BAB 4 ANALISIS DATA. 1) Pergerakan yang menuju luar kota Tangerang (Batu Ceper, Bandara, Kober, Kota Bumi dan sekitarnya) maupun sebaliknya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Kondisi Lingkungan Jalan Simpang Bersinyal Gejayan KODE PENDEKAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Ruas Jalan A. Data Umum, Kondisi Geometrik, Gambar dan Detail Ukuran

BAB IV ANALISA PEMBAHASAN DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

ANALISIS KAPASITAS DAN TINGKAT KINERJA SIMPANG BERSINYAL LAMPU LALULINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN PASIR PUTIH JALAN KAHARUDDIN NASUTION KOTA PEKANBARU

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

Pengaturan lampu lalu lintas pada simpang merupakan hal yang paling

BAB III LANDASAN TEORI

Waktu hilang total : LTI = 18 KONDISI LAPANGAN. Tipe Lingku ngan Jalan. Hambatan Samping Tinggi/ren dah. Belok kiri langsung Ya/Tidak

LAMPIRAN. xii. Universitas Sumatera Utara

BAB III LANDASAN TEORI

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG

Kata kunci : Simpang Bersinyal, Kinerja, Bangkitan Pergerakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN CIPAGANTI BAPA HUSEN BANDUNG

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 10 (Sepuluh)

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH, BANDUNG, DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK KAJI

BAB IV PEMBAHASAN. arus dan komposisi lalu lintas. Kedua data tersebut merupakan data primer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PENINGKATAN KINERJA PERSIMPANGAN SEBIDANG PURI KEMBANGAN

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

langsung. Survei dilakukan dengan pengukuran lebar pendekat masing-masing

Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISA KINERJA PELAYANAN SIMPANG CHARITAS KOTA PALEMBANG

Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Sudirman & Simpang A.Yani Kota Pacitan. Ir. Sri Utami, MT

DAFTAR PUSTAKA. 1. Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota Direktorat Jendral

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saling berhubungan atau berpotongan dimana lintasan-lintasan kendaraan

ANALISIS KINERJA DAN ALTERNATIF PENGATURAN SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jalan Sunset Road-Jalan Nakula-Jalan Dewi Sri di Kabupaten Badung)

BAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL ( Studi Kasus : Jalan Tegar Beriman Jalan Raya Bogor )

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR KATA PENGANTAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh para peneliti lain :

EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN

2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan...

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : SIMPANG EMPAT BERSINYAL DEMANGAN) ABSTRAK

PERENCANAAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN SULTAN HASANUDIN DAN JALAN ARI LASUT MENGGUNAKAN METODE MKJI

BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. Mulai. Studi Literatur. Penentuan Daerah Studi. Pengumpulan Data. Data Primer. Data Sekunder

STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah titik pada jaringan jalan tempat jalan-jalan bertemu dan

TUGAS AKHIR RICKY ZEFRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkotaan biasanya banyak memiliki simpang, sehingga pengemudi harus

EVALUASI PENGENDALIAN LALU LINTAS DENGAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL

MANAJEMEN LALU-LINTAS DAN EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jl. Semolowaru-Jl. Klampis Semolo Timur-Jl.Semolowaru- Jl.

DAFTAR ISTILAH KARAKTERISTIK LALU LINTAS. Arus Lalu Lintas. UNSUR LALU LINTAS Benda atau pejalan kaki sebagai bagian dari lalu lintas.

ANALISIS KINERJA SIMPANG TIGA PADA JALAN KOMYOS SUDARSO JALAN UMUTHALIB KOTA PONTIANAK

KONDISI DAN KARAKTERISTIK LALU LINTAS

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR : ANALISIS SIMPANG BERSINYAL

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA JALAN KALIGARANG JALAN KELUD RAYA JALAN BENDUNGAN RAYA

Mulai. Studi pustaka. Observasi awal. Proposal disetujui. Survei pendahuluan. Pelaksanaan survei dan pengumpulan data Rekapitulasi data

Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Jemursari & Simpang A.Yani Kota Surabaya. A. Muchtar, ST ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. ruas jalan bertemu, disini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk. persimpangan (

Studi Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Kertajaya Kota Surabaya. Sapto Budi Wasono, ST, MT ABSTRAK

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

(2) Untuk approach dengan belok kiri langsung (LTOR) W E dapat dihitung untuk pendekat dengan atau tanpa pulau lalulintas, seperti pada Gambar 3.2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Simpang bersinyal diterapkan dengan maksud sebagai berikut:

ANALISIS PENGARUH KINERJA LALU-LINTAS TERHADAP PEMASANGAN TRAFFIC LIGHT PADA SIMPANG TIGA (STUDI KASUS SIMPANG KKA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah titik-titik pada jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan

pendekat/lengan, dimana arus kendaraan dari beberapa pendekat tersebut bertemu dan

Studi Efektifitas Waktu Siklus Jaringan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Antang Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah. Sapto Budi Wasono, ST, MT

EVALUASI KINERJA SIMPANG RE.MARTADINATA- JALAN CITARUM TERHADAP LARANGAN BELOK KIRI LANGSUNG ABSTRAK

ANALISA PEMILIHAN MODEL PENYELESAIAN PERSIMPANGAN BERDASARKAN VOLUME KENDARAAN (STUDI SIMPANG JL. DEMAK JL. DUPAK/DUPAK RUKUN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Lokasi rumah sakit Royal. Rencana Royal. PT. Katrolin. Bank Central Asia. Jl. Rungkut. Industri I

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISA DAN KOORDINASI SINYAL JALAN DIPONEGORO SURABAYA

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN 17 AGUSTUS JALAN BABE PALAR KOTA MANADO

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan pengerjaan Tugas Akhir secara ringkas dapat dilihat dalam bentuk flow chart 3.1 dibawah ini : Mulai

PERENCANAAN ULANG GEOMETRIK PADA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Kisaran Meulaboh)

EVALUASI KINERJA SIMPANG PATUNG NGURAH RAI (SIMPANG JALAN I GUSTI NGURAH RAI JALAN AIRPORT NGURAH RAI)

ANALISIS SIMPANG BERSINYAL JL. RADEN MOHAMMAD MANGUNDIPI - JL. LINGKAR TIMUR SIDOARJO TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU

4.8 METODE ANALISIS DATA BAGAN ALIR PENELITIAN BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA DATA HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membantu kelancaran pergerakan lalulintas di lokasi tersebut.

KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL DAN DERAJAT KEJENUHANNYA (STUDI KASUS SIMPANG IV KOTA LHOKSEUMAWE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah titik pada jaringan jalan tempat jalan-jalan bertemu dan

Analisa Kapasitas dan Tingkat Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus Simpang Tiga Purwosari Kabupaten Pasuruan)

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG TIGA PURWOSARI KABUPATEN PASURUAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERENCANAAN PENERAPAN PERSIMPANGAN BERSINYAL DINAMIS (ACTUATED TRAFFIC CONTROL SYSTEM) PADA PERSIMPANGAN DI KOTA PALEMBANG.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan yang sebenarnya, atau merupakan suatu penjabaran yang sudah dikaji.

Transkripsi:

BAB 4 ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Ruas jalan Daan Mogot (Tangerang-Batu Ceper) menjadi semacam koridor utama dan pusat pelayanan lalu lintas kota Tangerang untuk arah barat. Mengacu pada karakteristik dan kondisi eksisting kota Tangerang, dapat diperkirakan beberapa jenis pergerakan yang ada di jalan Daan Mogot Kota Tangerang, yaitu : 1) Pergerakan yang menuju luar kota Tangerang (Batu Ceper, Bandara, Kober, Kota Bumi dan sekitarnya) maupun sebaliknya. 2) Pergerakan dari pusat Perkotaan jalan Daan Mogot (kawasan industri,perkantoran dan sekitarnya). Berdasarkan kedua jenis pergerakan tersebut, pergerakan dari kawasan Tangerang Barat dan Jalan Batu Ceper menuju pusat kota Tangerang maupun sebaliknya merupakan pergerakan yang paling dominan terjadi di jalan Daan Mogot. Asumsi yang dapat diambil adalah karakteristik daerah Tangerang Barat, Jalan batu ceper, jalan makam Pahlawan dan sekitarnya merupakan hal yang paling mempengaruhi karakteristik pergerakan yang ada pada segmen jalan Daan Mogot. Analisis dan identifikasi kondisi masalah yang ada, terkadang menarik kesimpulan dari masalah lalu lintas dengan kurangnya ruang jalan terutama dalam mengantisipasi pergerakan lalu lintas. Langkah penanganan yang biasanya diusulkan adalah tindakan dalam usaha untuk menambah kapasitas ruang jalan yang ada, misalnya dengan 4-1

4-2 menambah lebar jalan dan pembangunan Flyover. Padahal pemanfaatan ruang jalan yang ada saat ini mungkin belum efektif. Sesuai acuan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 mengenai analisis simpang bersinyal, digunakannya sinyal lalu lintas pada pertemuan jalan antara jalan Daan Mogot dengan jalan Batu Ceper dan jalan Makam Pahlawan adalah untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas sekitar pertemuan jalan tersebut. Wacana yang diberikan sebagai penyelesaian permasalahan lalu lintas di kota Tangerang khususnya untuk Simpang Daan Mogot ini akan diajukan alternatif tanpa harus menambah kapasitas ruang jalan utama (ruas jalan Daan Mogot). Menurut hasil data yang diambil pada tahun 2011, jumlah arus lalu lintas cukup tinggi terutama pada lengan Utara dan lengan Barat. Jumlah arus (Q) yang masuk dan keluar lengan sangat besar dan akan terjadi kenaikan kapasitas jalan. a. Keluar dari lengan Utara : 1721 b. Keluar dari lengan Selatan : 438 c. Keluar dari lengan Timur : 1046 d. Keluar dari lengan Barat : 4.2. Hasil Perhitungan 4.2.1.Arus jenuh dasar (So) Arus jenuh dasar di Simpang Daan Mogot setelah dihitung dari Lampiran 4 disajikan dalam Tabel 4.1. Penentuan lebar efektif (We) masing-masing pendekat berdasarkan gambar pada Lampiran 11 :

4-3 a. Pendekat Utara, WLTOR = 0 m WA = 8,5 m We = WA W LTOR = 8,5-0 m = 8,5 m b. Pendekat Selatan, W LTOR = 3,0 m WA = 11,5 m We = WA W LTOR = 11.5 m 3,0 m = 8.5 m c. Pendekat Timur, W LTOR = 0 m WA = 8 m We = WA W LTOR = 8 m 0 m = 8 m d. Pendekat Barat, W LTOR = 6,0 m WA = 26 m We = WA W LTOR = 26 6 m = 20 m Tabel 4.1 Arus Jenuh Dasar Simpang Daan Mogot Pendekat Tipe Pendekat Lebar efektif Arus Jenuh Dasar Utara P (Terlindung) 8,5 m 4490 / jam hijau Selatan O (Terlawan) 8.5 m 5100 / jam hijau Timur P (Terlindung) 8 m 4800 / jam hijau Barat O (Terlawan) 20 m 6000 hijau Hasil hitungan terlihat pada lampiran 4

4-4 4.2.2. Nilai arus jenuh (S) So Arus jenuh dasar yang diperoleh dari Tabel 4.1, maka dengan menggunakan Rumus (2.4) akan diperoleh nilai arus jenuh Simpang Daan Mogot seperti terlihat dalam Tabel 4.2 Tabel 4.2 Perhitungan Nilai Arus Jenuh S 4343 4394 S Hasil hitungan terlihat pada lampiran 4 4.2.3. Perbandingan arus lalu lintas dengan arus jenuh (FR) Dari hasil perhitungan pada Tabel 4.2 dapat diperoleh nilai Rasio Arus (FR) menggunakan Rumus (2.5) dan nilai Rasio Fase menggunakan Rumus (2.6) maka dapat diperoleh Rasio Arus Simpang (IFR) seperti terlitat dalam Tabel 4.3 Di bawah Ini. Utara Selatan Timur Barat 4490 5100 Tabel 4.3 Perhitungan Rasio Arus dan Rasio Fase Pendekat Q S FR PR Utara 1721 4343 hijau 0,40 0,48 Selatan 438 4394 hijau 0,09 0,10 Timur 1046 4586 hijau 0,22 0,26 Barat 5864 hijau 0,43 0,51 Hasil hitungan terlihat pada lampiran 4 4800 IFR =Σ FRcrit 0,83 6000 FCS 1,05 1,05 1,05 1,05 FSF 0,95 0,91 0,91 0,94 FG 1,00 1,00 1,00 1,00 FP 1,00 1,00 1,00 1,00 FRT 1,00 1,00 1,00 1,00 FLT 0,97 0,90 1,00 0,99 4586 5864

4-5 4.2.4. Waktu siklus (cua) dan waktu hijau (g) Dengan menggunakan rumus (2.8) dan (2.9) waktu hijau di Simpang Daan Mogot dapat diperoleh seperti dalam Tabel 4.4 di bawah ini. Tabel 4.4 PerhitunganWaktu Pendekat LTI c gi Utara 72 Detik Selatan 18 Detik 15 Detik 225 Detik Timur 41 Detik Barat 79 Detik Σg 210 Detik Hasil hitungan terlihat pada lampiran 4 4.2.5. Kapasitas (C) dan Derajat Kejenuhan (DS) Sesuai (2.1) dan (2.2) maka dapat diperoleh Kapasitas dan Derajat Kejenuhan pada Simpang Daan Mogot, seperti terlihat pada Tabel 4.5 4.5 Perhitungan Kapasitas dan Derajat Kejenuhan Pendekat Arus Lalu Lintas Kapasitas Derajat Kejenuhan Utara 1721 1390 1,239 Selatan 438 352 1,245 Timur 1046 836 1.251 Barat 2059 1,248 Hasil hitungan terlihat pada lampiran 4 4.2.6. Perilaku Lalu Lintas 4.2.6.1. Jumlah antrian (NQ) Nilai dari Jumlah Antrian di Simpang Daan Mogot dihitung dengan rumus (2.10), (2.11), (2.13) dan (2.14) sehingga terlihat pada Tabel 4.6

4-6 Tabel 4.6 Perhitungan Jumlah Antrian Pendekat C Q DS NQ1 NQ2 NQ Utara 1390 1721 Selatan 352 438 Timur 836 1046 Barat 2059 Hasil hitungan terlihat pada lampiran 5 Panjang antrian (QL) dihitung dengan rumus (2.14) dan Nilai NQ max diperoleh dari Gambar 2.8 dengan anggapan peluang untuk pembebanan (POL) sebesar 5 % untuk langkah perancangan, sehingga diperoleh: Tabel 4.7 Perhitungan Panjang Antrian Pendekat NQ max WMASUK QL Utara 138 8,5 m 324,7 m Selatan 69 8,5 m 162,4 m Timur 85 8 m 212,5 m Barat 200 20 m 200,0 m Hasil hitungan terlihat pada lampiran 5 4.2.6.2. Kendaraan terhenti (NS) Angka henti sebagai jumlah rata-rata per untuk perancangan dihitung dengan rumus (2.15), Perhitungan jumlah kendaraan terhenti (NSV) masingmasing pendekat dihitung menggunakan rumus (2.16), sehingga diperoleh dalam Tabel 4.8 di bawah ini. 1,2 1,2 1,3 1,2 85 22 53 128 113,2 27,6 66,9 170,2 196,2 49,4 119,5 297,9

4-7 Tabel 4.8 Perhitungan Angka Henti dan Jumlah Kendaraan Terhenti Pendekat c Q NQ NS NSV Utara Selatan Timur Barat 225 Detik Hasil hitungan terlihat pada lampiran 5 Nilai angka henti total seluruh simpang dihitung dengan rumus (2.17) diperoleh sebesar : 1721 438 1046 196,2 49,4 119,5 297,9 1,6 stop/ 1,6 stop/ 1,6 stop/ 1,7 stop/ 2824,9 711,0 1721,2 4290,4 NSV TOTAL 9547,5 NStotal = ΣNSV/ΣQToT = 9547,5 / 5774 = 1,65 stop/ 4.2.6.3.Tundaan (Delay) Tundaan lalu lintas rata-rata tiap pendekat dihitung dengan menggunakan rumus (2.18), Tundaan geometrik rata-rata (DG) masing-masing pendekat dihitung dengan rumus (2.19), Tundaan rata-rata tiap pendekat (D) adalah jumlah dari tundaan lalu lintas rata-rata dan tundaan geometrik masingmasing pendekat dihitung dengan rumus (2.20) dan Tundaan total pada simpang dihitung dengan menggunakan rumus (2.21), sehingga dapat terlihat dalam Tabel 4.9 di bawah ini.

4-8 Hasil hitungan terlihat pada lampiran 5 Tabel 4.9 Perhitungan Tundaan Pendekat Q DT DG D =DT+DG D x Q Utara Selatan Timur Barat Tundaan simpang rata-rata di Simpang Daan Mogot diperoleh menggunakan rumus (2.22) sebesar : 3,14 det/, seperti terlihat dalam lampiran 5. D1 = Σ(QxD) Qtot 1721 438 1046 + 18145,72 5774 = 3,14 det/ Hasil rasio Q/C pada semua pendekat melebihi batas maksimum yaitu 0,85 maka berdasarkan tabel tingkat pelayanan dari Morlok (lihat Lampiran 14), Simpang Daan Mogot mempunyai tingkat pelayanan F, yaitu dengan karakteristik Arus terhambat, kecepatan rendah, volume di bawah kapasitas dan banyak berhenti. 301,5 det/ 328,6 det/ 324,1 det/ 307,6 det/ 4.2.7. Prediksi Lama Kemampuan Simpang 4,0 det/ 4,0 det/ 4,0 det/ 4,0 det/ 305,2 det/ 5252,90.det 332,6 1456,00 det/.det 328,1 3431,40 det/.det 311,6 8005,42 det/.det Σ 18146,21 Prediksi lama kemampuan simpang diperhitungkan dengan umur rencana selama tiga tahun yang akan datang dan angka pertumbuhan lalu lintas berdasarkan data sekunder dari Dinas Perhubungan sebesar 5 %. Perhitungan kemampuan simpang ini dilakukan setelah adanya perencanaan ulang yaitu dengan memberlakukan larangan belok kiri langsung (LTOR) pada pendekat selatan dan barat. Volume arus lalu lintas yang digunakan untuk menghitung prediksi kemampuan simpang diambil dari arus lalu lintas

4-9 pada pendekat sebelah barat sebesar, karena memiliki nilai (DS) derajat kejenuhan paling tinggi dari semua pendekat yang ada. Perhitungan prediksi kemampuan simpang setelah dilakukan perencanaan ulang didasarkan pada MKJI 1997 yaitu dengan nilai (DS) derajat kejenuhan 0,85, sehingga setelah mencapai nilai (DS) derajat kejenuhan 0,85 perhitungan dihentikan. Perhitungan pertumbuhan Arus lalu lintas : Pn = Po x ( 1 + i ) n Keterangan : Pn : Arus lalu lintas tahun rencana Po : Arus lalu lintas tahun ini (2011) i : Faktor pertumbuhan arus lalu lintas = 5 % n : Tahun rencana Perhitungan Kemampuan Simpang : a. Tahun ke-0 Po = i = 5% C = 2059 Pn = Po x ( 1+ i ) n Pn = x ( 1 + 0,05 ) 0 = DS = Pn / C = / 2059 = 1,25

4-10 b. Tahun ke-1 Po = i = 5% C = 2059 Pn = Po x ( 1+ i ) n Pn = x ( 1 + 0,05 ) 1 = 2697 DS = Pn / C = 2697 / 2059 = 1,31 c. Tahun ke-2 Po = i = 5% C = 2059 Pn = Po x ( 1+ i ) n Pn = x ( 1 + 0,05 ) 2 = 2832 DS = Pn / C = 2832 / 2059 = 1,38 d. Tahun ke-3 Po = i = 5% C = 2059 Pn = Po x ( 1+ i ) n Pn = x ( 1 + 0,05 ) 3 = 2973

4-11 DS = Pn / C = 2973 / 2059 = 1,44 e. Tahun ke-4 Po = i = 5% C = 2059 Pn = Po x ( 1+ i ) n Pn = x ( 1 + 0,05 ) 4 = 3122 DS = Pn / C = 3122 / 2059 = 1,51 Tabel prediksi kemampuan simpang dapat dilihat pada Tabel 4.10 Tahun rencana Arus lalu lintas tahun ini (2011) Tabel 4.10 Prediksi Kemampuan Simpang Faktor Pertumbuhan arus lalu lintas Arus lalu lintas tahun rencana Kapasitas Derajat Kejenuhan ( n ) ( Po ) ( i ) ( Pn ) ( C ) ( DS ) Tahun ke 0 (2011) 0,05 2059 1,247 Tahun ke 1 (2012) 0,05 2697 2059 1,309 Tahun ke 2 (2013) 0,05 2832 2059 1,375 Tahun ke 3 (2014) 0,05 2973 2059 1,443 Tahun ke 4 (2015) 0,05 3122 2059 1,516

4-12 Berdasarkan hasil perhitungan prediksi kemampuan simpang, diperoleh hasil bahwa kemampuan Perempatan Daan Mogot Tidak dapat dipertahankan hingga tahun 2011. Hal ini dibuktikan dengan angka (DS) derajat kejenuhan sudah di atas yang disyaratkan yaitu lebih dari 0,85 (DS 0,85); sedangkan pada tahun 2015 angka derajat kejenuhan sudah melampaui syarat yang ditetapkan, yaitu lebih dari 0,85. ini berarti pada tahun 2015 Perempatan Daan Mogot kota Tangerang memiliki kinerja kurang baik dan dianggap sudah tidak mampu melayani arus lalu lintas yang ada.