Seminar Nasional IENACO ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
Pengukuran Kinerja Pengadaan Barang/Jasa dengan Menggunakan Indonesia Procurement Maturity Model di Unit Layanan Pengadaan Universitas Diponegoro

KARYA TULIS ILMIAH. Angka Kredit Pengembangan Profesi Jabatan Fungsional Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ULP Kabupaten Badung.

Jurnal Spektran Vol. 3, No. 2, Juli 2015

KONSEP ROADMAP MODERNISASI PENGADAAN KEMENTERIAN PUPR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah MONITORING EVALUASI DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI. Sekilas Monev Online

LKPP. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan

UNIT LAYANAN PENGADAAN BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BEKASI 2014

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG

BAGIAN LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BEKASI 2017

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 37 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

BUPATI MAROS PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 01 TAHUN TENTANG

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Definisi Unit Layanan Pengadaan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

2018, No Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20

ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN (MATURITY LEVELS) ) UNIT LAYANAN PENGADAAN KABUPATEN BADUNG

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 53 TAHUN 2009 TENTANG

PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN ORGANISASI ULP

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.01 TAHUN 2011

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Kerangka Acuan. Kegiatan Profesionalisasi Pengadaan. Mentor ULP untuk Manajemen Sumber Daya Manusia

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan

BUPATI SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Terlaksananya Pengembangan Kelembagaan, Sumber Daya Manusia, dan Tata Kelola Unit Layanan Pengadaan

Kelembagaan LPSE. Bali, 2 Agustus 2016 Intan rahayu Kasubdit Budaya Keamanan Informasi

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG /JASA KOTA SORONG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 165 TAHUN 2012

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KABUPATEN SITUBONDO

*) Perubahan Pertama **) Perubahan Kedua

BAB I PENDAHULUAN. disebut Enterprise Governance dan yang kedua merupakan lingkungan yang

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: P.35/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.13/Menhut-II/2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

BUPATI MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN

REFORMASI KELEMBAGAAN PBJP SEBAGAI PUSAT KEUNGGULAN (CENTER OF EXELLENCE) PBJP

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

AUDIT SISTEM INFORMASI PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 ABSTRAK

PEDOMAN DAN PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN SISTEM PELAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMBENTUKAN JABATAN FUNGSIONAL PBJP BERBASIS STANDAR KOMPETENSI KERJA PBJP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK KEMENTERIAN LUAR NEGERI

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN LUAR NEGERI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG BUPATI TANGERANG,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 50/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH,

GUBERNUR JAWA TENGAH

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

UNIT LAYANAN PENGADAAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM TAHUN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kontraktor, penganggaran, komitmen organisasi, pengendalian dan pengawasan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kebijakan dan Layanan Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Direktorat Sertifikasi Profesi LSP LKPP

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : D

Transkripsi:

PENGUKURAN KINERJA PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN MENGGUNAKAN INDONESIA PROCUREMENT MATURITY MODEL DI UNIT LAYANAN PENGADAAN UNIVERSITAS DIPONEGORO Darminto Pujotomo 1, Sriyanto, Eka Nurul Ilahiyyah 2, Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275 Email : darminto_pujotomo@yahoo.com Abstrak Universitas Diponegoro adalah salah satu institusi dibawah naungan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang salah satu kegiatannya melakukan pengadaan barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang ada di lingkungan kampus. Pengadaan barang/jasa yang efektif dan efisien sangat diperlukan untuk kelancaran pelayanan pendidikan yang diberikan oleh Undip. Oleh karena itu, diperlukan pengukuran kinerja dari proses pengadaan yang terjadi dengan mengukur tingkat kematangan ULP Universitas Diponegoro. Indonesia Procurement Maturity Model (IPM2) adalah salah satu instrumen pengukuran tingkat kematangan yang ditetapkan oleh LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah) melalui bidang pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia sebagai langkah pendampingan kepada ULP untuk melakukan penilaian diri terhadap tingkat kematangannya. Setelah dilakukan pengukuran tingkat kematangan maka dapat dilihat di variabel mana yang kira-kira dapat ditingkatkan untuk meningkatkan kinerja. Metode untuk pemilihan rekomendasi yang digunakan adalah metode Delphi. Kata kunci : kinerja, IPM2, pengadaan barang/jasa, tingkat kematangan, Universitas diponegoro. Abstract Diponegoro University is the one of institutions under the Ministry of research technology and education that has the activities named procurement to fulfill the needs of existing facilities and infrastructure in campus environment. Procurement of goods / services should be effective and efficient for the education services provided by Undip. Therefore, the measurement of procurement process performance required by measuring the maturity level ULP Diponegoro University. Indonesia Procurement Maturity Model (IPM2) is one of the instruments measuring the maturity level set by LKPP (Institute for Government Procurement Policy Services) through the fields of development and human resource development as a step assistance to the ULP to self-assessment of the level of maturity. After measuring the maturity level it can be seen in which Variabelts can be roughly enhanced to improve performance. The method for the selection of recommendation used is the Delphi method. Keywords : Diponegoro University, IPM2, level of maturity, performance, procurement of goods / service 1. PENDAHULUAN Pembangunan merupakan langkah strategis untuk mewujudkan memajukan kesejahteraan umum Republik Indonesia. Pembangunan yang dimaksud dapat berupa pembangunan manusianya atau pembangunan fisiknya. Pembangunan fisik yang dilakukan dapat berupa pengadaan sarana dan prasarana yang tentunya harus diimbangi dengan peran pengadaan barang/jasa yang baik. Namun, kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah bukan bertujuan untuk menghasilkan barang/jasa yang mengutamakan keuntungan, tetapi bersifat memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah membutuhkan barang/jasa untuk meningkatkan pelayanan publik. (Suparman, 2014) Menurut Plomp dan Ronald (2009), terdapat hubungan positif antara kematangan organisasi pengadaan dengan kinerja. Menurut (Dwiyanto, 2006), kinerja pengadaan merupakan suatu hasil kerja yang telah tercapai dalam menangani suatu pengadaan barang atau jasa dalam suatu instansi atau organisasi. Ada lima aspek penilaian kinerja pengadaan, yaitu produktifitias, kualitas 438

pelayanan, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas. Selain itu, aspek transparansi juga merupakan hal penting dalam pelaksanaan kinerja pengadaan. Kinerja pengadaan diharapkan baik agar pengadaan dapat berjalan dengan efektif. Namun, pada kenyataannya, masih terdapat berbagai masalah pada kinerja di Unit Layanan Pengadaan Universitas Diponegoro. Menurut studi pendahuluan yang telah dilakukan, masalah yang masih terdapat di ULP Universitas Diponegoro adalah tim evaluator yang hanya ada jika ada mutasi, pengembangan kompetensi hanya melalui program pelatihan, studi banding yang hanya dilakukan sambil mengikuti pelatihan terkait PBJ, dan jalur karir yang hanya dibentuk dengan mengimplementasikan jabatan fungsional yang kemudian menjadi pemicu mengapa dibutuhkan pengukuran kinerja dengan tingkat kematangan menurut Indonesia Procurement Maturity Model. 2. METODOLOGI Menurut (Darmapramita, 2015), Indonesia Procurement Maturity Model merupakan sebuah konsep pengukuran tingkat kematangan Unit Layanan Pengadaan yang ditetapkan oleh LKPP melalui bidang pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia sebagai langkah pendampingan kepada ULP percontohan untuk melakukan penilaian diri (self assessment) terhadap tingkat kematangannya. LKPP sangat berkepentingan dalam mendorong serta mengembangkan ULP agar dapat mewujudkan pengadaan barang/jasa pemerintah berjalan sesuai prinsip pengadaan dan indikator kinerja yang ditetapkan. Tingkat kematangan menurut Indonesia Procurement Maturity Model mengenalkan 5 tingkat kematangan yaitu Reactive, Compliance, Proactive, Performed, dan Sustained. Tingkat Kematangan Reactive Pada tingkat ini, ULP reactive memiliki karakteristik : 1. Belum ada perencanaan pokja ULP yang formal, penempatan pokja ULP didasarkan pada ketersediaan pokja yang ada 2. Tingkat kompetensi SDM ULP belum mencukupi kebutuhan dasar, belum ada pola pengembangan kompetensi 3. Belum ada jalur karir pokja ULP (adhoc), pola insentif tidak jelas atau belum ada 4. Strategi dan perencanaan pengadaan belum dijalankan dengan baik sehingga ULP bekerja reaktif terhadap kebutuhan pengadaan yang disampaikan PPK 5. Pelaksana pemilihan penyedia masih berbentuk panitia, belum semua perangkat organisasi pengadaan terbentuk. 6. Belum ada pola kerja pengadaan barang/jasa berbasis kinerja 7. Kebutuhan teknologi informasi hanya untuk membantu dokumentasi proses pengadaan barang/jasa. 8. Pemahaman yang terbatas terhadap peran manajemen risiko dalam pengadaan barang/jasa. Bereaksi negatif jika terjadi masalah/kendala dalam pengadaan barang/jasa. Selalu punya alasan untuk bekerja dengan baik. 9. Masing-masing pihak dalam pengadaan barang/jasa hanya fokus pada kepentingan masingmasing. Perhatian pimpinan terhadap terlaksananya pengadaan barang/jasa yang baik masih rendah, pakta integritas hanya di wilayah ULP. Tingkat Kematangan Compliance Pada tingkat ini, ULP compliance memiliki karakteristik : 1. Perencanaan pokja berupa Analisis Jabatan, beban kerja dan peta jabatan di ULP sudah dilakukan. 2. Tingkat kompetensi SDM ULP sudah memenuhi kebutuhan standar, pengembangan kompetensi melalui program pelatihan (training). 3. Jalur karir di ULP sudah jelas dengan mengimplementasikan jabatan fungsional. Pola insentif sudah jelas. 4. Perencanaan dan pelaksanaan pengadaan barang/jasa dilakukan secara taktikal. PA/KPA, PPK, ULP dan PPHP sudah menjalankan fungsi pengadaan barang/jasa sebagaimana Perpres 70 tahun 2012 dan telah ada SOP di lingkungan ULP. 5. ULP sudah berdiri berdasarkan keputusan peraturan pimpinan K/L/D/I. Semua kegiatan ULP sudah didokumentasikan dengan baik. 439

6. Indikator kinerja pengadaan barang/jasa sebagaimana ditentukan dalam peraturan pengadaan barang/jasa sudah dijadikan acuan namun fokus masih pada kepatuhan pada regulasi. 7. Kebutuhan teknologi informasi untuk otomasi proses pengadaan barang/jasa dengan standarisasi data melalui penggunaan aplikasi seperti SPSE, emonev, dan sebagainya. 8. Mampu mengindentifikasi resiko dalam pengadaan barang/jasa, namun belum diterapkan teknik dan tata kelola yang standar dalam merespon resiko pengadaan barang/jasa. Proses pengadaan barang/jasa menjadi sangat hati-hati dan cenderung lama dalam pengambilan keputusan. 9. Hubungan antar para pihak dalam pengadaan barang/jasa berbasis korespodensi. Pengambil keputusan pengadaan barang/jasa lebih menjalankan fungsi manajerial, pakta integritas telah berada di lingkungan para pihak pengadaan barang/jasa. Tingkat Kematangan Proactive Tingkatan kematangan ULP Proactive memiliki karakteristik : 1. Sudah ada prosedur standar untuk rekrutmen dan penempatan pokja ULP 2. Tingkat kompetensi SDM para pihak dalam proses pengadaan barang/jasa sudah memenuhi kebutuhan dasar, Pejabat Fungsional Tertentu ULP sudah memiliki kompetensi pengadaan barang/jasa tingkat Madya, serta pengembangan kompetensi melalui program coaching. 3. Jabatan fungsional pengadaan barang/jasa jadi panutan fungsi lainnya. Ada insentif tambahan bagi para pihak dalam pengadaan barang/jasa baik berbentuk finansial maupun non finansial. 4. Sudah ada SOP dalam PA/KPA menjalankan fungsi strategi dan pemaketan, PPK sebagai perencana dan pengelola kontrak, ULP mengelola data penyedia dan pemilihan penyedia. 5. ULP sudah berdiri permanen berdasarkan keputusan/perda pimpinan K/L/D/I. Semua fungsi ULP sebagaimana Perka LKPP No. 5 tahun 2012 sudah berjalan baik. 6. ULP sudah menerapkan kerangka kerja kinerja dan para pihak dalam pengadaan barang/jasa termasuk penyedia sudah memiliki standar kinerja pengadaan barang/jasa. 7. Kebutuhan teknologi informasi untuk solusi memberi nilai tambah pada optimalisasi kegiatan pengadaan barang/jasa, seperti efisiensi atau tingkat layanan yang lebih baik. Standarisasi data digunakan untuk menghasilkan laporan pengadaan barang/jasa yang diperlukan pengguna. 8. Sudah diimplementasikan SOP pengelolaan resiko pengadaan barang/jasa di ULP dengan fokus pada penanganan resiko pemilihan penyedia. Terjadi penurunan jumlah sanggahan dalam proses pemilihan. Sudah dilakukan mitigasi resiko-resiko internal yang muncul dalam kegiatan pengadaan barang/jasa. 9. Koordinasi antar para pihak dalam pengadaan barang/jasa berbasis program kerja, para pengambil keputusan pengadaan barang/jasa berpikir luas untuk kepentingan organisasi keseluruhan (fungsi kepemimpinan). Adanya kampanye program organisasi yang berintegritas. Tingkat Kematangan Performed Tingkat kematangan ULP Performed memiliki karakteristik : 1. Sudah terlaksana program kaderisasi di organisasi ULP (perencanaan promosi dan mutasi) untuk menjaga kinerja pengadaan. 2. Tingkat kompetensi SDM para pihak dalam proses pengadaan barang/jasa sudah mencakup aspek-aspek pengadaan strategis, pengembangan kompetensi melalui program mentoring. 3. Tersedia beberapa jabatan structural organisasi yang mudah ditempati oleh pokja ULP. Ada insentif tambahan berbasis kinerja pengadaan barang/jasa. 4. Kegiatan strategi pengadaan lebih intensif untuk mencapai target kinerja pengadaan. ULP memainkan peran aktif sebagai koordinator dan pembinaan para pihak yang terlibat proses pengadaan. 5. ULP sudah memiliki standar layanan pengadaan, dan berperan aktif dalam menjaga kinerja pengadaan barang/jasa 6. ULP sudah melakukan program pengendalian kinerja pengadaan barang/jasa secara aktif untuk mencapai sasaran. Framework manajemen kinerja pengadaan barang/jasa yang selaras dengan kinerja individu 7. Kebutuhan teknologi informasi sebagai alat bantu strategis untuk menghasilkan kinerja pengadaan barang/jasa yang baik. Standarisasi informasi PBJ untuk memudahkan analisa dan evaluasi kinerja 440

8. Implementasi SOP pengelolaan risiko pengadaan barang/jasa mencakup semua pihak dalam pengadaan barang/jasa dan penyedia dalam rangka menjaga pencapaian target kinerja keseluruhan. Sudah dilakukan mitigasi terhadap resiko eksternal pengadaan barang/jasa 9. Kerjasama antarpelaku pengadaan barang/jasa 10. berjalan baik karena para pihak sudah memiliki kapabilitas dan kredibilitas sehingga pengambilan keputusan pengadaan barang/jasa lebih efektif dan cepat. Etika pengadaan sudah membudaya dan telah tercipta pengawasan melekat di semua lini organisasi. Tingkat Kematangan Sustained Tingkatan kematangan ULP Sustained memiliki karakteristik : 1. Selalu dilakukan review tahunan atas perencanaan pokja, rekrutmen dan kaderisasi di ULP yang sudah berjalan. 2. Selalu dilakukan review tahunan untuk perbaikan peta kompetensi ULP dan pola pengembangannya dalam rangka peningkatan kinerja pengadaan. 3. Prasyarat menduduki jabatan strategis tertentu di organisasi harus pernah berkarir di ULP. Sistem remunerasi yang terintegrasi dengan manajemen kinerja. 4. Strategi pengadaan dan kontrak menjadi aspek penting dalam mendukung pencapaian target program kerja organisasi. 5. Fungsi ULP sudah sebagai konsultan pengadaan bagi organisasi agar kinerja pengadaan selalu meningkat. 6. Organisasi secara keseluruhan telah menerapkan kerangka manajemen kinerja, yang akan digunakan sebagai pertimbangan keputusan strategis dan secara periodik dikaji untuk perbaikan berkelanjutan. 7. Kebutuhan teknologi informasi sebagai alat bantu strategis untuk meningkatkan kapabilitas dan efisiensi pengadaan barang/jasa. Informasi pengadaan barang/jasa digunakan untuk prakiraan atau prediksi dini dalam pengadaan barang/jasa strategis. 8. SOP pengelolaan risiko sudah diterapkan dan berjalan di seluruh bagian organisasi dan menjadi basis pengambilan keputusan strategis. 9. Pemimpin organisasi yang unggul dalam mengelola perubahan untuk perbaikan berkelanjutan. Etika pengadaan sudah menjadi kebanggaan yang diakui pemangku kepentingan di luar organisasi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah mendapatkan rating skor dari setiap Variabel, kemudian data tersebut diolah dengan analisis deskriptif yaitu dengan mencari rata-rata (mean) dari setiap variabel agar dapat dihasilkan pengukuran kinerja berdasarkan tingkat kematangan ULP Undip. Dari hasil pengolahan tersebut dapat diketahui pada tingkat apa di setiap Variabel yang ada. Hasil pengolahan data menggunakan IPM2 disajikan dalam tabel 1 Tabel 1 Hasil Pengolahan Data Skor Per Variabel Kelompok Variabel Variabel Rata-Rata Skor Tingkat Kematangan Perencanaan pokja ULP 3.20 Proactive Perencanaan Pokja Sistem rekrutmen anggota ULP 3.07 Proactive Kaderisasi pokja ULP 2.87 Proactive Adanya tim evaluator pokja ULP 2.50 Compliance Kondisi kompetensi Tingkat kompetensi anggota ULP 3.30 Proactive SDM ULP Pelatihan teknis dan Pendidikan anggota ULP 2.17 Compliance Studi banding anggota ULP 1.93 Compliance Jalur karir pokja ULP Peta jalur karir anggota ULP 1.93 Compliance Pola insentif anggota ULP 2.63 Proactive 441

Strategi, perencanaan, Strategi dan perencanaan dan pelaksanaan PBJ 2.70 Proactive pengadaan Pelaksanaan dan pengendalian PBJ 3.27 Proactive Kedudukan dan posisi Fungsi ULP dalam ULP dalam pelaksaan Pelaksanaan Anggaran anggaran 3.03 Proactive Peran ULP dalam pelaksanaan anggaran 3.43 Performed Perencanaan manajemen manajemen kinerja PBJ 3.00 Proactive Pelaksanaan & pengendalian Manajemen kinerja PBJ manajemen manajemen 2.80 Proactive kinerja PBJ Adanya tim pengendali manajemen kinerja ULP 2.33 Compliance dalam PBJ Penggunaan teknologi informasi dalam PBJ 3.83 Performed Teknologi Informasi Pengelolaan data & informasi PBJ 2.87 Proactive Sarana dan prasarana TI 3.13 Proactive Pemahaman dan Resiko pengadaan identifikasi resiko PBJ 3.07 Proactive Pengendalian resiko PBJ 3.37 Proactive Koordinasi dengan pihak luar terkait teknis dan hukum 3.13 Proactive Kolaborasi para pihak Koordinasi antarpihak 3.30 Proactive dalam proses PBJ PBJ Kepemimpinan 3.17 Proactive organisasi dalam PBJ Penerapan pakta integritas dalam PBJ 3.63 Performed Jumlah 73.66 Grafik Skor Spiderchart Koordinasi antarpihak PBJ Resiko pengadaan Perencanaan Pokja 5 4 3 2 1 0 Tingkat kompetensi SDM ULP Jalur karir pokja ULP Teknologi Informasi Manajemen Kinerja PBJ Strategi, perencanaan, dan pelaksanaan Fungsi ULP dalam Pelaksanaan Anggaran Skor ULP Undip Skor Ideal Gambar 1 Spiderchart Grafik Skor 442

Dari tabel 1, dapat dihitung tingkat kematangan ULP Universitas Diponegoro secara menyeluruh yaitu sebagai berikut : Nilai total Jumlah Elemen = 73.66 25 = 2.95 Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa tingkat kematangan ULP Universitas Diponegoro secara menyeluruh yaitu memiliki skor 2.95 dimana skor tersebut berarti ULP Universitas Diponegoro berada di tingkat kematangan Proactive. Gambar 1 menunjukkan Spiderchart dari setiap kelompok variabel. Spiderchart menunjukkan kekuatan dan kekurangan dari macam-macam kelompok variabel. Terdapat perbedaan antara skor terbaik dengan skor yang terdapat di ULP Undip. Dari Spiderchart tersebut dapat dilihat bahwa kelompok variabel tingkat kompetensi SDM dan jalur karir pokja ULP memiliki nilai yang terendah dan perbedaan yang cukup besar dengan skor terbaik yaitu tingkat kompetensi SDM sebesar 2.48 dan jalur karir pokja sebesar 2.28. Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan antara skor ideal dengan skor ULP Undip dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2 adalah diagram perbandingan antara skor ideal dengan skor ULP Undip. Dapat dilihat pada gambar 4.2 bahwa skor ULP Undip yang masih cukup berbeda dengan skor ideal terletak pada jalur karir pokjaf ULP dan tingkat kompetensi SDM ULP. Berdasarkan Spiderchart yang telah ditampilkan pada gambar 1, dapat dilihat bahwa kelompok variabel yang memiliki perbedaan nilai cukup besar dibandingkan dengan skor ideal adalah tingkat kompetensi SDM dan jalur karir pokja ULP. Rekomendasi untuk kedua kelompok variabel tersebut telah diolah dengan menggunakan metode Delphi. Namun, menurut hasil studi kualitatif dengan wawancara dengan ketua ULP Undip, untuk pengadaan publik, yang lebih dibutuhkan untuk ditingkatkan adalah strategi, perencanaan, dan pelaksanaan pengadaan. Hal tersebut dikarenakan strategi dan perencanaan dalam pengadaan sangat dibutuhkan agar proses pengadaan dapat berjalan dengan lancar. Langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan strategi dan perencanaan adalah dengan membuat SOP strategi dan perencanaan agar semua proses jelas dan memiliki petunjuk. Langkah selanjutnya adalah dibuat kebijakan mengenai SOP yang telah dibuat. Kebijakan diputuskan oleh pimpinan instansi yang dalam hal ini adalah rektor Undip. Kelompok variabel kedua yang sebaiknya ditingkatkan dalam pengadaan publik adalah koordinasi antarpihak pengadaan barang/jasa. Hal itu dikarenakan koordinasi sangat penting untuk meminimalisir resiko pengadaan dan terjadinya kesalahan. Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menjadikan koordinasi menjadi basis dalam penanganan resiko seluruh organisasi dalam pengambilan keputusan. Diagram Perbandingan Skor ULP Undip dengan Skor Ideal Koordinasi Antarpihak PBJ Resiko Pengadaan Teknologi Informasi Manajemen Kinerja PBJ Fungsi ULP dalam pelaksanaan anggaran Strategi, perencanaan, dan pelaksanaan pengadaan Jalur karir pokja ULP Tingkat kompetensi SDM ULP Perencanaan Pokja 0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8 2.1 2.4 2.7 3 3.3 3.6 3.9 4.2 Skor Ideal Skor ULP Undip Gambar 2 Diagram Perbandingan Skor ULP Undip dengan Skor Ideal 443

Kuesioner perumusan rekomendasi perbaikan ditunjukkan untuk 3 pakar pengadaan di Universitas Diponegoro, yaitu : 1. Ketua ULP Undip 2. Koordinator LPSE Undip 3. Koordinator pelatihan dan kerjasama ULP Undip Kuesioner delphi disebarkan ke responden dengan penilaian menggunakan 5 skala likert, dimana nilai 1 berarti sangat tidak penting, nilai 2 adalah tidak penting, nilai 3 adalah ragu-ragu, nilai 4 penting, dan nilai 5 sangat penting. Tedapat 4 rekomendasi dalam kuesioner Delphi, kemudian setelah dilakukan pengolahan kuesioner tidak ada yang di eliminasi dikarenakan rata-rata skor tidak ada yang berada dibawah 4 sehingga rekomendasi yang dihasilkan berjumlah 4. Rekapitulasi Rata-Rata Kuesioner Metode Delphi dapat dilihat pada tabel 2 Tabel 2 Rekapitulasi Rata-Rata Kuesioner Metode Delphi Responden Rekomendasi 1 2 3 A B C Rata-Rata 1 4 4 4 4.00 2 3 4 5 4.00 3 4 4 5 4.33 4 3 4 5 4.00 4. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tingkat kematangan ULP Universitas Diponegoro secara keseluruhan memiliki skor 2.95, dimana hal tersebut berarti ULP Universitas Diponegoro berada di tahap ketiga yaitu proactive. Namun, masih ada kelompok variabel yang sebaiknya diperbaiki untuk meningkatkan tingkat kematangan ULP Universitas Diponegoro yaitu tingkat kompetensi SDM ULP dengan skor 2.48 dan jalur karir pokja ULP dengan skor 2.28. Tingkat kompetensi SDM ULP memiliki kekurangan pada tim evaluator hanya ada jika ada mutasi pegawai, pengembangan kompetensi hanya melalui program pelatihan, dan studi banding hanya dilakukan sambal mengikuti pelatihan terkait PBJ. Sedangkan untuk jalur karir pokja ULP masih memiliki kekurangan pada jalur karir hanya dibentuk dengan implementasi jabatan fungsional. Untuk dua kelompok variabel yang masih kurang tersebut jika tidak ditingkatkan maka akan berakibat pada tidak adanya peningkatan kompetensi yang menentukan kualitas pengadaan pada akhirnya. 2. Rekomendasi untuk meningkatkan tingkat kematangan ULP Universitas Diponegoro adalah sebagai berikut : a. Membuat tim evaluator resmi yang telah bersinergi dengan Bagian Kepegawaian. b. Mengadakan review tahunan untuk pengembangan kompetensi dalam rangka peningkatan kinerja pengadaan kemudian didokumentasikan. c. Mengadakan review tahunan terhadap hasil studi banding pokja ULP. d. Mengadakan sistem manajemen yang terintegrasi dengan kompetensi dalam pelaksanaan PBJ. e. Membuat SOP strategi dan perencanaan pengadaan barang/jasa agar semua proses jelas dan memiliki petunjuk. f. Menjadikan koordinasi menjadi basis dalam penanganan resiko seluruh organisasi dalam pengambilan keputusan. 444

DAFTAR PUSTAKA Darmapramita, I. G. 2015. Analisis Tingkat Kematangan (Maturity Levels) Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Badung. Jurnal Spektran, 3- Dwiyanto, Agus. 2006. Mewujudkan Good Governanace Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Plomp, M. G.A. & Ronald, R. 2009. Procurement Maturity, Alignment and Performance: a Dutch Hospital Case Comparison. Utrecht University, Department of Information and Computing Sciences. Vol. (14). No.(17). Suparman, Eman. 2014. Aspek Hukum Perdata dalam Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pada Rancangan Undang-Undang tentang pengadaan Barang/Jasa. Jakarta: LKPP 445