PENGARUH PENGGUNAAN TEMPE SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN ISIAN BURGER TERHADAP KOMPOSISI ZAT GIZI DAN DAYA TERIMANYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENGGUNAAN TEMPE SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN ISIAN BURGER TERHADAP KOMPOSISI ZAT GIZI DAN DAYA TERIMANYA"

Transkripsi

1 PENGARUH PENGGUNAAN TEMPE SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN ISIAN BURGER TERHADAP KOMPOSISI ZAT GIZI DAN DAYA TERIMANYA (The influence of tempeh as ingredients in the making of patty to the nutrient composition and the acceptable) Nurwahyu Utami 1, Jumirah 2, Albiner Siagian 2 1 Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 2 Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ABSTACT Tempeh burger is one of an innovative product of burgers, which has high phyto-protein. Most of people know that tempeh only made from soybean, but the other legume such as mung bean and red kidney bean can also be processed into tempeh because they almost have the similar nutrient composition with soybean. This was an experimental study that aims to determine the nutrient composition and the acceptable of patty with the difference of tempeh ingredients, such as soybean, mung bean, and red kidney bean. Based on laboratory test at the Laboratory of Nutrition FKM and Food Technology Laboratory FP USU, showed that the soybean tempeh patty has highest content of energy, fat, and carbohydrate; while the highest content of protein and ash belongs to the mung bean tempeh patty. Based on the organoleptic test by 30 students of FKM USU as a panelist, showed that the soybean tempeh patty was the most preferred. With Anova Test, the difference of tempeh for making the tempeh patty was only influenced different variety of color, aroma, and texture, but not for the taste. It s recommended that consumer, especially those who like burgers but limiting meat consumption, make tempeh burger as their alternative snack. The mung bean tempeh patty was the best choice for young people who are still in their growth stage, because it had highest content of protein and ash. It is also need to do the further study to eliminate unpleasant contained in mung bean and red kidney bean tempeh patty. Keywords: Tempeh Patty, Nutrient Composition, Acceptability PENDAHULUAN Burger telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Bermula dari pedagang asal Timur Tengah yang menikmati daging kambing cincang di salah satu restoran di Hamburg, Jerman. Hamburg kala itu adalah pusat perdagangan dan juga sebagai tempat berkumpulnya para pedagang asal Arab (Hardiman, 2011). Burger sangat popular hingga kini, penggemarnya tidak sedikit. Tua muda, kecil dewasa, menyukai burger. Karena itu, banyak orang yang menjadikan burger sebagai salah satu komoditas dalam usaha jasa boga. Dan ternyata burger juga bisa membuat orang kaya raya, karena bisnis ini sangat menjanjikan dan sudah menjadi makanan berbagai kalangan karena banyak dijual oleh jaringan restoran cepat saji atau kafe-kafe, bahkan burger saat ini sudah lazim dijajakan di sekolah-sekolah menggunakan gerobak sepeda atau stand semi permanen (Sarwono, 2010). Burger tempe merupakan salah satu olahan inovatif dari burger. Burger tempe kaya akan protein nabati yang berasal dari tempe itu sendiri. Hadirnya burger tempe merupakan salah satu inovasi di bidang kuliner, di mana tempe (bahan pangan nabati) sebagai makanan khas Indonesia dijadikan sebagai bahan pengganti daging (bahan pangan hewani) dalam pembuatan isian burger, juga dapat menjadi pilihan bagi orangorang yang dengan alasan tertentu tidak dapat memakan daging. Sebagai bahan makanan yang sehat dengan harga ekonomis, tempe Pengaruh Penggunaan Tempe sebagai Bahan Dasar Pembuatan Isian Burger Terhadap Komposisi Zat Gizi dan Daya Terimanya Nurwahyu Utami ( ) utami_nurwahyu@yahoo.co.id / utami.nurwahyu@gmail.com 1

2 layak dijadikan sebagai bahan pembuatan makanan populer, seperti burger. Erwin (2006), menyatakan bahwa saat ini masyarakat sudah mulai memerhatikan pola makan yang sehat alami. Bahan pangan sumber protein nabati mulai lebih banyak dikonsumsi sebagai pengganti bahan pangan sumber protein hewani yang perlu dibatasi pemakaiannya, terutama karena kondisi kesehatan tertentu, misalnya karena mengalami hiperkolesterolemia, atau penyakit kardiovaskular lainnya yang terkait dengan konsumsi lemak atau kolesterol yang berlebihan. Konsumsi tempe di Indonesia sendiri sekitar 6,45 kg per orang per tahunnya, dan 2,4 juta ton per tahunnya, Indonesia sekarang ini adalah negara pengonsumsi tempe terbesar di dunia (Setiadi, 2012). Seperti halnya kedelai, kacang hijau dan kacang merah pun merupakan sumber protein nabati yang tidak kalah jika dibandingkan dengan sumber protein hewani. Bukan hanya mengandung protein, zat gizi lain seperti karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral juga terkandung di dalamnya, selain itu kedua jenis kacang ini pun relatif mudah diolah menjadi tempe jika dibandingkan dengan jenis kacangkacangan lainnya. Potensi dari kedua jenis kacangkacangan tersebut untuk dijadikan tempe memungkinkan dapat diolah menjadi berbagai jenis penganan, salah satunya adalah isian burger. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan tempe (tempe kacang kedelai, kacang hijau, dan kacang merah) sebagai bahan dasar pembuatan isian burger terhadap komposisi zat gizi serta daya terimanya berdasarkan indikator warna, rasa, aroma, dan tekstur. Sehingga dapat memberikan informasi baik kepada masyarakat, maupun produsen tempe mengenai pembuatan tempe berbahan selain kedelai dan penggunaan bahan pangan nabati sebagai alternatif untuk menggantikan bahan pangan hewani, terutama daging yang harganya relatif lebih mahal. Selain itu, hal ini juga merupakan salah satu cara mengoptimalkan pemanfaatan bahan pangan lokal sebagai salah satu realisasi diversifikasi pangan, alternatif pengolahan tempe sebagai penganan yang tidak kalah saing dengan penganan populer asal mancanegara, alternatif jajanan sehat dengan harga ekonomis yang dapat dibuat di rumah dan dikonsumsi semua kalangan, terutama orang-orang yang dengan alasan kesehatan atau alasan tertentu lainnya membatasi konsumsi daging yang biasanya digunakan sebagai bahan dalam pembuatan isian burger. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Sedangkan untuk mengetahui pengaruhnya, maka digunakan uji statistik. Pembuatan isian burger tempe dan pengujian daya terima terhadap mahasiswa yang berjumlah 30 orang di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dilakukan pada bulan Mei Komposisi zat gizi isian burger tempe (kadar air, abu, lemak, protein, karbohidrat, dan energi) diketahui melalui uji laboratorium yang dilakukan di Laboratorium Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dilakukan pada bulan Mei Untuk mengetahui kadar air dan abu digunakan metode gravimetri, kadar protein menggunakan metode Kjeldahl, dan kadar lemak menggunakan metode ekstraksi (Soxhletasi). Sementara kadar karbohidrat dan energi diperoleh melalui perhitungan. Penerimaan panelis terhadap isian burger tempe berdasarkan uji kesukaan (hedonik) yang diperoleh kemudian ditabulasikan dan dianalisis menggunakan uji varians (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Ganda Duncan (Duncan n Multiple Ranges Test). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Isian Burger Tempe Penggunaan tempe kacang kedelai, kacang hijau, dan kacang merah dalam pembuatan isian burger menghasilkan isian burger tempe dengan karakteristik yang berbeda. Isian burger tempe kacang kedelai (A 1 ) berwarna kuning keemasan, memiliki rasa khas tempe dan gurih, beraroma khas tempe, dan bertekstur lembut. Isian burger 2 Pengaruh Penggunaan Tempe sebagai Bahan Dasar Pembuatan Isian Burger Terhadap Komposisi Zat Gizi dan Daya Terimanya Nurwahyu Utami ( ) utami_nurwahyu@yahoo.co.id / utami.nurwahyu@gmail.com

3 tempe kacang hijau (A 2 ) berwarna kuning kecokelatan, memiliki rasa gurih dan diakhir terasa agak langu, beraroma khas tempe namun tercium langu, dan bertekstur agak lembut. Sedangkan isian burger tempe kacang merah (A 3 ) berwarna kehitam-hitaman, memiliki rasa khas kacang merah dan diakhir terasa agak langu, beraroma khas tempe namun agak langu, dan bertekstur lembut. Analisis Komposisi Zat Gizi Isian Burger Tempe Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi Berdasarkan uji laboratorium yang dilakukan, komposisi zat gizi yang terkandung dalam setiap 100 gram isian burger tempe dapat dilihat pada Tabel 1. berikut. Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Per 100 gram Isian Burger Tempe ZatGizi Isian Burger Tempe A 1 A 2 A 3 Energi (Kkal) Kadar Karbohidrat (%) Kadar Air (%) Kadar Protein (%) Kadar Abu (%) Kadar Lemak (%) 268,56 33,37 42,86 6,77 5,00 12,00 155,68 9,15 63,93 13,84 6,00 7,08 227,92 28,52 51,52 5,96 4,00 10,00 Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa komposisi zat gizi yang terdapat pada isian burger tempe lebih rendah jika dibandingkan dengan komposisi zat gizi yang terdapat pada kacang-kacangan yang dipakai sebagai bahan pembuatan tempenya. Hal tersebut dikarenakan perendaman kacangkacangan yang terlalu lama dapat menyebabkan penurunan kandungan gizinya. Hasil penelitian Lo et al. dalam Koswara (1992) mengungkapkan bahwa perendaman kacang kedelai selama 24 jam dan 76 jam berturut-turut akan menurunkan kandungan protein sebesar 36 dan 38 % dari jumlah protein semula. Oleh karena itu pengolahan kacang-kacangan yang melalui proses perendaman dapat menurunkan kandungan gizinya. Namun, kandungan anti gizi dan senyawa penyebab off-flavor (menimbulkan bau dan rasa yang tidak dikehendaki) yang terdapat pada kacang-kacangan, terutama kacang kedelai akan menurun dengan proses perendaman, perebusan, ataupun pengukusan. Kandungan anti gizi dalam kacang kedelai antara lain anti tripsin, hemaglutinin, fitat, dan oligosakarida penyebab flatulensi, sedangkan kelompok senyawa penyebab off-flavor antara lain penyebab bau langu (beany flavor), penyebab rasa pahit dan penyebab rasa kapur (chalky flavor) (Koswara, 1992). Berikut disajikan analisis komposisi zat gizi isian burger tempe berdasarkan angka kecukupan gizi per 50 gram isian burger tempe (per keping isian burger tempe). Tabel 2. Analisis Komposisi Zat Gizi Isian Burger Tempe Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi Laki-Laki Usia Tahun Zat Gizi Isian Burger Tempe A 1 A 2 A 3 AKG Energi (kkal) 134,28 77,84 113, * % Sumbangan 5,27 3,05 4,47 Protein (gr) 3,34 6,92 2,98 60* % Sumbangan 5,56 11,53 4,49 * Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004 dalam Almatsier (2011) Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa penggunaan tempe kacang kedelai (A 1 ) sebagai bahan dasar pembuatan isian burger menyumbang kecukupan energi terbesar, yaitu 5,27% dari kebutuhan energi sehari lakilaki usia tahun. Sedangkan penggunaan tempe kacang hijau (A 2 ) sebagai bahan dasar pembuatannya menyumbang kecukupan protein terbesar, yaitu 11,53% dari kebutuhan protein sehari laki-laki berusia tahun. Tabel 3. Analisis Komposisi Zat Gizi Isian Burger Tempe Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi Perempuan Usia Tahun Zat Gizi Isian Burger Tempe A 1 A 2 A 3 AKG Energi (kkal) 134,28 77,84 113, * % Sumbangan 7,07 4,10 6,00 Protein (gr) 3,34 6,92 2,98 50* % Sumbangan 6,68 13,84 5,96 * Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004 dalam Almatsier (2011) Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa penggunaan tempe kacang kedelai (A 1 ) sebagai bahan dasar pembuatan isian burger menyumbang kecukupan energi terbesar, yaitu 7,07% dari kebutuhan energi sehari perempuan usia tahun. Sedangkan Pengaruh Penggunaan Tempe sebagai Bahan Dasar Pembuatan Isian Burger Terhadap Komposisi Zat Gizi dan Daya Terimanya Nurwahyu Utami ( ) utami_nurwahyu@yahoo.co.id / utami.nurwahyu@gmail.com 3

4 penggunaan tempe kacang hijau (A 2 ) sebagai bahan dasar pembuatannya menyumbang kecukupan protein terbesar, yaitu 13,84% dari kebutuhan protein sehari perempuan berusia tahun. Analisis Organoleptik Warna Isian Burger Tempe Pengujian organoleptik terhadap warna yang dihasilkan dari isian burger tempe oleh panelis menunjukkan bahwa warna isian burger dengan tempe kacang kedelai (A 1 ) dan kacang hijau (A 2 ) sebagai bahan dasar pembuatannya sama-sama disukai sedangkan warna yang dihasilkan dari isian burger dengan tempe kacang merah (A 3 ) sebagai bahan dasar pembuatan isiannya tidak disukai. Hal ini dikarenakan warna yang dihasilkan dari isian burger tempe kacang kedelai (A 1 ) dan kacang hijau (A 2 ) cenderung terang, dan dianggap menimbulkan daya tarik saat dilihat. Tabel 4. Hasil Analisis Organoleptik Warna Isian Burger Tempe Isian Burger Tempe Skala A Hedonik 1 A 2 A 3 Panelis Skor Panelis Skor Panelis Skor Sangat Suka Suka Agak Suka Tidak Suka Total % 80,00 67,50 40,00 Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap warna dari ketiga perlakuan pada isian burger tempe (lihat Tabel 5) diperoleh F Hitung (51,54) > F Tabel (3,15) yang bermakna bahwa perbedaan bahan dasar tempe sebagai bahan dasar pembuatan isian burger memberi pengaruh yang nyata terhadap warna isian burger tempe yang dihasilkan. Tabel 5. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Isian Burger Tempe Berdasarkan Indikator Warna Sumber F F Db JK KT tabel Keragaman hitung (0,05) Ket Sampel 2 40,20 20,10 51,54 3,15 Ada Panelis 29 17,83 0,61 Perbe Error 58 22,47 0,39 daan Total 89 80,50 Berdasarkan Uji Ganda Duncan (lihat Tabel 6), dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap warna isian burger tempe kacang kedelai, kacang hijau, dan kacang merah berbeda satu sama lain dan yang paling disukai adalah warna yang dihasilkan oleh isian burger tempe kacang kedelai (A 1 ). Tabel 6. Hasil Uji Duncan s Multiple Ranges Test Isian Burger Berdasarkan Indikator Perlakuan Warna Tempe Kacang Merah (C) Tempe Kacang Hijau (B) Pengaruh Penggunaan Tempe sebagai Bahan Dasar Pembuatan Isian Burger Terhadap Komposisi Zat Gizi dan Daya Terimanya Nurwahyu Utami ( ) utami_nurwahyu@yahoo.co.id / utami.nurwahyu@gmail.com Tempe Kacang Kedelai (A) Rata-rata 1,60 2,70 3,20 B C = 2,70 1,60 = 1,10 > 0,31 A C = 3,20 1,60 = 1,60 > 0,33 A B = 3,20 2,70 = 0,50 > 0,31 Jadi, B C Jadi, A C Jadi, A B Suatu bahan yang bernilai gizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak menarik atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya (Winarno, 2002). Oleh karena itu, isian burger dengan tempe kacang merah sebagai bahan dasar pembuatannya tidak disukai, sebab warnanya kurang menarik (kehitam-hitaman), bahkan menimbulkan kesan bahwa isian burger tempe tersebut gosong. Padahal beberapa orang panelis menyebutkan bahwa warna yang paling mendekati isian burger pada umumnya adalah sampel berkode A 3 (isian burger tempe kacang merah). Analisis Organoleptik Rasa Isian Burger Tempe Pengujian organoleptik terhadap rasa yang dihasilkan dari isian burger tempe oleh panelis menunjukkan bahwa rasa isian burger dengan tempe kacang kedelai (A 1 ) dan kacang merah (A 3 ) sebagai bahan dasar pembuatannya sama-sama disukai, sedangkan rasa yang dihasilkan dari isian burger dengan tempe kacang hijau (A 2 ) sebagai bahan dasar pembuatan isiannya termasuk kategori agak disukai. Tabel 7. Hasil Analisis Organoleptik Rasa Isian Burger Tempe Isian Burger Tempe Skala A Hedonik 1 A 2 A 3 Panelis Skor Panelis Skor Panelis Skor Sangat Suka Suka Agak Suka Tidak Suka Total % 72,50 61,67 65,83 4

5 Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap rasa yang dihasilkan dari ketiga perlakuan pada isian burger tempe (lihat Tabel 8) diperoleh F hitung (2,82) < F tabel (3,15), dapat disimpulkan bahwa perbedaan bahan dasar tempe sebagai bahan dasar pembuatan isian burger tempe tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap rasa isian burger tempe yang dihasilkan. Tabel 8. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Isian Burger Tempe Berdasarkan Indikator Rasa Sumber F F Db JK KT tabel Ket Keragaman hitung (0,05) Sampel 2 2,87 1,44 2,82 3,15 Tidak Ada Panelis 29 29,33 1,01 Perbedaan Error 58 29,80 0,51 Total 89 62,00 Menurut Winarno (2002), meskipun rasa dapat dijadikan standar dalam penilaian mutu, di sisi lain rasa adalah suatu yang nilainya sangat relatif. Pada umumnya, bahan pangan tidak hanya terdiri dari salah satu rasa saja, tetapi merupakan gabungan dari berbagai rasa secara terpadu sehingga menimbulkan cita rasa yang utuh. Analisis Organoleptik Aroma Isian Burger Tempe Menurut Winarno (2002), aroma makanan banyak menentukan kelezatan bahan makanan tersebut. Aroma baru dapat dikenali bila berbentuk uap, dan molekul-molekul komponen bau tersebut harus sempat menyentuh silia sel olfactory, dan diteruskan ke otak dalam bentuk impuls listrik oleh ujung-ujung syaraf olfactory. Pada umumnya, bau yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan berbagai ramuan atau campuran empat bau utama, yaitu harum, asam, tengik, dan hangus. Pengujian organoleptik terhadap aroma yang dihasilkan dari isian burger tempe oleh panelis menunjukkan bahwa aroma isian burger dengan tempe kacang kedelai (A 1 ) dan kacang merah (A 3 ) sebagai bahan dasar pembuatannya sama-sama disukai, sedangkan aroma yang dihasilkan dari isian burger dengan tempe kacang hijau (A 2 ) sebagai bahan dasar pembuatan isiannya termasuk kategori agak disukai. Hal ini dikarenakan aroma yang ditimbulkan tempe kacang kedelai dan kacang merah merupakan khas aroma tempe dan aroma kacang merah, sedangkan isian burger dengan tempe kacang hijau beraroma khas tempe dan agak langu. Tabel 9 Hasil Analisis Organoleptik Aroma Isian Burger Tempe Isian Burger Tempe Skala A Hedonik 1 A 2 A 3 Panelis Skor Panelis Skor Panelis Skor Sangat Suka Suka Agak Suka Tidak Suka Total % 75,00 61,67 63,33 Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap aroma yang dihasilkan dari ketiga perlakuan pada isian burger tempe (lihat Tabel 9) diperoleh F hitung (5,64) > F tabel (3,15), dapat disimpulkan bahwa perbedaan bahan dasar tempe sebagai bahan dasar pembuatan isian burger memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap aroma isian burger tempe yang dihasilkan. Tabel 9. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Isian Burger Tempe Berdasarkan Indikator Aroma Sumber F F Db JK KT tabel Keragaman hitung (0,05) Ket Sampel 2 5,07 2,54 5,64 3,15 Ada Panelis 29 26,67 0,92 Perbe Error 58 26,26 0,45 daan Total 89 58,00 Berdasarkan Uji Ganda Duncan (lihat Tabel 10) terhadap aroma dari ketiga perlakuan, disimpulkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap aroma isian burger dengan tempe kacang hijau dan kacang merah sebagai bahan dasar pembuatannya adalah sama, namun aroma isian burger dengan tempe kacang kedelai sebagai bahan dasar pembuatannya berbeda dengan kedua isian burger tempe lainnya. Hal ini berarti bahwa aroma isian burger tempe kacang kedelai lebih disukai daripada aroma isian burger tempe yang lain karena isian burger tempe kacang kedelai memiliki nilai yang paling tinggi (3,00), di mana semakin tinggi penilaian, maka aroma isian burger tempe akan semakin disukai. Pengaruh Penggunaan Tempe sebagai Bahan Dasar Pembuatan Isian Burger Terhadap Komposisi Zat Gizi dan Daya Terimanya Nurwahyu Utami ( ) utami_nurwahyu@yahoo.co.id / utami.nurwahyu@gmail.com 5

6 Tabel 10. Hasil Uji Duncan s Multiple Ranges Test Isian Burger Berdasarkan Indikator Aroma Perlakuan Tempe Kacang Hijau (C) Tempe Kacang Merah (B) Tempe Kacang Kedelai (A) Rata-rata 2,47 2,53 3,00 B C = 2,53 2,47 = 0,06 > 0,34 A C = 3,00 2,47 = 0,53 > 0,36 A B = 3,00 2,53 = 0,47 > 0,34 Jadi, B = C Jadi, A C Jadi, A B Analisis Organoleptik Tekstur Isian Burger Tempe Menurut Winarno (2002), tekstur dan konsistensi suatu bahan akan memengaruhi cita rasa yang ditimbulkan bahan tersebut karena dapat memengaruhi kecepatan timbulnya rangsangan terhadap kelenjar air liur. Agar suatu senyawa dapat dikenal rasanya, senyawa tersebut harus dapat larut dalam air liur sehingga dapat mengadakan hubungan dengan mikrovilus dan impuls yang terbentuk dikirim melalui syaraf ke pusat susunan syaraf. Semakin kental konsistensi suatu senyawa, maka akan semakin lama senyawa tersebut larut dalam air liur, maka akan semakin lama pula rasa dari senyawa tersebut dapat dikenali. Pengujian organoleptik terhadap tekstur yang dihasilkan dari isian burger tempe oleh panelis menunjukkan bahwa tekstur isian burger dengan tempe kacang kedelai (A 1 ) dan kacang merah (A 3 ) sebagai bahan dasar pembuatannya sama-sama disukai, sedangkan tekstur yang dihasilkan dari isian burger dengan tempe kacang hijau (A 2 ) sebagai bahan dasar pembuatan isiannya termasuk kategori agak disukai. Hal ini dikarenakan tekstur yang ditimbulkan tempe kacang kedelai dan kacang merah cenderung lembut, sedangkan isian burger dengan tempe kacang hijau cenderung agak kasar meskipun pada saat proses pelunakannya sudah dilakukan agak lama. Hal ini dikarenakan pada saat proses pembuatan tempe, kacang hijau mendapatkan perlakuan untuk pelunakan kacang yang lebih sedikit dibandingkan dengan kacang kedelai dan kacang merah, sebab pelunakan yang lebih akan mengakibatkan kacang hijau tidak dapat ditumbuhi oleh kapang. Tabel 11. Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Isian Skala Hedonik Sangat Suka Suka Agak Suka Tidak Suka Burger Tempe Isian Burger Tempe A 1 A 2 A 3 Panelis Skor Panelis Skor Panelis Skor Total % 73,30 59,17 70,00 Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap tekstur yang dihasilkan dari ketiga perlakuan pada isian burger tempe (lihat Tabel 12) diperoleh F hitung (3,94) > F tabel (3,15), dapat disimpulkan bahwa perbedaan bahan dasar tempe sebagai bahan dasar pembuatan isian burger memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap tekstur isian burger tempe yang dihasilkan. Tabel 12. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Isian Burger Tempe Berdasarkan Indikator Tekstur Sumber F F Db JK KT tabel Keragaman hitung (0,05) Ket Sampel 2 5,27 2,64 3,94 3,15 Ada Panelis 29 20,90 0,72 Perbe Error 58 38,73 0,67 daan Total 89 64,90 Berdasarkan Uji Ganda Duncan (lihat Tabel 13) terhadap tekstur dari ketiga perlakuan, disimpulkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur isian burger dengan tempe kacang kedelai dan kacang merah sebagai bahan dasar pembuatannya adalah sama, namun tekstur isian burger dengan tempe kacang hijau sebagai bahan dasar pembuatannya berbeda dengan kedua isian burger tempe lainnya. Hal ini berarti bahwa tekstur isian burger dengan tempe kacang kedelai dan tempe kacang merah sebagai bahan dasar pembuatannya lebih disukai daripada tekstur isian burger dengan tempe kacang hijau sebagai bahan dasar pembuatannya karena isian burger dengan tempe kacang hijau sebagai bahan dasar pembuatannya memiliki nilai yang paling rendah (2,37), di mana semakin rendah Pengaruh Penggunaan Tempe sebagai Bahan Dasar Pembuatan Isian Burger Terhadap Komposisi Zat Gizi dan Daya Terimanya Nurwahyu Utami ( ) utami_nurwahyu@yahoo.co.id / utami.nurwahyu@gmail.com 6

7 penilaian, maka tekstur isian burger tempe akan semakin tidak disukai. Tabel 13. Hasil Uji Duncan s Multiple Ranges Test Isian Burger Berdasarkan Indikator Tekstur Perlakuan Tempe Kacang Hijau (C) Tempe Kacang Merah (B) Tempe Kacang Kedelai (A) Rata-rata 2,37 2,80 2,93 B C = 2,80 2,37 = 0,43 > 0,42 A C = 2,93 2,37 = 0,56 > 0,36 A B = 2,93 2,80 = 0,13 > 0,42 Jadi, B C Jadi, A C Jadi, A = B Penerimaan Konsumen Terhadap Isian Burger Tempe Berdasarkan uji organoleptik terhadap warna, rasa, aroma dan tekstur; isian burger tempe kacang kedelai memiliki skor penilaian yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa isian burger tempe kacang kedelai (A 1 ) lah yang paling disukai dibandingkan dengan isian burger jenis lainnya. Namun, jika dilihat dari kategori kesukaan, isian burger tempe kacang kedelai dan kacang hijau sama-sama masih dalam kategori suka (antara 62,50 81,24%). Proses penginderaan terdiri dari tiga tahap, yaitu adanya rangsangan terhadap indera kita oleh suatu benda, kemudian diteruskan oleh sel-sel syaraf dan datanya diproses oleh otak, sehingga kita akan memperoleh kesan tertentu terhadap benda tersebut. Dengan adanya rekaman memori yang ada pada otak kita, maka otak akan menginterpretasikan, mengatur, dan mengintergrasikan rangsangan yang masuk menjadi persepsi. Kemudian tanggapan atau respon diformulasikan berdasarkan persepsi kita (Setyaningsih dkk, 2010). Oleh karena itu, orang yang cenderung terbiasa mengonsumsi tempe kecang kedelai atau makanan lain pada umumnya, akan mengatakan menyukai makanan tersebut karena telah terbiasa baik dengan warna, rasa, aroma, maupun teksturnya. Tambah lagi, Setyaningsih dkk (2010) menyatakan bahwa pada kenyataannya, manusia kerap memberikan respon yang berbeda-beda terhadap rangsangan yang sama. Harus dipahami juga bahwa perbedaan yang terjadi antara dua orang dapat disebabkan oleh adanya perbedaan sensasi yang diterima karena perbedaan sensitivitas organ penginderaannya, atau karena kurangnya pengetahuan terhadap beberapa bau atau rasa tertentu (dipengaruhi oleh rekaman memori otak), atau juga karena kurangnya pelatihan dalam mengekspresikan apa yang mereka rasakan dalam kata-kata atau angka. KESIMPULAN 1. Jika dilihat dari energi dan lemak yang dihasilkan oleh isian burger tempe, maka isian burger tempe kacang kedelai merupakan penyumbang energi dan lemak yang paling besar, sedangkan isian burger tempe kacang hijau menyumbang energi dan lemak yang paling sedikit. 2. Karbohidrat yang terkandung dalam isian burger tempe kacang kedelai merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan isian burger tempe yang lain, sedangkan kandungan karbohidrat terendah terdapat pada isian burger tempe kacang hijau. 3. Jika dilihat dari kadar protein dan kadar abunya, isian burger tempe kacang hijaulah yang memiliki kadar protein dan kadar abu tertinggi, sedangkan yang terendah terdapat pada isian burger tempe kacang merah. 4. Pada umumnya ketiga jenis isian burger tempe dengan perbedaan bahan dasar tempe dapat diterima oleh konsumen. 5. Isian burger yang paling disukai oleh konsumen (dengan kategori kesukaan suka) adalah isian burger tempe kacang kedelai, diikuti isian burger tempe kacang hijau, dan yang terakhir adalah isian burger tempe kacang merah. 6. Warna isian burger tempe kacang kedelai dan isian burger tempe kacang hijau disukai, sedangkan warna isian burger tempe kacang merah tidak disukai. 7. Rasa, aroma, dan tekstur isian burger tempe kacang kedelai dan isian burger tempe kacang merah disukai; sedangkan rasa, aroma, dan tekstur isian burger tempe kacang hijau agak disukai. 8. Berdasarkan analisa sidik ragam, perbedaan penggunaan tempe sebagai bahan dasar pembuatan isian burger hanya memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap warna, aroma, dan tekstur, tetapi tidak terhadap rasanya. Pengaruh Penggunaan Tempe sebagai Bahan Dasar Pembuatan Isian Burger Terhadap Komposisi Zat Gizi dan Daya Terimanya Nurwahyu Utami ( ) utami_nurwahyu@yahoo.co.id / utami.nurwahyu@gmail.com 7

8 SARAN 1. Disarankan bagi mereka yang menyukai burger, namun dengan alasan tertentu membatasi asupan akan daging yang umumnya menjadi bahan dasar pembuatan isian burger untuk menjadikan burger tempe sebagai alternatif penganan pilihannya. 2. Bagi mereka yang masih dalam masa pertumbuhan disarankan untuk memilih burger tempe dengan penggunaan tempe kacang hijau sebagai bahan dasar pembuatan isiannya, karena memiliki kandungan protein dan mineral yang lebih tinggi dibandingkan dengan isian burger jenis lain. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meminimalisir rasa langu yang terdapat pada isian burger tempe dengan penggunaan tempe kacang hijau dan kacang merah sebagai bahan dasar pembuatannya. ws+news/id/10883/print. Diakses pada tanggal 03 April 2013 Setyaningsih, D., dkk Analisis Sensori : untuk Industri Pangan dan Agro. Cetakan I. Bogor : IPB Press. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S., dkk Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Erwin, L. T Masakan Tempe dan Tahu Lezat dan Sehat Alami.Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Hardiman, I Aneka Burger Bungkus Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hardiman, I Resep Hamburger Favorit Sehat dan Lezat di Bawah 500 Kalori. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Koswara, S Teknologi Pengolahan Kedelai : Menjadikan Makanan Bermutu. Cetakan I. Jakarta : PT. Penebar Swadaya. Sarwono, B Usaha Membuat Tempe dan Oncom. Jakarta : Penebar Swadaya. Setiadi, B Menjadikan Tempe sebagai Pangan Dunia Pengaruh Penggunaan Tempe sebagai Bahan Dasar Pembuatan Isian Burger Terhadap Komposisi Zat Gizi dan Daya Terimanya Nurwahyu Utami ( ) utami_nurwahyu@yahoo.co.id / utami.nurwahyu@gmail.com 8

9 PEMANFAATAN IKAN PORA-PORA SEBAGAI BAHAN BAKU TAMBAHAN PEMBUATAN KERUPUK DAN DAYA TERIMANYA (The utilization of pora-pora fish as an additional ingredient in making of cracker and its acceptability) Yati Oktaviani Br Keliat 1, Zulhaida Lubis 2, Albiner Siagian 2 1 Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ² Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ABSTRACT Crackers that is made with the addition of pora-pora fish is expected to increase the diversity of fish crackers that has been on the market and also increase the nutritional value of the cracker itself. The purpose of this study was to determine the effect of pora-pora fish to the nutrients composition and acceptability of crackers. This research use experimental design consisting of a treatment i.e the addition of pora-pora fish in making crackers with three concentrations (5%, 10%, and 15%). Protein content of pora-pora fish crackers P 1, P 2, and P 3 is 2,00%, 4,11%, and 6,40%. Calcium content of pora-pora fish crackers P 1, P 2, and P 3 is 28,6 mg, 51,3 mg, 77,1 mg. Based on organoleptic test of color and texture the most preferred is crackers with the addition of pora-pora fish 5%, while the flavor and taste the most preferred is cracker with the addition of pora-pora fish 15%. Based on the analysis of variance, the addition of porapora fish with deffrent concentration in making crackers gave a significantly different effect on the color and texture, but the addition of fish pora-pora different concentration, does not give a different effect on the flavor and taste of the crackers. It is suggestioned for consumer to make pora-pora fish crackers as an alternative food precent variations in household and industry levels. Also be made to introduce pora-pora fish crackers to cooperate with the school canteen and other foods made with the addition of the diversification of pora-pora fish. Keyword : Crackers, Pora-Pora Fish, Acceptability Test PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara maritim yang terbagi atas pulau-pulau dan sebagian wilayahnya merupakan perairan yang cukup luas. Potensi yang cukup luas terdapat di laut Indonesia berupa sumber daya alam yang melimpah, termasuk didalamnya terdapat banyak spesies ikan khususnya ikan yang dapat dikonsumsi. Tidak hanya di lautan namun, di air tawar juga terdapat ikan yang melimpah. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat potensial untuk dikembangkan. Peningkatan konsumsi ikan diharapkan dapat menanggulangi masalah kekurangan protein yang masih banyak ditemui pada anak-anak pra-sekolah, ibu hamil dan ibu menyusui di Indonesia. Dari data yang telah didapat dapat diketahui bahwa selama lima tahun terakhir yakni, dari , konsumsi ikan per kapita masyarakat Indonesia terus meningkat, Rata-rata kenaikan sebesar 5,06 %. Hal ini dapat menjelaskan bahwa tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia diharapkan dapat terus meningkat dari tahun ketahun. Dilihat dari rata-rata konsumsi ikan di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu 29,40 kg/kapita/tahun, besaran angkanya ini masih di bawah Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 30,40 kg/kapita/tahun (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011). Selain mengandung protein ikan juga mengandung kalsium yang banyaknya hampir setara dengan kalsium yang ada dalam susu. Peranan kalsium selain sebagai pembentukan tulang dan gigi tetapi juga memegang peranan penting pada berbagai proses fisiologik dan biokhemik di dalam tubuh (Krisno, 2009). 1

10 Kalsium yang baik juga terdapat pada ikan kecil karena ikan kecil dimakan seluruh tubuhnya termasuk tulangnya sehingga memberikan persentasi tinggi kalsium yang berasal dari tulang belulangnya tersebut. Ikan kecil segar merupakan sumber yang paling penting untuk kalsium bagi anak-anak yang sedang tumbuh (Ellya, 2010). Ikan pora-pora merupakan salah satu pangan lokal yang berasal dari Danau Toba. Berdasarkan harga jual pasar, harga ikan porapora berkisar Rp sampai Rp per kg. Selain harganya yang murah ikan porapora ini juga memiliki nilai gizi yang cukup tinggi terutama kandungan protein dan kalsiumnya. Pemanfaatan ikan pora-pora untuk di daerah sekitar Danau Toba sudah mulai digalakkan, namun untuk daerah diluar Danau Toba pemanfaatan ikan pora-pora masih kurang. Pada umumnya salah satu makanan hasil olahan dari ikan adalah kerupuk ikan. Produk makanan kering dengan bahan baku ikan dicampur dengan tepung tapioka ini sangat digemari masyarakat bahkan kerupuk sudah dikenal baik disegala usia maupun tingkat sosial. Makanan ini menjadi makanan kegemaran masyarakat dikarenakan rasanya yang enak, gurih, dan ringan, selain itu juga memiliki kandungan zat kimia yang dibutuhkan oleh tubuh manusia (Wahyono dan Marzuki, 2003). Dengan melihat hal tersebut saya berkeinginan untuk membuat alternatif agar ikan pora-pora dapat dikonsumsi masyarakat dengan melakukan diversifikasi terhadap ikan pora-pora yang juga merupakan salah satu penganekaragaman pangan. Pada pembuatan kerupuk ikan porapora ini akan menggunakan konsentrasi yang berbeda dimana penentuan konsentrasi ini diambil batas bawah dan batas atas adonan, dimana dalam menentukan batas bawah disesuaikan dengan warna kerupuk yang biasa yaitu putih kekuning-kuningan sedangkan untuk batas atas ditentukan dengan sampai batas adonan dapat dibuat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penambahan ikan porapora sebagai bahan baku tambahan dalam pembuatan kerupuk terhadap komposisi zat gizi protein dan kalsium kerupuk. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksperimen dengan rancangan acak lengkap yang terdiri atas satu faktor yaitu penambahan ikan pora-pora dalam pembuatan kerupuk dimana yang berbeda hanya konsentrasi yang digunakan yaitu 5%, 10% dan 15% (r=3) dengan simbol P 1, P 2, dan P 3 yang semuanya diulang sebanyak 2 kali (i=1,2). Pembuatan kerupuk dengan penambahan ikan pora-pora dilakukan pada bulan April Pengambilan data untuk uji daya terima dilaksanakan pada bulan April 2013 di SD Negeri No Kemenangan Tani Medan terhadap siswa kelas V. Data yang dikumpulkan, diolah secara manual. Hasil nilai rata-rata dianalisis untuk mengetahui data yang berdistribusi normal dengan menggunakan Uji Kesamaan Varians (Uji Bartlet). Selanjutnya dilakukan Analisa Sidik Ragam dan Uji Ganda Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian pembuatan kerupuk ikan pora-pora ini bahan yang digunakan salah satunya adalah ikan pora-pora segar, dengan ciri-ciri berwarna hitam, memiliki sisik putih dan halus, panjang cm dan memiliki ekor berwarna kuning. Berat utuh ikan porapora yang diperlukan dalam penelitian ini berkisar gram yang diperoleh dari Pasar Pancur Batu. Karakteristik kerupuk ikan pora-pora 5% (P 1 ) berwarna putih kekuningan, beraroma khas kerupuk, rasanya khas kerupuk, dan teksturnya renyah. Kerupuk ikan pora-pora 10% (P 2 ) berwarna kuning kecokelatan, rasa kerupuknya sedikit didominasi oleh rasa ikan pora-pora, dan aromanya sudah mulai tercium aroma ikan pora-pora, sedangkan untuk tekstur sedikit keras. Kerupuk ikan pora-pora 15% (P 3 ) berwarna kuning kecokelatan, aroma didominasi dengan aroma ikan pora-pora, rasa khas ikan pora-pora, dan untuk tekstur sedikit keras. Berdasarkan pengujian organoleptik terhadap warna oleh panelis menunjukkan bahwa kerupuk ikan pora-pora P 1, P 2 dan P 3 yang paling disukai yaitu kerupuk ikan porapora P 1 sedangkan untuk kerupuk ikan porapora P 2 dan P 3 masih kurang disukai dari segi 2

11 warna. Hal ini dikarenakan warna yang dihasilkan dari kerupuk ikan pora-pora P 1 masih tidak terlalu berbeda dengan warna kerupuk pada dasarnya yaitu putih kekuningan sehingga lebih kelihatan menarik. Sedangkan untuk kerupuk ikan pora-pora P 2 dan P 3 warnanya kuning kecokelatan sehingga menjadi kurang menarik. Penilaian organoleptik terhadap warna kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 3. Hasil Uji Ganda Duncan terhadap Warna Perlakuan P 3 P 2 P 1 Rata-rata skor warna 2,025 2,175 2,425 P 1 P 2 = 2,425 2,175 = 0,25 < 0,32 P 1 P 3 = 2,425 2,025 = 0,40 > 0,38 P 2 P 3 = 2,175 2,025 = 0,15 < 0,32 Jadi P 1 = P 2 Jadi P 1 P 3 Jadi P 2 = P 3 Tabel 1. Hasil Analisa Organoleptik Warna Kerupuk Ikan Pora-Pora Warna Kriteria S k o r Pa ne lis Perlakuan Pembuatan Kerupuk P 1 P 2 P 3 Skor % Pa ne lis Skor % Pa ne lis Skor Suka , K. Suka , T. Suka , Total , Hasil analisa sidik ragam terhadap warna kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Hasil Analisa Sidik Ragam terhadap Warna Sum Db JK KT Ket Keragaman 0,05 Perlakuan 2 3,27 1,63 Galat ,5 0,52 3,16 3,07 Ada perbe daan Berdasarkan hasil analisa sidik ragam terhadap warna dari ketiga perlakuan pada kerupuk yang dihasilkan ( (3,16) > (3,07)) bermakna bahwa penambahan ikan pora-pora dengan berbagai variasi memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap warna kerupuk yang dihasilkan. Hasil uji ganda duncan terhadap warna kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada Tabel 3. % Berdasarkan uji ganda duncan terhadap warna dari ketiga perlakuan pada kerupuk yang dihasilkan maka diketahui ada perbedaan secara nyata antara perlakuan dan berdasarkan uji ganda duncan dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap warna yang paling disukai yaitu kerupuk ikan pora-pora P 1. Suatu makanan yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memilki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya. Warna makanan yang menarik akan meningkatkan cita rasa suatu makanan ( Winarno,1992). Penilaian organoleptik terhadap aroma kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Hasil Analisa Organoleptik Aroma Kerupuk Ikan Pora-Pora Warna Kriteria S k o r Pa ne lis Perlakuan Pembuatan Kerupuk P 1 P 2 P 3 Skor % Pa ne lis Skor % Pa ne lis Skor Suka ,0 K. Suka ,0 T. Suka , ,6 Total ,6 Pengujian organoleptik terhadap aroma oleh panelis menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai aroma kerupuk ikan pora-pora P 3 dengan skor tertinggi 92 (76,6%) dan skor ini masuk dalam kategori kurang suka. % 3

12 Hasil analisa sidik ragam terhadap aroma kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Aroma Sumber Keragaman Db JK KT Perlakuan 2 0,65 0,32 Galat ,3 0,53 0,05 0,61 3,07 Ket Tidak ada perbe daan Berdasarkan hasil analisia sidik ragam terhadap aroma dari ketiga perlakuan pada kerupuk ikan pora-pora dengan nilai 0,610 ternyata lebih kecil dari 3,07 bermakna bahwa penambahan ikan pora-pora dengan berbagai variasi konsentrasi tidak memberi pengaruh secara nyata terhadap aroma kerupuk ikan pora-pora. Munculnya aroma pada kerupuk ikan pora-pora disebabkan oleh bahan-bahan yang digunakan yaitu ikan pora-pora yang memiliki aroma yang khas. Menurut winarno (1992), aroma suatu makanan banyak menentukan kelezatan bahan makanan, dan dalam hal ini aroma lebih banyak sangkut pautnya dengan alat panca indera penghidu. Pengujian organoleptik terhadap rasa pada kerupuk ikan pora-pora yaitu yang mendapat skor tertinggi yaitu kerupuk ikan pora-pora P 3 dengan skor 106 (88,33%). Begitupun kerupuk dengan perlakuan yang lain mendapat skor yang tidak jauh berbeda dengan kerupuk ikan pora-pora P 3. Penilaian organoleptik terhadap rasa kerupuk ikan porapora dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Analisa Organoleptik Rasa Kerupuk Ikan Pora-Pora Warna Kriteria S k o r Pa ne lis Perlakuan Pembuatan Kerupuk P 1 P 2 P 3 Skor % Pa ne lis Skor % Pa ne lis Skor Suka ,5 K. Suka ,3 T. Suka ,50 Total ,33 Rasa pada ikan yang khas dan lezat akan muncul, apabila pada saat pembuatan kerupuk ikan dilakukan dengan penambahan % bumbu yang sesuai untuk menghilangkan bau amis ikan. Namun, rasa pahit ataupun rasa yang khas dari ikan tidak akan hilang dan akan tetap ada. Rasa pahit pada kerupuk bisa diakibatkan adanya pencemaran dari empedu pada ikan (Hanny, 2011). Hasil analisa sidik ragam terhadap rasa kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada tabel 7 berikut Tabel 7. Hasil Analisa Sidik Ragam terhadap Rasa Sumber Keragaman Db JK KT Perlakuan 2 0,95 0,48 Galat ,4 0,41 0,05 1,17 3,07 Ket Tidak ada perbe daan Berdasarkan hasil analisa sidik ragam terhadap rasa dari ketiga perlakuan pada kerupuk ikan pora-pora diperoleh 1,17 < 3,07 yang bermakna bahwa penambahan ikan pora-pora dengan berbagai variasi tidak memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap rasa kerupuk ikan pora-pora yang dihasilkan. Penilaian organoleptik terhadap tekstur kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada Tabel 8 berikut Tabel 8. Hasil Analisa Organoleptik Tekstur Kerupuk Ikan Pora-Pora Warna Kriteria S k o r Pa ne lis Perlakuan Pembuatan Kerupuk P 1 P 2 P 3 % Pa % Pa Skor ne Skor ne Skor lis lis Suka ,0 K. Suka ,3 T. Suka ,5 Total ,83 Pengujian organoleptik terhadap tekstur pada kerupuk ikan pora-pora oleh panelis menunjukkan bahwa panelis menyukai tekstur kerupuk ikan pora-pora P 1 dengan skor tertinggi yaitu 109 (91%). Kerupuk ikan porapora yang dihasilkan memiliki tekstur yang renyah sehingga lebih disukai panelis. Sedangkan tekstur kerupuk ikan pora-pora P 2 mendapat skor terendah yaitu 68 (56,67%), karena pada kerupuk ikan pora-pora ini memiliki tekstur yang sedikit keras 4 %

13 dikarenakan jumlah ikan pora-pora sudah lebih banyak dibandingkan yang pertama sehingga menurunkan nilai kesukaan dari panelis. Hasil analisa sidik ragam terhadap tekstur kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Tekstur Sumber Keragaman Db JK KT Perlakuan 2 10,0 5,03 Galat ,5 0,69 0,05 7,32 3,07 Ket Ada perbe daan Berdasarkan hasil analisa sidik ragam terhadap tekstur dari ketiga perlakuan pada kerupuk ikan pora-pora diperoleh 7,32 > 3,07 yang bermakna bahwa penambahan ikan pora-pora dengan berbagai variasi konsentrasi memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap tekstur kerupuk ikan pora-pora yang dihasilkan. Hasil uji ganda duncan terhadap tekstur kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Uji Ganda Duncan terhadap Tekstur Perlakuan P 2 P 3 P 1 Rata-rata skor tekstur 1,975 2,425 2,675 P 1 P 3 = 2,675 2,425 = 0,25 < 0,36 P 1 P 2 = 2,675 1,975 = 0,70 > 0,44 P 3 P 2 = 2,425 1,975 = 0,45 > 0,36 Jadi P 1 = P 3 Jadi P 1 P 2 Jadi P 3 P 2 Berdasarkan Uji Ganda Duncan dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur kerupuk ikan pora-pora P 1 sama dengan tekstur kerupuk ikan pora-pora P 3, namun tekstur kerupuk ikan pora-pora P 2 berbeda dengan kedua kerupuk ikan pora-pora yang lain. Hasil analisis kerupuk ikan pora-pora dapat dilihat dari tabel 11 dibawah ini, dimana parameter yang diuji yaitu protein dan kalsium. Tabel 11. Hasil Analisa Kandungan Gizi Kerupuk Ikan Pora-Pora Kerupuk Ikan Pora-Pora Parameter P 1 P 2 P 3 Protein 2,00 % 4,11 % 6,40 % Kalsium 28,6 mg 51,3 mg 77,1 mg Dilihat dari hasil ini kadar protein dan kalsium pada kerupuk ikan pora-pora meningkat sesuai dengan semakin tinggi konsentrasi ikan pora-pora dalam pembuatan kerupuk. Kadar protein pada kerupuk ikan porapora ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kerupuk ikan dengan pati. Hal ini mungkin dikarenakan adanya proses pemanasan yang dilakukan beberapa kali seperti pengukusan, penjemuran dan proses penggorengan pada suhu yang sangat tinggi sehingga dapat mengakibatkan protein terdenaturasi (Tababaka, 2004). Namun, jika dibandingkan dengan kerupuk dengan penambahan tulang ikan patin dengan konsentrasi 30% kandungan protein kerupuk ikan pora-pora masih lebih tinggi, hal ini dapat terjadi karena berbeda species ikan yang digunakan dalam pembuatan kerupuk. Kerupuk ikan pora-pora 15% yang dapat dikategorikan sebagai kerupuk sumber protein karena menurut SII (1990), syarat minimal kadar protein dari kerupuk sumber protein adalah 5%. Dalam mengkonsumsi kerupuk ikan pora-pora sebanyak 100 gram dapat menambah asupan protein 3% dari kebutuhan perharinya untuk anak sekolah. Dengan melihat hal ini maka sangat baik disarankan bagi anak sekolah untuk mengkonsumsi kerupuk ikan pora-pora P 3 baik dijadikan sebagai pelengkap makan maupun sebagai camilan, dikarenakan anak pada usia sekolah 6-15 tahun masih dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan lebih banyak asupan protein dibandingkan orang dewasa normal. Sehingga dengan mengkonsumsi kerupuk ini akan dapat menambah asupan protein anak sekolah selain dari makanan yang dimakannya (Devi, 2012). Kadar kalsium pada kerupuk ikan porapora lebih tinggi dibandingkan kerupuk ikan dengan pati. Kandungan kalsium kerupuk ikan pora-pora ini juga masih lebih tinggi jika 5

14 dibandingkan dengan kandungan kalsium kerupuk dengan penambahan tulang ikan patin. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan jenis ikan yang digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan kerupuk ikan. Berdasarkan Novarno dalam Tababaka (1990) menyatakan bahwa kandungan mineral pada ikan tergantung pada species, dan bagian tubuh ikan yang digunakan. Faktor penyumbang kalsium pada kerupuk ikan pora-pora ini adalah dari tulang ikan pora-pora karena pada pembuatan kerupuk ikan pora-pora ini ikan pora-pora dihaluskan bersama dengan tulang belulangnya. Dan diketahui bahwa tulang pada ikan dapat memberikan persentasi tinggi kalsium (Ellya, 2010). Jika dilihat dari kandungan kalsiumnya maka kerupuk ikan pora-pora ini sangat baik dikonsumsi oleh anak sekolah dikarenakan pada usia ini kebutuhan akan kalsium juga meningkat dimana saat usia anak 10 tahun sampai 18 tahun, yaitu mencapai mg per hari. Dengan melihat jumlah kalsium yang harus dipenuhi oleh anak usia tahun yang disarankan untuk dikonsumsi yaitu kerupuk ikan pora-pora P 3 dimana dengan mengkonsumsi kerupuk ikan pora-pora ini sebanyak 100 gram maka dapat menambah asupan kalsium 8% dari kebutuhan perharinya. Hasil analisa penerimaan konsumen terhadap kerupuk dengan penambahan ikan pora-pora dengan melihat berdasarkan indikator yang dinilai dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini : Tabel 12. Penerimaan konsumen terhadap Kerupuk Ikan Pora-Pora dengan Melihat Berdasarkan Indikator Indikator yang Dinilai Kerupuk P 1 Kerupuk P 2 Kerupuk P 3 Warna Aroma Rasa Tekstur Total Rata-Rata 100,50 84,50 94 Persentase 83,75 70,42 78,33 Keterterimaan konsumen terhadap bahan makanan umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain citarasa ( aroma, tekstur, rasa dan warna, harga, gengsi serta nilai gizi kesehatan (Gidion, 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari aspek citarasa, keterterimaan konsumen terhadap kerupuk ikan pora-pora P 1 dan P 3 sama-sama disukai oleh konsumen. Berdasarkan aspek keterterimaan konsumen terhadap citarasa kerupuk ikan pora-pora dan aspek gizi maka yang layak untuk diperkenalkan kepada masyarakat sebagai variasi pangan yaitu kerupuk ikan pora-pora P 3 dikarenakan dari faktor keterterimaan konsumen terhadap citarasa kerupuk ikan pora-pora P 3 ini termasuk kategori suka dan dari aspek gizi hanya kerupuk P 3 yang telah memenuhi syarat kerupuk sumber protein dan juga mengandung kadar kalsium yang tinggi. KESIMPULAN 1. Penambahan ikan pora-pora memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap warna dan tekstur kerupuk ikan pora-pora yang dihasilkan. Semakin banyak ikan pora-pora maka semakin tidak disukainya warna kerupuk ikan pora-pora sedangkan untuk tekstur yang tidak disukai pada kerupuk ikan pora-pora dengan penambahan ikan pora-pora 10% (P 2 ). 2. Penambahan ikan pora-pora dengan berbagai jenis variasi tidak memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap aroma dan rasa kerupuk ikan pora-pora yang dihasilkan. 3. Kerupuk ikan pora-pora dengan penambahan ikan pora-pora 5%, 10%, dan 15% masing-masing memberi sumbangan protein per 100 gram yaitu 2,00 % b/b, 4,11% b/b, dan 6,40% b/b. 4. Kerupuk ikan pora-pora dengan penambahan ikan pora-pora 5%, 10%, dan 15% masing-masing memberi sumbangan kalsium per 100 gram yaitu 28,6 mg, 51,3 mg, dan 77,1 mg. 5. Kerupuk yang memenuhi syarat sebagai kerupuk sumber protein adalah kerupuk ikan pora-pora P 3 dengan kadar protein 6,40 % b/b sesuai dengan Standar Industri Indonesia (SII). 6

15 SARAN 1. Agar masyarakat menjadikan kerupuk ikan pora-pora sebagai alternatif variasi pangan ditingkat rumah tangga ataupun tingkat industri. 2. Perlu dilakukan upaya untuk lebih memperkenalkan kerupuk ikan pora-pora kepada masyarakat seperti bekerjasama dengan pihak kantin sekolah untuk memperkenalkan kerupuk ikan pora-pora pada anak sekolah. 3. Perlu dilakukan penelitian lain terkait penambahan ikan pora-pora dalam rangka penganekaragaman makanan. 4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait kandungan gizi lain dalam kerupuk ikan pora-pora. DAFTAR PUSTAKA Devi, N Gizi Anak Sekolah. PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta Ellya, E.S Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Cetakan Pertama. Jakarta : TIM Gidion Daya Terima Konsumen terhadap Jus Lidah Buaya yang Ditambahi Markisa dan/atau Lemon. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan Hanny, I Teknologi Pengolahan Pangan : Rambak Kulit Ikan. Jakarta : Kanisius Kementerian Kelautan dan Perikanan. Group 16. Konsumsi Ikan perkapita Penduduk Indonesia 5 Tahun Terakhir. Diakses 24 Januari 2012 ; Krisno, A.B Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Cetakan Keempat. UMM press, Malang Tababaka, R Pemanfaatan Tulang Ikan Patin (Pangasius sp) Sebagai Bahan Tambahan Kerupuk. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Winarno Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan Keenam. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Wahyono, R dan Marzuki Pembuatan Aneka Kerupuk. Niaga Swadaya 7

PENGARUH PENGGUNAAN TEMPE SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN ISIAN BURGER TERHADAP KOMPOSISI ZAT GIZI DAN DAYA TERIMANYA

PENGARUH PENGGUNAAN TEMPE SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN ISIAN BURGER TERHADAP KOMPOSISI ZAT GIZI DAN DAYA TERIMANYA PENGARUH PENGGUNAAN TEMPE SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN ISIAN BURGER TERHADAP KOMPOSISI ZAT GIZI DAN DAYA TERIMANYA (The influence of tempeh as ingredients in the making of patty to the nutrient composition

Lebih terperinci

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS Acceptability test and nutrient compositon of rice with the addition of pumpkin and sweet corn Hadiah Kurnia Putri

Lebih terperinci

inovatif, sekarang ini kita kenal rice burger yang berasal dari Jepang yang mengganti

inovatif, sekarang ini kita kenal rice burger yang berasal dari Jepang yang mengganti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burger telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Bermula dari pedagang asal Timur Tengah yang menikmati daging kambing cincang di salah satu restoran di Hamburg,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN TEMPE SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN ISIAN BURGER TERHADAP KOMPOSISI ZAT GIZI DAN DAYA TERIMANYA SKRIPSI.

PENGARUH PENGGUNAAN TEMPE SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN ISIAN BURGER TERHADAP KOMPOSISI ZAT GIZI DAN DAYA TERIMANYA SKRIPSI. PENGARUH PENGGUNAAN TEMPE SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN ISIAN BURGER TERHADAP KOMPOSISI ZAT GIZI DAN DAYA TERIMANYA SKRIPSI Oleh : NURWAHYU UTAMI NIM. 091000006 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

UJI DAYA TERIMA ROTI TAWAR DENGAN MODIFIKASI TEPUNG JAGUNG DAN KENTANG DAN KONTRIBUSINYA DALAM PEMENUHAN KECUKUPAN ENERGI PADA ANAK SD

UJI DAYA TERIMA ROTI TAWAR DENGAN MODIFIKASI TEPUNG JAGUNG DAN KENTANG DAN KONTRIBUSINYA DALAM PEMENUHAN KECUKUPAN ENERGI PADA ANAK SD UJI DAYA TERIMA ROTI TAWAR DENGAN MODIFIKASI TEPUNG JAGUNG DAN KENTANG DAN KONTRIBUSINYA DALAM PEMENUHAN KECUKUPAN ENERGI PADA ANAK SD (The acceptability test of white bread modified with corn flour and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun

Lebih terperinci

SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM DENGAN PENAMBAHAN JUS WORTEL (Daucus carotal.)

SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM DENGAN PENAMBAHAN JUS WORTEL (Daucus carotal.) SKRIPSI SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM DENGAN PENAMBAHAN JUS WORTEL (Daucus carotal.) UIN SUSKA RIAU Oleh: Niki Utami 11181203959 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan

Lebih terperinci

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract The Effect of Addition of Tempe Powder on Consumer Acceptance, Protein, and NPN Composition of fish Protein Concentrate Prepared from Pangasius Catfish (Pangasiushypopthalmus) By M. Yogie Nugraha 1), Edison

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. L Kadar Protein Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa

Lebih terperinci

SUBTITUSI TEPUNG PISANG AWAK (Musa paradisiaca var Awak) DAN IKAN LELE DUMBO (Clariasis garipinus) DALAM PEMBUATAN BISKUIT SERTA UJI DAYA TERIMANYA

SUBTITUSI TEPUNG PISANG AWAK (Musa paradisiaca var Awak) DAN IKAN LELE DUMBO (Clariasis garipinus) DALAM PEMBUATAN BISKUIT SERTA UJI DAYA TERIMANYA SUBTITUSI TEPUNG PISANG AWAK (Musa paradisiaca var Awak) DAN IKAN LELE DUMBO (Clariasis garipinus) DALAM PEMBUATAN BISKUIT SERTA UJI DAYA TERIMANYA Rini Puspa Sari 1, Jumirah 2, Fitri Ardiani 2 1 Alumni

Lebih terperinci

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) Nama panelis : Umur : Jenis kelamin : Tlp/HP : Peminatan : Instruksi 1. Ciciplah sampel satu persatu. 2. Pada kolom kode sampel berikan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN Oleh Josua naibaho 1), Ira sari 2), Suparmi 2) Email: chuajion@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelor merupakan salah satu tanaman sayuran yang multiguna. Hampir semua bagian dari tanaman kelor ini dapat dijadikan sumber makanan karena mengandung senyawa aktif

Lebih terperinci

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda Chemical Properties and Palatability of Chicken Nugget Using Difference Type and Concentration of

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

Lampiran 1 FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) 3. Netralkan indera pengecap anda dengan air putih setelah selesai mencicipi satu sampel.

Lampiran 1 FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) 3. Netralkan indera pengecap anda dengan air putih setelah selesai mencicipi satu sampel. Lampiran 1 FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) Nama panelis : Umur : Jenis kelamin : Tlp/HP : Peminatan : Instruksi 1. Ciciplah sampel satu persatu. 2. Pada kolom kode sampel berikan penilaian anda dengan

Lebih terperinci

SUSU SAGA (Adenanthera pavonina) INSTAN BERPROTEIN BERDASARKAN SUHU PENGOVENAN

SUSU SAGA (Adenanthera pavonina) INSTAN BERPROTEIN BERDASARKAN SUHU PENGOVENAN SUSU SAGA (Adenanthera pavonina) INSTAN BERPROTEIN BERDASARKAN SUHU PENGOVENAN SKRIPSI Oleh Mira Rizatullah 051203024/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: FARHANA A420090154 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakso merupakan salah satu produk olahan daging khas Indonesia, yang banyak digemari oleh semua lapisan masyarakat dan mempunyai nilai gizi yang tinggi karena kaya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kekurangan konsumsi protein diduga sebagai salah satu penyebab gizi buruk di Indonesia. Hal ini yang diakibatkan oleh rendahnya taraf perekonomian sebagian besar masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. Kedelai adalah salah satu tanaman jenis

Lebih terperinci

PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.2 ; November 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING * RIZKI AMALIA 1, AK QOYUM FINARIFI 1 1 Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) TERHADAP CITA RASA MI BASAH SKRIPSI. Oleh : NURFATIMAH DALIMUNTHE NIM.

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) TERHADAP CITA RASA MI BASAH SKRIPSI. Oleh : NURFATIMAH DALIMUNTHE NIM. PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) TERHADAP CITA RASA MI BASAH SKRIPSI Oleh : NURFATIMAH DALIMUNTHE NIM. 071000067 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEPUNG BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) DALAM PEMBUATAN BOLU TERHADAP DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZINYA

PEMANFAATAN TEPUNG BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) DALAM PEMBUATAN BOLU TERHADAP DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZINYA 1 PEMANFAATAN TEPUNG BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) DALAM PEMBUATAN BOLU TERHADAP DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZINYA Nurhalis Br Regar¹, Zulhaida Lubis², Ernawati Nasution² ¹Mahasiswa Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Oleh karena itu peningkatan konsumsi protein perlu digalakkan, salah satunya melalui penganekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi terhambat dan menyebabkan rickets, sedangkan kekurangan. kalsium pada kelompok dewasa akan menyebabkan Osteoporosis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi terhambat dan menyebabkan rickets, sedangkan kekurangan. kalsium pada kelompok dewasa akan menyebabkan Osteoporosis yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalsium merupakan salah satu mineral makro yang memiliki peran penting dalam tubuh. Kekurangan kalsium pada anak dan remaja dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan,

Lebih terperinci

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi UJI SENSORIS PADA PEMBUATAN MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN SURIMI DAGING IKAN TOMAN (Channa micropeltes) NATALLO BUGAR DAN HERMANSYAH Dosen pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA BOLU KUKUS YANG DIFORMULASI SEBAGIAN DENGAN TEPUNG SUKUN

ARTIKEL ILMIAH TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA BOLU KUKUS YANG DIFORMULASI SEBAGIAN DENGAN TEPUNG SUKUN ARTIKEL ILMIAH TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA BOLU KUKUS YANG DIFORMULASI SEBAGIAN DENGAN TEPUNG SUKUN Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah Diploma Gizi

Lebih terperinci

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN UBI TERHADAP DAYA TERIMA KUE KLEPON SKRIPSI Oleh : DEWINTA PUSPITA SARI NIM. 061000026 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PENGARUH PENAMBAHAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU KERUPUK IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii)

PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU KERUPUK IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii) Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2016, hlm 49 55 ISSN 0126-4265 Vol. 44. No.1 PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU KERUPUK IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii) Gusta Damayana 1)*, Edison 2)

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN SENSORI COOKIES DARI TEPUNG KOMPOSIT (BERAS MERAH, KACANG MERAH DAN MOCAF)

KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN SENSORI COOKIES DARI TEPUNG KOMPOSIT (BERAS MERAH, KACANG MERAH DAN MOCAF) i KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN SENSORI COOKIES DARI TEPUNG KOMPOSIT (BERAS MERAH, KACANG MERAH DAN MOCAF) SKRIPSI Oleh: JULIARDO ESTEFAN PURBA 120305048/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) UNTUK PEMBUATAN BISKUIT DAN SNACK

PEMANFAATAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) UNTUK PEMBUATAN BISKUIT DAN SNACK PEMANFAATAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) UNTUK PEMBUATAN BISKUIT DAN SNACK Utilization of Patin Fish Protein Concentrate To Make Biscuit and Dewita*, Syahrul, Isnaini Jurusan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah dengan mengembangkan alternatif pangan. Program diversifikasi pangan belum dapat berhasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

Kajian Karakteristik Mutu Kerupuk Ikan Jelawat Leptobarbus hoevenii Selama Penyimpanan. Edison 1) dan Sumarto 1)*

Kajian Karakteristik Mutu Kerupuk Ikan Jelawat Leptobarbus hoevenii Selama Penyimpanan. Edison 1) dan Sumarto 1)* Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2015, hlm 67 73 ISSN 0126-4265 Vol. 43. No.1 Kajian Karakteristik Mutu Kerupuk Ikan Jelawat Leptobarbus hoevenii Selama Penyimpanan Edison 1) dan Sumarto 1)* * sumarto1976@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI TERIGU DAN TAPIOKA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BANDENG SKRIPSI

PENGARUH PROPORSI TERIGU DAN TAPIOKA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BANDENG SKRIPSI PENGARUH PROPORSI TERIGU DAN TAPIOKA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BANDENG SKRIPSI OLEH: FELICIA DEVITA WIJAYA 6103007041 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KOSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata) TERHADAP MUTU KUE SEMPRONG. Oleh:

PENGARUH PENAMBAHAN KOSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata) TERHADAP MUTU KUE SEMPRONG. Oleh: PENGARUH PENAMBAHAN KOSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata) TERHADAP MUTU KUE SEMPRONG Oleh: Angga Wijaya 1),Sukirno Mus 2),Suparmi 2) E-mail: wijayaangga28@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber nutrisi lengkap dan mengandung gizi tinggi. Kandungan kalsium susu sangat dibutuhkan dalam masa pertumbuhan dan pembentukan tulang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik (uji lipat), organoleptik (uji hedonik), uji skoring dan analisis kimia (Pb). 1.1 Uji Lipat Uji lipat (folding test) merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus oestreatus) merupakan jamur konsumsi dari jenis jamur kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia bahkan dunia. Kondisi geografis yang berlekuk mengakibatkan Kalimantan memiliki banyak aliran sungai (Nurudin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi komoditas perikanan tangkap sangat dipengaruhi oleh keadaan musim. Jumlah produksi di suatu saat tinggi, di saat lain rendah atau tidak ada sama sekali. Saat produksi

Lebih terperinci

UJI DAYA TERIMA DAN NILAI GIZI DONAT YANG DIMODIFIKASI DENGAN JAGUNG DAN BAYAM SKRIPSI OLEH : ATINA TRAVIANITA NIM

UJI DAYA TERIMA DAN NILAI GIZI DONAT YANG DIMODIFIKASI DENGAN JAGUNG DAN BAYAM SKRIPSI OLEH : ATINA TRAVIANITA NIM UJI DAYA TERIMA DAN NILAI GIZI DONAT YANG DIMODIFIKASI DENGAN JAGUNG DAN BAYAM SKRIPSI OLEH : ATINA TRAVIANITA NIM. 091000015 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 UJI DAYA

Lebih terperinci

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakso adalah makanan yang banyak digemari masyarakat di Indonesia. Salah satu bahan baku bakso adalah daging sapi. Mahalnya harga daging sapi membuat banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif pengganti nasi. Mi merupakan bahan pangan yang cukup potensial, selain harganya relatif murah

Lebih terperinci

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

Ulangan 1 Ulangan 2 (%) BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Deskripsi dan analisis data memuat penjelasan tentang hasil penelitian. Hasil yang diperoleh selama proses penelitian meliputi data sifat kimia, sifat fisik dan organoleptik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Maksud Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Kerangka Pemikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, pemenuhan zat gizi harus benar benar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, pemenuhan zat gizi harus benar benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup, khususnya manusia pasti membutuhkan zat gizi sebagai penunjang kelancaran pertumbuhan dan perkembangan. Apabila zat gizi yang dibutuhkan tidak

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.) PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI PROPOSAL SKRIPSI OLEH: ANDREAS DAVID CHRISTIANTO S. 6103006003 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian banyaknya varietas buah-buahan yang berkembang di Indonesia, tentunya tidak semua dapat diunggulkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam yang dapat memberikan sumbangan zat gizi yang cukup bagi tubuh, dengan adanya

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI STABILIZED CALCIUM CARBONATE 140 TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI STABILIZED CALCIUM CARBONATE 140 TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI STABILIZED CALCIUM CARBONATE 140 TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI SKRIPSI OLEH: ANDREAS DAVID CHRISTIANTO S. 6103006003 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan konsumen pada makanan jajanan di Indonesia telah semakin meningkat dan memegang peranan penting, karena makanan jajanan juga dikonsumsi oleh golongan

Lebih terperinci

PEMBUATAN MI KERING DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TULANG CEKER AYAM DRY NOODLE MAKING BY CHICKEN METATARSAL MEAL ADDITION ABSTRACT

PEMBUATAN MI KERING DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TULANG CEKER AYAM DRY NOODLE MAKING BY CHICKEN METATARSAL MEAL ADDITION ABSTRACT Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 2 Nomor 2, Oktober 2011 103 PEMBUATAN MI KERING DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TULANG CEKER AYAM DRY NOODLE MAKING BY CHICKEN METATARSAL MEAL ADDITION N Novidahlia 1a,

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG AMPAS TAHU DALAM PEMBUATAN NUGGET TERHADAP KADAR PROTEIN DAN DAYA TERIMA KONSUMEN

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG AMPAS TAHU DALAM PEMBUATAN NUGGET TERHADAP KADAR PROTEIN DAN DAYA TERIMA KONSUMEN KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG AMPAS TAHU DALAM PEMBUATAN NUGGET TERHADAP KADAR PROTEIN DAN DAYA TERIMA KONSUMEN Disusun Oleh : DWI ITA SARI J.9.7 PROGRAM STUDI GIZI D FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: VANDA FIKOERITRINA WIDYA PRIMERIKA

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Laboratorium Percobaan Makanan, dan Laboratorium

Lebih terperinci

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 DAYA TERIMA COOKIES SUBSTITUSI TEPUNG AMPAS TAHU DENGAN TEPUNG BERAS MERAH DAN NILAI GIZINYA SKRIPSI OLEH : RIRIS MANURUNG 111000294 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe merupakan produk pangan khas Indonesia berbahan kedelai yang diolah melalui fermentasi kapang Rhizopus oligosporus. Tempe sangat familiar dikalangan masyarakat

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN GUMPALAN PROTEIN SUSU (CURD) TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN GIZI STICK CURD

PENGARUH PENGGUNAAN GUMPALAN PROTEIN SUSU (CURD) TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN GIZI STICK CURD PENGARUH PENGGUNAAN GUMPALAN PROTEIN SUSU (CURD) TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN GIZI STICK CURD Vivi Suzanna Dewi, Rosidah dan Octavianti Paramita TJP, Fakultas Teknik UNNES Abstract : Cheese

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tepung Tulang Ikan Tuna 4.1.1 Rendemen Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu produk atau bahan. Perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

ANALISIS ZAT GIZI DAN UJI DAYA TERIMA FLAKES DARI TEPUNG PISANG BARANGAN MENTAH DAN TEPUNG TALAS

ANALISIS ZAT GIZI DAN UJI DAYA TERIMA FLAKES DARI TEPUNG PISANG BARANGAN MENTAH DAN TEPUNG TALAS ANALISIS ZAT GIZI DAN UJI DAYA TERIMA FLAKES DARI TEPUNG PISANG BARANGAN MENTAH DAN TEPUNG TALAS SKRIPSI Oleh: VELLA REGALIA NIM: 091000026 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEPUNG DAGING TULANG LEHER AYAM PEDAGING PADA PEMBUATAN MAKANAN RINGAN (SNACK) UNTUK MENINGKATKAN NILAI GIZI SKRIPSI SENDY ARINAHATIEN

PEMANFAATAN TEPUNG DAGING TULANG LEHER AYAM PEDAGING PADA PEMBUATAN MAKANAN RINGAN (SNACK) UNTUK MENINGKATKAN NILAI GIZI SKRIPSI SENDY ARINAHATIEN PEMANFAATAN TEPUNG DAGING TULANG LEHER AYAM PEDAGING PADA PEMBUATAN MAKANAN RINGAN (SNACK) UNTUK MENINGKATKAN NILAI GIZI SKRIPSI SENDY ARINAHATIEN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

EVALUASI MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN SEBAGAI MAKANAN KAYA SERAT

EVALUASI MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN SEBAGAI MAKANAN KAYA SERAT EVALUASI MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN SEBAGAI MAKANAN KAYA SERAT The Quality Evaluation of Banana s Heart and Fish Sausage Meatball as Rich Fiber Food Eko Pradana (0806121142) Shanti Fitriani

Lebih terperinci

PENAMBAHAN TEPUNG TULANG CEKER AYAM SEBAGAI SUMBER KALSIUM PADA TAHU KEDELAI. Oleh :

PENAMBAHAN TEPUNG TULANG CEKER AYAM SEBAGAI SUMBER KALSIUM PADA TAHU KEDELAI. Oleh : PENAMBAHAN TEPUNG TULANG CEKER AYAM SEBAGAI SUMBER KALSIUM PADA TAHU KEDELAI Oleh : Noli Novidahlia, Mardiah, Hafid Hermawan Dosen Fakultas Agribisnis dan Teknologi Pangan Universitas Djuanda Bogor Alumni

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang-kacangan (Leguminosa), seperti kacang hijau, kacang tolo, kacang gude, kacang merah, kacang kedelai, dan kacang tanah, sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata) UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Disusun Oleh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1 I PEDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA

SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING Alsuhendra dan Ridawati 1) 1) Staf Pengajar PS Tata Boga Jur. IKK Fakultas.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Purata kadar air (% ± SE) tempe dengan penambahan tepung belut dan variasi usar tempe berkisar antara 60,37 ±

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan bahan pangan bagi manusia bukan hanya sekedar untuk mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi bahan makanan yang

Lebih terperinci

Protein, Kalsium dan Daya Terima Bakso Jamur

Protein, Kalsium dan Daya Terima Bakso Jamur Jurkessia, Pengaruh Vol. Proporsi IV, No. 2, Maret 2014 Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Terhadap Nany Kandungan Suryani, dkk. Protein, Kalsium dan Daya Terima Bakso Effect Of Proportion Of Oyster Mushrooms

Lebih terperinci

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : DESTI TRISNANINGSIH A 420 100 128 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state). Tiga perempat dari luas wilayah Indonesia atau sekitar 5.8 juta km² berupa laut. Garis

Lebih terperinci