BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas keberlanjutan produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu isu keselamatan dan kesehatan kerja pada saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh para pekerja, akan tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan karena sudah merupakan sebuah kebutuhan yang harus terpenuhi bagi setiap pekerja (Markanen, 2004). Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan tahap akhir dari pengendalian kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Meskipun demikian, penggunaan alat pelindung diri akan menjadi penting apabila pengendalian secara teknis dan administratif telah dilakukan secara maksimal namun potensi risiko masih tergolong tinggi. Pada kenyataannya masih banyak juga pekerja yang tidak menggunakannya, walaupun telah diketahui besarnya manfaat alat ini dan perusahaan sudah menyediakan alat pelindung diri.hal tersebut disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja sehingga tidak menggunakan alat pelindung diri tersebut (Cahyono,2004). Kecelakaan merupakan hal yang tidak diinginkan dan tidak dapat diketahui kapan terjadinya, namun dapat diantisipasi. Terciptanya kondisi yang aman dari
2 kemungkinan kecelakaan akan memperlancar kinerja perusahaan serta menjaga produktivitas kerja. Ada berbagai cara dalam mengurangi kemungkinan kecelakaan kerja.salah satunya dapat dilakukan dengan meningkatkan frekuensi penggunaan alat pelindung diri pada bagian produksi(ramli, 2010). Tingkat penggunaan alat pelindung diri sangat berpengaruh pada tingkat keselamatan kerja.semakin rendah frekuensi penggunaan alat pelindung diri maka semakin besar kesempatan terjadinya kecelakaan kerja.banyak pekerja belum menyadari bahwa pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja dalam melaksanakan pekerjaan.hal ini masih terlihat dari banyaknya pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri dengan lengkap, walaupun alat pelindung diri bukan satu-satunya sarana untuk menghindari kecelakaan kerja, namun merupakan alternatif terakhir untuk menghindari bahaya-bahaya tersebut (Situru, 2008). Kecelakaan kerja dapat menimpa setiap orang dalam melakukan pekerjaan, karena kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses dalam suatu pekerjaan. Faktor manusia yang lain yaitu perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia mempunyai peran yang penting dalam rangka mengembangkan dan memajukan suatu industri.oleh sebab itu pekerja harus diberi perlindungan melalui usaha-usaha peningkatan dan pencegahan.sehingga semua industri, baik formal maupun informal diharapkan dapat menerapkan K3 di lingkungan kerjanya (Katman, 2010). Sebuah sentra industri pengrajin pisau batik yang terletak di desa Krengseng Bangunjiwo Bantul Yogyakarta merupakan industri kecil yang bergerak di bidang
3 kerajinan tangan seperti pisau motif batik yang menjadi produk unggulan para pengrajin di Krengseng dan pengrajin juga memproduksi lebih dari 30 karya batik kayu lainnya dari kesemua hasil karya berbahan dasar kayu dan bermotifkan batik. Pengrajin pisau ini merupakan pekerja sektor informal yang menggunakan berbagai jenis kayu dan besi/baja bekas sebagai bahan baku utama dalam proses produksinya. Saat ini sentra industri pengrajin pisau sudah terkenal dibandingkan dulu, banyak hasil produksi mereka dikenal masyarakat luas dan dipasok ke berbagai daerah bahkan sampai ke luar negeri. Dalam proses produksi dengan menggunakan bahan baku logam atau dari lempengan besi bekas yang kemudian dipotong-potong sesuai ukuran, kemudian plat besi bekas tersebut dihaluskan atau diasah dengan menggunakan mesin gerinda menyerupai bentuk pisau yang masih biasa, untuk proses jadi akan dilakukan proses pembakaran yang akan dilebur ditempa dan dibentuk pisau sesuai dengan keperluan, setelah dilakukan pembakaran maka dilakukan proses penghalusan dan pemasangan gagang pisauyang sudah di bentuk tersebut. Setiap unit pengrajin logam ini dikerjakan secara tradisional dan dilakukan oleh 1-2 pekerja yang selalu berdekatan dengan tungku pembakaran dan tanur, dimana setiap harinya dalam bekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri(APD) seperti masker, sarung tangan, sepatu kulit dan lain lain. Berdasarkan survei pada tanggal 20 Januari 2014, kondisi di industri kerajinan pisau batik Krengseng Yogyakarta terlihat: 1. Alat pelindung diri hanya menggunakan dua jenis alat pelindung diri saja yaitu pelindung mata dan masker, itupun hanya beberapa pekerja yang memakainya.
4 2. Melindungi kepala di ganti dengan kain atau topi biasa yang sering mereka gunakan hanya untuk melindungi dari sengatan sinar matahari di luar ruangan. 3. Melindungi kaki hanya menggunakan sandal jepit, dan tidak menggunakan sepatu yang layak digunakan untuk bekerja. 4. Melindungi badan pekerja hanya menggunakan baju/pakaian biasa atau pakaian yang sering mereka gunakan sehari-hari dan tidak menggunakan pakaian pelindung. Ada beberapa pekerja tidak menggunakan pelindung tangan dan pelindung kaki padahal alat pelindung tangan dan kaki wajib digunakan dalam proses produksi.karena itu kekeliruan dalam pengetahuan dan persepsi akan memberikan keputusan yang salah dan menyebabkan perilaku yang tidak nyaman dan juga dapat membahayakan diri sendiri bahkan orang lain. Apabila tidak menggunakan pelindung tangan dan pelindung kaki dikhawatirkan terjadi kecelakaan bukan terjadi pada diri pekerja itu sendiri melainkan pada pekerja yang lain akibat alat-alat yang mereka gunakan. Alat pelindung diri yang seharusnya digunakan oleh pekerja produksi dengan berbagai proses yaitu menggerinda, menggergaji, mengamplas dan juga melakukan proses pembakaran adalah topi kerja, masker, sarung tangan, kacamata, sepatu kerja dan pakaian kerja. Dalam proses pembuatan gagang pisau pemotongan dan pembentukkan menggunakan pisau yang tajam sehingga apabila tidak menggunakan sarung tangan dapat melukai tangan seperti tersayat, tergores dan mesin bubut untuk mengolah tangkai pisau yang dapat menimbulkan debu-debu berterbangan apabila tidak menggunakan masker maka akan berbahaya bagi para pekerja. Hal tersebut dapat
5 menimbulkan kecelakan kerja bagi pekerja pengrajin pisau, karena dirasa pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja mengenai sikap pemakaian alat pelindung diri sangatlah perlu untuk meminimalisir kejadian kecelakaan kerja. Berdasarkan masalah tersebut pengawasan serta pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja di Industri pengrajin pisau batik Krengseng Yogyakarta sangat diperlukan, maka peneliti berkeinginan melakukan lebih lanjut penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap menggunakan alat pelindung diri dengan kecelakaan kerja pada pekerja pengrajin pisau batik Krengseng Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkanlatar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah terdapat hubungan pengetahuan K3 dengan sikap penggunaan APD pada pekerja pengrajin pisau batik Krengseng Yogyakarta? 2. Apakah terdapat hubungan pengetahuan K3 dengan kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja pada pekerja pengrajin pisau batik Krengseng Yogyakarta? 3. Apakah terdapat hubungan sikap penggunaan APD dengan kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja pada pekerja pengrajin pisau batik Krengseng Yogyakarta?
6 4. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan K3 dan sikap penggunaan APD dengan kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja pada pekerja pengrajin pisau batik krengseng Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengkaji hubungan antara pengetahuan K3 dan sikap penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja pada pengrajin pisau batik Krengseng di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus 1. Mengkaji hubungan antara pengetahuan K3 dengan sikap penggunaan APD para pengrajin pisau batik Yogyakarta. 2. Mengkaji hubungan antara pengetahuan K3 dengan kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja para pengrajin pisau batik Krengseng Yogyakarta. 3. Mengkaji hubungan antara sikap penggunaan APD pekerja pengrajin pisau dengan kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja para pengrajin pisau batik Krengseng Yogyakarta. 4. Mengkaji hubungan antara pengetahuan K3 dan sikap penggunaan APD dengan kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja para pekerja pengrajin pisau batik krengseng Yogyakarta.
7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi pekerja pengrajin pisau batik Krengseng, berdasarkan dari hasil penelitian dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran dalam penggunaan APD, dapat mengetahui dan memahami bahaya-bahaya di tempat kerja yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja, serta dapat menerapkan kegiatan K3 untuk dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja, sehingga dapat terhindar dari kecelakaan kerja. b. Bagi peneliti, dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan bisa mengetahui hubungan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja dengan sikap pemakaian alat pelindung diri dengan kejadian kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja para pengrajin pisau. 2. Manfaat Teoritis Bagi ilmu pengetahuan, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bagi kemajuan ilmu pendidikan bidang keselamatan dan kesehatankerja (K3), dan juga memberikan informasi mengenai pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja dalam mencegah kecelakaan kerja. E. Keaslian Penelitian 1. Mahacandra (2008), meneliti tantang korelasi antara pengetahuan, sikap dan praktik K3 dengan penerapan manajemen K3 pada PT Kereta Api (Persero) daerah operasi IV Yogyakarta. Penelitian tersebut mempunyai perbedaan dengan penelitian ini karena pada penelitian ini menggunakan variable bebas yaitu sikap
8 dan praktik K3 sedangkan variabel terikat menggunakan penerapan manajemen K3. 2. Nugroho (2008), meneliti tentang pengaruh sosialisasi K3 terhadap pengetahuan, sikap dan motivasi K3 karyawan bagian produksi PT. Mataram Tunggal Garment Yogyakarta. Penelitian tersebut mempunyai perbedaan dengan penelitian ini adalah pengetahuan K3 menjadi variable terikat, sedangkan pada penelitian in pengetahuan K3 menjadi variable bebas. Penelitian tersebut menggunakan metode Radomized Pre-Test and Post-test Control Group Design, sedangkan pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian assosiatif yang menggunakan metode survey dan rancangan potong lintang. 3. Saerang (2011), meneliti tentang hubungan pengetahuan kesehatan dan keselamatan kerja dengan sikap penggunaan APD dengan kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja pada tenaga keperawatan RSUD X Kupang. Penelitian tersebut mempunyai perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokasi tempat penelitian yaitu pada pekerja perawat di Rumah sakit sedangkan penelitian ini pada pekerja pengrajin pisau di Yogyakarta. Persamaan penelitian ini tedapat pada variabel bebas yaitu pengetahuan K3 dan sikap penggunaan APD, dan variable terikat yaitu kejadian kecelakaan kerja. Penelitian tersebut menggunakan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional) dengan pengambilan sampel secara acak sederhana.