Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai

dokumen-dokumen yang mirip
Penggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara

Penentuan Tinggi Orthometrik Gunung Semeru Berdasarkan Data Survei GPS dan Model Geoid EGM 1996

PENGGUNAAN EGM2008, EGM1996 DAN GPS-LEVELING UNTUK TINGGI UNDULASI GEOID DI SULAWESI

Pengamatan Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode Kinematik

PENGGUNAAN EGM2008, EGM1996 DAN GPS-LEVELING UNTUK TINGGI UNDULASI GEOID DI SULAWESI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

sensing, GIS (Geographic Information System) dan olahraga rekreasi

GEODESI FISIS Isna Uswatun Khasanah

Membandingkan Hasil Pengukuran Beda Tinggi dari Hasil Survei GPS dan Sipat Datar

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Gambaran ellipsoid, geoid dan permukaan topografi.

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84?

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

PENENTUAN MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL YANG OPTIMAL UNTUK PERHITUNGAN GEOID SUMATERA

Pemetaan Undulasi Kota Medan Menggunakan Hasil Pengukuran Tinggi Tahun 2010

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

Studi Anomali Gayaberat Free Air di Kota Surabaya

Jurnal Geodesi Undip April 2015

Datum dan Ellipsoida Referensi

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

Pertemuan 3. Penentuan posisi titik horizontal dan vertikal

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari buah

PENENTUAN MODEL GEOID LOKAL DELTA MAHAKAM BESERTA ANALISIS

ANALISIS TINGGI VERTIKAL SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN FASILITAS VITAL DAN PENANGGULANGAN BANJIR

BAB 3 PEMANTAUAN PENURUNAN MUKA TANAH DENGAN METODE SURVEY GPS

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Kuswondo ( )

PEMODELAN GEOID DARI DATA SATELIT GRACE

BAB III KOREKSI PASUT UNTUK MENUJU SURVEI BATIMETRIK REAL TIME

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2013 /2001 TENTANG SISTEM REFERENSI GEOSPASIAL INDONESIA 2013

ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

Gambar 1.1b Area Delta Mahakam

BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI

Sistem Geodetik Global 1984 (WGS 1984 ) Dalam Menentukan Nilai Gravitasi Normal (G n )

SURVEI HIDROGRAFI PENGUKURAN DETAIL SITUASI DAN GARIS PANTAI. Oleh: Andri Oktriansyah

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS. 4.1 Nilai undulasi geoid dari koefisien geopotensial UTCSR

DESAIN SEBARAN TITIK KERANGKA DASAR PEMETAAN DETAIL SITUASI KAMPUS UPI BANDUNG. Oleh: Jupri *), Dede Sugandi **), Nanin T. Sugito ***) Abtrak

EVALUASI TITIK KONTROL TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DENGAN METODE PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL BENCH MARK (BM)

BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL. 3.1 Data yang Digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Perbedaan Perhitungan Arah Kiblat pada Bidang Spheroid dan Ellipsoid dengan Menggunakan Data Koordinat GPS

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

BAB II DASAR TEORI. Berikut beberapa pengertian dan hal-hal yang berkaitan dengan pasut laut [Djunarsjah, 2005]:

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2013

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

Studi Penurunan Tanah Kota Surabaya Menggunakan Global Positioning System

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

BAB II DASAR TEORI II.1 Sistem referensi koordinat

Home : tedyagungc.wordpress.com

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini uraian dari masing-masing sub bab. I.1. Latar Belakang

VALIDASI GEOID EGM2008 DI JAWA DAN SUMATRA DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER MEAN DYNAMIC TOPOGRAPHY (MDT) PADA GEOID GEOMETRIS

BAB I PENDAHULUAN I.1.

DESAI SEBARA TITIK KERA GKA DASAR PEMETAA DETAIL SITUASI KAMPUS UPI BA DU G. Abtrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit altimetri pertama kali diperkenalkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA)

EVALUASI KETINGGIAN BANGUNAN DALAM RANGKA UPAYA MENJAGA ZONA KKOP BANDARA JUANDA. (Studi Kasus : Masjid Ar-Ridlo Sedati Sidoarjo)

BAB II Studi Potensi Gempa Bumi dengan GPS

Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill

PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

Jurnal Geodesi Undip April 2015

BAB III METODE PENGUKURAN

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

SURVEYING (CIV 104) PERTEMUAN 2 : SISTEM SATUAN, ARAH DAN MENENTUKAN POSISI DALAM SURVEYING

P E N G U K U R A N S I P A T D A T A R

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA Oleh : Winardi & Abdullah S.

PERBANDINGAN AKURASI PREDIKSI PASANG SURUT ANTARA METODE ADMIRALTY DAN METODE LEAST SQUARE

Abstrak PENDAHULUAN.

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE

Geodesi Fisis. Minggu II,III : Review Medan Gayaberat Bumi Metode Pengukuran Gayaberat. Isna Uswatun Khasanah

REKONSTRUKSI/RESTORASI REKONSTRUKSI/RESTORASI. Minggu 9: TAHAPAN ANALISIS CITRA. 1. Rekonstruksi (Destripe) SLC (Scan Line Corrector) off

Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square

PRINSIP PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN I.1.

B A B IV HASIL DAN ANALISIS

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc

BAB II DASAR TEORI 2.1 Populasi Penduduk 2.2 Basis Data

ASPEK-ASPEK GEODETIK DALAM HUKUM LAUT

Bab II TEORI DASAR. Suatu batas daerah dikatakan jelas dan tegas jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR

STUDI EVALUASI METODE PENGUKURAN STABILITAS CANDI BOROBUDUR DAN BUKIT

ANALISA PENENTUAN POSISI HORISONTAL DI LAUT DENGAN MAPSOUNDER DAN AQUAMAP

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

OPTIMASI JARING PADA PENGUKURAN ORDE-3 MENGGUNAKAN PERATAAN PARAMETER

PENERAPAN NAVSTAR GPS UNTUK PEMETAAN TOPOGRAFI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis Terhadap Penentuan Datum, Titik Dasar dan Garis Pangkal

UNIVERSITAS INDONESIA APLIKASI DATA GAYABERAT UNTUK PEMETAAN GEOID DENGAN METODE REMOVE-RESTORE DI WILAYAH SELAT SUNDA DAN SEKITARNYA SKRIPSI

Studi Kinerja Perangkat Lunak Starpoint untuk Pengolahan Baseline GPS Irwan Gumilar, Brian Bramanto, dan Teguh P. Sidiq

By. Y. Morsa Said RAMBE

Jaring kontrol vertikal dengan metode sipatdatar

COASTLINE MODELLING IN SEMARANG USING SHUTTLE RADAR TOPOGRAPHY MISSION (SRTM) AND COASTAL MAP OF INDONESIA (LPI)

Transkripsi:

Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai STUDI PENENTUAN TINGGI ORTHOMETRIK MENGGUNAKAN METODE GPS HEIGHTING (STUDI KASUS: KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN BANDARA ABDURAHMAN SALEH MALANG) Silvester Sari Sai Dosen Teknik Geodesi FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Penentuan komponen tinggi orthometrik (H) merupakan salah satu permasalahan penting dalam bidang survei dan pemetaan. Tinggi orthometrik dinyatakan dalam suatu datum, yaitu geoid. Penentuan tinggi orthometrik dengan tingkat ketelitian yang baik merupakan hal yang cukup sulit untuk dilakukan, mengingat perlu dilakukan penentuan nilai potensial gaya berat dari semua titik di atas permukaan bumi. Metode penentuan tinggi dan beda tinggi orthometrik dengan metode GPS (Global Positioning System) atau disebut juga GPS Heighting merupakan salah satu alternatif untuk kepentingan tersebut. Penentuan tinggi dan beda tinggi orthometrik dengan metode GPS dapat dilakukan karena metode GPS dapat menentukan tinggi ellipsoid (h) dengan ketelitian yang baik. Selanjutnya, data tinggi ellipsoid dapat digunakan untuk menghitung tinggi orthometrik menggunakan nilai undulasi geoid (N). EGM2008 merupakan model medan gaya berat dengan resolusi sangat tinggi yang disusun oleh koefisien-koefisien harmonik bola yang lengkap dengan nilai derajat dan orde sebesar 2159 dan memiliki nilai koefisien tambahan derajat sebesar 2190 dan orde 2159. Metode penentuan tinggi dan beda tinggi orthometrik dengan GPS digunakan dalam menentukan titik referensi untuk kepentingan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandara Abdurahman Saleh Malang. Hasil pengujian terhadap enam titik kontrol menunjukkan deviasi untuk nilai beda tinggi berada pada rentang 0.003m 0.624m dan untuk nilai tinggi orthometrik berada pada rentang 0.389m 1.841m. Kata Kunci: Tinggi Orthometrik, GPS Heighting. PENDAHULUAN Salah satu permasalahan penting dalam bidang survei dan pemetaan adalah penentuan nilai komponen Tinggi Orthometrik (H). Penentuan tinggi orthometrik pada bidang geodesi selalu mengacu pada datum tinggi sebagai bidang level atau permukaan tinggi, yaitu geoid. Geoid merupakan bidang fisis dari representatif bentuk bumi yang dinyatakan sebagai bidang 51

Spectra Nomor 15 Volume VIII Januari 2010: 51-62 equipotensial. Bidang equipotensial merupakan bidang permukaan dimana titik-titik yang membentuk permukaaan tersebut memiliki nilai potensial gaya berat yang sama. Untuk keperluan praktis, pada umumnya geoid dianggap berhimpit dengan muka air laut rata-rata (mean sea level = MSL). Penenetuan tinggi orthometrik dengan kualitas akurasi dan presisi yang baik dapat dilakukan dengan metode leveling menggunakan peralatan waterpass teliti. Pengukuran tersebut disertai dengan penentuan nilai potensial gaya berat menggunakan survei gravimetrik sebagai koreksi. Penentuan nilai komponen tinggi menggunakan data potensial gaya berat yang ditentukan dengan data nilai geopotensial gaya berat dan nilai rata-rata gaya berat sepanjang garis gaya berat (plumb line). Ketelitian nilai komponen tinggi dengan metode tersebut berada pada level 0.7 mm/km atau sekitar 1 cm/100 km (Marti. U, et al., 2008). Penentuan tinggi orthometrik dengan metode waterpass teliti dengan koreksi nilai potensial gaya berat memiliki biaya operasional yang tinggi serta cakupan operasional yang dibatasi oleh kondisi lapangan. Untuk mengatasi hal tersebut, sebuah metode lainnya dapat dipakai sebagai alternatif penentuan posisi tinggi orthometrik. Metode alternatif tersebut adalah metode penentuan tinggi (H) atau beda tinggi (ΔH) orthometrik menggunakan data pengamatan GPS (Global Positioning System) atau disebut juga metode GPS Heighting. Metode GPS merupakan metode penentuan posisi menggunakan Satelit GPS yang dapat memberikan nilai komponen horisontal (L, B/E, N/, X, Y) dan nilai komponen tinggi yang dinyatakan sebagai tinggi diatas bidang elliposoid (h). Metode penentuan tinggi atau beda tinggi dengan menggunakan metode GPS pada prinsipnya adalah menggunakan data komponen tinggi ellipsoid (h) dan nilai undulasi geoid (N) untuk menentukan tinggi orthometrik (H). Problem ketersedian data nilai gaya berat yang teliti di wilayah Indonesia menyebabkan penentuan komponen tinggi orthometrik ini sukar untuk dilaksanakan. Walaupun penentuan komponen tinggi ellipsoid cukup teliti, namun tidak tersedianya nilai undulasi geoid yang teliti juga memberikan pengaruh terhadap penentuan tinggi orthometrik dengan metode GPS. Untuk mengatasi hal tersebut, pada saat ini dapat digunakan nilai undulasi geoid global seperti halnya EGM (Earth Gravity Model ) 2008. Penelitian ini mengkaji penentuan tinggi orthometrik menggunakan metode GPS untuk menentukan tinggi orthometrik titik kontrol BM13,BM13, BM14, BM19, Bm24, BM36, BM37, BM38, dan BM39 yang terletak Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandara Abdurahman Saleh Malang menggunakan data Undulasi Geoid EGM 2008. Nilai tinggi orthometrik dari titik-titik tersebut di atas selanjutnya dibandingkan dengan nilai tinggi orthometrik yang diperoleh dari pengukuran menggunakan waterpass dan total station. Hasil pengukuran beda tinggi (ΔH) dari metode waterpass dan total station tersebut selanjutnya diikatkan dengan tinggi titik geodesi TTG-1294 untuk menghitung tinggi orthometrik 52

Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai (H) dari titik-titik KKOP tersebut di atas. Selanjutnya, nilai tinggi orthometrik yang diperoleh dari kedua metode tersebut diatas digunakan dalam kerangka validasi tingkat akurasi dari metode GPS Heighting yang digunakan. PENENTUAN TINGGI ORTHOMETRIK Penentuan Tinggi dan Beda Tinggi Dengan GPS Heighting Ketinggian titik yang diberikan oleh GPS adalah ketinggian titik di atas permukaan ellipsoid, yaitu ellipsoid WGS (World Geodetic System) 1984 (Abidin, 2001). Tinggi ellipsoid (h) tersebut tidak sama dengan tinggi orthometrik (H) yang umum digunakan untuk keperluan praktis sehari-hari yang biasanya diperoleh dari pengukuran sipat datar (levelling). Tinggi orthometrik suatu titik adalah tinggi titik tersebut di atas geoid yang diukur sepanjang garis gaya berat yang melalui titik tersebut; sedangkan tinggi ellipsoid suatu titik adalah tinggi titik tersebut di atas ellipsoid yang dihitung sepanjang garis normal ellipsoid yang melalui titik tersebut, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Komponen tinggi orthometrik dan elliposid Geoid adalah salah satu bidang ekuipotensial medan gaya berat bumi. Untuk keperluan praktis, pada umumnya geoid dianggap berhimpit dengan muka air laut rata-rata (mean sea level = MSL). Geoid adalah bidang referensi untuk menyatakan tinggi orthometrik. Secara matematis, geoid adalah suatu permukaan yang sangat kompleks yang memerlukan sangat banyak parameter untuk merepresentasikannya. Oleh karena itu, untuk merepresentasikan bumi ini secara matematis serta untuk perhitunganperhitungan yang matematis pula, pada umumnya menggunakan suatu ellipsoid referensi dan bukan geoid. Ellipsoid referensi dan geoid umumnya tidak berhimpit, dimana dalam hal ini ketinggian geoid terhadap ellipsoid dinamakan undulasi geoid. 53

Spectra Nomor 15 Volume VIII Januari 2010: 51-62 Untuk dapat mentransformasi tinggi ellipsoid hasil ukuran GPS ke tinggi orthometrik, maka diperlukan undulasi geoid di titik yang bersangkutan. Geometri dari rumus untuk transformasi tersebut ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Hubungan tinggi orthometrik dan tinggi ellipsoid Ketelitian dari tinggi othometrik yang diperoleh akan bergantung pada ketelitian dari tinggi GPS serta undulasi geoid. Perlu dicatat di sini bahwa penentuan undulasi geoid secara teliti (orde ketelitian cm) bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Disamping diperlukan data gaya berat yang detil, juga diperlukan data ketinggian topografi permukaan bumi serta data densitas material di bawah permukaan bumi yang cukup. Untuk mendapatkan hasil yang relatif teliti, transformasi tinggi GPS ke tinggi orthometrik pada umumnya dilakukan secara diferensial, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Karena dh dapat ditentukan lebih teliti dibandingkan h (Abidin, 2000) dan dn dapat ditentukan lebih teliti dibandingkan N, maka dapat diharapkan bahwa dh yang diperoleh akan lebih teliti pula. Gambar 3. Penentuan tinggi orthometrik secara diferensial 54

Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai Earth Gravity Model (EGM) 2008 EMG (Earth Gravity Model) 2008 merupakan model medan gaya berat dengan resolusi sangat tinggi. EGM2008 diadakan oleh National Geospatial Intelligence Agency (NGA) yang dipublikasikan pada musim semi tahun 2008 (Pavlis et al, 2008). Model gaya berat ini disusun oleh koefisienkoefisien harmonik bola yang lengkap dengan nilai derajat dan orde sebesar 2159 dan memiliki nilai koefisien tambahan derajat sebesar 2190. Nilai undulasi geoid Model EGM 2008 dengan resolusi grid 2.5 seperti terlihat pada Gambar 4. Gambar 4. Nilai undulasi geoid Model EGM 2008 dengan resolusi grid 2.5 Komponen tinggi orthometrik suatu titik ditentukan berdasarkan persamaan koefisien elevasi ( yang diperoleh dari normalisasi penuh harmonik bola, yaitu: Y nm ( θ, λ) = P n m cosmλ ( θ ) sin mλ m 0 m < 0 dimana merupakan posisi lintang dan bujur geosentrik di atas permukaan datum ellipsoid WGS984 dan (n,m) merupakan derajad dan orde dari model. merupakan fungsi legendre yang yang dinormalisasi penuh. Beberapa penelitian untuk mengkaji kualitas dari EGM 2008 terkait dengan akurasi dan presisi nilai undulasi geoid (N). Sebuah komisi kerja khusus dibentuk yang terdiri atas Komisi 2 The International Association of Geodesy (IAG) dan The International Gravity Field Service (IGFS) untuk 55

Spectra Nomor 15 Volume VIII Januari 2010: 51-62 mengkaji kualitas dari EGM 2008 (http://users.auth.gr/~kotsaki/iag_jwg/ IAG_JWG.html). Beberapa penelitian lainnya dlakukan untuk mengkaji kualitas EGM 2008 dengan membandingkan nilai tinggi orthometrik yang diperoleh dari EGM 2008 terhadap nilai tinggi yang diperoleh dari metode GPS atau disebut juga GPS levelling. Metode kajian lainnya dilakukan dengan melihat perubahan permukaan topografi laut (sea surface topography) yang diperoleh dari perbedaan antara permukaan rata-rata laut dengan geoid dari EGM 2008 (Gruber.T,2008). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa EGM 2008 meberikan nilai deviasi yang kecil dan stabil dibandingkan dengan beberapa model gaya berat lainnya. Pengujian nilai komponen tinggi yang diperoleh dari metode GPS dan leveling secara global memberikan nilai deviasi standar sebesar maksimum 13 cm (Pavlis,NK.et al., 2008). METODE PENENTUAN POSISI TITIK KONTROL KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (KKOP) BANDARA ABDURAHMAN SALEH MALANG Metode Survei GPS Kegiatan survei GPS dilaksanakan pada pada akhir tahun 2009 menggunakan alat GPS Leica Geodetik Dual Frequency (L1 dan L2) Seri 300 sebanyak 2 unit. Penentuan koordinat dari masing-masing titik dilakukan dengan metode radial. referensi yang digunakan adalah titik BM14 yang berlokasi di Desa Jabung. Koordinat hasil pengolahan data survei GPS seperti terlihat pada tabel berikut ini. Tabel 1. Koordinat Geodetik Datum WGS-84 Hasil Survei GPS KKOP Nama Lintang Error (1 δ) Bujur Error (1 δ) h Error (1 δ) BM13 7 54'21.00476"S 0.005m 112 42'22.46124"E 0.005m 540.129m 0.027 BM14 7 55'36.34220"S 0.000m 112 43'15.08510"E 0.000m 562.983m 0.005 BM24 7 57'41.20187"S 0.005m 112 43'15.87909"E 0.005m 514.136m 0.005 BM36 7 56'17.61228"S 0.004m 112 42'43.08255"E 0.005m 548.956m 0.005 BM37 7 54'48.75183"S 0.004m 112 42'40.71893"E 0.005m 553.979m 0.006 BM38 7 56'46.07313"S 0.004m 112 43'14.57620"E 0.004m 547.687m 0.005 BM39 7 55'48.50523"S 0.005m 112 41'53.70742"E 0.005m 545.867m 0.008 Metode Survei Waterpas dan Total Station Untuk menentukan tinggi orthometrik dari titik kontrol KKOP BM13, BM14, BM24, BM36, BM37, BM38, dan BM39 dilakukan penentuan beda tinggi (ΔH) dengan menggunakan peralatan waterpass dan total station. 56

Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai Jalur pengukuran untuk menentukan beda tinggi dan tinggi dari titik-titik kontrol KKOP seperti terlihat pada gambar berikut ini. TTG 1294 BM13 BM37 BM39 BM14 BM36 BM38 BM24 Gambar 5. Jalur pengukuran beda tinggi menggunaan waterpass dan total station Seperti terlihat pada Gambar 5 tinggi orthometrik titik-titik KKOP dihitung menggunakan tinggi orthometrik TTG 1294. Koordinat dari titik tinggi TTG 1294 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2. Tinggi Orthometrik Referensi TTG 1294 No Nama Koordinat Geodetik Tinggi Orthometrik 1 TTG 1294 7 53'47.0"S 112 39'55 "E 486.249m Selanjutnya menggunakan nilai pengukuran beda tinggi antara titik TTG 1294 dan BM13 (ΔH TTG1294-BM13 ) dihitung nilai tinggi orthometrik BM13 (H BM13 ). Nilai tinggi orthometrik BM13 selanjutnya digunakan sebagai referensi dalam menentukan tinggi orthometrik titik-titik kontrol KKOP lainnya. Hasil pengukuran beda tinggi dan nilai tinggi orthometrik dari masing-masing titik kontrol KKOP tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. 57

Spectra Nomor 15 Volume VIII Januari 2010: 51-62 Tabel 3. Hasil pengukuran beda tinggi dan nilai tinggi orthometrik titik kontrol KKOP No Awal Akhir Beda Tinggi Tinggi Akhir Metode Survei 1 TTG 1294 BM13 21.131m 507.380m Waterpass 2 BM13 BM37 14.215m 521.595m Total Station 3 BM13 BM14 22.188m 529.568m Total Station 4 BM14 BM38-15.32m 515.648m Total Station 5 BM38 BM36 1.977m 517.625m Total Station 6 BM36 BM39 2.607m 515.018m Total Station 7 BM14 BM24-49.164m 481.804m Total Station Metode Penentuan Tinggi Orthometrik Kontrol KKOP Tinggi orthometrik titik-titik kontrol BM14, BM19, BM24, BM36, BM37, BM38, dan BM39 ditentukan dengan menggunakan metode penentuan tinggi orthometrik dengan metode GPS Heighting. Nilai beda tinggi dan tinggi orthometrik ditetapkan secara diferensial sebagaimana diuraikan pada Gambar 3. Nilai undulasi geoid (N) diperoleh dari EGM 2008 yang diperoleh dari perhitungan menggunakan Altrans EGM 2008 Calculator 1.00 dengan ukuran grid 10 x10. Selanjutnya, nilai tinggi orthometrik dari titik-titik kontrol KKOP tersebut dihitung dengan menggunakan persamaan seperti terlihat pada Gambar 3. Hasil perhitungan beda tinggi dan tinggi orthometrik dari titik-titik kontrol KKOP seperti terlihat pada tabel-tabel berikut ini. Tabel 4. Hasil perhitungan beda tinggi dengan metode GPS Heighting titik-titik kontrol KKOP No Awal Akhir Beda Tinggi Elipsoid (Δh) Beda Undulasi Geoid (ΔN) Beda Tinggi Estimasi Error 1 BM13 BM37 13.85m -0.389m 13.826m 0.284 2 BM13 BM14 22.854m 0.624m 22.812m 0.284 3 BM14 BM38-15.296m -0.773m -15.317m 0.283 4 BM14 BM24 1.269m -1.434m 1.316m 0.283 5 BM38 BM36-3.089m -1.841m -3.014m 0.283 6 BM36 BM39-48.847m -0.49m -48.878m 0.283 No Awal Tabel 5. Hasil perhitungan tinggi orthometrik dengan metode GPS Heighting titik-titik kontrol KKOP Akhir Beda Tinggi Elipsoid (Δh) Beda Undulasi Geoid (ΔN) Tinggi Orhometrik Akhir Estimasi Error 1 BM13 BM37 13.85m -0.389m 521.595m 0.284m 2 BM13 BM14 22.854m 0.624m 529.568m 0.284m 3 BM14 BM38-15.296m -0.773m 515.648m 0.401m 4 BM14 BM24 1.269m -1.434m 517.625m 0.491m 5 BM38 BM36-3.089m -1.841m 515.018m 0.567m 6 BM36 BM39-48.847m -0.49m 481.804m 0.401m 58

Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai Ketelitian yang dinyatakan sebagai nilai estimasi error dari nila beda tinggi dan tinggi orthometrik masing-masing titik dihitung dengan menggunakan dalil perambatan kesalahan (error propagation). Besarnya kesalahan yang diperhitungkan adalah nilai standar deviasi dari undulasi geoid EGM 2008. Nilai standar deviasi dari komponen undulasi geoid berada pada level centimeter (http://earthinfo.nga.mil/gandg/wgs84/ gravitymod/egm2008/egm08_error.html). Nilai standar deviasi komponen tinggi ellipsoid (h) masing-masing titik seperti terlihat pada Tabel 1. Ketelitian tinggi orthometrik dari titik TTG 1294 diasumsikan berada pada level millimeter karena ditentukan dengan survei waterpass teliti. Dengan asumsi tidak adanya korelasi dari data beda tinggi ellipsoid dan beda nilai undulasi geoid, maka dapat dihitung nilai standar deviasi sebagaimana pada Tabel 4. Analisis Nilai Tinggi Orthometrik Kontrol KKOP Untuk mengetahui akurasi nilai tinggi orthometrik titik-titik KKOP hasil survei GPS dengan metode GPS Heighting dilakukan analisis perbandingan nilai tinggi dan beda tinggi dari hasil survei GPS dengan hasil survei waterpass dan total station. Dalam melakukan analisis nilai tinggi orthometrik dan beda tinggi hasil survei waterpass dan total station diasumsikan merupakan nilai yang benar. Analisis Perbandingan Nilai Beda Tinggi Survei total station dilaksanakan untuk menentukan nilai beda tinggi dari titik-titik kontrol KKOP seperti terlihat pada Gambar 5. Jalur penentuan nilai beda tinggi dilakukan untuk tiap jalur seperti yang terlihat pada Gambar 5. Nilai beda tinggi dari tiap jalur pengukuran yang dihasilkan dari survei total station diasumsikan sebagai nilai yang benar. Nilai tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai beda tinggi yang diperoleh dari survei GPS menggunakan persamaan seperti terlihat pada Gambar 3. Selisih nilai beda tinggi dari kedua metode tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 6. Selisih nilai beda tinggi titik-titik kontrol KKOP hasil perhitungan beda tinggi dengan metode GPS Heighting dengan nilai beda tinggi hasil survei dan total station No Awal Akhir Beda Tinggi Survei Total Station Beda Tinggi Survei GPS Selisih Nilai Beda Tinggi True Error (E) Selisih Nilai Estimasi Error dan True Error 1 BM13 BM37 14.215m 13.826m 0.389m 0.105 2 BM13 BM14 22.188m 22.812m -0.624m 0.340 3 BM14 BM38-15.32m -15.317m -0.003m -0.280 4 BM14 BM24 1.977m 1.316m 0.661m 0.378 5 BM38 BM36 2.607m -3.014m -0.407m 0.124 6 BM36 BM39-49.164m -48.878m -0.286m -0.569 59

Spectra Nomor 15 Volume VIII Januari 2010: 51-62 Selisih nilai beda tinggi dari kedua metode tersebut menunjukkan selisih pada rentang 0.003 m 0.624 m. Jika dibandingkan dengan selisih nilai estimasi error pada Tabel 4 dan true error menunjukkan perbedaan pada rentang 0.105 m 0.569 m. Selisih terbesar pada jalur BM36-BM39 dan yang terkecil pada jalur BM13-BM17. Rentang selisih nilai error mengkaraterisasi adanya pengaruh ketelitian nilai undulasi geoid (N), dimana ketelitian nilai undulasi yang digunakan adalah sebesar 20 cm. Jika diperhitungkan nilai ketelitian dari penentuan beda tinggi dengan survei total station berada pada level centimeter, maka nilai selisih estimasi error masih memiliki perbedaan pada level desimeter. Analisis Perbandingan Nilai Tinggi Orthometrik Nilai tinggi orthometrik titik-titik kontrol KKOP ditentukan dengan menggunakan data beda tinggi dan nilai tinggi orthometrik dari titik BM13 yang ditetapkan nilai tinggi orthometriknya dari titik TTG 1294. Tabel berikut menunjukkan selisih nilai tinggi orthometris antara kedua metode tersebut. Tabel 7. Selisih nilai tinggi orthometrik titik-titik kontrol KKOP hasil perhitungan tinggi orthometrik dengan metode GPS Heighting dengan nilai tinggi orthometrik hasil survei waterpas dan total station No Nama Orthometrik Survei Total Station Orthometrik Survei GPS Selisih Nilai Tinggi (True Error) Selisih Nilai Estimasi Error dan True Error 1 BM37 521.595m 521.206m -0.389m 0.105m 2 BM14 529.568m 530.192m 0.624m 0.340m 3 BM38 515.648m 514.875m -0.773m 0.372m 4 BM24 517.625m 516.191m -1.434m 0.943m 5 BM36 515.018m 513.177m -1.841m 1.274m 6 BM39 481.804m 481.314m -0.49m 0.089m Selisih nilai tinggi orthometrik dari kedua metode berada pada rentang 0.389 m 1.841 m. Jika dibandingkan dengan selisih antara nilai estimasi error penentuan tinggi orthometrik pada Tabel 5 dan nilai true error menunjukkan selisih pada rentang 0.089 m 1.274 m. Selisih nilai terbesar pada titik BM36 dan yang terkecil pada titik BM39. Rentang selisih nilai tinggi dan error tersebut mengkarakterisasi adanya pengaruh nilai ketelitian nilai undulasi geoid (N) dan nilai tinggi orthometrik titik TTG 1294 dalam perhitungan estimasi error dengan dalil perambatan kesalahan. Perlu dicatat bahwa ketelitian nilai undulasi yang digunakan adalah sebesar 20 cm dan ketelitian nilai TTG 1294 tidak ikut dalam perhitungan karena diasumsikan berada pada level milimeter. Jika diperhitungkan nilai ketelitian dari penentuan beda tinggi dengan survei total station berada pada level centimeter, maka nilai selisih estimasi error masih memiliki perbedaan pada level desimeter, bahkan meter. Perlu dicatat juga, bahwa nilai tinggi 60

Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai orthometrik yang diperoleh dari metode GPS Heighting dipengaruhi oleh ketelitian tinggi orthometrik titik acuan yang digunakan. Pengaruh ketelitian tinggi orthometrik titik acuan dapat dilihat dari perbedaan yang ada antara nilai beda tinggi dan nilai tinggi seperti terlihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. Jika nilai tinggi orthometrik dari tiap titik diperloeh menggunakan nilai beda tinggi, maka selisih nilai tinggi seharusnya berada pada rentang yang sama dengan selisih rentang nilai beda tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Akurasi penentuan tinggi orthometrik dengan metode GPS Heigting dipengaruhi oleh data undulasi geoid (N) dan nilai di atas ellipsoid (h) serta nilai tinggi orthometrik (H) titik tinggi acuan. 2. Hasil penentuan beda tinggi titik-titik kontrol pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandara Abdurahman Saleh Malang memiliki rentang akurasi 0.003 m 0.624 m; sedang hasil penentuan tinggi titik-titik kontrol KKOP memiliki rentang akurasi 0.389 m 1.841 m. 3. Metode GPS Heighting dapat digunakan untuk alternatif penentuan tinggi orthometrik dengan ketelitian yang tidak terlalu tinggi, yaitu berada pada level beberapa desimeter untuk lokasi yang dikaji. 4. Tingkat akurasi dari penentuan tinggi orthometrik dengan metode survei GPS Heighting dapat ditingkatkan apabila diketahui nilai undulasi geoid dan nilai tinggi orthometrik titik acuan yang lebih teliti berada pada level centimeter atau millimeter mengingat bahwa nilai tinggi ellipsoid sudah dapat ditentukan pada level centimeter dengan survei GPS. Saran Mengingat keterbatasan data dan metode yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan beberapa penelitian lanjutan sebagaimana diuraikan dalam saran sebagai berikut: 1. Perlu dilakukan kajian lanjutan dengan menggunakan data undulasi geoid dari model EGM 2008 dengan grid yang lebih kecil dari 10 x10. 2. Perlu dilakukan kajian lanjutan dengan mempertimbangkan ketelitian dari titik orthometrik acuan khususnya menyangkut pembaharuan data tinggi dari Tinggi Geodesi (TTG). 61

Spectra Nomor 15 Volume VIII Januari 2010: 51-62 3. Perlu dilakukan kajian mengenai korelasi antara nilai undulasi geoid untuk jarak titik yang berdekatan terhadap estimasi nilai error beda tinggi dan tinggi orthometrik. 4. Perlu dilakukan kajian lanjutan untuk model penentuan tinggi orthometrik dengan metode penentuan beda tinggi dengan bentuk jaring tertutup. DAFTAR PUSTAKA Abidin, H.Z., Andreas, H., Maulana, D., Hendrasto, M., Gamal, M., Suganda, O.K. 2004. Penentuan Tinggi Orthometrik Gunung Semeru Berdasarkan Data Survei GPS dan Model Geoid EGM 1996. Proceding. ITB Sains & Teknologi. Vol. 36 A No. 2. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Gruber, T. 2008. Evaluation of the EGM2008 Gravity Field by Means of GPS- Levelling and Sea Surface Topography Solutions. Germany: Institute of Astronomical and Physical Geodesy Technical University Munich. e-mail: Thomas.Gruber@bv.tu-muenchen.de Lestariya, AW., Ramdani, D. 2006. Analisis Komparatif Penentuan Tinggi Dengan GPS dan Sipat Datar. Jurnal Ilmiah Geomatika. Vol. 12 No 1. Marti, U., Schlatter, A., and Brockmann, E. 2008. Combining Levelling with GPS Measurements and Geoid Information. Federal Office of Topography. Seftigenstrasse 264. CH-3084 Wabern. Switzerland. Pavlis, N.K., Holmes, S.A., Kenyon, S.C., Factor, J.K. 2008. An Earth Gravitational Model to Degree 2160: EGM2008. Presented to EGU-2008. April 2008. Austria: Vienna. http://earth-info.nga.mil/gandg/wgs84/gravitymod/egm2008/index.html. 62