Ummi Kalsum 1, Yuswar Yunus 1, T. Ferijal 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

Teknik Konservasi Waduk

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

BAB II LANDASAN TEORI

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang

Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off).

Prosiding SEMINAR NASIONAL. Banda Aceh, 19 Maret 2013

METODOLOGI PENELITIAN

Rd. Indah Nirtha NNPS. Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

PREDIKSI EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI

Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi Sub DAS Petani Sumatera Utara. Mapping Erosion Level in Petani SubWatershed North Sumatera

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

Erosi. Rekayasa Hidrologi


STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DALAM PENGKLASIFIKASIAN BAHAYA EROSI PADA DAS TALAWAAN

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

EI 30 = 6,119 R 1,21 D -0,47 M 0,53 Tabel IV.1 Nilai Indeks Erosivitas Hujan (R)

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan

PENDUGAAN KEHILANGAN TANAH DAN SEDIMEN AKIBAT EROSI MENGGUNAKAN MODEL "ANSWERS" DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG HULU, KATULAMPA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

ANALISIS EROSI DAN SEDIMENTASI LAHAN DI SUB DAS PANASEN KABUPATEN MINAHASA

PREDIKSI TINGKAT BAHAYA EROSI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU WISATA BANDAR KAYANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

Gambar 4.1 Peta lokasi penelitian (PA-C Pasekan)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PREDIKSI EROSI PADA LAHAN PERTANIAN DI SUB DAS KRUENG SIMPO PROVINSI ACEH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN PANGAN (UBI KAYU) DI KEBUN PERCOBAAN USU KWALA BEKALA

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

Lampiran 1. Curah Hujan DAS Citarum Hulu Tahun 2003

MENENTUKAN LAJU EROSI

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG

BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)

TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta

ANALISIS PENUTUPAN LAHAN, LAJU EROSI AKTUAL DAN TOLERABLE SOIL LOSS DI SUB DAS TAPUNG KANAN. ABSTRAK

ANALISA EROSI DAN USAHA KONSERVASI PADA SUB DAS KONTO HULU BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN CITRA ASTER DIGITAL UNTUK ESTIMASI DAN PEMETAAN EROSI TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO. Risma Fadhilla Arsy

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

DAFTAR ISI Keaslian Penelitian... 4

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

PENDUGAAN EROSI TANAH DIEMPAT KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN BERDASARKAN METODE ULSE

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

PREDIKSI EROSI DAERAH ALIRAN SUNGAI POBOYA

Suryo Kuncoro Totok Gunawan Abstract

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

1/3/2017 PROSES EROSI

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS POTENSI EROSI DAS PETAPAHAN PADA EMBUNG PETAPAHAN Lukman Nul Hakim 1), Mudjiatko 2), Trimaijon 2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDUGAAN NILAI EROSI DI KAWASAN SUB DAS BRANTAS MIKRO COBAN TALUN (Studi di Coban Talun Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu) Skripsi

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI DI SUB-DAS TEWEH, DAS BARITO PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

III. METODE PENELITIAN

PERENCANAAN KONSERVASI SUB DAS CIMUNTUR KABUPATEN CIAMIS. Ajeng Aprilia Romdhon, Kunto Dwi Utomo, Suharyanto *), Hari Nugroho *)

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Irma Fitria, Dr. Sakka, M.Si, Drs. H. Samsu Arif, M.Si

Kajian Tingkat Bahaya Erosi Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RINGKASAN DISERTASI. Oleh : Sayid Syarief Fathillah NIM 06/240605/SPN/00217

Analisis DAS Sambong Dengan Menggunakan Aplikasi GIS

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

Transkripsi:

Arahan Konservasi DAS Meureudu Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Conservation Directives of Drainage Basin Meureudu Using GIS Geographic Information Systems) Ummi Kalsum 1, Yuswar Yunus 1, T. Ferijal 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Abstrak. Erosi dapat memicu degradasi lahan. Potensi erosi akan meningkat dengan semakin berkurangnya tutupan lahan dan minimnya tindakan konservasi. SIG diterapkan dalam berbagai ilmu antaranya yaitu dalam bidang bidang sumberdaya alam (inventarisasi manajemen dan kesesuaian lahan untuk pertanian). Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut, Apakah kelas erosi yang terjadi di DAS Meureudu berada dalam kategori sedang? Bagaimana penerapan upaya konservasi vegetatif dan mekanik? Apakah terdapat korelasi antara besarnya erosi dengan upaya konservasinya?. Kelas erosi yang terjadi di DAS Meureudu berada dalam kategori sedang. Upaya konservasi vegetatif dan mekanik di DAS Meureudu dapat diterapkan. Terdapat korelasi antara besarnya erosi yang terjadi di DAS Meureudu dengan upaya konservasinya. Jumlah erosi total yang terdapat di DAS Meureudu sebesar 109,52 ton/ha/thn, termasuk kedalam kelas laju erosi yang sedang. konservasi yang disarankan dapat mengurangi laju erosi yang terdapat di DAS Meureudu menjadi 24,62 ton/ha/thn. Penerapan konservasi dengan jenis tanaman dan pengelolaan yang tepat dapat mengurangi kelas laju erosi sedang menjadi ringan. Kata kunci : Erosi, SIG, Konservasi. Abstract. Erosion triggers soil degradation and its rate will increase due to a decline topsoil quality with no real conservation. By using GIS (Geographic Information Systems) to examine the soil erosion and the conservation practices on the Drainage Basin (DAS) Meureudu. The formulation of the problem is as follows, Do class erosion in the watershed Meureudu in a category is? How the application of vegetative and mechanical conservation efforts? Whether there is a correlation between the magnitude of erosion by conservation efforts?. Class erosion in the watershed Meureudu are in the medium category. Vegetative and mechanical conservation efforts in the watershed Meureudu can be applied. There is a correlation between the magnitude of the erosion in the watershed Meureudu with conservation aims. it was found that the total erosion in that area was 109,52 ton/ha/year (categorized as average rate of soil erosion). Concerning this result, the conservation practices needed was 24,62 ton/ha/year. Applying appropriate conservation such as using proper management and plants will decrease the rate of soil erosion Keywords: Erosion, GIS, Conservation PENDAHULUAN Erosi dapat memicu degradasi lahan. Potensi erosi akan meningkat dengan semakin berkurangnya tutupan lahan dan minimnya tindakan konservasi. Guna mencegah semakin parahnya erosi, perlu adanya upaya pengendalian dan pengelolaan lahan yang tepat dengan cara melakukan upaya-upaya konservasi pada lahan dengan potensi erosi yang tinggi. Erosivitas adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan dan kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin dan gravitasi. Di daerah tropis, seperti negara kita mempunyai curah hujan yang tinggi sehingga erosi yang disebabkan oleh angin tidak begitu banyak terjadi. Tanah yang terangkut akan diendapkan di dalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi dan lainnya (Arsyad, 1989). Degradasi merupakan penurunan kapasitas tanah dan kualitas tanah yang artinya menghilangkan beberapa fungsi tanah. Faktor utama penyebab degradasi lahan adalah perubahan jumlah populasi manusia, kemiskinan, kondisi sosial ekonomi dan pengelolaan pertanian yang tidak tepat. Secara umum manusia lebih mengutamakan keuntungan secara ekonomi dibandingkan dengan kepentingan konservasi dalam pengelolaan lahan. Akibatnya timbul berbagai dampak negatif seperti banjir yang terjadi pada tanggal 20 Desember 2009 Corresponding author: t.ferijal@unsyiah.ac.id 423 JIM Pertanian Unsyiah TP, Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 423-429

dan 6 Mei 2013, akibat meluapnya sungai-sungai utama seperti : 1) Krueng Jeulanga, 2) Krueng Ulim, 3) Krueng Meureudu dan 4) Krueng Beuracan (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2013). Berdasarkan uraian di atas, sangat diperlukan adanya suatu perencanaan pengelolaan dan teknik konservasi yang terpadu sehingga fungsi DAS Meureudu dapat terjaga dengan baik. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan mempelajari potensi erosi dan praktek konservasi yang tepat diterapkan untuk meminimalisir potensi erosi tersebut. Usaha konservasi DAS Meureudu akan memberikan dorongan untuk mengembangkan arahan fungsi lahan yang sesuai dengan kondisi kesesuaian lahannya. dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu : (1) Apakah kelas erosi yang terjadi di DAS Meureudu berada dalam kategori sedang? (2) Bagaimana penerapan upaya konservasi vegetatif dan mekanik yang terdapat di DAS Meureudu? (3) Apakah terdapat korelasi antara besarnya erosi yang terjadi di DAS Meureudu dengan upaya konservasinya?. Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Kelas erosi yang terjadi di DAS Meureudu berada dalam kategori sedang. (2) Upaya konservasi vegetatif dan mekanik di DAS Meureudu dapat diterapkan. (3) Terdapat korelasi antara besarnya erosi yang terjadi di DAS Meureudu dengan upaya konservasinya. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Meureudu Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015. MATERI DAN METODE Peralatan dan Data Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. ArcGIS 9.3. 2. Bor tanah, cangkul, ring sampel dan GPS. Data yang akan digunakan pada penelitian ini antara lain : 1. Peta Digital Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Kabupaten Pidie Jaya dengan skala 1:250.000 pada Tahun 2013. 2. Peta batas DAS Meureudu (Skala 1:250.000, Tahun 2013). 3. Peta Tata Guna Lahan DAS Meureudu (Skala 1:250.000, Tahun 2013). 4. Peta Kemiringan Lereng DAS Meureudu (Skala 1:250.000, Tahun 2013). 5. Peta Jenis Tanah Kabupaten Pidie Jaya (Skala 1:250.000, Tahun 2013). 6. Data Curah Hujan Bulanan (2004-2013). Metode Penelitian Menentukan lokasi penelitian dengan menggunakan peta jenis tanah lalu mengelompokkan jenis tanah tersebut berdasarkan nilai erodibilitas. Analisis Laboratorium Analisis untuk mengetahui sifat fisika tanah dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah dan Laboratorium Tanah dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Analisis yang dilakukan di laboratorium untuk mendapat nilai Erodibilitas. Penentuan Laju Erosi Penentuan laju erosi menurut model yang dikembang oleh Wischeimeier dan Smith dengan menggunakan Model USLE dinyatakan dengan persamaan Faktor Erosivitas Arahan Konservasi DAS Meureudu menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) 424

ini : Indeks erosivitas hujan (R) diperoleh dengan menggunakan rumus Bols (1978) berikut 12 (EI 30 )i R = i=1...(1) 100 Erodibilitas Erodibilitas tanah (K) adalah kepekaan tanah terhadap erosi, menurut persamaan Wischmeier dan Smith (1978) adalah sebagai berikut ini : K = 1,292 { 2,1 M1,14 ( 10 4 )( 12 a)+ 3,25 (b 2)+ 2,5 (c 3)}...(2) 100 Faktor Panjang, Kemiringan Lereng Nilai faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) ditentukan dengan menggunakan persamaan yang diusulkan oleh Wischemeir dan Smith (1978) seperti berikut ini : LS = L (0, 00138)S 2 + 0, 00965 S + 0, 0138.(3) Upaya Konservasi Lahan Indeks pengelolaan tanaman (C) tergantung dari jenis, kombinasi, kerapatan, panen dan rotasi tanaman. Nilai P dipengaruhi oleh campur tangan manusia terhadap lahan yang bersangkutan seperti, teras, rorak, pengelolaan tanah dan sebagainya. HASIL DAN PEMBAHASAN DAS Meureudu terbagi atas tiga Sub DAS yaitu Sub DAS Krueng Seuke (21.791,91 Ha), Sub DAS Krueng Nilam (8.381,13 Ha) dan Sub DAS Meureudu Hilir (9.839,25 Ha). Topografi Distribusi kemiringan lereng di DAS Meureudu disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Kemiringan Lereng DAS Meureudu No Kelerengan Kemiringan Persentase 1 Datar < 8% 31,93 2 Landai 8% - 15% 34,98 3 Agak Curam 16% - 25% 30,01 4 Curam 26% - 40% 0,55 5 Sangat Curam >40% 2,52 Sumber : BAPPEDA Pidie Jaya dan Hasil Analisis (2016) Kemiringan lereng di DAS Meureudu bervariasi mulai dari datar (0-8%) sampai dengan sangat curam (>40%). Sebagian besar DAS Meureudu di dominasi oleh daerah dengan kemiringan datar sampai agak curam, hanya sebagian kecil termasuk dalam kemiringan yang curam dan sangat curam. Jenis Tanah Tabulasi luas masing-masing jenis tanah disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Jenis tanah di DAS Meureudu No Jenis Tanah K Persentase 1 Aluvial 0,65 3,02 2 Andosol 0,55 61,44 3 Komplek Podsolik Merah Kuning, Latosol dan Litosol 0,17 19,66 4 Latosol 0,30 4,40 Arahan Konservasi DAS Meureudu menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) 425

5 Organosol dan Gle Humus 0,63 4,13 6 Podsolik Merah Kuning 0,59 7,35 Berdasarkan hasil analisis sifat fisika dan kimia di Laboratorium Penelitian Tanah dan Tanaman Fakultas Pertanian terhadap 6 (enam) sampel tanah Curah Hujan Intensitas hujan yang tinggi akan menimbulkan erosi, tetesan hujan yang jatuh di atas tanah mengakibatkan pecahnya agregat tanah karena energi kinetik yang besar. Pengaruh pukulan hujan pada tanah menyebabkan terjadinya erosi dengan 2 (dua) cara, yaitu pelepasan butiran tanah oleh pukulan air hujan dan kontribusi hujan terhadap aliran Energi kinetik merupakan intensitas hujan 30 menit, dikarenakan data tidak ada maka digunakan persamaan Persamaan Bols dengan data curah hujan dibagi hari hujan dan curah hujan max maka didapatkan nilai EI 30 seperti tersaji pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai EI 30 periode 2004-2013 Bulan CH (cm) HH CH Max EI 30 (cm/tahun) Januari 245,2 8,7 81,40 177,44 Februari 158,0 7,4 58,50 94,42 Maret 188,5 7,6 64,50 121,58 April 181,4 8,1 65,00 113,10 Mei 128,1 6,8 49,60 69,84 Juni 61,7 4,0 23,10 24,69 Juli 66,0 4,4 22,80 25,44 Agustus 90,8 6,4 36,10 40,04 September 91,9 6,4 35,40 40,21 Oktober 136,9 8,8 38,60 58,71 November 218,8 12,2 45,90 97,34 Desember 273,8 11,5 59,40 150,50 R 1.013,37 Sumber : Dinas Pertanian Pidie Jaya dan Hasil analisis (2016) Nilai rata-rata erosivitas yang paling tinggi terjadi pada bulan Januari dan Desember disebabkan jumlah curah hujan dan hari hujan pada bulan tersebut tinggi, sedangkan Bulan Juni dan Juli nilai erosivitasnya sangat rendah. Tata Guna Lahan Penggunaan lahan di DAS Meureudu Kabupaten Pidie Jaya yang didapatkan dari BAPPEDA Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Tata Guna Lahan DAS Meureudu No Nama CP Luas (Ha) Persentase 1 Hutan Lahan Kering Primer 0,001 13077,60 32,84 2 Hutan Lahan Kering Sekunder 0,03 18976,40 47,65 3 Permukiman 1 75,28 0,19 4 Pertanian Lahan Kering Bercampur 0,0172 2641,40 6,63 dengan Semak 5 Sawah 0,0028 1492,08 3,75 Arahan Konservasi DAS Meureudu menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) 426

6 Semak/Belukar 0,012 1046,81 2,63 7 Tambak 0,01 143,01 0,36 8 Tanah Terbuka 0,1 2317,55 5,82 9 Tubuh Air 0,01 53,96 0,14 Sumber : BAPPEDA dan Hasil Analisis (2016) Penggunaan lahan yang terdapat di DAS Meureudu didominasi oleh hutan lahan kering sekunder dengan persentase 47,65%, kemudian diikuti hutan primer persentasenya 32,84%. Kemudian yang lainnya seperti pertanian lahan kering bercampur dengan semak memiliki luas 6,63%, sedangkan permukiman, semak belukar, tanah terbuka, sawah dan tambak, luasnya kurang dari 5%. Laju Erosi Pendugaan laju erosi menggunakan variabel-variabel erosi yang mencakup erosivitas hujan, erodibilitas tanah, faktor kemiringan lereng serta jenis penggunaan lahan. Berdasarkan analisa laju erosi menggunakan metode USLE yang terdapat pada Persamaan 1. Hasil Laju bahaya erosi yang didapatkan pada DAS Meureudu secara keseluruhannya terdapat pada Tabel 5. Tabel 5. Kelas Laju Erosi DAS Meureudu No Erosi Luas (Ha) Persentase 1 1 (Sangat ringan) 19.455,90 54,36 2 2 (Ringan) 15.583,21 29,80 3 3 (Sedang) 2.191,97 10,17 4 4 (Berat) 436,20 0,11 5 5 (Sangat berat) 2.335,63 5,56 Sumber : Hasil Analisis (2016) Laju bahaya erosi yang terjadi di DAS Meureudu mempunyai kelas yang bervariasi untuk kategori 1 (sangat ringan) sebanyak 54,36 %, kategori 2 (ringan) dengan persentase 29,80 %, kategori 3 (sedang) dengan jumlah 10,17 %, kategori 4 (berat) dengan jumlah 0,11%, dan untuk kategori 5 (sangat berat) sebanyak 5,56 %. Laju erosi total yang terdapat di DAS Meureudu disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Laju erosi total DAS Meureudu No Erosi Luas (Ha) Persentase Laju erosi 1 1 (Sangat ringan) 21.774,58 54,36 40.204,61 2 2 (Ringan) 11.934,28 29,8 254.728,44 3 3 (Sedang) 4.072,52 10,17 320.842,73 4 4 (Berat) 44,69 0,11 9.239,13 5 5 (Sangat berat) 2.226,58 5,56 3.761.449,88 Jumlah 40.052,65 109,52 Sumber : Hasil Analisis (2016) Berdasarkan Tabel 6 jumlah erosi total yang terdapat di DAS Meureudu sebesar 109,52 ton/ha/thn, termasuk kedalam kelas laju erosi yang sedang. Pengelolaan lahan yang tidak tepat dan tidak diterapkan konservasi dapat menyebabkan kelas laju erosi semakin meningkat dan tidak dapat dikendalikan. Konservasi Lahan Konservasi diupayakan untuk mengurangi laju erosi yang terjadi di DAS Meureudu, adapun konservasi yang dapat diterapkan berupa konservasi secara vegetatif dan mekanik. Metode vegetatif merupakan metode yang tekniknya mempergunakan tumbuhan atau tanaman Arahan Konservasi DAS Meureudu menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) 427

untuk mengurangi kerusakan tanah saat hujan jatuh. Metode mekanik mempertahankan atau mencegah erosi dengan cara membuat bangunan untuk menahan air (hujan) sehingga dapat mengurangi kecepatan alirannya. Arahan konservasi bertujuan menurunkan laju erosi yang terjadi di DAS Meureudu, konservasi difokuskan pada penutup lahan yang menyebabkan laju erosi tinggi. Tindakan konservasi yang diterapakan berupa konservasi vegetatif dan mekanik seperti yang tersaji pada Tabel 7. Tabel 7. Arahan konservasi lahan DAS Meureudu No Penutup Lahan CP Teknik Konservasi Arahan CP* Luas 1 Tanah terbuka 1 Reboisasi 0,1 18,25 2 Hutan Lahan Kering Sekunder Ket* 0,03 Kebun campuran dengan Teras Bangku Sempurna 0,009 631,85 : Arahan konservasi Lahan Persentase dan luas laju erosi yang sangat berat pada DAS Meureudu setelah adanya arahan konservasi mulai berkurang seperti tersaji pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah erosi setelah konservasi No Erosi Luas (Ha) Persentase 1 1 (Sangat ringan) 21.817,80 54,47 2 2 (Ringan) 11.552,10 28,84 3 3 (Sedang) 5.202,96 12,99 4 4 (Berat) 1.451,53 3,62 5 5 (Sangat berat) 28,07 0,07 Berdasarkan tabel di atas maka laju erosi sangat berat dengan penutup lahan berupa tanah terbuka dan hutan lahan kering sekunder terminimalisir, sebelum adanya konservasi laju erosi sangat berat mencapai 5,84%, setelah dilakukannya konservasi laju erosinya menurun menjadi 0,07%. Penerapan kedua konservasi tersebut secara terpadu sangat menekan laju erosi yang terjadi di DAS Meureudu. Tindakan konservasi tersebut mampu mengurangi erosi dari kategori sangat berat menjadi kategori lainnya yang lebih rendah. Sebaran perubahan tingkat erosi akibat penerapan tindakan konservasi pada daerah kelas erosi sangat berat. Adapun distribusi dampak tindakan konservasi tersebut disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran konservasi erosi dan luasnya No Konservasi Laju erosi Luas Ha 1 Sangat Ringan 1,02 1,03 2 Ringan 6,39 435,16 3 Sedang 9,47 1.138,58 4 Berat 8,39 1.255,89 Jumlah 2.830,66 Perubahan laju erosi total yang terdapat di DAS Meureudu setelah dilakukan tindakan konservasi tersaji pada Tabel 10. Tabel 10. Laju erosi total setelah dilakukan tindakan konservasi Arahan Konservasi DAS Meureudu menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) 428

No Erosi Luas (Ha) Persentase laju erosi 1 1 (Sangat ringan) 21.815,19 54,47 197,28 2 2 (Ringan) 11.989,78 28,84 497,63 3 3 (Sedang) 4.963,68 12,99 1733,90 4 4 (Berat) 1.255,93 3,62 1118,00 5 5 (Sangat berat) 28,08 0,07 2396,62 Jumlah 40.052,65 24,62 Jumlah erosi total sebelum adanya tindakan konservasi sebesar 109,52 ton/ha/thn, konservasi yang disarankan dapat mengurangi laju erosi yang terdapat di DAS Meureudu menjadi 24,62 ton/ha/thn. Penerapan konservasi dengan jenis tanaman dan pengelolaan yang tepat dapat mengurangi kelas laju erosi sedang menjadi ringan. KESIMPULAN DAN SARAN Laju erosi yang mendominasi DAS Meureudu pada kelas sangat ringan dengan persentase sebesar 54,47% dan seluas 21.817,80 Ha terdapat pada daerah hulu dan hilir. Penerapan upaya konservasi secara vegetatif dan mekanik yang terdapat di DAS Meureudu berupa : pada tanah terbuka diterapkan reboisasi dan hutan lahan kering sekunder dengan kebun campuran dengan teras bangku sempurna. Laju erosi total di DAS Meureudu sebesar 109,56 ton/ha/thn termasuk kelas laju erosi sedang, setelah adanya tindakan konservasi berkurang menjadi 24,62 ton/ha/thn masuk ke kategori ringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya korelasi laju erosi sangat berat dengan tindakan konservasi yang disarankan di DAS Meureudu. SARAN Saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : Petani diharapkan menanam tanaman dan mengelola lahan yang sesuai untuk daerah berlereng, menerapkan kaidah konservasi lahan sesuai dengan lahan pertaniannya. Dinas pemerintahan dapat mengatur RTRW terhadap konversi lahan yang terdapat di DAS Meureudu. DAFTAR PUSTAKA Arini, D.I.D. 2005. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh untuk Model Hidrologi Answers dalam Memprediksi Erosi dan Sedimentasi (Studi Kasus: DTA Cipopokol Sub DAS Cisadane Hulu, Kabupaten Bogor). Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press : Bogor. Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2013. http://www.bnpb.go.id/berita/1384/ribuan-rumah-di-30-desa-dari-5-kecamatan-di-pidie-jayaterendam-banjir[17 Mei 2013]. Edison, M. Bisri dan E. Suhartanto. 2012. Studi Teknologi Konservasi untuk Menurunkan Laju Erosi pada Sub DAS Sombe Lewara. Universitas Brawijaya. Malang. Subagyono, K.S. Marwanto dan U. Kurnia. 2003. Teknik Konservasi Tanah Secara Vegetatif. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Arahan Konservasi DAS Meureudu menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) 429