAHAN JUS WORTEL (Daucus carotal.)

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

Food Science and Culinary Education Journal

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

² Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

PENGARUH RASIO LABU KUNING (Cucurbita moschata) DENGAN TEPUNG BERAS TERHADAP KARAKTERISTIK KUE OMBUS-OMBUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami

Effect of Substitution Soy Flour and Flour Anchovy towards Protein and Calcium Crackers

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

KUALITAS DAN DAYA TERIMA NAGASARI PADAT GIZI SEBAGAI MAKANAN ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

PEMANFAATAN TEPUNG BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) DALAM PEMBUATAN BOLU TERHADAP DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZINYA

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

ANALISIS ZAT GIZI DAN UJI DAYA TERIMA FLAKES DARI TEPUNG PISANG BARANGAN MENTAH DAN TEPUNG TALAS

BAB I LATAR BELAKANG

KADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

PENGARUH PENGGUNAAN BUBUR BUAH LABU KUNING KUKUS SEBAGAI FAT REPLACER TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK REDUCED FAT COOKIES JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

SKRIPSI ANALISIS ENERGI DAN PROTEIN SERTA UJI DAYA TERIMA BISKUIT TEPUNG LABU KUNING DAN IKAN LELE. Oleh : IKA ROHIMAH NIM.

PENGARUH PENGGUNAAN TEMPE SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN ISIAN BURGER TERHADAP KOMPOSISI ZAT GIZI DAN DAYA TERIMANYA

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya. jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI PROPOSAL SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi yang

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG BIT MERAH DAN HASIL PARUTAN BIT MERAH DALAM PEMBUATAN BISKUIT TERHADAP KANDUNGAN GIZI DAN CITA RASANYA SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adhita Dwi Septiani, 2014

PENGARUH PENAMBAHAN KOSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata) TERHADAP MUTU KUE SEMPRONG. Oleh:

Disusun Oleh. Devie Triyanaa J FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

Protein, Kalsium dan Daya Terima Bakso Jamur

PENGARUH SUBSTITUSI BEKATUL TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK DAN KADAR SERAT KUE KEMBANG LOYANG

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

PENGARUH PROPORSI TERIGU MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) DAN PENAMBAHAN TEPUNG FORMULA TEMPE TERHADAP HASIL JADI FLAKE

SNACK BAR RENDAH FOSFOR DAN PROTEIN BERBASIS PRODUK OLAHAN BERAS

PEMBUATAN ABON IKAN GULAMAH (Johnuis spp) DAN DAYA TERIMANYA

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan vitamin A (KVA). KVA yaitu kondisi kurang zat gizi mikro

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

UJI DAYA TERIMA SELAI KULIT JERUK MANIS (Citrus sinensis L) DAN NILAI GIZINYA

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING

PEMBUATAN MI KERING DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TULANG CEKER AYAM DRY NOODLE MAKING BY CHICKEN METATARSAL MEAL ADDITION ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUALITAS MI BASAH DENGAN SUBSTITUSI JAGUNG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Makanan tradisional merupakan wujud budaya yang berciri kedaerahan,

BAB I PENDAHULUAN. Pisang ( Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh

EVALUASI MUTU ORGANOLEPTIK BEKASAM IKAN WADER

SUBSTITUSI TEPUNG PISANG AWAK MASAK (Musa paradisiaca var. awak) DAN KECAMBAH KEDELAI (Glycine max) PADA PEMBUATAN BISKUIT SERTA DAYA TERIMA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

PENGARUH PENCAMPURAN TEPUNG KACANG-KACANGAN PADA PENGOLAHAN GROWOL TERHADAP SIFAT FISIK, SIFAT ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN ZAT BESI

PENGARUH KONSENTRASI STABILIZED CALCIUM CARBONATE 140 TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini.

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

MUTU ORGANOLEPTIKDAN KADAR PROTEIN MIE BASAH YANG DISUBTITUSI DENGAN AMPAS TAHU

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

ABSTRAK. Kata kunci : puree labu kuning, tapioka, bika ambon.

KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN SENSORI COOKIES DARI TEPUNG KOMPOSIT (BERAS MERAH, KACANG MERAH DAN MOCAF)

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. nilai gizinya kurang memenuhi. Terutama bagi anak-anak dan remaja.

Jurnal Pangan dan Gizi Vol 01 No. 02 Tahun 2010

Transkripsi:

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS Acceptability test and nutrient compositon of rice with the addition of pumpkin and sweet corn Hadiah Kurnia Putri 1, Jumirah², Zulhaida Lubis² 1 Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ² Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ABSTRACT Food diversification instead of rice is necessary for food security and food quality. Pumpkin and sweet corn can be an alternative to accompanying rice for the food security and food quality. This was an experimental study on rice processing by adding pumpkin and sweet corn in different proportion (5:3:2, 5:2:3, and 5:2,5:2,5). This study was aimed to determine the acceptability of color, flavor, taste, and texture which were tested by hedonic test and its nutrient composition. The result of this research showed that by organoleptic test, rice with the addition of pumpkin and sweet corn which made with 5:3:2 proportion was the most favored by the panelists. Based on analysis of variance, the addition of pumpkin and sweet corn in different proportion influenced different variety of taste, flavor, color, and texture. The addition of pumpkin and sweet corn on rice cooking increased the content of protein, fat, calcium, phosphorus, iron, vitamin A, vitamin B 1, and vitamin C. Consumption of one serving of A 1 rice with addition pumpkin and sweet corn contributes 26,8% adequacy of vitamin A and,% adequacy of vitamin C in 7-9 years old children. It is suggested for consumer to make rice with addition of pumpkin and sweet corn as an alternative food for reduce the consumption of rice. It is necessary to do other foods diversification by added pumpkin and sweet corn as a food which is rich in nutrient content. Keywords: Rice, Pumpkin, Sweet Corn, Acceptability Test, Nutrient Composition PENDAHULUAN Berdasarkan UU No. 7 Tahun 1996, Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Bila ditinjau lebih jauh mengenai Undang-Undang tersebut, maka manusia dengan pangan tidak bisa dipisahkan. Menurut Nurmala (1998), sepertiga umat manusia atau sekitar 1,4 miliar menggunakan beras sebagai bahan makanan pokok. Beras memberikan kontribusi 25-5 % dari menu sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa keterikatan masyarakat dengan beras sangat erat. Menurut Menteri Pertanian, Suswono yang dikutip oleh Virdhani (212), masyarakat harus diajarkan untuk mengurangi konsumsi beras dan mencoba substitusi pangan dengan umbi-umbian. Ditinjau dari segi masyarakat konsumen, diversifikasi pangan perlu didukung oleh diversifikasi konsumsi, dalam arti masyarakat harus mulai dibiasakan mengonsumsi tidak beras saja, namun juga pangan non beras. Menu makanan yang sehat perlu dirumuskan berdasarkan bahan pangan yang bervariasi untuk kemudian diperkenalkan kepada masyarakat, misalnya dengan membuat nasi labu jagung. Labu dan jagung manis merupakan bahan pangan yang mudah didapatkan di berbagai tempat. Dengan kandungan vitamin dan mineral yang begitu lengkap serta bervariasi, labu kuning dan jagung manis merupakan bahan makanan yang sangat bermanfaat bagi tubuh (Novary, 1997). Mengingat kebiasaan anak usia sekolah yang kebanyakan tidak suka mengonsumsi sayur dan buah sehingga berisiko mengalami kurang vitamin A (KVA), nasi labu jagung 1

dapat dijadikan suatu alternatif peningkatan konsumsi vitamin A pada anak. Nasi labu jagung merupakan pilihan makanan untuk anak usia sekolah yang tidak suka mengonsumsi sayuran dan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi mikro anak. Nasi labu jagung tentunya lebih baik dibanding makanan jajanan yang umumnya sering dikonsumsi anak usia sekolah (Almatsier, 211). Berdasarkan eksperimen awal yang dilakukan, pembuatan nasi labu jagung mempunyai cara yang sama dalam penanakannya seperti nasi biasa. Pembuatan nasi labu jagung belum pernah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan pembuatan nasi labu jagung dengan komposisi perbandingan beras, labu kuning, dan jagung manis yang beragam untuk memperoleh respon terbaik dari panelis. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksperimen dengan rancangan acak lengkap yang terdiri atas dua faktor yaitu labu kuning dan jagung manis dengan 3 perlakuan penambahan labu kuning dan jagung manis 5:3:2, 5:2:3, dan 5:2,5:2,5 (r=3) dengan simbol A 1, A 2, dan A 3 yang semuanya diulang sebanyak 2 kali (i=1,2). Pembuatan nasi dengan penambahan labu kuning dan jagung manis dilakukan pada bulan Maret 213. Pengambilan data untuk uji daya terima dilaksanakan pada bulan Maret 213 di SD Negeri No. 5727 Paya Bengkuang Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat terhadap siswa kelas IV. Data yang dikumpulkan, diolah secara manual. Hasil nilai rata-rata dianalisis untuk mengetahui data yang berdistribusi normal dengan menggunakan Uji Kesamaan Varians (Uji Bartlet). Selanjutnya dilakukan Analisa Sidik Ragam dan Uji Ganda Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan ketiga perlakuan yang berbeda terhadap nasi dengan penambahan labu kuning dan jagung manis maka dihasilkan nasi labu jagung dengan karakterisrik yang berbeda. nasi labu jagung A 1 berwarna kuning terang, beraroma khas labu kuning, rasanya khas labu kuning, dan teksturnya lembut. Nasi labu jagung A 2 berwarna kuning, rasanya khas jagung, beraroma khas jagung, dan teksturnya sedikit kasar. nasi labu jagung A 3 berwarna kuning pucat, beraroma khas labu dan jagung, rasanya khas labu dan jagung, dan memiliki tekstur yang kasar. Berdasarkan uji organoleptik terhadap rasa, diperoleh nilai skor tertinggi yaitu 81 (9%). Hal ini menunjukkan bahwa nasi labu jagung A 1 paling disukai oleh panelis. Nasi labu jagung A 1 lebih disukai oleh panelis karena memiliki rasa yang paling enak dengan rasa khas labu kuning dibandingkan nasi labu jagung A 1 dan A 2. Penilaian organoleptik terhadap rasa nasi labu jagung dapat dilihat pada gambar 1. Persentase 8 7 6 5 3 2 73,3 46,7 24,4 15,6 5,6 1,1 Gambar 1. Histogram Hasil Analisis Organoleptik Rasa Nasi Labu Jagung Hasil analisa sidik ragam terhadap rasa nasi labu jagung dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Hasil Analisa Sidik Ragam terhadap Rasa Db 2 87 89 JK 12,2 35,4 47,6 KT 6,1,41 F Hitung 14,88 F Tabel (,5) 3,11 Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap rasa dari ketiga perlakuan pada nasi labu jagung diperoleh F Hitung 14,88 > F Tabel 3,11 yang bermakna bahwa penambahan labu kuning dan jagung manis dengan berbagai Suka Kurang Suka Tidak Suka Organoleptik Rasa 2

variasi memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap rasa nasi labu jagung yang dihasilkan. Untuk mengetahui perlakuan nasi labu jagung yang rasanya paling disukai panelis dilakukan Uji Ganda Duncan dan didapatkan hasilnya pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji Ganda Duncan terhadap Rasa Perlakuan A 3 A 2 A 1 1,8 2,3 2,7 A 2 A 3 = 2,3 1,8 =,5 >,328 A 1 A 3 = 2,7 1,8 =,9 >,345 A 1 A 2 = 2,7 2,3 =,4 >,328 Jadi A 2 A 3 Jadi A 1 A 3 Jadi A 1 A 2 Berdasarkan Uji Ganda Duncan dapat terhadap rasa nasi labu jagung A 1, A 2, dan A 3 berbeda satu sama lain dan yang paling disukai rasanya adalah nasi labu jagung A 1. Pengujian organoleptik terhadap aroma oleh panelis menunjukan bahwa panelis menyukai aroma nasi labu jagung A 1 dengan skor tertinggi yaitu 83 (92,2%) sedangkan aroma nasi labu jagung A 3 mendapatkan skor terendah yaitu 54 (6,%). Penilaian organoleptik aroma nasi labu jagung dapat dilihat pada gambar 2 berikut. Persentase 9 8 7 6 5 3 2 76,7 6,7 15,5 31,1 44,4 8,9 4,4 Suka Kurang Suka Tidak Suka Organoleptik Aroma Tabel 3. Hasil Analisa Sidik Ragam terhadap Aroma Db 2 87 89 JK 14,2 28,4 42,6 KT 7,1,32 F Hitung 21,9 F Tabel (,5) 3,11 Berdasarkan hasil analisa sidik ragam terhadap aroma dari ketiga nasi labu jagung dengan nilai F Hitung 21,9 ternyata lebih besar dari F Tabel 3,11 bermakna bahwa penambahan labu kuning dan jagung manis dengan berbagai variasi memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap aroma nasi labu jagung yang dihasilkan. Untuk mengetahui perlakuan nasi labu jagung yang aromanya paling disukai panelis dilakukan Uji Ganda Duncan dan didapatkan hasilnya pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Ganda Duncan terhadap Aroma Perlakuan A 3 A 2 A 1 1,8 2,27 2,77 A 2 A 3 = 2,27 1,8 =,47 >,28 A 1 A 3 = 2,77 1,8 =,97 <,295 A 1 A 2 = 2,77 2,27 =,5 >,28 Jadi A 2 A 3 Jadi A 1 A 3 Jadi A 1 A 2 Berdasarkan Uji Ganda Duncan dapat terhadap aroma nasi labu jagung A 1, A 2, dan A 3 berbeda satu sama lain dan yang paling disukai aromanya adalah nasi labu jagung A 1. Pengujian organoleptik terhadap warna oleh panelis menunjukkan bahwa panelis menyukai warna nasi labu jagung A 1 dengan nilai skor tertinggi yaitu 83 (92,2%). Warna nasi labu jagung A 3 mendapatkan nilai skor terendah yaitu 53 (58,9 %). Penilaian organoleptik warna nasi labu jagung dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 2. Histogram Hasil Analisis Organoleptik Aroma Nasi Labu Jagung Hasil analisa sidik ragam terhadap aroma nasi labu jagung dapat dilihat pada tabel 3 berikut. 3

Persentase 9 8 7 6 5 3 2 83,3 56,7 Suka 6,7 Gambar 3. Histogram Hasil Analisis Organoleptik Warna Nasi Labu Jagung Hasil analisa sidik ragam terhadap warna nasi labu jagung dapat dilihat pada tabel 5 berikut. Tabel 5. Hasil Analisa Sidik Ragam terhadap Warna db 2 87 89 JK 16,4 3,2 46,6 KT 8,2,35 F Hitung 23,4 F Tabel (,5) 3,11 Berdasarkan hasil analisa sidik ragam terhadap warna dari ketiga perlakuan pada nasi labu jagung diperoleh F Hitung 23,4 > F Tabel 3,11 yang bermakna bahwa penambahan labu kuning dan jagung manis dengan berbagai variasi memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap warna nasi labu jagung yang dihasilkan. Untuk mengetahui perlakuan nasi labu jagung yang warnanya paling disukai panelis dilakukan Uji Ganda Duncan dan didapatkan hasilnya pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Hasil Uji Ganda Duncan Terhadap Warna Perlakuan A 3 A 2 A 1 1,77 2,53 2,77 A 2 A 3 = 2,53 1,77 =,76 >,28 A 1 A 3 = 2,77 1,77 = 1, >,295 A 1 A 2 = 2,77 2,53 =,24 <,28 37,8 26,7 Kurang Suka 11,1 2,2 1,1 Tidak Suka Organoleptik Warna Jadi A 2 A 3 Jadi A 1 A 3 Jadi A 1 = A 2 Berdasarkan Uji Duncan dapat terhadap warna nasi labu jagung A 1 tidak sama dengan warna nasi labu jagung A 3, berbeda dengan kedua nasi labu jagung yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa warna nasi labu jagung A 3 kurang disukai dibandingkan dengan warna nasi labu jagung A 1 dan A 2. Hasil uji organoleptik terhadap tekstur oleh para panelis menunjukkan bahwa tekstur nasi labu jagung A 1 mendapatkan nilai skor yang paling tinggi yaitu 82 (91,1%) dengan kategori suka. Sedangkan tekstur nasi labu jagung A 1 mendapatkan nilai skor yang paling rendah yaitu 69 (76,6%) dengan kategori kurang suka. Penilaian organoleptik tekstur nasi labu jagung dapat dilihat pada gambar 4. Persentase 9 8 7 6 5 3 2 76,7 53,3 76,7 13,3 15,6 8,9 7,8 1,1 3,3 Suka Kurang Suka Tidak Suka Organoleptik Tekstur Gambar 4. Histogram Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Nasi Labu Jagung Hasil analisa sidik ragam terhadap tekstur nasi labu jagung dapat dilihat pada tabel 7 berikut. Tabel 7. Hasil Analisa Sidik Ragam terhadap Tekstur db 2 87 89 JK 3,27,83 44, KT 1,635,47 F Hitung 3,48 F Tabel (,5) 3,11 Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap tekstur dari ketiga perlakuan pada nasi labu jagung diperoleh F Hitung 3,48 > F Tabel 3,11 menunjukkan bahwa penambahan labu kuning dan jagung manis dengan berbagai 4

variasi memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap tekstur nasi labu jagung yang dihasilkan. Untuk mengetahui perlakuan nasi labu jagung yang teksturnya paling disukai panelis dilakukan Uji Ganda Duncan dan didapatkan hasilnya pada tabel 8 berikut. Tabel 8. Hasil Uji Ganda Duncan terhadap Tekstur Perlakuan A 2 A 3 A 1 2,3 2,67 2,73 A 1 A 2 = 2,73 2,3 =,43 >,35 A 1 A 3 = 2,73 2,67 =,6 <,369 A 3 A 2 = 2,67 2,3 =,37 >,35 Jadi A 1 A 2 Jadi A 1 = A 3 Jadi A 3 A 2 Berdasarkan Uji Ganda Duncan dapat terhadap tekstur nasi labu jagung A 1 sama dengan tekstur nasi labu jagung A 3, namun tekstur nasi labu jagung A 2 berbeda dengan kedua nasi labu jagung yang lain. Berdasarkan perhitungan komposisi zat gizi nasi labu jagung yang mengacu pada Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM), dapat dilihat perbedaan kandungan zat gizi dalam nasi labu jagung A 1, A 2, dan A 3. Hasil perhitungan kandungan zat gizi nasi labu jagung dapat dilihat pada tabel 9 berikut. Tabel 9. Kandungan Zat Gizi Nasi per gr Zat Gizi Kandungan Gizi Nasi* A 1 A 2 A 3 Kalori (kkal) 178, 116,9 123,6 12,25 Protein (gr) 2, 2,8 2,32 2,2 Lemak (gr),,34,41,37 Karbohidrat (gr),6 26,84 28.46 27,65 Kalsium (mg) 5, 16,6 12,4 14,5 Fosfor (mg) 22, 52, 57,1 54,75 Fe (mg),5,81,74,77 Vitamin A (S.I) - 134, 156, 145 Vitamin B1 (mg),2,6,7,7 Vitamin C (mg) - 18, 14, 16, *Dikutip dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Depkes RI, 25 Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa ada perbedaan kandungan zat gizi yang dihasilkan dari ketiga perlakuan penambahan labu kuning dan jagung manis dalam penanakan nasi. Kandungan protein yang paling tinggi terdapat pada nasi labu jagung A 2 yaitu sebesar 2,32 gram. Kandungan mineral yang meliputi kalsium, fosfor, dan zat besi dalam nasi labu jagung lebih tinggi dibanding nasi biasa. Kandungan kalsium yang paling tinggi terdapat pada nasi labu jagung A 1 yaitu sebesar 16,6 mg. Kandungan fosfor yang paling tinggi terdapat pada nasi labu jagung A 2 yaitu sebesar 57,1 mg. Kandungan vitamin A yang paling tinggi terdapat pada nasi labu jagung A 2 yaitu sebesar 156 SI. Kandungan vitamin B 1 yang paling tinggi terdapat pada nasi labu jagung A 2 dan A 3 yaitu sebesar,7mg. Kandungan vitamin C yang paling tinggi terdapat pada nasi labu jagung A 1 yaitu sebesar 18 mg. Ketiga nasi labu jagung yang dihasilkan memiliki kandungan kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, Fe, vitamin A, vitamin B 1, dan vitamin C yang berbeda. Kandungan gizi yang paling menonjol pada nasi labu jagung adalah kandungan zat gizi mikro yaitu kalsium, fosfor, vitamin A, dan vitamin C yang jumlahnya sangat sedikit bahkan tidak ada pada nasi putih biasa. Berdasarkan uji organoleptik, nasi labu jagung yang paling disukai adalah nasi labu jagung A 1. Berdasarkan perhitungan kandungan zat gizi, nasi labu jagung A 1, A 2, dan A 3 memiliki kandungan gizi yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan pertimbangan tersebut, nasi labu jagung yang disarankan untuk dikonsumsi adalah nasi labu jagung yang paling banyak disukai oleh panelis yaitu nasi labu jagung A 1. Nasi labu jagung yang kaya akan kandungan vitamin dan mineral cocok untuk dikonsumsi oleh setiap kalangan karena dapat menyumbangkan sejumlah vitamin dan mineral yang dibutuhkan. Selain itu, nasi labu jagung juga dapat membantu memenuhi kebutuhan energi seseorang. Berdasarkan data kandungan zat gizi yang telah diperoleh, dapat ditentukan takaran saji nasi labu jagung A 1 untuk anak usia 7-9 tahun. Pada penentuan takaran saji, yang menjadi pertimbangan utama adalah upaya pemenuhan vitamin A dan vitamin C. Penentuan takaran saji bertujuan untuk menentukan besar porsi nasi labu jagung yang dapat memenuhi 1/3 kecukupan vitamin A dan vitamin C dalam satu kali konsumsi disamping untuk membantu memenuhi 5

kecukupan energi, protein, kalsium, fosfor, Fe, dan vitamin B 1. Sumbangan kecukupan gizi nasi labu jagung untuk anak usia 7-9 tahun dapat dilihat pada tabel. Tabel. Sumbangan Kecukupan Gizi per Takaran Saji Nasi Labu Jagung pada Anak Usia 7-9 Tahun Zat Gizi Kandungan per Takaran Saji (gr) AKG * % AKG Kalori (kkal) 116,9 18 6,5 Protein (gr) 2,8 45 4,6 Kalsium (mg) 16,6 6 2,8 Fosfor (mg) 52, 13,1 Fe (mg),81 8,1 Vitamin A (S.I) 134, 5 26,8 Vitamin B1 (mg),6,9 6,7 Vitamin C (mg) 18, 45, *Dikutip dari Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 24 Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan acuan nasi labu jagung A 1, diperoleh takaran saji sebesar g. Konsumsi satu takaran saji nasi labu jagung A 1 dapat memenuhi 26,8% kecukupan vitamin A dan,% kecukupan vitamin C anak usia 7-9 tahun. Konsumsi satu takaran saji nasi labu jagung A 1 juga dapat memenuhi 6,5% kecukupan energi, 4,6% kecukupan protein, 2,8% kecukupan kalsium, 13,1% kecukupan fosfor, 8,1% kecukupan Fe, dan 6,7% kecukupan vitamin B 1 anak usia7-9 tahun. Untuk memenuhi seluruh kecukupan zat gizi, maka konsumsi nasi labu jagung dapat dibantu dengan konsumsi lauk pauk lainnya. KESIMPULAN 1. Penambahan labu kuning dan jagung manis dalam penanakan nasi memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap penilaian organoleptik baik dari segi warna, aroma, tekstur, rasa maupun kandungan zat gizi. 2. Berdasarkan indikator rasa, aroma, warna, dan tekstur, nasi labu jagung yang disukai panelis adalah nasi labu jagung A 1 yaitu nasi labu jagung dengan perbandingan beras, labu kuning, dan jagung manis 5:3:2. 3. Penambahan labu kuning dan jagung manis dalam penanakan nasi meningkatkan kandungan protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B 1, dan vitamin C dibandingkan nasi biasa. 4. Konsumsi satu takaran saji nasi labu jagung A 1 sebesar g dapat memberikan kontribusi 26,8% kecukupan vitamin A dan,% kecukupan vitamin C anak usia 7-9 tahun. SARAN 1. Agar masyarakat dapat membiasakan diri mengonsumsi nasi labu jagung sebagai makanan alternatif untuk mengurangi konsumsi beras karena mengandung zat gizi yang diperlukan tubuh. 2. Perlu dilakukan upaya untuk menyebarluaskan pembuatan nasi labu jagung kepada masyarakat misalnya untuk menggantikan nasi uduk. 3. Dari segi zat gizi, nasi labu jagung yang lebih baik untuk dikonsumsi adalah nasi labu jagung A 2 walaupun yang paling disukai panelis adalah nasi labu jagung A 1. 4. Perlu dilakukan penelitian lain tentang uji daya terima nasi labu jagung terhadap panelis lain misalnya panelis dewasa dan ibu hamil. 5. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh konsumsi nasi labu jagung terhadap peningkatan status gizi. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 211. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Novary, E. 1997. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Penebar Swadaya. Jakarta. Nurmala, T. 1998. Serealia Karbohidrat Utama. PT Rineka Cipta. Jakarta. Virdhani, M. Konsumsi Beras Indonesia Hampir Tiga Juta Ton per Bulan, 3 Juli 212. http://travel.okezone.com/read/212/4/ 3/32/64712/konsumsi-berasindonesia-hampir-3-juta-ton-bulan. Diunduh 14 Juli 212. Haryadi. 26. Teknologi Pengolahan Beras. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 6