I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (monoecious) yaitu letak

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

I. PENDAHULUAN. dan jagung. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein 30-50%, lemak

II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk dalam jenis

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah beras yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Ditinjau dari luasannya, maka lahan alang-alang merupakan lahan yang

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain

I. PENDAHULUAN. Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi

TINJAUAN PUSTAKA. menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

1. PENDAHULUAN. yang biasa dilakukan oleh petani. Tujuan kegiatan pengolahan tanah yaitu selain

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah biasanya diperlukan didalam budidaya tanaman dengan

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

1.PENDAHULUAN. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan oleh petani

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

I. PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan pengembangan energi alternatif bioetanol sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk kelas monocotyledone, ordo graminae, familia

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGOLAHAN TANAH BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah dikenal luas oleh masyarakat.

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. air, dan jasad hidup yang secara umum terdiri dari mikroorganisme. Masing masing

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan penting

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar

I. PENDAHULUAN. Biomassa berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peran Olah Tanah dalam Meningkatkan Organisme Tanah

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang penting bagi Indonesia.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu merupakan tanaman semusim dari Divisio Spermathophyta dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ditanam pada lahan tersebut. Perlakuan pengolahan tanah diperlukan dalam

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai

Kelembaban dan Suhu. Kelembaban dan suhu sangat mempengaruhi kadar bahan organik

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

MATA KULIAH: MEKANISASI PERTANIAN OLEH: ZULFIKAR, S.P., M.P

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai dengan bulan Mei

Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : Vol.4, No.3. Desember (22) :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah untuk

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan daribulan Juli sampai dengan Oktober 2012 di daerah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. ORGANISME TANAH UNTUK PENGENDALIAN BAHAN ORGANIK TANAH

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkat produktivitas yang rendah atau tidak produktif sama sekali bagi kegiatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

PEMBAHASAN UMUM. Gambar 52. Hubungan antara nisbah C/N dengan fluks CO 2. Fluks CO2. (mg CO2 kg tanah -1 harī 1 )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

STAF LAB. ILMU TANAMAN

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dengan cara bercocok tanam. Salah satu proses terpenting dalam bercocok tanam adalah pengolahan tanah. Pengolahan tanah secara konvensional dilakukan dengan cara mengolah secara intensif dengan cara membajak atau mencangkul tanah sebelum ditanami dan sisa-sisa dari tanaman sebelumnya disingkirkan. Dalam jangka pendek, olah tanah intensif dapat memperbaiki sifat fisik tanah, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan tanah. Penyebabnya adalah stuktur tanah yang terbentuk secara alami oleh penetrasi akar dan aktifitas fauna tanah menjadi rusak akibat pengolahan tanah yang terlalu sering dilakukan, mempercepat menurunnya kandungan bahan organik akibat aerasi terlalu berlebihan, pengolahan tanah pada waktu penyiangan banyak memutuskan akar tanaman yang dangkal dan meningkatnya kepadatan tanah pada kedalaman 15-25 cm akibat penggunaan alat berat saat pengolahan tanah (Hakim, dkk., 1986). Untuk mengurangi dampak negatif tersebut perlu menerapkan sistem pertanian olah tanah konservasi. Sistem Olah Tanah Konservasi (OTK) adalah suatu sistem persiapan lahan yang bertujuan untuk menyiapkan lahan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimum, dengan tetap memperhatikan konservasi tanah dan air. Pada sistem

2 OTK, tanah diolah seperlunya saja atau bila perlu tidak diolah sama sekali, dan mulsa dari residu tanaman sebelumnya dibiarkan menutupi permukaan lahan minimal 30%. Olah tanah konservasi ( conservation tillage) dapat dalam bentuk olah tanah minimum (OTM), tanpa olah tanah (TOT) dan p emanfaatan mulsa (Utomo, 1990). Olah tanah konservasi di samping memiliki keunggulankeunggulan teknis dan ekonomis, juga menawarkan suatu cara untuk mengurangi emisi GRK serta meningkatkan simpanan karbon (carbon sequestration) di tanah. Hal ini menegaskan bahwa peralihan dari praktik olah tanah konvensional menuju olah tanah konservasi secara meluas akan memberikan sumbangan yang besar dalam peningkatan deposit karbon di dalam tanah, yang secara langsung akan meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi emisi gas CO2 di atmosfer. Hal ini dapat menjadi suatu kontribusi sektor pertanian yang sangat berarti dalam upaya mitigasi resiko dari perubahan iklim akibat pemanasan global (Johanis, 2008). Pengolahan tanah yang tidak tepat selain dapat menimbulkan banyak kerugian tetapi juga dapat mengancam ketahanan pangan nasional akibat penurunan kualitas lahan. Jagung ( Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pengganti tanaman pangan pokok yang cukup berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Angka produksi jagung nasional tahun 2008 sebesar 15,86 juta ton lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2007 yaitu sebesar 13,29 juta ton (Deptan, 2008). Namun angka tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk sebagai pengganti tanaman pangan pokok. Oleh karena itu salah satu usaha untuk meningkatkan angka produksi jagung yaitu dengan cara pengolahan tanah yang tepat agar kualitas lahan dapat tetap terjaga melalui penerapkan sistem olah tanah konservasi (OTK), selain menghemat input produksi, sistem olah tanah konservasi

3 menggunakan mulsa dari residu tanaman sebelumnya. Menurut Utomo (2004), dengan adanya mulsa in situ, aliran permukaan dan erosi tanah dapat ditekan sehingga bahan organik tanah dan kesuburan tanah dapat meningkat. Dengan demikian biota (mikroorganisme) dalam tanah dan produksi tanaman juga akan meningkat. Unsur hara nitrogen merupakan unsur yang paling penting bagi tanaman. Unsur ini dijumpai dalam jumlah besar di bagian yang muda daripada jaringan tua tanaman, terutama berakumulasi pada daun dan biji. Nitrogen merupakan penyusun setiap sel hidup, karenanya terdapat pada seluruh bagian tanaman. Unsur ini juga merupakan bagian dari penyusun enzim dan molekul klorofil (Hakim, dkk., 1986). Selain itu unsur N juga diperlukan untuk mikroorganisme tanah agar dapat terus beraktivitas. Menurut Hakim, dkk. (1986) pemberian pupuk yang mengandung amonium sangat membantu menstimulir proses nitrifikasi, karena untuk terjadinya nitrifikasi harus ada amonium. Rao (1994) menyatakan bahwa akar tanaman mengeluarkan eksudat yang berupa asam-asam organik, asam amino, gula protein, polisakarida dan senyawa lain yang belum terindentifikasi. Eksudat akar yang dikeluarkan oleh akar tanaman akan merangsang meningkatnya populasi mikroorganisme tanah yang merupakan sumber biomasa mikroorganisme tanah. Mikroorganisme berpengaruh terhadap siklus C dan ketersediaan hara tanaman serta stabilitas struktur tanah. Berdasarkan kenyataan tersebut bahwa mikroorganisme tanah memegang peranan penting dalam berbagai proses di dalam tanah, maka penting untuk mengetahui jumlah biomasa karbon mikroorganisme (C -mik) untuk pendugaan biomasa mikroorganisme dalam tanah.

4. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biomasa karbon mikroorganisme (C - mik) dan produksi tanaman jagung pada tiga macam sistem olah tanah (Olah Tanah Intensif, Olah Tanah Minimum, dan Tanpa Olah Tanah) dan pemupukan nitrogen jangka panjang. C. Kerangka Pemikiran Pengolahan tanah dapat diartikan sebagai kegiatan manipulasi mekanik terhadap tanah. Tujuannya adalah untuk mencampur dan menggemburkan tanah, mengendalikan tanaman pengganggu, mencampur sisa tanaman dengan tanah, dan menciptakan kondisi kegemburan tanah yang baik untuk pertumbuhan akar (Gill dan Vanden Berg, 1967). Sistem pengolahan tanah terdiri dari olah tanah intensif (OTI) dan olah tanah konservasi (OTK), Sistem olah tanah konservasi adalah suatu sistem persiapan lahan yang bertujuan untuk menyiapkan lahan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimum, dengan tetap memperhatikan konservasi tanah dan air. Olah tanah konservasi dicirikan dengan berkurangnya pembongkaran atau pembalikan tanah, penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa, dan disertai penggunaan herbisida untuk menekan pertumbuhan gulma dan tanaman penggangu lainnya. Olah tanah konservasi terbagi menjadi olah tanah minimum (OTM), dan tanpa olah tanah (TOT). Sistem olah tanah intensif dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas lahan yang diusahakan. Hal ini sesuai dengan tujuan pengolahan tanah secara umum yang diungkapkan oleh Hakim, dkk. (1986) yaitu pengolahan tanah merupakan manipulasi mekanik terhadap tanah yang

5 diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Utomo (1989) pengertian olah tanah minimum adalah tanah diolah seperlunya saja atau di sekitar lubang tanam kemudian sisa tanaman sebelumnya dijadikan mulsa penutup tanah. Sedangkan untuk tanpa olah tanah, tanah dibiarkan tidak terganggu kecuali alur kecil atau lubang tugal sebagai tempat menaruh benih, gulma dikendalikan dengan herbisida ramah lingkungan, serta sisa tanaman sebelumnya dan atau gulma dipergunakan sebagai mulsa yang merupakan syarat budidaya olah tanah konservasi, sedangkan pemupukan dan kegiatan kultur teknis lainnya tetap dilakukan (Rahman, 2009). Pengolahan tanah yang terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan struktur tanah dan kekahatan bahan organik tanah. Hal ini akibat pengolahan tanah dalam jangka panjang dapat meningkatkan mineralisasi C dan N potensial (Woods dan Schuman, 1988). Sarno, dkk. (1998) melaporkan bahwa kadar C-total pada tanpa olah tanah sangat nyata lebih tinggi daripada olah tanah intensif dan minimum, tetapi kadar C-total antara olah tanah miniumum dan tanpa olah tanah tidak berbeda nyata. Gonggo, Hermawan, dan Anggareni (2005) menyatakan bahwa pengolahan tanah minimum dan intensif juga menyebabkan penurunan C-organik tanah masing-masing sebesar 12,85% dan 51,62%. Penurunan tersebut diduga karena pengolahan tanah mengakibatkan tingginya proses pelapukan bahan organik. Karbon penting sebagai bahan pembangun bahan organik, karena sebagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik. Utami (2005) menjelaskan bahwa semakin tinggi kandungan dan masukan bahan organik ke dalam tanah akan meningkatkan kandungan C-organik tanah yang akan diikuti oleh peningkatan aktivitas mikroorganisme tanah sehingga

6 memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan biomasa mikroorganisme tanah. Niswati, dkk. (1998) melaporkan bahwa pada olah tanah konservasi, jumlah mesofauna tanah nyata lebih banyak daripada olah tanah intensif. Diduga bahwa dengan adanya sisa-sisa tumbuhan di permukaan tanah yang dapat berfungsi sebagai sumber pakan bagi berbagai jenis fauna tanah. Selain itu, keadaan ini dapat juga disebabkan oleh tidak terganggunya tanah pada olah tanah konservasi sehingga mesofauna tanah jumlahnya lebih banyak. Nitrogen adalah unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah banyak dalam bentuk amonium dan nitrat yang berfungsi sebagai pembentuk jaringan tanaman. Sumber N tidak diperoleh dari mineral dan batuan, tetapi berasal dari hasil pelapukan bahan organik, dari udara melalui fiksasi N oleh mikroorganisme baik yang bersimbiosis dengan akar tanaman legum seperti bakteri Rhizobium atau tidak seperti bakteri Azotobakter dan Clostridium. Hubungan antara karbon dan nitrogen pada proses pelapukan bahan organik dalam tanah sangat penting. Hubungan ini dikenal dengan istilah C/N. Bahan organik akan mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme yang berfungsi sebagai sumber energi, proses ini disebut mineralisasi. Sedangkan nitrogen dibutuhkan oleh mikroorganisme sebagai pembentuk jaringan tubuh dengan cara diabsorpsi ke dalam tubuh mikroorganisme atau disebut imobilisasi N. Proses mineralisasi dan imobilisasi berjalan bersamaan pada proses dekomposisi bahan organik. Rasio karbon dan nitrogen (C/N) mempunyai arti penting, misalnya apakah terjadi kompetisi antara mikroorganisme tanah dan tanaman terhadap kebutuhan unsur hara nitrogen. Selanjutnya C/N berguna untuk mengetahui tingkat pelapukan dan kecepatan penguraian bahan organik serta ketersediaannya

7 unsur nitrogen dalam tanah (Bachtiar, 2006 dalam Fauzi, 2008). Masalah timbul bila kandungan bahan organik yang terurai itu sedikit, karena mikroorganisme mungkin akan kekurangan nitrogen dan bersaing dengan tanaman untuk memperoleh nitrogen apa saja yang tersedia dalam tanah. Indikator kesuburan tanah salah satunya dapat dilihat dari tinggi rendahnya biomasa mikroorganisme dalam tanah (C-mik). Biomasa mikroorganisme tanah merupakan bahan yang hidup dari bahan organik tanah yang meliputi bakteri, fungi, algae dan protozoa, tidak termasuk akar tanaman dan fauna tanah yang lebih besar dari amuba terbesar ( (Jenkinson dan Ladd, 1981 dalam Bangun, 2002). Mikroorganisme tanah merupakan tenaga penggerak dalam transformasi hara di dalam tanah sehingga berperan penting dalam kesuburan tanah dan fungsinya dalam ekosistem (Smith dan Paul, 1990 dalam Bangun, 2002). Menurut Smith dan Paul (1990 dalam Bangun, 2002) biomasa mikroorganisme merupakan komponen yang labil dari fraksi organik tanah yang terdiri dari 1 C-organik tanah dan meningkat sampai 5% total nitrogen tanah. 3 % dari total Tanah yang banyak mengandung berbagai mikroorganisme tanah, secara umum dapat dikatakan bahwa tanah tersebut adalah tanah yang memiliki sifat fisik dan kimia yang baik. Tingginya populasi mikroorganisme dan beragamnya jenis mikroorganisme tanah hanya mungkin ditemukan pada tanah yang mempunyai sifat yang memungkinkan bagi mikroorganisme tersebut untuk berkembang dan aktif (Buchari, 1999). Hal ini sesuai dengan keadaan lahan yang menerapkan sistem olah tanah konservasi dimana pengolahan tanah ditekan seminim mungkin bahkan tidak diolah sama

8 sekali, sisa residu dari tanaman sebelumnya dijadikan mulsa penutup tanah, sehingga aerasi dan kelembaban tanah dapat tetap terjaga. Berbeda dengan sistem olah tanah konvensional yang mengolah tanah secara intensif, hal ini menyebabkan kondisi lingkungan tanah dapat terganggu, sehingga menghambat mikroorganisme untuk aktif dan berkembang. Rao (1994) menyatakan bahwa akar tanaman mengeluarkan eksudat yang berupa asam-asam organik, asam amino, gula protein, polisakarida dan senyawa lain yang belum teridentifikasi. Secara umum ekosistem rizosfir yang sehat akan dihuni oleh organisme yang menguntungkan yang memanfaatkan substrat organik dari bahan organik atau eksudat tanaman sebagai sumber energi dan nutrisinya (Hidersah dan Simarmata, 2004). Menurut hasil penelitian jangka panjang selama 21 tahun berturut-turut di Hajimena, Lampung dengan pola tanam rotasi serelia-legum, menunjukkan bahwa rata-rata produksi jagung TOT pada dosis 200 kg N ha -1 mencapai 5,5 t ha -1, sedangkan OTI 5,3 t ha -1 dan OTM 5,2 t ha -1. Sebaliknya pada tanpa N, produksi jagung TOT hanya 3,3 t ha -1, sedangkan OTI 3,5 t ha -1 dan OTM 3,1 t ha -1. Namun pada musim tanam ke 37 produksi jagung tertinggi diperoleh pada sistem olah tanah minimum dengan dosis pupuk 200 kg N ha -1 yaitu 5,9 t ha -1 sedangkan TOT 5,4 t ha -1 dan OTI 5,4 t ha -1 (Rahman, 2009). Raguan (2009) juga melaporkan, u ntuk peningkatan biomasa karbon mikroorganisme pada musim tanam ke 37 perlakuan tanpa olah tanah tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan biomasa karbon mikroorganisme tanah dibandingkan dengan perlakuan olah tanah minimum dan olah tanah intensif, baik pada daerah rizosfir maupun pada daerah non-rizosfir. Hal ini diduga karena,

9 pada perlakuan tanpa olah tanah telah terjadi pemadatan yang menyebabkan berkurangnya oksigen (O 2) di dalam tanah sehingga aktivitas mikroorganisme menurun. Hasil penelitian Raguan (2009) menyatakan bahwa perlakuan olah tanah minimum berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan biomasa karbon mikroorganisme tanah dibandingkan perlakuan tanpa olah tanah dan perlakuan olah tanah intensif, hal ini disebabkan karena pada perlakuan olah tanah minimum tanah diolah seminimum mungkin dengan cara dibesik dengan alat seperti cangkul atau garu dan terdapat mulsa yang dapat digunakan sebagai tambahan bahan organik. Berbeda dengan sistem tanpa olah tanah (TOT), mulsa dibiarkan di atas tanah tanpa diolah sedikitpun. Bahan organik dapat digunakan sebagai sumber energi bagi pertumbuhan mikroorganisme tanah, selain itu bahan organik juga dapat menjaga kelembaban tanah sehingga mikroorganisme dapat berkembang dan aktif. Tanah dalam kondisi yang lembab merupakan kondisi yang ideal bagi mikroorganisme (Raguan, 2009). tanah untuk dapat melakukan aktivitasnya secara optimal Tanah yang banyak mengandung berbagai mikroorganisme tanah, secara umum dapat dikatakan bahwa tanah tersebut adalah tanah yang memiliki sifat fisik dan kimia yang baik (Raguan, 2009). Dengan demikian produksi yang dihasilkan akan semakin tinggi. Perkembangan mikroorganisme sangat ditentukan oleh sifat fisika dan kimia tanah (Rao, 1994). Tersedianya unsur hara yang cukup, ph tanah yang sesuai, aerasi dan drainase yang baik, air cukup dan sumber energi (bahan organik) yang cukup adalah beberapa faktor yang harus dipenuhi agar mikroorganisme tanah dapat tumbuh dan berkembang. Pengukuran tinggi rendah biomasa mikroorganisme

10 berkaitan dengan populasi dan aktivitas mikroorganisme dalam tanah. Tingkat respirasi tanah sering dihubungkan dengan populasi mikroorganisme tanah, karena respirasi menggambarkan aktivitas mikroorganisme yang ada dalam tanah. Semakin banyak karbondioksida yang dikeluarkan tanah, semakin tinggi aktivitas mikroorganisme, ini berarti semakin tinggi pula populasi mikroorganisme (Akhmad, 1993). D. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) dapat menghasilkan biomasa karbon mikroorganisme (C-mik) dan produksi tanaman jagung tertinggi 2. Pemupukan N 200 kg N ha -1 dapat menghasilkan biomasa karbon mikroorganisme (C-mik) dan produksi tanaman jagung tertinggi. 3. Terdapat interaksi antara sistem pengolahan tanah dengan pemupukan N terhadap peningkatan biomasa karbon mikroorganisme dan produksi tanaman jagung.