PEMODELAN GEOID DARI DATA SATELIT GRACE
|
|
- Fanny Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMODELAN GEOID DARI DATA SATELIT GRACE STUDI KASUS : WILAYAH INDONESIA ABDULLAH SUSANTO PEMBIMBING : DR. Ir. M. TAUFIK EKO YULI HANDOKO
2 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Geoid memiliki peranan penting dalam kajian ilmu Geodesi, khususnya Geodesi Fisik. Untuk keperluan penentuan geoid, diperlukan data gaya berat di seluruh permukaan bumi. Dalam ruang lingkup regional, kendala yang ditemui untuk menentukan geoid di wilayah Indoenesia adalah kurang tersedianya data gaya berat. Menurut Prijatna [1998], untuk mendapatkan geoid teliti di Indonesia selain diperlukan data gaya berat yang teliti dan rapat. Diperlukan juga teknik penentuan geoid yang lebih tepat dan sesuai dengan kondisi wilayah kepulauan. Selanjutnya, menurut Prijatna [2008], penentuan geoid Indonesia saat ini hendaknya memanfaatkan data dari satelit GRACE (Gravity Recovery and Climat Experiment) yang datanya dapat digunakan hingga beberapa tahun ke depan. Data dari satelit GRACE dapat mendeteksi variasi densitas massa bumi terhadap undulasi geoid dengan menggunakan data koefisien geopotensial bola harmonik.
3 PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH Bagaimana mendapatkan model geoid di wilayah Indonesia dari data satelit GRACE
4 PENDAHULUAN BATASAN MASALAH Pemodelan geoid untuk wilayah Indonesia dengan koordinat geografis 6 LU 11 LS dan 95 BT 141 BT. Data yang digunakan adalah data satelit GRACE Level-2 Release 04 dari institusi GFZ (Nmax=120) tahun , kecuali Januari 2004 dan Desember Data pembanding adalah undulasi geoid model EGM96 dan EGM2008. Analisa variabilitas undulasi geoid terhadap aktifitas seismik di Indonesia.
5 PENDAHULUAN TUJUAN Mendapatkan model geoid dari data satelit GRACE
6 GEOID Geoid merupakan suatu dasar dari ilmu Geodesi, Oseanografi, dan mempelajari bumi secara fisik (Geophysics). Di Geodesi dan Oseanografi, geoid dianggap sebagai suatu referensi permukaan ketinggian untuk mendeskripsikan topografi daratan dan permukaan laut atau SST (Sea Surface Topography). Sedangkan di Geophysics, geoid digunakan untuk merepresentasikan distribusi massa di bawah permukaan bumi. Untuk aplikasi ketiga bidang tersebut, dibutuhkan geoid dengan ketelitian yang cukup tinggi [Torge, 2001]. Geoid disebut sebagai model bumi yang mendekati sesungguhnya. Selanjutnya geoid didefinisikan sebagai suatu permukaan ekipotensial gaya berat (disebut juga bidang nivo) yang secara global mendekati permukaan laut rata- rata [Kahar, 2008].
7 PEMODELAN GEOID Pemodelan geoid bisa dilakukan dengan 2 cara : 1. Pemetaan gaya berat di permukaan bumi 2. Pemetaan undulasi MODEL GEOID POTENSIAL GAYA BERAT UNDULASI
8 PEMODELAN UNDULASI GEOID Undulasi geoid dapat ditentukan dengan menggunakan integral Stokes dan deret bola harmonik. Undulasi geoid yang ditentukan dengan deret bola harmonik dinyatakan berdasarkan rumus deret bola harmonik dan menggunakan koefisien geopotensial sebagai data. Persamaan undulasi geoid dalam bentuk deret bola harmonik : N GM rγ ( ϕ, λ) 1 + C cos + sin ( sin ) nm mλ S nm mλ Pnm ϕ a r = n n n= 2 m= 0
9 SATELIT GRACE GRACE (Gravity Recovery And Climate Experiment) merupakan sistem satelit gravimetri hasil kerjasama antara NASA (National Aeronauticsand Space Administration) di Amerika Serikat dengan DLR (Deutsches Zentrum für Luft-und Raumfahrt) di Jerman. Satelit ini dalam pengamatannya tidak menggunakan pantulan gelombang elektromagnetik, tetapi menggunakan pengukuran jarak dengan gelombang mikro untuk mendapatkan pengukuran teliti [Andreas, 2006]. Satelit GRACE diluncurkan pada 17 Maret 2002 di Rusia. Satelit ini terdiri dari 2 buah satelit. Tujuan utama dari misi satelit GRACE ini yaitu untuk menyediakan informasi yang cukup akurat dari model gaya berat bumi untuk jangka waktu proyek selama 5 tahun.
10 SATELIT GRACE Teknik dari GRACE ini yaitu mendeteksi perubahan gaya berat bumi dengan cara memonitor perubahan jarak yang terjadi antara pasangan 2 satelit pada orbitnya. Kedua satelit ini saling melaju pada jalur orbit dengan jarak antara kedua satelit sekitar 220 km. kedua satelit ini terkoneksi oleh K-band microwave link untuk menghitung perbedaan jaraknya secara pasti dan seberapa besar perubahannya dengan akurasi lebih baik dari 1 µm/s. Satelit GRACE Data Level-2 Koefisien Geopotensial
11 KESALAHAN DATA SATELIT GRACE Akurasi pengukuran GRACE dipengaruhi oleh beberapa kesalahan, terdiri dari kesalahan system noise (gangguan perambatan) dan kesalahan orbit [Wahr et al., 1998]. Kesalahan system noise berasal dari kesalahan pengukuran gelombang mikro pada satellite-to-satellite, kesalahan accelerometer dan kesalahan pada ultrasable oscillator (komponen satelit GRACE). Pengaruh dari kesalahan ini dapat dihitung dan digunakan untuk mendapatkan formulasi baru atau koreksi terkait dengan akurasi data GRACE. Pada derajat tinggi koefisien bola harmonik (dengan komponen panjang gelombang pendek) dipengaruhi oleh kesalahan yang berhubungan dengan jalur orbit satelit GRACE (near polar) [Wahr et al., 1998; Chen et al., 2005]. Kesalahan ini mencerminkan kelemahan satelit GRACE. Untuk mereduksi tampilan garis- garis pada hasil model, biasanya dilakukan perataan secara spasial atau smoothing.
12 METODOLOGI LOKASI PENELITIAN wilayah Indonesia yang terletak di posisi geografis LU LS, dan BT ' 00 BT Gambar : Wilayah Indonesia
13 D a ta L e v e l-2 K o e fis ie n G e o p o te n s ia l P e m ilih a n D a ta In p u t P a ra m e te r P e rh itu n g a n U n d u la s i U n d u la s i G e o id (F o rm a t B in e r ) K o n v e rs i D a ta F o rm a t B in e r - M a trik U n d u la s i G e o id (F o rm a t M a trik ) P e m o d e la n U n d u la s i C ro p p in g A re a M o d e l U n d u la s i G e o id In d o n e s ia P e rb a n d in g a n M o d e l U n d u la s i G e o id D a ta U n d u la s i E G M 9 6 d a n E G M P e m o d e la n U n d u la s i C ro p p in g A re a M o d e l U n d u la s i G e o id In d o n e s ia D I A G R A M A L I R P E N G O L H A N M E T O D O L I G I A n a lis a
14 HASIL DAN ANALISA PEMODELAN UNDULASI GEOID Undulasi geoid dimodelkan terhadap beberapa nilai derajat maksimum dengan variasi nilai meliputi 30, 60, 90, dan 120 dalam satuan meter.
15 HASIL DAN ANALISA PEMODELAN PERUBAHAN UNDULASI GEOID Modelan perubahan atau selisih undulasi geoid dilakukan dengan formulasi pengurangan nilai undulasi geoid antara dua bulan yang saling berurutan dalam satuan meter.
16 HASIL DAN ANALISA HASIL PEMODELAN DENGAN Nmax=30 Model Undulasi Geoid Januari 2008 (Nmax=30) Selisih Undulasi Geoid Januari Pebruari 2008 (Nmax=30)
17 HASIL DAN ANALISA HASIL PEMODELAN DENGAN Nmax=60 Model Undulasi Geoid Januari 2008 (Nmax=60) Selisih Undulasi Geoid Januari Pebruari 2008 (Nmax=60)
18 HASIL DAN ANALISA HASIL PEMODELAN DENGAN Nmax=90 Model Undulasi Geoid Januari 2008 (Nmax=90) Selisih Undulasi Geoid Januari Pebruari 2008 (Nmax=90)
19 HASIL DAN ANALISA HASIL PEMODELAN DENGAN Nmax=120 Model Undulasi Geoid Januari 2008 (Nmax=120) Selisih Undulasi Geoid Januari Pebruari 2008 (Nmax=120)
20 HASIL DAN ANALISA ANALISA MODEL GEOID DI INDONESIA Undulasi di wilayah Indonesia sangat variatif. Nilai positif secara dominan terdapat di wilayah Indonesia bagian tengah sampai ke timur. Dapat dikatakan bahwa permukaan geoid pada daerah tersebut terletak di atas ellipsoid referensi. Sedangkan nilai negatif dominan terdapat di wilayah Indonesia bagian barat tepatnya di daerah Pulau Sumatera Samudera Hindia. Nilai undulasi geoid negatif menyatakan bahwa permukaan geoid pada daerah tersebut terletak di bawah permukaan ellipsoid referensi. Undulasi bernilai nol menjelaskan bahwa pada daerah tersebut permukaan geoid dan ellipsoid referensi berimpit. Yang mana nilai potensial dari kedua permukaan (geoid dan ellipsoid) adalah sama.
21 HASIL DAN ANALISA ANALISA MODEL GEOID DI INDONESIA Pada bulan Nopember 2009, pada derajat 120 nilai maksimum adalah 83,7504 meter di daerah Papua. Sedangkan nilai minimum adalah - 105,9858 meter di daerah Samudera Hindia. Untuk derajat 30, nilai maksimum adalah 79,1921 meter dan nilai minimum adalah -104,2627 meter pada lokasi yang sama.
22 HASIL DAN ANALISA ANALISA PERUBAHAN UNDULASI GEOID Titik 1 terletak di Indonesia Barat (Samudera Hindia). Pada tanggal 26 Desember 2004, terjadi gempa berskala 9,1 SR (U.S. Geological Survey). Titik 2 terletak di laut selatan Pulau Jawa (Pangandaran). Pada tanggal 17 Juli 2006 terjadi gempa berskala 7,6 SR (U.S. Geological Survey). Persebaran Titik Sampling Titik 3 terletak di Samudera Pasifik (utara Papua). Pada tanggal 3 Januari 2009 terjadi gempa berkekuatan 7,6 SR.
23 HASIL DAN ANALISA TITIK 1, SAMUDERA HINDIA Perubahan undulasi terbesar Nmax=30 terjadi pada bulan Oktober Nmax=60 terjadi pada Juni Nmax=90 terjadi pada bulan Januari Nmax=120 terjadi pada bulan Juli Variasi Nilai Perubahan Undulasi Geoid Di Indonesia Barat (Samudera Hindia) Tahun Pada selang waktu tahun , perubahan rata- rata terbesar Nmax=30 terjadi pada tahun 2004 dan Nmax=60 terjadi pada tahun Nmax=90 terjadi pada tahun Nmax=120 terjadi pada tahun Diagram Perbandingan Nilai Rata- Rata Perubahan Undulasi Di Indonesia Barat (Samudera Hindia) Tahun Kejadian gempa bulan Desember 2004 tidak berdampak besar pada perubahan undulasi geoid. Perubahan terbesar tidak terjadi pada sekitar waktu kejadian gempa. Tetapi, nilai rata- rata tiap tahun menunjukkan perubahan terbesar terjadi pada tahun kejadian.
24 HASIL DAN ANALISA TITIK 2, LAUT SELATAN P. JAWA - PANGANDARAN Perubahan undulasi terbesar Nmax=30 terjadi pada bulan Oktober Nmax=60 terjadi pada Oktober Nmax=90 terjadi pada bulan Nopember Nmax=120 terjadi pada bulan Oktober Variasi Nilai Perubahan Undulasi Geoid Di Laut Selatan Pulau Jawa, Pangandaran Tahun Pada selang waktu tahun , perubahan rata- rata terbesar Nmax=30 terjadi pada tahun Nmax=60 terjadi pada tahun Nmax=90 terjadi pada tahun Nmax=120 terjadi pada tahun Diagram Perbandingan Nilai Rata- Rata Perubahan Undulasi Di Laut Selatan Pulau Jawa, Pangandaran Tahun Kejadian gempa bulan Juli 2006 tidak berdampak besar terhadap perubahan nilai undulasi geoid. Perubahan terbesar tidak terjadi pada sekitar waktu kejadian gempa.
25 HASIL DAN ANALISA TITIK 3, MANOKWARI - PAPUA Perubahan undulasi terbesar Nmax=30 terjadi pada bulan Maret Nmax=60 terjadi pada Desember Nmax=90 terjadi pada bulan Nopember Nmax=120 terjadi pada bulan Juli Variasi Nilai Perubahan Undulasi Geoid Di Manokwari, Papua Tahun Pada selang waktu tahun , perubahan rata- rata terbesar Nmax=30 terjadi pada tahun Nmax=60 terjadi pada tahun Nmax=90 terjadi pada tahun Nmax=120 terjadi pada tahun Diagram Perbandingan Nilai Rata- Rata Perubahan Undulasi Di Manokwari, Papua Tahun Kejadian gempa bulan Januari 2009 tidak berdampak besar terhadap perubahan nilai undulasi geoid. Perubahan terbesar tidak terjadi pada sekitar waktu kejadian gempa.
26 HASIL DAN ANALISA ANALISA PERUBAHAN UNDULASI GEOID Analisa Perubahan Undulasi Geoid Dari Movie Model Tahun Peta Tapal Lempeng Di Indonesia Aktifitas seismik merupakan salah satu faktor terjadinya perubahan undulasi geoid pada pemodelan geoid
27 HASIL DAN ANALISA ANALISA PENGGUNAAN Nmax PADA HASIL MODEL Terdapat perbedaan hasil model undulasi geoid secara visual. Terdapat perbedaan nilai undulasi dan perubahan undulasi geoid pada derajat maksimum (Nmax) yang berbeda pada titik dan waktu yang sama. Semakin besar derajat maksimum, maka semakin besar pula nilai perubahan undulasi pada titik yang sama. Pola variasi nilai undulasi geoid pada setiap nilai derajat maksimum juga berbeda.
28 HASIL DAN ANALISA ANALISA PENGGUNAAN Nmax PADA HASIL MODEL Perbandingan Undulation Geoid High Error (Sumber : GFZ-Potsdam) Untuk satelit GRACE, semakin besar nilai derajat bola harmonik maka kesalahannya juga semakin besar sampai batas derajat maksimum 150.
29 HASIL DAN ANALISA ANALISA PENGGUNAAN Nmax PADA HASIL MODEL Nmax = 30 Nmax = 120 Efek kesalahan bisa terlihat ketika nilai undulasi geoid diselisihkan atau pada model perubahan geoid. Dimana hasil model perubahan undulasi geoid masih terlihat memanjang secara vertikal dari arah utara ke selatan. Pola tersebut sama dengan pola orbit satelit GRACE.
30 HASIL DAN ANALISA PERBANDINGAN HASIL MODEL HASIL PEMODELAN MODEL EGM96 & EGM2008 EGM96 (Nmax=360) & EGM 2008 (Nmax=2190) merupakan suatu model gaya berat yang mana sumber data dari model EGM2008 meliputi : data dari satelit GRACE, Altimetri, dan Gaya Berat. Data EGM96 diambil dari aplikasi bahasa Fortran dari NGA. Data EGM2008 diambil dari Alltrans EGM2008 yang mampu menyediakan data undulasi geoid terhadap koordinat geografis (φ, λ, N) dan aplikasi bahasa Fortran dari NGA.
31 HASIL PEMODELAN MODEL EGM96 MODEL EGM2008
32 HASIL DAN ANALISA PERBANDINGAN HASIL MODEL Tabel Perbandingan Nilai Undulasi Geoid (Meter) Hasil Pemodelan Bulan April 2008 Dengan Model EGM96 dan EGM 2008 Lokasi Nmax=30 Nmax=60 Nmax=90 Nmax=120 EGM 2008 EGM96 Samudera Hindia Nias Pangandaran Padang Manukwari matlab fortran alltrans matlab fortran
33 PENUTUP KESIMPULAN Undulasi geoid di wilayah Indonesia sangat bervariasi. Pada bulan Nopember 2009, pada derajat 120 nilai maksimum adalah 83,7504 meter di daerah Papua. Sedangkan nilai minimum adalah -105,9858 meter di daerah Samudera Hindia. Sedangkan untuk derajat 30, nilai maksimum adalah 79,1921 meter dan nilai minimum adalah -104,2627 meter pada lokasi yang sama. Variasi hasil pemodelan terlihat dari penggunaan nilai derajat maksimum yang berbeda pada proses perhitungan undulasi geoid. Semakin tinggi derajat maksimum yang digunakan, semakin tinggi pula kesalahan yang ditimbulkan. Pemodelan geoid dari data satelit GRACE dengan metode ini belum bisa mendeteksi variabilitas undulasi geoid karena faktor gempa tektonik di wilayah Indonesia, khususnya perubahan secara bulanan (monthly variability). Aktifitas seismik merupakan salah satu faktor terjadinya perubahan undulasi geoid pada model geoid.
34 PENUTUP SARAN Untuk menghilangkan efek kesalahan, hendaknya dilakukan filtering dari hasil pemodelan, khususnya pada model perubahan undulasi geoid. Untuk ketelitian dan validasi pemodelan geoid, lebih lanjut studi geoid dilakukan dengan perbandingan Institusi SDS (Science Data System) atau dengan pemanfaatan aplikasi satelit gravimetri lainnya. Pengembangan aplikasi misi satelit GRACE untuk keperluan praktis lainnya.
35 DAFTAR PUSTAKA Arumsari, M.E Pemanfaatan Filter Gauss Untuk Studi Spasio-Temporal Geoid Dari Data Satelit GRACE. ITB. Bandung. Andreas, H., Satelit Gravimetry, <URL : Dikunjungi pada tanggal 30 Oktober 2006, jam Anjasmara, I.M., Temporal Variability of the Earth s Gravity Field Observed by GRACE. Surveying/Mapping Project 690. Postgraduate Diploma. Chen, J. l., C. R. Wilson, J. S. Famiglietti, and M. Rodell Spatial sensitivity of the Gravity Recovery and Climate Experiment (GRACE) time-variable gravity observations. Journal of Geophysical Research 110:B Kahar, J Geodesi. Bandung : ITB. Prijatna, K A Strategy for Geoid Determination in the Indonesian Archipelago. DEOS Progress Letter (Ed.: R. Klees), No. 9.1, Delft Univ. Press. Prijatna, K Komunikasi Pribadi. Wahr, John, Mery Moleenar, dan Frank Bryan Time Variability of the Earth s Gravity Field : Hydrological and Oceanic Effects and Their Possible Dtection Using GRACE. Jurnal of Geophysical Research, 10 Desember, Vol. 103, No. B12, Wolfgang Torge Geodesy, Walter de Gruyter, New York, Berlin. Dikunjungi pada tanggal 24 Desember 2009, pukul Dikunjungi pada tanggal 5 Maret 2010, pukul Dikunjungi pada tanggal 8 Maret 2010, pukul Dikunjungi pada tanggal 19 Mei 2010, pukul
36 TERIMA KASIH
BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Gambaran ellipsoid, geoid dan permukaan topografi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Geodesi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk dan ukuran bumi, termasuk penentuan medan gaya berat bumi beserta variasi temporalnya. Salah satu representasi
Lebih terperinciBAB III SATELIT GRACE DAN VARIASI TEMPORAL GEOID. 3.1 Satelit GRACE (Gravity Recovery and Climate Experiment).
BAB III SATELIT GRACE DAN VARIASI TEMPORAL GEOID 3.1 Satelit GRACE (Gravity Recovery and Climate Experiment). Satelit GRACE (Gravity Recovery And Climate Experiment), adalah sistem satelit gravimetri hasil
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS. 4.1 Nilai undulasi geoid dari koefisien geopotensial UTCSR
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS 4.1 Nilai undulasi geoid dari koefisien geopotensial UTCSR Undulasi geoid dalam tugas akhir ini dihitung menggunakan program aplikasi berbahasa FORTRAN, yang dikembangkan
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2015
PEMODELAN GEOID INDONESIA DENGAN DATA SATELIT GOCE Maylani Daraputri, Yudo Prasetyo, Bambang Darmo Yuwono *) Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik, Unversitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit altimetri pertama kali diperkenalkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit altimetri pertama kali diperkenalkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) pada tahun 1973. Saat ini, satelit altimetri mempunyai
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip April 2015
PEMODELAN GEOID LOKAL KOTA SEMARANG BERDASARKAN MODEL GEOPOTENSIAL GLOBALGRACE Risa Ayu Miftahul Rizky, Bambang Darmo Yuwono, Muhammad Awaluddin Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geodesi merupakan ilmu yang mempelajari pengukuran bentuk dan ukuran bumi termasuk medan gayaberat bumi. Bentuk bumi tidak teratur menyebabkan penentuan bentuk dan
Lebih terperinciOrthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai
Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai STUDI PENENTUAN TINGGI ORTHOMETRIK MENGGUNAKAN METODE GPS HEIGHTING (STUDI KASUS: KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN BANDARA ABDURAHMAN
Lebih terperinciPENENTUAN MODEL GEOID LOKAL DELTA MAHAKAM BESERTA ANALISIS
BAB III PENENTUAN MODEL GEOID LOKAL DELTA MAHAKAM BESERTA ANALISIS 3.1 Penentuan Model Geoid Lokal Delta Mahakam Untuk wilayah Delta Mahakam metode penentuan undulasi geoid yang sesuai adalah metode kombinasi
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Perubahan vertikal muka air laut secara periodik pada sembarang tempat di pesisir atau di lautan merupakan fenomena alam yang dapat dikuantifikasi. Fenomena tersebut
Lebih terperinciGEODESI FISIS Isna Uswatun Khasanah
GEODESI FISIS Isna Uswatun Khasanah Infromasi Personal Isna Uswatun Khasanah ST., M.Eng S1 Teknik Geodesi UGM S2 Teknik Geomatika UGM Email : ikhasanah31@gmail.com Hp : 085310591597 / 085729210368 Outline
Lebih terperinciBAB 3 PENGOLAHAN DATA
BAB 3 PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengumpulan Data Sebagaimana tercantum dalam diagram alir penelitian (Gambar 1.4), penelitian ini menggunakan data waveform Jason-2 sebagai data pokok dan citra Google Earth Pulau
Lebih terperinciGambar 1.1b Area Delta Mahakam
BAB I PENDAHLAN ntuk keperluan rekayasa di wilayah kerja TOTAL E&P INDONESIE dengan luas area 60 km x 90 km di daerah Delta Mahakam, Kalimantan Timur, diperlukan titik-titik yang tinggi ortometriknya diketahui.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut merupakan massa air yang menutupi sebagian besar dari permukaan Bumi dan memiliki karakteristik fisik yang bersifat dinamis. Karakteristik fisik laut yang bersifat
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Pengukuran Satelit Altimetri =( )/2 (2.1)
BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Pengukuran Satelit Altimetri Pengukuran pada satelit altimetri adalah pengukuran jarak dari altimeter satelit ke permukaan laut. Pengukuran jarak dilakukan dengan memanfaatkan
Lebih terperinciPenggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara
Penggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara Reza Mohammad Ganjar Gani, Didin Hadian, R Cundapratiwa Koesoemadinata Abstrak Jaring Kontrol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gempa bumi merupakan bencana alam yang berdampak pada area dengan cakupan luas, baik dari aspek ekonomi maupun sosial. Pada beberapa tahun terakhir, banyak peneliti
Lebih terperinciPEMODELAN POLA ARUS LAUT PERMUKAAN DI PERAIRAN INDONESIA MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1
PEMODELAN POLA ARUS LAUT PERMUKAAN DI PERAIRAN INDONESIA MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1 RAHMA WIDYASTUTI(3506 100 005) TEKNIK GEOMATIKA ITS - SURABAYA Pembimbing : Eko Yuli Handoko,ST.MT Ir.
Lebih terperinciSATELIT ALTIMETRI DAN APLIKASINYA DALAM BIDANG KELAUTAN
SATELIT ALTIMETRI DAN APLIKASINYA DALAM BIDANG KELAUTAN Eko Yuli Handoko Program Studi Teknik Geodesi, FTSP-ITS ekoyh@geodesy.its.ac.id Abstrak Satelit altimetri merupakan suatu teknologi penginderaan
Lebih terperinciSTUDI PASANG SURUT DI PERAIRAN INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1
STUDI PASANG SURUT DI PERAIRAN INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1 Lukman Raharjanto 3508100050 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA,DESS JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA
Lebih terperinciLampiran 1. Karakteristik satelit MODIS.
LAMPIRAN Lampiran 1. Karakteristik satelit MODIS. Pada tanggal 18 Desember 1999, NASA (National Aeronautica and Space Administration) meluncurkan Earth Observing System (EOS) Terra satellite untuk mengamati,
Lebih terperinciAnalisis Perubahan Anomali Gayaberat Sebelum dan Sesudah Gempa Bumi Padang 2016 Mw 7,8 Menggunakan Citra Satelit GRACE
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun 2017 Analisis Perubahan Anomali Gayaberat Sebelum dan Sesudah Gempa Bumi Padang 2016 Mw 7,8 Menggunakan Citra Satelit GRACE Analysis of Gravity Anomaly Change
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan antara lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Australia dan lempeng Pasifik merupakan jenis lempeng samudera dan bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukkan lempeng tersebut mengakibatkan negara
Lebih terperinciSTUDI SEA LEVEL RISE (SLR) MENGGUNAKAN DATA MULTI SATELIT ALTIMETRI K. SAHA ASWINA D., EKO YULI HANDOKO, M. TAUFIK
STUDI SEA LEVEL RISE (SLR) MENGGUNAKAN K. SAHA ASWINA D., EKO YULI HANDOKO, M. TAUFIK Program Studi Teknik Geomatika FTSP - ITS Sukolilo, Surabaya Email : sahaaswina@yahoo.com Abstrak Pemantauan dan pemahaman
Lebih terperinciANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR
ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR Aswin 1*), Gunawan Ibrahim 1, Mahmud Yusuf 2 1 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Tangerang Selatan 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki laut yang lebih luas daripada daratan, untuk itu pengetahuan mengenai kelautan menjadi sangat penting
Lebih terperinciStudi Anomali Gayaberat Free Air di Kota Surabaya
Studi Anomali Gayaberat Free Air di Kota Surabaya Enira Suryaningsih dan Ira Mutiara Anjasmara Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Satelit Altimetri
BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Konsep Dasar Satelit Altimetri Satelit altimetri adalah wahana untuk mengukur ketinggian suatu titik terhadap referensi tertentu. Satelit altimetri terdiri atas tiga komponen utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang antara 95 o BT 141 o BT dan 6 o LU 11 o LS (Bakosurtanal, 2007) dengan luas wilayah yang
Lebih terperinciSEA SURFACE VARIABILITY OF INDONESIAN SEAS FROM SATELLITE ALTIMETRY
SEA SURFACE VARIABILITY OF INDONESIAN SEAS FROM SATELLITE ALTIMETRY Eko Yuli Handoko 1) & K. Saha Aswina 1) 1) Teknik Geomatika, FTSP-ITS Abstract Indonesia, which is an archipelago, has nearly 17,000
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Curah hujan merupakan salah satu parameter atmosfer yang sulit untuk diprediksi karena mempunyai keragaman tinggi baik secara ruang maupun waktu. Demikian halnya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara dimana terdapat pertemuan 3 lempeng tektonik utama bumi. Lempeng tersebut meliputi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari buah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 buah pulau (Kahar, dkk., 1994). Indonesia setidaknya memiliki lima buah pulau besar yaitu Pulau
Lebih terperinciPEMETAAN BATHYMETRIC LAUT INDONESIA
PEMETAAN BATHYMETRIC LAUT INDONESIA By : I PUTU PRIA DHARMA APRILIA TARMAN ZAINUDDIN ERNIS LUKMAN ARIF ROHMAN YUDITH OCTORA SARI ARIF MIRZA Content : Latar Belakang Tujuan Kondisi Geografis Indonesia Metode
Lebih terperinciPemetaan Undulasi Kota Medan Menggunakan Hasil Pengukuran Tinggi Tahun 2010
Jurnal Itenas Rekayasa LPPM Itenas 1 Vol. XVII ISSN: 1410-3125 Januari 2013 Pemetaan Undulasi Kota Medan Menggunakan Hasil Pengukuran Tinggi Tahun 2010 Hary Nugroho, Rinaldy Jurusan Teknik Geodesi, Institut
Lebih terperinciTEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).
III. TEORI DASAR 3.1. Metode Gayaberat Metode gayaberat adalah salah satu metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di permukaan bumi, di kapal maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika bentuk dan struktur bumi dijabarkan dalam berbagai teori oleh para ilmuwan, salah satu teori yang berkembang yaitu teori tektonik lempeng. Teori ini
Lebih terperinciSebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu
Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015: 1128-1132 Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu Widya Novia Lestari, Lizalidiawati, Suwarsono,
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2016
PEMODELAN GEOID LOKAL UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Studi Kasus: Universitas Diponegoro Semarang Galih Rakapuri, Bambang Sudarsono, Bambang Darmo Yuwono *) Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geoid adalah bidang ekipotensial gayaberat bumi yang berimpit dengan muka laut rerata (mean sea level / msl) yang tidak terganggu (Vanicek dan Christou, 1994). Geoid
Lebih terperinciANALISA PERUBAHAN GARIS PANTAI AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN TUBAN
ANALISA PERUBAHAN GARIS PANTAI AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN TUBAN Dosen Pembimbing: 1. Suntoyo, ST, M.Eng, Ph.D 2. Dr. Kriyo Sambodho, ST, M.Eng Oleh: Liyani NRP. 4308100040
Lebih terperinciPemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu
364 Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu Rahmad Aperus 1,*, Dwi Pujiastuti 1, Rachmad Billyanto 2 Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara memiliki luas total sebesar 181.860,65 Km² yang terdiri dari luas daratan sebesar 71.680,68 Km² atau 3,73 % dari luas wilayah Republik Indonesia. Secara
Lebih terperinciEvaluasi Pengukuran Angin dan Arus Laut Pada Data Sentinel-1, Data Bmkg, dan Data In-Situ (Studi Kasus: Perairan Tenggara Sumenep)
G153 Evaluasi Pengukuran Angin dan Arus Laut Pada Data Sentinel-1, Data Bmkg, dan Data In-Situ (Studi Kasus: Perairan Tenggara Sumenep) Fristama Abrianto, Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika,
Lebih terperinciStudi Analisa Pergerakan Arus Laut Permukaan Dengan Menggunakan Data Satelit Altimetri Jason-2 Periode (Studi Kasus : Perairan Indonesia)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 Studi Analisa Pergerakan Arus Laut Permukaan Dengan Menggunakan Data Satelit Altimetri Jason-2 Periode 2009-2012 (Studi Kasus
Lebih terperinciPEMODELAN TOPOGRAFI MUKA AIR LAUT (SEA SURFACE TOPOGRAPHY) PERAIRAN INDONESIA DARI DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1 MENGGUNAKAN SOFTWARE BRAT 2.0.
TUGAS AKHIR - PG 1382 PEMODELAN TOPOGRAFI MUKA AIR LAUT (SEA SURFACE TOPOGRAPHY) PERAIRAN INDONESIA DARI DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1 MENGGUNAKAN SOFTWARE BRAT 2.0.0 ARKADIA RHAMO NRP 3505 100 039 Dosen
Lebih terperinciEVALUASI PENGUKURAN ANGIN DAN ARUS LAUT PADA DATA SENTINEL-1, DATA BMKG, DAN DATA IN-SITU (Studi Kasus: Perairan Tenggara Sumenep)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. X, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 EVALUASI PENGUKURAN ANGIN DAN ARUS LAUT PADA DATA SENTINEL-1, DATA BMKG, DAN DATA IN-SITU (Studi Kasus: Perairan Tenggara Sumenep)
Lebih terperinciPEMANFAATAN DATA MULTI SATELIT ALTIMETRI UNTUK KAJIAN KENAIKAN MUKA AIR LAUT PERAIRAN PULAU JAWA DARI TAHUN 1995 s.d 2014
PEMANFAATAN DATA MULTI SATELIT ALTIMETRI UNTUK KAJIAN KENAIKAN MUKA AIR LAUT PERAIRAN PULAU JAWA DARI TAHUN 1995 s.d 2014 Isna Uswatun Khasanah 1*, Leni S. Heliani 2 dan Abdul Basith 2 1 Mahasiswa Pascasarjana
Lebih terperinciPERBANDINGAN AKURASI PREDIKSI PASANG SURUT ANTARA METODE ADMIRALTY DAN METODE LEAST SQUARE
Sidang Tugas Akhir PERBANDINGAN AKURASI PREDIKSI PASANG SURUT ANTARA METODE ADMIRALTY DAN METODE LEAST SQUARE Miftakhul Ulum 350710021 Pendahuluan 2 Latar Belakang Pasut fenomena periodik dapat diprediksi
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2013
PEMBUATAN PETA JALUR PENDAKIAN GUNUNG MERBABU Andriyana Lailissaum¹ ), Ir. Sutomo Kahar, M.si 2), Ir. Haniah 3) Abstrak Mendaki gunung adalah kegiatan yang cukup berbahaya. Tidak sedikit orang yang telah
Lebih terperinci1.2 Tujuan. 1.3 Metodologi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh telah menjadi sarana umum untuk mendapatkan data spasial dengan akurasi yang baik. Data dari penginderaan jauh dihasilkan dalam waktu yang relatif
Lebih terperinciPENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG
Pengaruh Fenomena La-Nina terhadap SPL Feny Arafah PENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG 1) Feny Arafah 1) Dosen Prodi. Teknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciMateri : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) TEKNIS PENGUKURAN DAN PEMETAAN KOTA Surabaya, 9 24 Agustus 2004 Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT
Lebih terperinciGambar 1. Pola sirkulasi arus global. (www.namce8081.wordpress.com)
Arus Geostropik Peristiwa air yang mulai bergerak akibat gradien tekanan, maka pada saat itu pula gaya coriolis mulai bekerja. Pada saat pembelokan mencapai 90 derajat, maka arah gerak partikel akan sejajar
Lebih terperinciPertemuan 3. Penentuan posisi titik horizontal dan vertikal
Pertemuan 3 Penentuan posisi titik horizontal dan vertikal Koordinat 3D Koordinat 3D Koordinat 3D Pernyataan lintang Pernyataan bujur dan Tinggi λ (Bujur) = sudut yang dibentuk antara meridian suatu titik,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Lokasi penelitian adalah Perairan Timur Laut Jawa, selatan Selat Makassar, dan Laut Flores, meliputi batas-batas area dengan koordinat 2-9 LS dan 110-126
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng/kulit bumi aktif yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian utara dan Lempeng Pasifik
Lebih terperinciBAB III PENGOLAHAN DATA DAN HASIL
BAB III PENGOLAHAN DATA DAN HASIL Kualitas hasil sebuah pengolahan data sangat bergantung pada kualitas data ukuran yang terlibat di dalam proses pengolahan data dan strategi dari pengolahan data itu sendiri.
Lebih terperinciBAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA
BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA 3.1 Kebutuhan Peta dan Informasi Tinggi yang Teliti dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang Batubara Seperti yang telah dijelaskan dalam BAB
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP
ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Metode Real Time Point Precise Positioning (RT-PPP) merupakan teknologi
Lebih terperinciBAB II Studi Potensi Gempa Bumi dengan GPS
BAB II Studi Potensi Gempa Bumi dengan GPS 2.1 Definisi Gempa Bumi Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran pada kerak bumi yang terjadi akibat pelepasan energi secara tiba-tiba. Gempa bumi, dalam hal
Lebih terperinciIDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT
IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT Diah Ayu Chumairoh 1, Adi Susilo 1, Dadan Dhani Wardhana 2 1) Jurusan Fisika FMIPA Univ.
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN. (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Koreksi Suhu Koreksi suhu udara antara data MOTIWALI dengan suhu udara sebenarnya (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis tersebut dihasilkan
Lebih terperinciANALISA BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DARI DATA ASTER GDEM TERHADAP DATA BPDAS (STUDI KASUS : SUB DAS BUNGBUNTU DAS TAROKAM)
ANALISA BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DARI DATA ASTER GDEM TERHADAP DATA BPDAS (STUDI KASUS : SUB DAS BUNGBUNTU DAS TAROKAM) Yogyrema Setyanto Putra, Muhammad Taufik Program Studi Teknik Geomatika, Fakultas
Lebih terperinciPrayudha Hartanto, Sella Lestari Nurmaulia, Kosasih Prijatna
Indonesian Journal Of Geospatial Vol. 1, No. 2, 2013, 1-16 1 Steric And Eustatik Effect Contributions To Sea Level Change Based On Altimetry Satellite Argo And Grace Satellite Data Within 1992-2012 Period
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Pemodelan Numerik Respons Benturan Tiga Struktur Akibat Gempa BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini lahan untuk pembangunan gedung yang tersedia semakin lama semakin sedikit sejalan dengan bertambahnya waktu. Untuk itu, pembangunan gedung berlantai banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang letak geografis berada pada 94-141 BT dan 6 LU - 11 LS. Letak geografisnya, menjadikan Indonesia sebagai negara yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Data geomagnet yang dihasilkan dari proses akusisi data di lapangan merupakan data magnetik bumi yang dipengaruhi oleh banyak hal. Setidaknya
Lebih terperinciANALISA ANOMALI GAYABERAT TERHADAP KONDISI TATANAN TEKTONIK ZONA SUBDUKSI SUNDA MEGATHRUST DI SEBELAH BARAT PULAU SUMATERA
Analisa Anomali Gayaberat Terhadap Kondisi Tatanan Tektonik Zona Subduksi Sunda Megathrust di Sebelah Barat Pulau Sumatera ANALISA ANOMALI GAYABERAT TERHADAP KONDISI TATANAN TEKTONIK ZONA SUBDUKSI SUNDA
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Peta lokasi penelitian disajikan pada Lampiran A. Hasil pengolahan data arus polar current rose disajikan pada Lampiran B. Hasil pengolahan data komponen arus setelah
Lebih terperinciGambar 1. Peta Lintasan Siklon Tropis Dahlia ( Sumber :
ANALISIS DAMPAK SIKLON TROPIS DAHLIA TERHADAP KONDISI GELOMBANG SIGNIFIKAN DI PERAIRAN INDONESIA MENGGUNAKAN DATA PENGAMATAN SATELIT ALTIMETRI JASON-2 (STUDI KASUS : 26 NOVEMBER 03 DESEMBER 2017) Rizki
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2013
Analisis Sea Level Rise Menggunakan Data Satelit Altimetri Jason-2 Periode 2008-1012 (Studi Kasus: Laut Utara Jawa dan Laut Selatan Jawa) Yugi Limantara 1) Ir. Bambang Sudarsono, MS 2) Bandi Sasmito, ST.,
Lebih terperincibatuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi merupakan peristiwa bergetarnya bumi karena pergeseran batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik. Pergerakan tiba-tiba
Lebih terperinciI. INFORMASI METEOROLOGI
I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan
Lebih terperinciANALISA FENOMENA SEA LEVEL RISE PADA PERAIRAN INDONESIA MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-2 PERIODE TAHUN
SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA FENOMENA SEA LEVEL RISE PADA PERAIRAN INDONESIA MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-2 PERIODE TAHUN 2009-2012 NUR RAHMAN HARIS ALFIAN NRP 3509 100 021 TEKNIK GEOMATIKA FTSP-ITS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan sebuah fenomena yang dapat dijelaskan sebagai volume air yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa, termasuk genangan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN
KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN 1950-2013 Samodra, S.B. & Chandra, V. R. Diterima tanggal : 15 November 2013 Abstrak Pulau Sumatera dan Pulau Jawa merupakan tempat yang sering
Lebih terperincitektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu wilayah yang sangat aktif kegempaannya. Hal ini disebabkan oleh letak Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama yaitu
Lebih terperinciMODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA AQUA MODIS
MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA Briliana Hendra P, Bangun Muljo Sukojo, Lalu Muhamad Jaelani Teknik Geomatika-ITS, Surabaya, 60111, Indonesia Email : gm0704@geodesy.its.ac.id
Lebih terperinciPENGGUNAAN HIGH TEMPORAL AND SPASIAL IMAGERY DALAM UPAYA PENCARIAN PESAWAT YANG HILANG
PENGGUNAAN HIGH TEMPORAL AND SPASIAL IMAGERY DALAM UPAYA PENCARIAN PESAWAT YANG HILANG Oleh : Yofri Furqani Hakim, ST. Ir. Edwin Hendrayana Kardiman, SE. Budi Santoso Bidang Pemetaan Dasar Kedirgantaraan
Lebih terperinciStudi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit
Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit Mifta Nur Rohmah 1), Dr. Ir. Muhammad Taufik 2) Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas
Lebih terperinciPENENTUAN MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL YANG OPTIMAL UNTUK PERHITUNGAN GEOID SUMATERA
PENENTUAN MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL YANG OPTIMAL UNTUK PERHITUNGAN GEOID SUMATERA Enos 1, Rochman Djaja 2, Dadan Ramdani 3 ABSTRAK Perkembangan teknologi penentuan posisi dengan satelit sampai saat ini,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK DAN VARIABILITAS BULANAN ANGIN PERMUKAAN DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA
MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 2, NOVEMBER 2009: 157-162 KARAKTERISTIK DAN VARIABILITAS BULANAN ANGIN PERMUKAAN DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA Martono Bidang Pemodelan Iklim, Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
7 d) phase spectrum, dengan persamaan matematis: e) coherency, dengan persamaan matematis: f) gain spektrum, dengan persamaan matematis: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Geografis dan Cuaca Kototabang
Lebih terperinciINVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA
Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA Oleh : Gusti Ayu Esty Windhari Dosen Tetap pada Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciSistem Geodetik Global 1984 (WGS 1984 ) Dalam Menentukan Nilai Gravitasi Normal (G n )
Proseding Seminar Geoteknologi Kontribusi Ilmu Kebumian Dalam Pembangunan BerkelanjutanBandung 3 Desember 2007 ISBN : 978-979-799-255-5 Sistem Geodetik Global 1984 (WGS 1984 ) Dalam Menentukan Nilai Gravitasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Hubungan Persebaran Episenter Gempa Dangkal dan Kelurusan Berdasarkan Digital Elevation Model di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta I.2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam. Salah satu bencana paling fenomenal adalah terjadinya gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang melanda
Lebih terperinciHubungan Suhu Muka Laut Perairan Sebelah Barat Sumatera Terhadap Variabilitas Musim Di Wilayah Zona Musim Sumatera Barat
1 Hubungan Suhu Muka Laut Perairan Sebelah Barat Sumatera Terhadap Variabilitas Musim Di Wilayah Zona Musim Sumatera Barat Diyas Dwi Erdinno NPT. 13.10.2291 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika,
Lebih terperinciANALISA NILAI TEC PADA LAPISAN IONOSFER DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGAMATAN GPS DUA FREKUENSI PEMBIMBING EKO YULI HANDOKO, ST, MT
ANALISA NILAI TEC PADA LAPISAN IONOSFER DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGAMATAN GPS DUA FREKUENSI MOCHAMMAD RIZAL 3504 100 045 PEMBIMBING EKO YULI HANDOKO, ST, MT PENDAHULUAN Ionosfer adalah bagian dari lapisan
Lebih terperinciSTUDI PASANG SURUT DI PERAIRAN INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1
STUDI PASANG SURUT DI PERAIRAN INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1 Lukman Raharjanto 1, Bangun Muljo Sukojo 1 Jurusan Teknik Geomatika ITS-Sukolilo, Surabaya 60111 (bangunms@gmail.com
Lebih terperincigelombang tersebut dari pemancar ke penerima yang berdampak pada penurunan kualitas sinyal dalam sistem telekomunikasi (Yeo dkk., 2001).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perambatan gelombang elektromagnetik dalam suatu medium akan mengalami pelemahan energi akibat proses hamburan dan penyerapan oleh partikel di dalam medium tersebut.
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip APRIL 2015
APLIKASI SATELIT ALTIMETRI DALAM PENENTUAN SEA SURFACE TOPOGRAPHY (SST) MENGGUNAKAN DATA JASON-2 PERIODE 2011 (STUDI KASUS : LAUT UTARA JAWA) Alvian Danu Wicaksono, Bambang Darmo Yuwono, Yudo Prasetyo
Lebih terperinciMengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84?
Nama : Muhamad Aidil Fitriyadi NPM : 150210070005 Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84? Jenis proyeksi yang sering di gunakan di Indonesia adalah WGS-84 (World Geodetic System) dan UTM (Universal
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. 1. Abidin, Hasanuddin Z.(2001). Geodesi satelit. Jakarta : Pradnya Paramita.
DAFTAR PUSTAKA 1. Abidin, Hasanuddin Z.(2001). Geodesi satelit. Jakarta : Pradnya Paramita. 2. Abidin, Hasanuddin Z.(2002). Survey Dengan GPS. Cetakan Kedua. Jakarta : Pradnya Paramita. 3. Krakiwsky, E.J.
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial
BAB II DASAR TEORI 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial Dalam konteks aktivitas, ruang lingkup pekerjaan ilmu geodesi umumnya mencakup tahapan pengumpulan data, pengolahan dan manipulasi data,
Lebih terperinciSTUDY ON MERGING MULTI-SENSOR SSTs OVER THE EAST ASIA. Penggabungan multi sensor sst disepanjang Asia timur
STUDY ON MERGING MULTI-SENSOR SSTs OVER THE EAST ASIA Penggabungan multi sensor sst disepanjang Asia timur Abstrak KMA (Korean Meteorology Administrator) sudah menghasilkan SST dari geostasioner dan data
Lebih terperinciPEMODELAN POLA ARUS LAUT PERMUKAAN DI PERAIRAN INDONESIA MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1
PEMODELAN POLA ARUS LAUT PERMUKAAN DI PERAIRAN INDONESIA MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1 Rahma Widyastuti 1, Eko Yuli Handoko 1, dan Suntoyo 2 Teknik Geomatika 1, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Lebih terperinciPENGGUNAAN EGM2008, EGM1996 DAN GPS-LEVELING UNTUK TINGGI UNDULASI GEOID DI SULAWESI
PENGGUNAAN EGM2008, EGM1996 DAN GPS-LEVELING UNTUK TINGGI UNDULASI GEOID DI SULAWESI Dadan Ramdani 1 Abstract GPS is used increasingly and commonly in the last past year in all aspect of live. But the
Lebih terperinci