BAB I PENDAHULAN. Allah SWT menciptakan alam dan isinya antara lain hewan dan tumbuhtumbuhan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt menciptakan alam dan isinya seperti hewan dan tumbuh. tumbuhan mempunyai hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura khususnya buah-buahan. Buah-buahan mempunyai banyak manfaat.

BAB I PENDAHULUAN. buah dan sayuran. Salah satunya adalah buah tomat (Lycopersicon esculentum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Jawa sebesar ton (Badan Pusat Statistik, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu jenis buah yang akhir-akhir ini populer adalah buah naga. Selain

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial terdiri dari 2 faktor dengan 3

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sebesar 15 persen (Badan Pusat Statistik, 2015).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ketersediaan air, oksigen, dan suhu. Keadaan aerobik pada buah dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengolahan minimal (minimal processing) pada buah dan sayur

BAB I PENDAHULUAN. ternak, dan untuk keperluan industri (Harmida, 2010). produksi kedelai pada lahan masam di luar Jawa (Sumarno, 2005).

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu tanaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan bahan persediaan bahan bakar fosil berkurang. Seiring menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pola makan sehat bagi kehidupan manusia. Sebagaimana al-qur an. menjelaskan dalam surat Abbasa (80) :

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah-buahan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit kathur (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. jenang terbuat dari tepung ketan, santan, dan gula tetapi kini jenang telah dibuat

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura.

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan segala sesuatu tidak ada yang sia-sia, salah satunya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

I. PENDAHULUAN. Jagung manis atau dikenal juga dengan sebutan sweet corn merupakan

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

I. PENDAHULUAN. Cabe merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman hortikultura yang

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

PENGARUH PENGGUNAAN EDIBLE COATING TERHADAP SUSUT BOBOT, ph, DAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK BUAH POTONG PADA PENYAJIAN HIDANGAN DESSERT ABSTRAK

BAB IV HASIL DAB PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jenis Pati Bahan Edible Coating terhadap Kualitas Buah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT menciptakan langit, bumi beserta semua isinya adalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Salah satu pangan fungsional yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Panen dan Pascapanen Pisang Cavendish' Pisang Cavendish yang dipanen oleh P.T Nusantara Tropical Farm (NTF)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah Palangka Raya, yaitu laboratorium Balai POM (Balai Pengawas

I. PENDAHULUAN. Belimbing manis (Averrhoa carambola L.) merupakan salah satu buah nonklimaterik

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan tetapi sebagian besar biasanya diperoleh dari karbohidrat dan

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran air dimana suatu keadaan air tersebut telah mengalami penyimpangan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurul Alfiah, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. nilai khusus baik dari segi nilai ekonomi maupun nilai gizi. Tumbuhan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi ini pada dasarnya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan hortikultura meningkat setiap tahunnya, tetapi hal tersebut

PENDAHULUAN. Pada dasarnya bahan pangan hasil pertanian seperti buah-buahan, umbiumbian

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

I. PENDAHULUAN. Jambu biji (Psidium guajava L.) Crystal adalah buah yang mengandung banyak

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Karena dengan memahami ciptaan-nya, keimanan kita akan senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Allah Subhanahu wa Ta ala menciptakan segala sesuatu tanpa sia-sia,

I PENDAHULUAN. perubahan pola makan yang ternyata berdampak negatif pada meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Stroberi (Fragaria sp.) merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

KAJIAN PENGARUH JENIS PELAPIS DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP SIFAT FISIKA DAN KIMIA BUAH STROBERI (Fragraria sp) SELAMA PENYIMPANAN

I. PENDAHULUAN. Buah pisang tergolong buah klimakterik. Di samping harganya yang masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup murah. Selain itu, jambu biji juga memiliki khasiat untuk

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)

BAB I PENDAHULUAN. sinar UV seakan akan menjadi teman baik bagi kulit wajah. Flek hitam, kulit kering,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Allah SWT menciptakan alam dan isinya antara lain hewan dan tumbuhtumbuhan mempunyai hikmah yang amat besar, yakni tidak ada yang sia sia dalam ciptaan Nya. Manusia diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengambil manfaat dari hewan dan tumbuhan (Ahmad,2005). Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Ali-Imron ayat 191: Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (Q.S. Ali-Imran:191). Ayat di atas menjelaskan bahwa orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi berarti orang yang mampu mengingat Allah dalam kondisi apapun. Orang-orang tersebut merupakan orang yang berakal, mampu berfikir dan dapat mempelajari segala yang diciptakan Allah SWT. Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini tidak ada yang sia-sia. Segala sesuatu di alam semesta ini mempunyai manfaat. Seperti pada tumbuhan yang memiliki kandungan berkhasiat dan bermaanfaat bagi makluk hidup lainnya 1

2 seperti bagi manusia dan hewan. Hal tersebut membuktikan bahwa tumbuhtumbuhan yang diciptakan Allah SWT tidak ada yang sia-sia. Salah satu tumbuhan ciptaan Allah SWT adalah cabai merah besar (Capsicum annum L.). Cabai merah besar (Capsicum annum L.) merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Cabai merah besar (Capsicum annum L.) berguna sebagai bahan penyedap masakan, cabai juga mengandung zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Cabai merah besar (Capsicum annum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Harga cabai merah besar di pasar modern ataupun tradisional mencapai Rp.60.000,00 perkilogram. Cabai merah besar (Capsicum annum L.) mempunyai prospek cerah bagi industri yaitu sebagai bahan baku industri. Dari sisi lain, komoditas ini mempunyai peluang sebagai komoditas ekspor dan dapat menaikkan pendapatan petani. Kebutuhan akan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai. Bertambahnya aneka industri yang memproduksi makanan, menyebabkan kebutuhan akan cabai meningkat (Wiryanta, 2005). Tjahjadi (2005) menyatakan bahwa cabai merah besar pada saat ini, telah popular di seluruh dunia. Beberapa masakan khas dan popular di dunia seperti Thailand, Portugis, Brazil, Afrika, Italia, Hongaria, hingga masakan dalam negeri yaitu Minang menggunakan cabai sebagai bahan utama. Kandungan cabai merah besar yaitu protein, lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi (Fe),

3 vitamin vitamin (salah satunya adalah vitamin C) dan mengadung senyawasenyawa alkaloid, seperti kapsaisin, flavonoid, dan minyak esensial (Prajnanta, 2007). Pada cabai merah besar (Capsicum annum L.) mengandung vitamin C yang dibutuhkan oleh tubuh (Astawan, 2008). Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan cabai merupakan sumber pro- vitamin C yang sangat baik. Wiryanta (2002) menyatakan bahwa kandungan vitamin C pada cabai merah besar sangat tinggi hingga mencapai 18.0 mg/100gr. Vitamin merupakan senyawa-senyawa organik yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Vitamin C juga merupakan indikator kerusakan pada bahan pangan. Fungsi utama vitamin C adalah sebagai koenzim atau kofaktor (Hernani dan Rahardjo,2006). Namun vitamin tersebut dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan pasca panen. Sifat mudah rusak ini dipengaruhi oleh kadar air dalam cabai yang sangat tinggi sekitar 90% dari kandungan cabai merah itu sendiri. Kandungan air yang sangat tinggi ini dapat menjadi penyebab kerusakan cabai pada saat musim panen raya. Dari data hasil penelitian Winata (2006), menunjukkan bahwa cabai merah tanpa adanya perlakuan apapun akan mengalami kerusakan lebih dari 3 hari pasca panen. Sifat fisik mengenai susut bobot, tekstur, dan warna cabai merah besar mudah rusak. Utama (2001) mengatakan bahwa peran teknologi pascapanen untuk susut bobot cabai merah besar berpengaruh selama periode antara panen dan konsumsi. Periode pascapanen secara umum akan bekerja menurunkan laju metabolisme. Respirasi juga merupaka suatu proses pertukaran gas yang melibatkan proses metabolisme. Laju respirasi menentukan potensi pasar dan

4 masa simpan yang berkaitan erat dengan kehilangan air, kehilangan kenampakan yang baik, kehilangan nilai nutrisi dan berkurangnya nilai cita rasa. Masa simpan produk dapat diperpanjang dengan menempatkannya dalam lingkungan yang dapat memperlambat laju respirasi dan transpirasi melalui penurunan suhu produk, mengurangi ketersediaan O2 atau meningkatkan konsentrasi CO2, dan menjaga kelembapan yang mencukupi dari udara sekitar produk (Utama, 2001). Teknologi pascapanen yang sesuai harus dikembangkan untuk mengatasi perbedaan tersebut. Produk holtikultura yang telah mengalami masa panen masih melakukan aktivitas metabolisme, tetapi prosesnya tidak sama dengan sebelum dipanen. Untuk mencegah kerusakan fisik ataupun kandungan pada cabai merah, diperlukan pengemasan (plastik). Hal ini didasari oleh teori yang menyatakan bahwa, pengaruh pengemasan dapat menghambat berkembangnya mikroorganisme dan perubahan bahan kimia (Santika, 2004). Sistem pascapanen hanyalah bertujuan untuk mempertahankan mutu produk yang dipanen (kenampakan, tekstur, cita rasa, nilai nutrisi dan keamanannya) dan memperpanjang masa simpan dan masa pasar (Utama,2006). Permasalahan susut bobot dan berkurangnya kandungan vitamin C cabai merah besar pascapanen terus meningkat. Pasar luar negeri dan pasar modern (supermarket, hypermarket, hotel dan restoran) menuntut adanya sayuran segar fresh cut (siap masak) yang mempunyai kualitas yang baik yaitu penampilan baik, relatif tahan lama dan tidak cepat layu selama penyimpanan baik dalam bentuk sayuran segar maupun dalam bentuk fresh cut. Kualitas tersebut hanya mungkin dipenuhi dengan adanya penanganan pascapanen yang baik termasuk usaha melakukan upaya untuk dapat memperpanjang tingkat kesegaran.

5 Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di atas adalah dengan melakukan Edible coating. Edible coating adalah teknik pengawetan buah dan sayuran. Edible coating digunakan untuk mengurangi terjadinya kehilangan kelembaban, memperbaiki penampilan, berperan sebagai barrier yang baik (bersifat selective permeable) untuk pertukaran gas dari produk ke lingkungan atau sebaliknya, serta memiliki fungsi sebagai antifungal dan antimikroba (Krochta, 1994). Selain untuk memperpanjang umur simpan, coating atau pelapisan (selaput) banyak digunakan karena tidak membahayakan kesehatan manusia, dapat dimakan serta mudah diuraikan alam (biodegradable). Edible coating dapat juga diberi warna dan flavor seperti yang diinginkan. Beberapa edible coating komersial Jepang tersedia dalam berbagai warna dan juga diperkaya dengan vitamin serta zat-zat gizi lainnya untuk melakukan perbaikan gizi tanpa merusak kebutuhan produk pangan (Rimadianti, 2007). Valverde (2005) juga menyatakan bahwa Pengaplikasian edible coating yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pembuatan edible coating yang berasal dari gel tanaman Aloe vera. Aplikasi gel Aloe vera sebagai edible coating telah dicoba sebelumnya pada buah anggur dengan menggunakan gel Aloe vera yang dilarutkan dengan sejumlah air. Nabi Muhammad SAW bersabda: Tahukah kamu, apakah ini? Ummu Salamah berkata, Ya, itu lidah buaya Nabi Muhammad SAW bersabda, Lidah buaya (sabir) mencerahkan (memutihkan) wajah. Jangan menerapkannya (pada wajah) selama siang hari. Jangan gunakan lidah buaya kecuali di malam hari, (HR. Abu Dawud). Hadist tersebut menjelaskan bahwa lidah buaya bermanfaat untuk mencerahkan wajah dengan cara melapisi wajah. Melapisi wajah dilakukan untuk

6 melindungi wajah dari lingkungan luar. Dengan adanya lapisan yang melindungi wajah ini berarti dapat menjaga wajah pada keadaan yang normal sehingga dapat diartikan pula lidah buaya juga mampu melindungi suatu objek dari lingkungan luar agar tetap dalam kondisi baik dengan cara pelapisan. Teknik pelapisan disebut juga edible coating. Edible coating ini merupakan teknik pelapisan untuk mempertahankan suatu kualitas buah atau sayuran. Oleh karena itu, gel lidah buaya digunakan untuk bahan edible coating pada cabai merah besar. Gel Aloe vera berpotensi untuk diaplikasikan dalam teknologi edible coating, Gel Aloe vera mudah diperoleh di dataran rendah. Gel tersebut terdiri dari polisakarida yang mengandung banyak komponen fungsional yang mampu menghambat proses respirasi pascapanen produk pangan segar. Polisakarida dan lignin yang terkandung dalam lidah buaya dapat menahan hilangnya cairan dari permukaan kulit, sehingga dapat mengurangi laju senescence (kelayuan/keriput), laju respirasi, dan mempertahankan kesegaran buah (Mardiana,2008). Selain itu, gel Aloe vera juga mampu menjaga kelembaban dengan cara mengontrol kehilangan air dan pertukaran komponen-komponen larut air (Dweck dan Reynolds, 1999). Penelitian Mardiana (2008) menyatakan bahwa penelitian edible coating menggunakan gel lidah buaya dan lama pencelupan 1 menit, 5 menit, dan 10 menit menunjukkan bahwa perlakuan dengan lama pencelupan 5 menit merupakan perlakuan yang terbaik. Hasil penelitian Valverde (2005) juga membuktikan bahwa gel Aloe vera sebagai edible coating dapat menahan laju respirasi dan beberapa perubahan fisiologis akibat proses pematangan pada buah anggur selama penyimpanan. Berdasarkan penelitian Valverde, edible coating

7 lidah buaya bersifat higroskopis sehingga mampu menjaga kelembaban dinding sel buah. Umur simpan buah anggur tersebut akan bertambah ± 4 hari jika disimpan pada suhu 20 C. Menurut penelitian Kismaryanti (2007) aplikasi gel lidah buaya sebagai edible coating pada pengawetan tomat segar dapat menghambat penurunan mutu tomat akibat proses pematangan yang cepat setelah panen. Penyimpanan pada suhu ruang mampu memperpanjang umur simpan tomat hingga 3 hari. Hasil uji pendahuluan yang dilakukan membuktikan bahwa gel lidah buaya (Aloe vera L.) sebagai Edible Coating berpengaruh terhadap susut bobot, kandungan vitamin C pada Cabai Merah Besar (Capsicum annum L.). namun, dari hasil uji pendahuluan mengenai lama penyimpanan untuk perlakuan cabai merah besar menggunakan gel lidah buaya hanya mampu menambah umur simpan hingga 5 hari. Oleh karena itu dibutuhkan aplikasi gel lidah buaya untuk menambah kemampuan umur simpan lebih lama pada cabai merah besar. Menurut Lestari (2008) menyatakan bahwa aplikasi terbaik untuk aplikasi edible coating gel lidah buaya (Aloe vera L.) pada kualitas buah stroberi adalah gel lidah buaya (Aloe vera L.) dengan penambahan gliserol 1% dan pektin 1%. Pektin bersifat stabilicizer yang merupakan polisakarida komplek yang dapat mempertebal edible coating serta dapat menambah kekentalan larutan sehingga dapat memperkuat lapisan dan memperkuat gel. Gliserol bersifat plasticizer yang merupakan alkohol polihidrat yang efektif digunakan sebagai pelapis yang dapat mengurangi ikatan hydrogen internal pada ikatan intermolekular sehingga melunakkan struktur coating, meningkatkan kualitas biopolymer dan memperbaiki sifat mekanik coating (Permatasari,1999).

8 Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian yang berjudul Pengaruh Penambahan Pektin dan Gliserol Pada Gel Lidah Buaya (Aloe vera L.) Dan Lama Pencelupan sebagai Edible Coating terhadap Kualitas Cabai Merah Besar (Capsicum Annum L.) ini penting untuk dilaksanakan. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1.2.1 Apakah ada pengaruh penambahan pectin dan gliserol pada gel lidah buaya (Aloe vera) sebagai edible coating terhadap kualitas cabai merah besar (Capsicum annuum)? 1.2.2 Apakah ada pengaruh lama pencelupan terhadap kualitas cabai merah besar (Capsicum annuum)? 1.2.3 Apakah ada pengaruh interaksi penambahan pectin dan gliserol pada gel lidah buaya (Aloe vera) dan lama pencelupan sebagai edible coating terhadap kualitas cabai merah besar (Capsicum annuum)? 1.3 Tujuan Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh penambahan pectin dan gliserol pada gel lidah buaya (Aloe vera) sebagai edible coating terhadap kualitas cabai merah besar (Capsicum annuum) 1.3.2 Untuk mengetahui pengaruh lama pencelupan terhadap kualitas cabai merah besar (Capsicum annuum)

9 1.3.3 Untuk mengetahui pengaruh interaksi penambahan pectin dan gliserol pada gel lidah buaya (Aloe vera) dan lama pencelupan sebagai edible coating terhadap kualitas cabai merah besar (Capsicum annuum). 1.4 Hipotesis Memperhatikan rumusan masalah dan kerangka pemikiran, peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1.4.1 Terdapat pengaruh penambahan pectin dan gliserol pada gel lidah buaya (Aloe vera) sebagai edible coating terhadap kualitas pada cabai merah besar (Capsicum annuum) 1.4.2 Terdapat pengaruh lama pencelupan terhadap kualitas cabai merah besar (Capsicum annuum) 1.4.3 Terdapat pengaruh penambahan pectin dan gliserol pada gel lidah buaya (Aloe vera) dan lama pencelupan sebagai edible coating terhadap kualitas cabai merah besar (Capsicum annuum). 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.5.1 Pembuatan edible coating dari gel lidah buaya (Aloe vera) 1.5.2 Gel lidah buaya (Aloe vera) terbuat dari pelepah daun lidah buaya. 1.5.3 Mengunakan perlakuan gel lidah buaya (Aloe vera) dan edible coating gel lidah buaya (Aloe vera) dengan penambahan gliserol 1% dan pektin 1% 1.5.4 Lama pencelupan 1menit,5 menit, dan 10 menit

10 1.5.5 Mengamati susut bobot, kandungan vitamin C, tekstur buah, dan perubahan warna pada cabai merah besar (Capsicum annuum). 1.5.6 Cabai merah besar yang diguanakan untuk perlakuan yakni cabai merah besar yang tidak cacat fisik, segar, dan memiliki tingkat kematangan yang sama. 1.5.7 Cabai merah besar yang digunakan untuk perlakuan yaitu pada Umur ke-0 pascapanen 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini hasil penelitian ini diharapkandapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.6.1 Secara konseptual, hasil penelitian diharapkan memberikan dukungan terhadap konsep dan teori yang berkaitan dengan gel lidah buaya (Aloe vera) sebagai edible coating dan lama pencelupan terhadap kualitas cabai merah besar (Capsicum annuum). 1.6.2 Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi sumber reverensi bagi penelitian penulisan skripsi selanjutnya. Secara praktis, hasil penelitin diharapkan dapat memberikan masukan kepada mahasiswa untuk dijadikan alternatif penelitian.