KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

PERMASALAHAN DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA SURABAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan Lapangan. Operasional Bus Damri Trayek Perumnas Banyumanik - Johar. Pengumpulan Data

ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUM PERDESAAAN KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus Trayek Sidoarjo - Krian)

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIDOARJO

EVALUASI KINERJA BUS EKONOMI ANGKUTAN KOTA DALAM PROVINSI (AKDP) TRAYEK PADANG BUKITTINGGI

BAB III. Landasan Teori Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELAYANAN TERMINAL TIPE C PADA TERMINAL PADANGAN DI KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

EVALUASI KINERJA BUS PATAS ANTAR KOTA DALAM PROPINSI PO. RUKUN JAYA ( STUDI KASUS TRAYEK SURABAYA - BLITAR )

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) DENGAN PEMBANGUNAN BUSLANE PARSIAL PADA KORIDOR UTARA-SELATAN KOTA SURABAYA

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM TRAYEK TERMINAL OEBOBO - TERMINAL KUPANG PP DAN TERMINAL KUPANG - TERMINAL NOELBAKI PP

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan manusia dan barang. Pergerakan penduduk dalam memenuhi kebutuhannya terjadi

INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG ANGKUTAN MASSAL BUSWAY YANG BERKELANJUTAN DI SURABAYA

BAB III LANDASAN TEORI. dan diatur dalam beberapa peraturan dan undang-undang sebagai berikut :

PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN PEDESAAN SEBAGAI PENGUMPAN (FEEDER) DARI KECAMATAN KALIDAWIR MENUJU KOTA TULUNGAGUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB IV DATA DAN ANALISIS. yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR SURABAYA SIDOARJO ( LEWAT JALAN AHMAD YANI)

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III LANDASAN TEORI

Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA

Implementasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya)

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

Nur Safitri Ruchyat Marioen NIM Program Studi Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. (Hazian,2008) Transportasi dapat diartikan sebagai

T E N T A N G WALIKOTA SURABAYA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Indicator Pelayanan Angkutan Umum 18 B. Waktu Antara {Headway) 18 C. Faktor Muat (Loadfactor) 19

BAB III LANDASAN TEORI. memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

2.1. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA JAMBI STUDI KASUS : RUTE ANGKOT LINE 4C JELUTUNG-PERUMNAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM JENIS LYN DAN KEBIJAKAN PENANGANANNYA DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas tersebut memerlukan berbagai sarana transportasi. Pelayanan transportasi

MAHASISWA : DANANG IDETYAWAN DOSEN PEMBIMBING: IR HERA WIDIYASTUTI, MT.PHD ISTIAR, ST.MT

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. a. UU No. 22 Tahun 2009 Tentang lalu Lintas dan Angkutan. b. PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

yaitu apabila bangkitan parkir tidak dapat tertampung oleh fasilitas parkir di luar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang

Evaluasi Operasional Angkutan Umum Kota Pariaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN JUMLAH ARMADA DAN JAM OPERASI ARMADA ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN DAMRI -STUDI KASUS PADA JURUSAN KORPRI TANJUNG KARANG, BADAR LAMPUNG.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

OPERASIONAL ANGKUTAN PARATRANSIT SEPEDA MOTOR DI KAWASAN TERMINAL BUNGURASIH SURABAYA

Analisis Parkir Kendaraan Mobil Di Ruas Jalan Walikota Mustajab Surabaya

gerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain.

BAB III LANDASAN TEORI

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA

EVALUASI EFEKTIFITAS SISTEM OPERASIONAL BARU BUS KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS 1. KONDISI OPERASIONAL DAN PERMASALAHAN BUS KAMPUS UNAND

ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA

EVALUASI KINERJA BUS PATAS ANTAR KOTA DALAM PROPINSI TRAYEK PROBOLINGGO-MALANG

Studi Kinerja Operasional Mikro Bus Rute KPAD- Antapani ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap Terminal Leuwi Panjang Bandung seperti yang telah diuraikan Time headway dan waktu tunggu rerata (Wtr).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan ini merupakan pergerakan yang umum terjadi pada suatu kota. memberikan suatu transportasi yang aman, cepat, dan mudah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM DESA SIMPANG PERIUK KOTA LUBUKLINGGAU. Oleh Wawan Alamsyah INTISARI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. transportasi sehingga bertambah pula intensitas pergerakan lalu lintas kota.

Bus Sekolah Sebagai Moda Alternatif untuk Mengurangi Volume Lalulintas Harian di Kota Yogyakarta

Kajian Reaktivasi Trayek Angkutan Kota di Kabupaten Subang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT TREM DI JALAN RAYA DARMO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dishubkominfo DIY dalam hal ini UPTD Jogja Trans dalam penyelenggaraan

T E N T A N G WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) E-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KRISTANTA NIM S

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan,

BAB III METODOLOGI MULAI. Studi Pustaka. Perumusan Masalah dan Tujuan. Persiapan dan Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Kota kota di Indonesia berkembang dengan pesat dalam pengertian

Pelayanan dan Tarif Speedboat Nusa Sebayang - Ruslan Effendie

EVALUASI KINERJA OPERASI BUS KOBUTRI JURUSAN KPAD-ANTAPANI ABSTRAK

Transkripsi:

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA Dadang Supriyatno Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya Gedung A4 Kampus Unesa Ketintang Surabaya dadang_supriyatno@yahoo.co.id Ari Widayanti Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya Gedung A4 Kampus Unesa Ketintang Surabaya ari_wid@yahoo.co.id Abstract The bus service in Surabaya is far from adequate and there is a need to evaluate the bus performance from time to time. The purpose of this study is to measure the bus performance on 21 service routes in Surabaya. The performance indicators used consist of frequency, headway, load factor, and travel time. The results show that only load factor and travel time are indicating that the bus service is good, while frequency and headway indicators suggest that the bus service needs to be enhanced. Keywords: service performance, frequency, load factor, headway, travel time Abstrak Layanan bis kota di Surabaya sangat kurang memuaskan, sehingga perlu dievaluasi secara terus menerus dari waktu ke waktu. Tujuan studi ini adalah menentukan kinerja layanan bis kota yang melayani 21 rute trayek yang ada di Surabaya. Indikator kinerja yang digunakan pada studi ini adalah frekuensi, headway, faktor muat, dan waktu tempuh. Hasil studi ini menunjukkan bahwa hanya indikator faktor muat dan tempuh yang mengindikasikan bahwa layanan bis kota sudah baik, sedangkan indikator-indikator frekuensi dan headway menunjukkan bahwa layanan bis kota perlu ditingkatkan. Kata-kata kunci: kinerja layanan, frekuensi, faktor muat, headway, waktu tempuh PENDAHULUAN Surabaya sebagai kota Budipamarinda (budaya, pendidikan, pariwisata, maritim, industri, dan perdagangan) semakin berkembang dari waktu ke waktu. Peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi mengakibatkan pertumbuhan mobilitas masyarakat yang perlu didukung oleh prasarana dan sarana transportasi yang memadai. Pada saat ini sistem transportasi di Kota Surabaya didukung oleh kendaraan berupa bis kota, angkutan kota atau lyn atau mikrolet, taksi, angguna, becak, dan sepeda motor. Kondisi pengoperasian angkutan umum yang ideal dapat ditinjau dari kinerja layanan, yaitu frekuensi, faktor muat, headway, dan waktu perjalanan. Frekuensi yang ideal adalah 12 kendaraan/jam pada jam sibuk dan 6 kendaraan/jam pada jam tidak sibuk. Semakin besar frekuensi, semakin banyak kesempatan penumpang untuk memperoleh kendaraan sehingga dapat memperkecil waktu tunggu. Headway yang ideal adalah (5 10) menit. Headway berbanding terbalik dengan frekuensi, dengan semakin kecil headway akan memperkecil waktu tunggu, dan hal ini akan menguntungkan penumpang. Faktor muat yang ideal adalah %. Kondisi ini memungkinkan penumpang duduk dengan nyaman di dalam kendaraan dan tidak berdesak-desakan. Standar yang ideal untuk waktu Jurnal Transportasi Vol. 10 No. 1 April 2010: 43-52 43

perjalanan adalah (60 90) menit, dan kondisi ini memungkinkan penumpang sampai di lokasi tujuan dengan fisik yang baik dan tidak cepat lelah dalam melakukan perjalanan (Abubakar, 1996). Hasil pengamatan pendahuluan yang dijumpai dalam transportasi di Kota Surabaya menunjukkan bahwa layanan bis kota yang belum memadai, sehingga belum menimbulkan minat masyarakat untuk menggunakan angkutan umum. Hal ini dapat dilihat pada kondisi fisik kendaraan, banyaknya penumpang yang menunggu bis kota pada beberapa titik lokasi, kondisi penumpang berdesakan, dan kenyamanan dalam kendaraan kurang. Selain itu pada jam-jam tertentu kondisi bis kota sepi penumpang, yang mengakibatkan pemasukan operator berkurang sehingga mengalami kerugian. Hal-hal tersebut berkaitan juga dengan kebijakan Pemerintah menyangkut harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kemudahan mendapatkan kredit sepeda motor. Jika kondisi ini dibiarkan akan mengakibatkan semakin banyaknya pengguna sepeda motor dan mobil pribadi dan angkutan umum semakin tidak diminati penumpang, volume kendaraan yang dilayani ruas jalan dan problem transportasi Kota Surabaya juga semakin meningkat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi eksisting pengoperasian bis kota saat ini pada trayek yang ditinjau serta mengetahui kondisi pengoperasian bis kota ditinjau dari kinerja layanan (frekuensi, faktor muat, headway, dan waktu perjalanan). Kontribusi yang dihasilkan dari penelitian ini adalah memberikan wacana tentang kondisi pengoperasian bis kota di Surabaya bagi pihak-pihak yang terkait serta memberikan rekomendasi kepada instansi terkait dalam perencanaan dan pengelolaan bis kota di Kota Surabaya. Perkembangan Masyarakat dan Permasalahan Transportasi Perkembangan masyarakat di perkotaan berkaitan erat dengan pertumbuhan prasarana dan sarana yang menunjang mobilitas masyarakat. Masalah lalulintas dan angkutan yang semakin meningkat semakin penting untuk dipikirkan solusinya seiring dengan kemajuan ekonomi dan mobilitas masyarakat. Masalah-masalah tersebut disebabkan oleh: 1. Perkembangan kota tidak diikuti dengan struktur tata guna lahan yang serasi, yang disebabkan oleh tidak konsistennya Rencana Umum Tata Ruang Kota dengan pelaksanaan di lapangan, 2. Pertambahan penduduk kota yang pesat, yang diakibatkan oleh pertambahan normal atau alamiah maupun oleh urbanisasi atau perpindahan dari desa ke kota, 3. Ketidakseimbangan pertambahan jaringan jalan serta fasilitas lalulintas dan angkutan jalan dengan pertambahan jumlah kendaraan. Pertambahan jumlah kendaraan antara (8 12)% pertahun, sedangkan pertambahan panjang jalan hanya antara (2 5)% pertahun, 4. Penggunaan kendaraan pribadi yang semakin meningkat, 5. Kualitas dan jumlah angkutan umum yang belum memadai, yang belum ditata secara konsepsional, 6. Kurang dikembangkannya kereta api jalur lokal dan perkotaan, 7. Kurangnya kesadaran masyarakat, sebagai pengguna, untuk memelihara angkutan umum dengan baik. 44 Jurnal Transportasi Vol. 10 No. 1 April 2010: 43-52

Indikator Kinerja Layanan Beberapa indikator kinerja layanan yang harus dipertimbangkan adalah: 1. Frekuensi; adalah banyaknya kendaraan pada setiap rute yang masuk atau keluar terminal atau melewati ruas jalan yang dihitung untuk tiap satuan waktu. Frekuensi angkutan mempengaruhi waktu tunggu penumpang, dengan semakin tinggi frekuensi semakin baik layanan angkutan tersebut. 2. Headway; adalah waktu antara kedatangan atau keberangkatan kendaraan pertama dengan kedatangan atau keberangkatan kendaraan berikutnya, yang diukur pada satu titik pengamatan di terminal atau waktu antara kendaraan yang melintas pada ruas jalan. 3. Faktor Muat; adalah perbandingan antara jumlah penumpang yang ada dalam kendaraan dengan kapasitas kendaraan tersebut, dan dinyatakan dalam %. Faktor Muat terdiri dari Faktor Muat Statis dan Faktor Muat Dinamis. Faktor Muat Statis merupakan hasil survei statis pada 1 titik pengamatan (misalnya di pintu keluar terminal), yang diperoleh dari perbandingan jumlah penumpang di dalam kendaraan dengan kapasitas kendaraan pada saat melewati 1 titik pengamatan. Faktor Muat Dinamis merupakan hasil survei dinamis di dalam kendaraan, yang diperoleh dari perbandingan jumlah penumpang yang naik dan turun kendaraan pada tiap segmen ruas jalan dengan kapasitas kendaraan pada rute yang dilewati. LF = Jumlah Penumpang 100% Kapasitas Kendaraan (1) 4. Waktu Perjalanan; adalah waktu yang dibutuhkan kendaraan untuk menempuh panjang rute pada trayeknya atau waktu yang dibutuhkan kendaraan untuk menempuh rute dari terminal asal sampai terminal tujuan. Waktu Tempuh = Jam Tiba Jam Berangkat (2) Pada Tabel 1 disajikan standar kinerja layanan angkutan umum (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996). Tabel 1 Standar Kinerja Layanan Angkutan Umum No. Kinerja Layanan Standar 1. Frekuensi Jam Sibuk: 12 kend./jam Jam tidak Sibuk: 6 kend./jam Rata rata: 9 kend./jam 2. Headway Rata-rata: 5 10 menit Maksimum: 10 20 menit 3. Faktor Muat % 4. Waktu Perjalanan 60 90 menit Kinerja layanan bis kota di Kota Surabaya (Dadang Supriyanto dan Ari Widayanti) 45

METODE Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan jumlah penumpang yang naik dan turun kendaraan dengan cara manual (survei lapangan dengan mengisi blanko/formulir survei). Selain itu ditempatkan surveyor pada titik-titik lokasi untuk memperoleh data faktor muat, headway, frekuensi, dan waktu perjalanan melalui survei statis. Pengumpulan data dilakukan pada jam sibuk dan jam tidak sibuk. Trayek yang ditinjau ditunjukkan pada Tabel 2. Berdasarkan hasil survei inventarisasi bis kota diperoleh data sebagai berikut: 1. Jenis atau tipe kendaraan; Tipe kendaraan yang digunakan untuk bis kota berkapasitas 79 orang. 2. Kepemilikan; Kepemilikan bis kota di Surabaya adalah perusahaan swasta dan DAMRI. 3. Sistem pemberangkatan; Sistem pemberangkatan yang diterapkan untuk bis kota adalah tidak diatur. 4. Pejabat pemberi izin; Pejabat yang mengeluarkan izin untuk bis kota yang beroperasi di Kota Surabaya adalah Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya. Tabel 2 Trayek Bis Kota yang Ditinjau No. Kode Trayek Jurusan 1. A2 Purabaya Semut PP. 2. C Purabaya Perak PP. 3. D Purabaya Bratang PP. 4. E Purabaya Darmo Tambak Oso Wilangun. 5. E1 Purabaya Joyoboyo PP. 6. E2 Joyoboyo JMP PP. 7. F Purabaya Diponegoro Tambak Oso Wilangun PP. 8. F1 Purabaya Rajawali PP. 9. L Tambak Oso Wilangun Ujung Baru PP. 10. P1 Purabaya Perak PP. 11. P2 Purabaya Tambak Oso Wilangun PP. 12. P4 Purabaya Perak PP. 13. P5 Purabaya Semut PP. 14. P6 Purabaya Tambak Oso Wilangun PP. 15. P7 Purabaya Tambak Oso Wilangun PP. 16. P8 Purabaya Tambak Oso Wilangun PP. 17. PAC1 Purabaya Perak PP. 18. PAC4 Purabaya Tol Waru Perak PP. 19. PAC5 Purabaya Semut PP. 20. PAC6 Purabaya Tambak Oso Wilangun PP. 21. PAC8 Purabaya Tambak Oso Wilangun PP. catatan: PP= Pulang Pergi PEMBAHASAN Hasil survei terhadap indikator frekuensi, faktor muat, headway, dan waktu perjalanan bus kota di Surabaya dipresentasikan pada Gambar 1, Gambar 2, Gambar 3 dan Gambar 4. Nilai frekuensi diperoleh dengan cara menghitung jumlah kendaraan yang lewat tiap jam. Frekuensi kendaraan yang tinggi semakin disukai penumpang karena dapat mengurangi waktu tunggu kendaraan. Sebaliknya hal ini merugikan operator kendaraan apabila tidak diimbangi dengan faktor muat yang cukup (sekitar %). 46 Jurnal Transportasi Vol. 10 No. 1 April 2010: 43-52

Frekuensi (kend./jam) Frekuensi (kendaraan/jam) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 P1 P5 PAC1 P7 E1 E2 PAC4 P4 P2 D PAC8 P8 F1 A2 Trayek Bis Kota Trayek Bus Kota C P6 E F -- -- Jam Sibuk -- --Jam Tidak Sibuk L PAC5 PAC6 Peak Hour Off Peak Hour Gambar 1 Frekuensi pada Masing-masing Trayek Bis Kota Dari Gambar 1 diperoleh frekuensi tertinggi bis kota pada jam sibuk adalah pada trayek P1, yaitu sebesar 8,57 atau 9 kendaraan/jam, dan untuk jam tidak sibuk adalah pada trayek P5 sebesar 8,57 atau 9 kendaraan/jam. Untuk rata-rata, frekuensi tertinggi sebesar 6,59 kendaraan/jam, yaitu pada trayek P1 dan P5. Frekuensi terendah untuk bis kota pada jam sibuk adalah pada trayek P6 sebesar 0,82 kendaraan/jam, untuk jam tidak sibuk adalah pada trayek C, yaitu sebesar 0,71 kendaraan/jam. Untuk rata-rata, frekuensi terendah sebesar 0,89 kendaraan/jam, yaitu pada trayek C dan P6. Rata-rata frekuensi pada saat jam sibuk adalah sebesar 2,41 kendaraan/jam. Jika dibandingkan dengan standar sebesar 12 kendaraan/jam hasil ini dapat dikatakan kurang baik. Sedangkan pada saat jam tidak sibuk, diperoleh rata-rata frekuensi sebesar 1,91 kendaraan/jam, dan hasil ini juga termasuk kurang baik jika dibandingkan dengan standar, yaitu sebesar 6 kendaraan/jam. Dengan frekuensi yang terlalu kecil, penumpang terlalu lama menunggu kendaraan dan tidak menghemat waktu perjalanan, sehingga merugikan penumpang. Namun jika frekuensi terlalu besar dibandingkan dengan nilai ideal dan tidak diimbangi dengan faktor muat yang besar, maka hal ini akan mengakibatkan kerugian bagi operator kendaraan. Untuk itu harus ada upaya dari pihak terkait untuk menangani masalah ini sehingga pengoperasian bis kota dapat menguntungkan ditinjau dari sisi penumpang dan operator kendaraan. Dalam hal ini dapat dilakukan upaya penjadwalan bis kota atau pemberangkatan dilakukan dengan membedakan antara jam sibuk dan jam tidak sibuk. Pada saat jam sibuk, permintaan yang terjadi sangat tinggi sehingga harus diupayakan frekuensi kendaraan yang dioperasikan tinggi, sedangkan pada saat jam tidak sibuk dengan permintaan rendah, frekuensi keberangkatan kendaraan dapat dikurangi. Dari Gambar 2 diperoleh faktor muat tertinggi pada saat jam sibuk adalah trayek P4, yaitu sebesar 68,74%, dan untuk jam tidak sibuk adalah trayek P4, yaitu sebesar 77,46%. Untuk rata-rata, faktor muat tertinggi adalah sebesar 73,10%, yaitu trayek P4. Faktor muat terendah pada jam sibuk adalah pada trayek PAC1, yaitu sebesar 31,81%, dan untuk jam tidak sibuk adalah pada trayek PAC1, yaitu sebesar 29,71%. Untuk rata-rata, faktor muat terendah adalah sebesar 30,76%, yaitu trayek PAC1. Rata-rata faktor muat pada saat jam sibuk adalah sebesar 39,81%, dan jika dibandingkan dengan standar, yaitu sebesar %, dapat dikatakan hal ini. Sedangkan pada saat jam tidak sibuk rata-rata faktor muat sebesar 38,75%. Kondisi pada faktor muat rendah adalah adanya ruang yang cukup Kinerja layanan bis kota di Kota Surabaya (Dadang Supriyanto dan Ari Widayanti) 47

Headway (menit) Faktor Muat Load (%) Factor (%) bagi penumpang untuk duduk dan melakukan gerakan yang nyaman di dalam kendaraan. Tetapi dari sisi operator tidak menguntungkan, karena pendapatan yang diperoleh belum tentu dapat menutup biaya operasional yang terjadi. 100 90 80 60 50 40 30 20 10 0 P1 P5 PAC1 P7 E1 E2 PAC4 P4 P2 D PAC8 P8 F1 Trayek Trayek Bis Kota Bus Kota A2 C P6 E F -- -- Jam Sibuk Peak Hour -- -- Jam Tidak Sibuk Off Peak Hour L PAC5 PAC6 Gambar 2 Faktor Muat pada Masing-masing Trayek Bis Kota Gambar 3 menunjukkan bahwa headway tertinggi pada jam sibuk adalah pada trayek P6, yaitu sebesar 73 menit, dan untuk jam tidak sibuk adalah pada trayek C, yaitu sebesar 84 menit. Untuk rata-rata, headway tertinggi adalah sebesar menit, yaitu pada trayek C. Headway terendah pada jam sibuk adalah pada trayek P1, yaitu sebesar 7 menit, dan untuk jam tidak sibuk adalah pada trayek P5, yaitu sebesar 7 menit. Untuk rata-rata, headway terendah sebesar 10 menit yaitu trayek P1 dan P5. Rata-rata headway pada saat jam sibuk adalah 20,81 menit, dan jika dibandingkan dengan standar, yaitu (5 10) menit, dapat dikatakan hal ini kurang baik. Sedangkan pada saat jam tidak sibuk, rata-rata headway adalah sebesar 27,86 menit. Jika dibandingkan dengan standar, sebesar (10-20) menit, kurang baik. 100 90 80 60 50 40 30 20 10 0 P1 P5 PAC1 P7 E1 E2 PAC4 P4 P2 D PAC8 P8 Trayek Bis Kota Trayek Bus Kota F1 A2 C P6 E F -- -- Jam Sibuk Peak Hour -- --Jam Tidak Off Peak Sibuk Hour L PAC5 PAC6 Gambar 3 Headway pada Masing-masing Trayek Bis Kota Gambar 4 menunjukkan bahwa waktu perjalanan tertinggi untuk bis kota pada jam sibuk terjadi pada trayek P2, yaitu sebesar 90 menit, dan untuk jam tidak sibuk terjadi pada trayek P8, yaitu sebesar 85 menit. Untuk rata-rata, waktu perjalanan tertinggi 85 menit 48 Jurnal Transportasi Vol. 10 No. 1 April 2010: 43-52

Waktu Perjalanan (menit) yaitu trayek P2. Waktu perjalanan terendah bis kota pada jam sibuk adalah pada trayek D, yaitu sebesar 27,05 menit, dan untuk jam tidak sibuk adalah pada trayek E2, yaitu sebesar 34,50 menit. Untuk rata-rata, waktu perjalanan terendah adalah 30,90 menit, yaitu pada trayek D. Rata-rata waktu perjalanan pada saat jam sibuk adalah 44,62 menit, dan jika dibandingkan dengan standar, yaitu (60-90) menit, hal ini dapat dikatakan baik. Sedangkan pada saat jam tidak sibuk, rata-rata waktu perjalanan adalah sebesar 47,17 menit. 100 90 80 60 50 40 30 20 10 0 P1 P5 PAC1 P7 E1 E2 PAC4 P4 P2 D PAC8 P8 F1 A2 Trayek Bis Bus Kota C P6 E F -- -- Jam Peak Sibuk Hour -- --Jam Off Tidak Peak Hour Sibuk L PAC5 PAC6 Gambar 4 Waktu Perjalanan pada Masing-masing Trayek Hasil analisis terhadap kinerja layanan 21 trayek bis kota di Surabaya dirangkum pada Tabel 3. Hasil-hasil tersebut menyatakan bahwa 21 trayek bus kota yang ditinjau mempunyai kinerja layanan kurang baik berdasarkan indikator Frekuensi dan Headway, serta baik berdasarkan indikator Faktor Muat dan Waktu Perjalanan. Dalam hal ini perlu dilakukan pengawasan dan penanganan yang lebih baik sehingga kinerja layanan yang baik tetap dapat dipertahankan dan yang kurang baik dapat ditingkatkan. Dengan kinerja layanan yang baik diharapkan dapat mendukung terwujudnya sistem transportasi yang terintegrasi, serta perekonomian wilayah dan kualitas hidup masyarakat. Tabel 3 Kinerja Layanan Bis Kota di Surabaya No. Kinerja Hasil Analisis Standar Keterangan a. Frekuensi Jam Sibuk 2,41 12 Kurang (kendaraan/jam) Jam tidak Sibuk 1,91 6 Kurang b. Faktor Muat (%) c. Headway (menit) d. Waktu Perjalanan (menit) KESIMPULAN Rata-rata Jam Sibuk Jam tidak Sibuk Rata-rata Jam Sibuk Jam tidak Sibuk Jam Sibuk Jam tidak Sibuk Rata-rata 2,16 39,81 38,75 39,28 20,81 27,86 44,62 47,17 45,90 9 5-10 10 20 60-90 Kurang Kurang Kurang Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bahwa frekuensi tertinggi terjadi pada trayek P1 dan P5, yaitu sebesar 9 kendaraan/jam dan terendah pada trayek C dan P6, Kinerja layanan bis kota di Kota Surabaya (Dadang Supriyanto dan Ari Widayanti) 49

yaitu sebesar 1 kendaraan/jam. Faktor muat tertinggi terdapat pada trayek P4, yaitu sebesar 77,46% dan terendah pada trayek PAC1, yaitu sebesar 29,71%. Headway tertinggi terjadi pada trayek C, yaitu sebesar 84 menit dan terendah pada trayek P5, yaitu sebesar 7 menit. Waktu perjalanan tertinggi pada trayek P2, yaitu sebesar 90 menit dan terendah pada trayek D, yaitu sebesar 30,90 menit. Kinerja layanan bis kota di Surabaya dinyatakan kurang baik berdasarkan indikator frekuensi dan headway, serta baik berdasarkan indikator faktor muat dan waktu perjalanan. Saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan layanan adalah sebagai berikut: 1. Perlu adanya perbaikan kualitas layanan bis kota yang masih rendah atau kurang baik sehingga semakin meningkat dalam mendukung aktivitas masyarakat, 2. Perlu dilakukan evaluasi terhadap kualitas layanan angkutan umum secara berkelanjutan sehingga Pemerintah Kota Surabaya dapat melakukan upaya untuk menyeimbangkan kualitas layanan bagi pengguna maupun operator, 3. Perlu adanya upaya perbaikan sistem transportasi di Kota Surabaya secara terpadu, sehingga kebijakan yang ditetapkan dapat mendukung terwujudnya transportasi yang terintegrasi. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dinas Perhubungan Kota Surabaya sebagai sumber data atau informasi, dan mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya, yang turut serta dalam pengumpulan data dan pelaksanaan survei, baik sekunder maupun primer. DAFTAR PUSTAKA Abubakar, I. 1996. Menuju Lalulintas dan Angkutan Jalan yang Tertib. Departemen Perhubungan Darat. Jakarta. Coyle, B. N. 1994. Transportation. Fourth Edition. St. Paul, MN: West Publishing Company. Dinas Perhubungan. 1996. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan dalam Trayek Tetap dan Teratur. Departemen Perhubungan Darat. Jakarta. Dinas Perhubungan, Pemerintah Kota Surabaya. 2006. Profil Dinas Perhubungan Pemerintah Kota Surabaya. Lembaga Pengabdian Masyarakat dan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung. 1997. Modul Pelatihan Perencanaan Sistem Angkutan Umum (Public Transport Planning). Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung. Suryanto. 2005. Studi Karakteristik Operasional Angkutan Umum Penumpang di Yogyakarta: Studi Kasus Bus Kota Jalur 4. Seminar Nasional Teknik Sipil I Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Pebruari 2005. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: Program Pascasarjana Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. 50 Jurnal Transportasi Vol. 10 No. 1 April 2010: 43-52

Warpani, S. P. 2002. Pengelolaan Lalulintas dan Angkutan Jalan. Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung. Vukan, V. R. 1983. Urban Public Transportation Systems and Technology. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall Inc. Kinerja layanan bis kota di Kota Surabaya (Dadang Supriyanto dan Ari Widayanti) 51

52 Jurnal Transportasi Vol. 10 No. 1 April 2010: 43-52