BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN DESAIN BLENDED LEARNING UNTUK PROGRAM PELATIHAN PENDALAMAN MATERI IPA BERBASIS KEBUTUHAN MAHASISWA PGSD

2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model diklat

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh : Elly Arliani dan Djamilah Bondan Widjajanti Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI

BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGANTAR E-LEARNING Apa yang kita bahas? Perkembangan/Trends ICT Tantangan Pendidik Bagaimana menghadapinya?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini dimulai dengan sajian simpulan hasil penelitian. Selanjutnya, berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. 1. Terdapat pengaruh blended learning berbasis edmodo terhadap hasil belajar

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan problem solving pada dasarnya merupakan hakikat tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata kuliah Anatomi dan Fisiologi merupakan ilmu utama yang penting dan

RASIONAL. 1. Pendidikan tinggi masih menghadapi kendala dalam mengembangkan dan menciptakan IPTEK. 2. Tuntutan penyediaan SDM bermutu yang

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis refleksi terhadap pengembangan darf/pola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Urip Nurdiana, 2014

2015 DESAIN DIDAKTIS KONSEP ASAS BLACK DAN PERPINDAHAN KALOR BERDASARKAN HAMBATAN BELAJAR SISWA PADA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS KELAS X

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sementara rekomendasi hasil penelitian difokuskan pada upaya sosialisasi hasil

Kurikulum Berbasis TIK

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

PROGRAM GURU PEMBELAJAR: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DI ABAD 21

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) merumuskan 16

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,maka

PERSEPSI GURU TENTANG FUNGSI LABORATORIUM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN IPA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, ada beberapa unsur penting

BAB I PENDAHULUAN. dan dihasilkan melalui pendidikan.dalam proses pendidikan pula, manusia. belajar dari, tentang, dan dengan tehnologi itu sendiri.

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI SUMBER ENERGI KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. tantangan tersebut. Pelaksanaan pendidikan di negara kita selama ini masih

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB II BLENDED E-LEARNING

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat dirumuskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya mempunyai akhlak mulia, tetapi juga mempunyai kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dana, manajemen dan lingkungan sudah memadai (Widyastono,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

DAFTAR ISI... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Korelasi Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Komputer

Imam Mawardi, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Life Skills Peserta Didik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... i. UCAPAN TERIMA KASIH... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL...

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

DAFTAR ISI. Halaman PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA.

DAFTAR ISI Ismail, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU IPA MELALUI PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS LESSON STUDY DI SMAN 2 LEMBAR

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Dalam konteks ini,

- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

cbab V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh selama melaksanakan

PENDAHULUAN. keahlian atau keterampilan di bidang tertentu. Menurut 21 st. Partnership Learning Framework (BSNP, 2013: 3-4), terdapat enam

BAB I PENDAHULUAN. hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan suatu cara membentuk

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBEKALAN KEMAMPUAN ASESMEN BAGI CALON GURU KIMIA DALAM PEMBELAJARAN. Abstrak

Kepala Sekolah Terhadap Kualitas Kinerja Guru Sekolah Dasar (Studi

PENGUASAAN KONSEP DASAR IPA PADA MAHASISWA PGSD UNIMED MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS II D I SD N HARAPAN 1 BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tematik merupakan kegiatan pembelajaran dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI IMPLEMENTASI BLENDED LEARNING PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI SMAIT NUR HIDAYAH KARTASURA

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R DALAM MEMBANGUN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI UMUM

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN LITERASI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2014 PEMBERDAYAAN ASISTEN PRAKTIKUM UNTUK PELAKSANAAN PEER ASSISTED LEARNING (PAL)

DAFTAR ISI. Pemanfaatan Model Blended Learning Berbasis Online Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Kurikulum Dan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ismail, 2016

Transkripsi:

216 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Pemaparan mengenai kesimpulan pada bagian ini dirumuskan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang terdapat pada bab satu yang diuraian sebagai berikut: Pertama, berdasarkan hasil analisis kebutuhan belajar mahasiswa nonsains, diketahui bahwa jumlah persentase mahasiswa yang menyatakan sangat perlu untuk mempelajari kembali Topik Bumi dan Antariksa sangat besar, kemudian disusul oleh jumlah persentase terbesar berikutnya ada pada skor angket dengan kriteria perlu secara berturut-turut adalah Topik Anatomi Fisiologi Tumbuhan dan Manusia serta Hewan. Pada Topik Energi dan Perubahannya, diketahui bahwa jumlah persentase mahasiswa yang menjawab sangat perlu dan perlu untuk dipelajari kembali dapat dikatakan cukup besar. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar mahasiswa masih merasa ingin mempelajari kembali topik tersebut. Berbeda dengan topik lainnya yang meliputi Topik Makhluk Hidup dan Lingkungannya serta Benda dan Sifatnya, sebagian besar mahasiswa merasa kurang perlu dan tidak perlu untuk dipelajari kembali. Untuk menentukan topik mana yang akan dikaji dalam program pelatihan pendalaman materi IPA berbasis blended learning, maka hasil analisis kebutuhan ini akan dibandingkan dengan hasil tes penguasaan konsep. Kedua, kemampuan awal mahasiswa dilihat dari jumlah persentase mahasiswa yang menjawab benar soal-soal terkait IPA paling sedikit diperoleh mahasiswa pada Topik Anatomi Fisiologi Tumbuhan, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia dan Hewan, serta Bumi dan Antariksa. Untuk ketiga topik lainnya yang meliputi Topik Makhluk Hidup dan Lingkungannya, Benda dan Sifatnya serta Energi dan Perubahannya memiliki jumlah persentase mahasiswa yang menjawab benar

217 cukup besar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penguasaan konsep mahasiswa pada Topik Anatomi Fisiologi Tumbuhan, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia dan Hewan, serta Bumi dan Antariksa masih rendah, sedangkan topik lainnya dianggap telah dikuasai dengan baik oleh mahasiswa nonsains. Berdasarkan hasil perbandingan antara tes penguasaan konsep dengan kebutuhan belajar IPA, maka ditentukan tiga topik yang akan dikaji dalam program pelatihan pendalaman materi IPA yaitu Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia dan Hewan, Anatomi Fisiologi Tumbuhan serta Bumi dan Antariksa. Selain penguasaan konsep, kemampuan awal mahasiswa juga dilihat dari Self efficacy belief seluruh mahasiswa nonsains. Berdasarkan skala kontinuum, self efficacy mahasiswa nonsains telah masuk ke dalam kategori yakin dengan indeks persentase sikap pada level kuat. Jika dilihat dari tingkat keyakinan mahasiswa pada setiap indikator self efficacy belief yang terdiri dari personal science teaching efficacy (PSTE) dan science teaching outcome expectancy (STOE), diketahui bahwa PSTE mahasiswa nonsains berdasarkan skala kontinuum masuk ke dalam kriteria ragu-ragu dengan indeks persentase sikap pada level cukup, sedangkan STOE mahasiswa nonsains telah masuk ke dalam kategori yakin dengan indeks persentase sikap pada level kuat. Meskipun secara indeks persentase tingkat self efficacy belief secara umum maupun pada tiap-tiap indikator dapat dikatakan sudah baik, namun masuknya indikator PSTE pada kriteria ragu-ragu menurut skala kontinuum dapat dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan program pelatihan sehingga self efficacy belief mahasiswa pada indikator ini mengalami peningkatan setelah mengikuti program. Ketiga, aktivitas belajar mahasiswa dilihat dari jumlah peserta dan aspek aktivitas belajar yang diamati pada sesi belajar mandiri dengan sistem e-learning dan tatap muka pada awalnya sangat baik karena sebagian besar terlibat pada setiap sesi kegiatan belajar. Pada kegiatan selanjutnya, aktivitas belajar mahasiswa cenderung mengalami penurunan terutama pada kegiatan pelatihan yang terakhir dilihat dari jumlah peserta yang terlibat dan intensitas keterlibatan

218 mahasiswa pada sesi online learning akibat menurunnya motivasi internal yang dimiliki mahasiswa serta adanya penumpukan beban tugas pada mata kuliah lain yang bersifat wajib disamping program pelatihan ini yang sifatnya tidak wajib sehingga rendahnya tuntutan akademik mahasiswa pada program ini tidak menjadi prioritas utama bagi mahasiswa peserta program. Penguasaan konsep mahasiswa pada topik IPA yang dikaji mengalami peningkatan yang cukup baik dengan kriteria N-gain yang masuk ke dalam kategori sedang. Analisis penguasaan konsep juga dilakukan berdasarkan skor pada tiap indikator pembelajaran. Berdasarkan analisis tiap indikator, diketahui bahwa pada umumnya indikator pembelajaran di setiap topik pelatihan mengalami peningkatan dengan kriteria sedang. Hanya pada Subtopik Sistem Organ Tubuh Manusia dan Subtopik Cahaya & Bunyi serta Hubungannya dengan Indera Penglihatan dan Pendengaran terdapat beberapa indikator pembelajaran yang mengalami peningkatan dengan kategori sedang. Selain itu, pencapaian indikator pembelajaran dengan kriteria tinggi ditemukan pada Subtopik Sistem Organ Tubuh Manusia dan Topik Anatomi Fisiologi Tumbuhan. Berdasarkan hasil analisis statistik yang dilakukan pada hasil penguasaan konsep mahasiswa disetiap kegiatan diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan antara penguasaan konsep mahasiswa sebelum dan setelah kegiatan pelatihan dilaksanakan. Peningkatan penguasaan konsep ini diakibatkan dari pengaruh efektivitas penggunaan multimedia dan learning management system yang digunakan pada saat sesi belajar e-learning dalam kegiatan pelatihan. Kemampuan merancang dan mengevaluasi pembelajaran IPA tematik yang dimiliki oleh mahasiswa nonsains mengalami peningkatan pada setiap kegiatan pelatihan yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa nonsains telah memiliki pengetahuan tentang strategi pembelajaran IPA tematik yang baik bagi sekolah dasar yang diperoleh melalui pengalaman mengevaluasi RPP IPA tematik pada setiap kegiatan pelatihan. Keempat, hasil analisis self efficacy belief mahasiswa nonsains peserta program menunjukkan bahwa skor self efficacy belief mahasiswa sebelum mengikuti

219 kegiatan pelatihan berdasarkan skala kontinuum termasuk ke dalam kategori yakin dengan indeks persentase sikap pada level kuat yang kemudian meningkat menjadi kriteria sangat yakin dengan indeks persentase sikap sangat kuat. Hasil analisis self efficacy belief pada tiap indikator menunjukkan bahwa PSTE (personal science teaching efficacy) mahasiswa berdasarkan skala kontinuum sebelum mengikuti kegiatan pelatihan masuk ke dalam kategori Ragu-ragu dengan indeks persentase sikap pada level cukup kemudian meningkat setelah mengikuti kegiatan menjadi masuk ke dalam kriteria yakin dengan indeks persentase sikap pada level kuat. Selain itu, skor STOE (science teaching outcome expectancy) mahasiswa yang pada awalnya masuk ke dalam kategori yakin dengan indeks persentase sikap pada level kuat mengalami peningkatan setelah mengikuti kegiatan pelatihan menjadi masuk ke dalam kategori sangat yakin dengan indeks persentase sikap pada level sangat kuat. Peningkatan self efficacy ini dikarenakan mahasiswa nonsains pesertta kegiatan telah memiliki penguasaan konsep dan pengetahuan mengenai strategi pembelajaran IPA tematik yang diperoleh melalui kegiatan e-elarning dan kegiatan menganalisis RPP IPA tematik melalui metode peer review. Kelima, hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa penguasaan konsep mahasiswa nonsains berkorelasi dengan kemampuan merancang pembelajaran IPA tematik namun tidak berkorelasi dengan self efficacy mahasiswa nonsains baik pada indikator PSTE maupun STOE. Hasil berikutnya yang diperoleh yaitu terdapat korelasi antara kemampuan merancang pembelajaran IPA tematik dengan self efficacy mahasiswa pada tiap indikator yang meliputi PSTE dan STOE. Keenam, hasil analisis data aktivitas belajar, penguasaan konsep dan self efficacy belief mahasiswa peserta program menunjukkan beberapa pola hubungan. Pola tersebut terdiri dari: (1) mahasiswa yang keaktifannya tinggi memiliki peningkatan penguasaan konsep yang cenderung tinggi dan self efficacy yang sedang; (2) mahasiswa dengan intensitas aktivitas sedang menglami peningkatan penguasaan konsep dari tinggi, sedang maupun fluktuatif dan self efficacy yang

220 sedang; (3) mahasiswa dengan intensitas aktivitas rendah mengalami peningkatan penguasaan konsep yang bersifat fluktuatif antara sedang dan rendah dengan self efficacy yang sedang dan rendah. B. Implikasi Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, ditemukan beberapa implikasi sebagai berikut: Pertama, pengembangan profesionalisme mahasiswa calon guru terutama yang terkait dengan kompetensi profesional dan pedagogi dapat dilaksanakan melalui program perkuliahan yang mengadopsi sistem blended learning. Hal ini bertujuan agar proses pemrolehan dan penguasaan pengetahuan tentang konten dan strategi pembelajaran bidang ilmu tertentu berjalan beriringan dan saling berkesinambungan sehingga mahasiswa calon guru memiliki pengetahuan yang lebih komprehensif tentang konten serta implementasinya di dalam sebuah pembelajaran. Dalam konteks pengembangan profesionalisme calon guru sekolah dasar di Indonesia, blended learning dapat dijadikan strategi alternatif yang dapat diterapkan pada program perkuliahan. Banyaknya bidang ilmu yang harus dikuasai oleh calon guru menyebabkan muatan konten serta strategi pembelajaran terkait bidang ilmu tertentu juga akan semakin banyak. Kombinasi antara sesi belajar e-learning dan tatap muka dengan fleksibilitas waktu, sumber dan tempat belajar akan memberikan kesempatan lebih banyak bagi mahasiswa untuk memperdalam pengetahuannya. Dengan demikian, peningkatan kompetensi profesional yang menurut Uzer Usman (2011, hlm 18) mencakup kemampuan untuk menguasai bahan pengajaran serta merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan tepat pada guru sekolah dasar akan lebih mudah tercapai. Kedua, prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar serta sistem belajar berbasis ICT hendaknya diimplementasikan pada program perkuliahan bagi mahasiswa calon guru dengan skala yang lebih besar sehingga mahasiswa dapat mengakses informasi dengan lebih luas dan memiliki kesempatan belajar yang lebih banyak karena adanya fleksibilitas dari segi tempat dan waktu belajar. Selain itu,

221 penerapan perkuliahan berbasis ICT dapat membangun literasi ICT mahasiswa calon guru yang lebih baik dan relevan dengan kemajuan teknologi pada saat ini. Pentingnya literasi ICT di era saat ini dapat membantu meningkatkan keterampilan abad 21. Menurut kajian dari Partnership for 21st century skills (2008, hlm 4-12) dikemukakan bahwa perkembangan teknologi di abad 21 ini memacu komunitas belajar untuk mengintegrasikan ICT di dalam pendidikan dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah, kemampuan berpikir kreatif dan enterpreunership, meningkatkan kemampuan kolaborasi dan komunikasi, serta menciptakan media informasi atau pengetahuan yang inovatif sehingga peserta didik mampu menghadapi tantangan globalisasi di abad ini. Ketiga, strategi blended learning ini tidak hanya dapat diterapkan pada program pelatihan yang bersifat pre-service, melainkan juga dapat dilaksanakan dalam program in-service yang dapat memperkuat kompetensi mengajar guru sehingga dapat membantu terwujudnya program pemerintah yang berhubungan dengan peningkatan profesionalisme guru di Indonesia. Bukti bahwa penerapan strategi blended learning dapat digunakan dalam program yang bersifat inservice training yaitu merujuk pada beberapa hasil penelitian yang menegaskan bahwa pengetahuan guru terkait strategi pembelajaran terutama dikaitkan dengan pengintegrasian ICT dalam pembelajaran serta perubahan paradigma pendidikan ketika terjadi perubahan kurikulum dapat berjalan dengan optimal melalui blended learning (Petrovicci, 2014, hlm 740-742; Korenekiij & Khlaisang (2015, hlm. 811-812). Selain itu, salah satu strategi pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru yang dilakukan melalui program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dapat mengadopsi strategi blended learning agar berjalan efektif. Menurut rancangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dipaparkan pada Buku 1 tentang Pedoman Pengelolaan Keprofesian Berkelanjutan yang dirumuskan pada tahun 2012, diketahui bahwa rancangan PKB dilakukan dengan melalui

222 empat tahap yang terdiri dari: 1) Perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) evaluasi dan 4) refleksi. Agar pelaksanaan PKB tersebut berjalan efektif dan efisien, maka kegiatan pelaksanaan seluruh tahapan dapat dilaksanakan secara blended learning dengan cara melaksanaan tahap perencanaan melalui strategi e-learning dimana seluruh dokumen seperti RPP dan bahan ajar lainnya dikonsultasikan dengan asesor secara online sedangkan tahap pelaksanaan, evaluasi dan refleksi dapat dilaksanakan pada saat tatap muka dengan asesor. Pelaksanaan PKB yang seperti demikian dapat memberikan efek kenyamanan bagi guru karena guru tidak merasa sepenuhnya dinilai melainkan juga mendapatkan fasilitas pendampingan yang intensif karena rancangan pembelajaran yang akan disimulasikan dalam bentuk pembelajaran merupakan hasil kesepakatan antara guru dengan asesor yang bersangkutan. Selain itu, teknis PKB yang dilaksanakan secara blended learning dapat menghemat waktu dan biaya mengingat jumlah guru di Indonesia sangat banyak dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia yang sangat luas. Melalui pengintegrasian ICT di dalam program PKB tersebut C. Rekomendasi Pada penelitian ini, ditemukan beberapa keterbatasan hasil penelitian yang dapat dijadikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya sehingga memberikan hasil penelitian yang akan jauh lebih baik. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, blended learning ini sebaiknya diintegrasikan ke dalam mata kuliah tertentu yang bersifat wajib sehingga jumlah peserta kegiatan relatif tetap dan peningkatan tiap variabel yang diukur dapat ditelusuri dengan baik kesinambungannya. Adanya tuntutan akademik yang bersifat wajib akan berdampak pada motivasi internal mahasiswa untuk mengikuti pelaksanaan kegiatan dengan serius dan berkelanjutan. Kedua, perlu adanya pengarahan tentang self regulated learning kepada mahasiswa di awal pelaksanaan perkuliahan yang berhubungan dengan blended learning terutama pada sesi e-learning. Pengarahan mengenai self regulated

223 learning tersebut akan membantu mahasiswa untuk menentukan strategi belajar yang tepat bagi dirinya sendiri ketika terlibat di dalam lingkungan belajar online pada strategi blended learning. Ketiga, untuk membuktikan efektivitas penerapan program pelatihan pendalaman materi IPA berbasis blended learning terhadap peningkatan self efficacy mengajar IPA tematik pada mahasiswa calon guru yang berasal dari nonsains yang secara teori dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya, maka diperlukan observasi lebih lanjut terhadap kemampuan mengajar IPA tematik mahasiswa peserta program yang dilaksanakannya pada saat mengajar di kelas sehingga dapat ditemukan relevansi antara peningkatan self efficacy dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya.