BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau lebih dengan atau zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat

dokumen-dokumen yang mirip
PENETAPAN KADAR TABLET ANTALGIN SECARA TITRASI IODIMETRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN TUGAS AKHIR. Oleh: MEI KRISTIAN ZEGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masih terdapat dalam produk ruahan (Siregar,2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata. Karbonat dan zat lain yang cocok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berikut gejalanya. Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi (Ditjen POM, 1995). Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran,

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA OCH2CHCH2 OCH3. 3-(o-Metoksifenoksi)-1,2-propanadiol [ ] : Larut dalam air, dalam etanol, dalam kloroform dan dalam

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sintetis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

10); Pengayak granul ukuran 12 dan 14 mesh; Almari pengenng; Stopwatch;

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Gambar Berbagai Jenis Kentang. Kentang Putih. Kentang Kuning. Kentang Merah. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam dosis tertentu dapat digunakan untuk preventif (profilaksis), rehabilitasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I TABLET ZETAMOL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

APLIKASI METODE RESPON PERMUKAAN DAN GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI SIFAT FISIK DAN MEKANIK TABLET OBAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohetivitas, kecepatan

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

TINJAUAN PUSTAKA. bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

PEMBUATAN DAN UJI SEDIAAN TABLET ANTALGIN TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN SIFAT FISIK TABLET SALUT CIPROFLOXACIN 500 MG MEREK GENERIK DAN MEREK DAGANG

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penghancur (Disintegran) Tablet

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tablet Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya berbentuk bulat, yang mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai: a. Zat pengisi, yaitu untuk memperbesar volume tablet. Biasanya yang digunakan, amilum manihot, kalsium fosfat, kalsium karbonat dan zat lain yang cocok. b. Zat pengikat, yaitu agar tablet tidak mudah pecah atau retak dan dapat merekat. Biasanya yang digunakan adalah musilago 10-20%, larutan metilcellulosam 5%. c. Zat penghancur, yaitu agar tablet dapat hancur dalam saluran pencernaan. Biasanya digunakan, amilum manihot, gelatin, dan natrium alginat. d. Zat pelicin, yaitu agar tablet tidak melekat dalam cetakan. Biasanya digunakan, talkum 5%, magnesium stearat, dan ssam stearat. Berdasarkan penggunaannya tablet diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Tablet Kunyah Tablet tablet ini harus lembut (segera hancur ketika dikunyah) atau mudah melarut dalam mulut. Pengunyahan dapat mempercepat penghancuran tablet dan memberikan keadaan basa untuk garam-garam logam yang digunakan dalam tablet antasida. Tablet kunyah diberikan pada pasien yang mengalami gangguan menelan tablet. Tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak-anak 4

(dalam sediaan multivitamin). Penggunaan tablet lain ini adalah untuk tablet antasida dan antibiotik. Sediaan ini juga memungkinkan untuk digunakan ditempat yang tidak tersedia air (Alamsyah, 1999). 2. Tablet Sublingual Tablet yang disiapkan di bawah lidah. Biasanya berbentuk datar, ditujukan untuk obat-obat yang di absorpsi melaui mukosa oral. Cara ini berguna untuk penyerapan obat yang rusak oleh cairan lambung dan sedikit sekali diabsopsi oleh saluran pencernaan. Tablet ini dibuat segera melarut untuk memberikan efek yang cepat. 3. Tablet Bukal Tablet yang disiapkan dipipi. Tablet ini dibuat agar hancur dan melarut berlahan-lahan. 4. Tablet Triturat Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silinder. Tablet triturat harus cepat dan mudah larut seutuhnya di dalam air. 5. Tablet Hipodermik Tablet ini digunakan melalui bawah kulit, dibuat dari bahan yang mudah larut. 6. Tablet Efervesent Tablet yang menghasilkan gas, dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garam efervesent atau bahan-bahan lain yang mampu menghasilkangas ketika bercampur dengan air. Misalnya penggabungan dengan logam karbonat atau bikarbonat dengan asam tartrat menghasilkan gas CO 2 didalam air(alamsyah, 1999). 5

2.2 PembuatanTablet Pada proses pembuatan tablet, zat berkhasiat dan zat tambahan, kecuali bahan pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak dapat mengisi cetakan tablet dengan baik. Jadi dengan dibuat granul, akan terjadi free flowing, mengisi cetakan secara tetap dan dapat dihindari tablet menjadi capping (retak) (Anief, 1991). Ada tiga metode pembuatan tablet, yaitu: a. Metode granuasil basah Zat aktif dan eksipien dicampurkan, lalu dibuat cairan pengikat dalam alat campur. Pengeringan granul basah ± 50-60C dalam lemari pengering. Granul yang sudah kering diayak dengan ayakan ukuran 14-20 mesh dalam mesin granulator. Kemudian dicampur zat tambahan ke dalam mesin campur khusus, menjadi massa kempa. Massa kempa dikempa menjadi tablet jadi dalam mesin tablet. b. Metode granulasi kering (slugging) Campur semua bahan (zat aktif dan zat tambahan) atau hanya zat aktif saja dalam alat campur. Kemudian ayak bahan dengan mesin granulator. Campur granul dengan zat tambahan lain dalam mesin pencampur khusus menjadi massa kempa. Massa kempa dikempa menjadi tablet jadi dalam mesin tablet. c. Kempa langsung Campur semua bahan (zat aktif dan zat tambahan) dalam alat campur menjadi massa kempa. Massa kempa dikempa menjadi tablet jadi dalam mesin tablet. 6

Tablet memiliki kelebihan dibandingkan dengan sediaan padat lainnya, diantaranya : 1. Tablet merupakan bentuk sediaan oral dengan ukuran yang tepat. 2. Tablet mudah ditelan. 3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang mudah diproduksi secara besarbesaran. 4. Tablet dapat ditujukan untuk pelepasan khusus, seperti pelepasan diusus. 5. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang murah dan mudah untuk dikemas serta dikirim(anief, 1991). 2.3 Evaluasi Tablet Untuk menjamin mutu tablet maka dilakukan beberapa pengujian yaitu sebagai berikut: a. Uji Kekerasan Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan dengan isi dan gaya kompresi yang diberikan. Bila tekanan ditambahkan, maka kekerasan tablet meningkat sedangkan ketebalan tablet berkurang. Selain itu metode granulasi juga menentukan kekerasan tablet. Umumnya kekuatan tablet berkisar 4-8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan. Alat yang digunakan untuk uji ini adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat yang diperlukan untuk memecahkan tablet(ditjen POM, 1995). 7

b. Uji Kekerasan Bobot Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot ini ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Tablettablet yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki kandungan bahan obat yang sama. Keseragaman bobot dapat ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20 tablet, lalu dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Kemudian timbang tablet satu persatu, tidak boleh 2 dari tablet bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh satu tablet pun bobotnya menyimpang dari rata-rata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom B. jika perlu gunakan 10 tablet yang lain dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dikolom A maupun kolom B(Dirjen POM 1995) Tabel 1Penyimpangan Bobot Rata-rata Penyimpanan bobot rata rata dalam % Bobot rata rata A B 25 mg atau kurang 15% 30% 26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20% 151 mg sampai dengan 300 7,5% 15% mg Lebih dari 300 mg 5% 10% c. Uji Keregasan Cara ini untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi 8

hancur. Untuk menguji keregesan tablet digunakan alat Roche friabilator. Sebelum tablet dimasukkan kedalam alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudian tablet dimasukkan kedalam alat, lalu alat diopersikan selama empat menit atau 100 kali putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat mula-mula. Selisih berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persayaratan keregasan tablet harus harus lebih kecil dari 0.8%. d. Uji Waktu Hancur Peralatan uji waktu hancur terdiri dari empat keranjang yang mempunyai enam lubang yang terletak vertikal diatas ayakan mesh nomor 10 selama percobaan, tablet diletakkan pada tiap lubang keranjang. Kemudian keranjang tersebut bergerak naik turun pada larutan transparan dengan kecepatan 29-32 putaran per menit. Interval waktu hancur adalah 5-30 menit. Tablet dikatakan hancur bila bentuk sisa tablet (kecuali bagian penyalut) merupakan massa dengan inti yang tidak jelas. e. Uji Penetapan Kadar Zat Berkhasiat Uji penetapan kadar zat berkhasiat dilakukan untuk mengetahui apakah tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik dan tidak layak untuk dikonsumsi. Uji penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang sesuai pada masing-masing monografi antara lain di Farmakope Indonesia. f. Uji Disolusi Obat yang telah memenuhi persyaratan kekerasan, waktu hancur, keregasan, keseragaman bobot dan penetapan kadar, belum tentu dapat menjamin bahwa 9

suatu obat memenuhi efek terapi, karna itu dilakukan uji disolusi pada setiap produksi tablet. Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam larutan pada suatu medium. Disolusi menunjukkan jumlah bahan obat yang terlarut dalam waktu tertentu. Disolusi menggambarkan efek obat secara invitro, jika disolusi memenuhi syarat maka diharapkan obat akan memberikan khasiat secara invivo(dirjen POM, 1995). 2.4 Antalgin Antalgin atau Levorphanol (nama generik) adalah salah satu obat pengurang rasa sakit. Antalgin bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri, menurunkan demam, dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin mepengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensitifitas reseptor rasa sakit dan termostat yang mengatur suhu tubuh. Obat ini hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala. Obat ini juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi. Efek analgetiknya lebih lemah dari efek analgetik. Obat ini juga tidak menimbulkan ketagihan (adiksi) dan efek samping sentral yang merugikan. Pada pemakaian yang teratur dalam jangka waktu yang panjang, antalgin dapat menimbulkan kasus agranulositosis fatal. Untuk mendeteksi hal tersebut, dianjurkan melakukan pengujian darah secara teratur(rahardja, 2003). 2.4.1 Tinjauan umum Antalgin Nama kimia : Natrium 2,3-dimetil-1-fenil-5-pirazolon-4- metilaminometanasulfonat Sinonim : - Metampiron - Dipiron 10

Rumus molekul : C13H16N3NaO4S.H2O Beratmolekul : 351,37 Pemerian : Serbuk hablur putih atau putih kekuningan Susut pengeringan : Tidak lebih dari 5,5 % pada suhu 1050C hingga bobot tetap Kelarutan : Larut dalam air dan HCl 0,02 N. Antalgin mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % C13H16N3N-aO4S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. 2.4.2 Analgetik-Antipiretik Analgetik-antipiretik adalah zat-zat yang mampu mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri sekaligus menurunkan suhu tubuh. Nyeri adalah perasaan sensori yang tidak baik dan berkaitan dengan kerusakan jaringan. Nyeri dianggap sebagai tanda adanya gangguandijaringan seperti peradangan dan infeksi. Sedangkan demam pada umumnya adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri(ganiswara,1981). 2.4.3 Farmakodinamika Antalgin Sebagai analgetika, obat ini hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala dan juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi. Efek analgetiknya jauh lebih lemah dari efek analgetik opiat, obat ini tidak menimbulkan ketagihan (adiksi) dan efek samping sentral yang merugikan. Analgetika bekerja secara sentral untuk meningkatkan kemampuan menahan nyeri. Analgesia yaitu suatu keadaan dimana setelah pemerian analgetik, bercirikan perubahan perilaku pada respon terhadap nyeri dan kemampuan yang berkurang untuk menerima impuls nyeri tanpa kehilangan kesadaran(ganiswara, 1981). 11

2.4.4 Farmakologi Antalgin Antalgin termasuk derivat metan sulfonat dari amidopyrin yang mudah larut dalam air dan cepat diserap ke dalam tubuh. Bekerja secara sentral di otak dalam menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensitifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh(ganiswara, 1981). 2.4.5 Efek Samping Antalgin Pada pemakaian yang teratur dan untuk jangka waktu yang lama, penggunaan obat-obat yang mengandung metampiron kadang-kadang dapat menimbulkan kasus agranulositosis fatal. Untuk mendeteksi hal tersebut, selama penggunaan obat ini perlu dilakukan uji darah secara teratur. Jika gejala tersebut timbul, penggunaan obat ini harus segera dihentikan(ganiswara, 1981). 2.5 Tablet Antalgin Tablet antalgin mengandung Metampiron, C 13 H 16 N 3 NaO 4 S.H 2 O tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket(soekema, dkk.1987). 2.6 Metode Penetapan Kadar Antalgin 2.6.1 Iodimetri Iodimetri merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku yang berlebihan (Sudjadi, 2007). Penetapan kadar antalgin dilakukan secara iodimetri. Metode ini cukup akurat karna titik akhirnya jelas sehingga memungkinkan titrasi dengan larutan 12

titer yang encer yaitu 0,001N. Iodimetri dilakukan terhadap zat yang potensial reduksinya lebih rendah dari sistem larutan iodium(sudjadi, 2007). 2.6.2. Prinsip Iodimetri Titrasi iodimetri adalah titrasi langsung berdasarkan reaksi oksidasi antara iodin sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari sistem iodin-iodida dimana sebagai indikator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral sedikit asam (ph 5-8). Pada antalgin gugus SO 3 Na dioksidasi oleh I 2 menjadi SO 4 Na(Sudjadi, 2007). 2.6.3Larutan Pentiter Pada titrasi iodimetri digunakan larutan iodin sebagai larutan titer. Larutan iodin sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam Kalium iodida pekat. Larutan titer iodin dibuat dengan melarutkan iodium kedalam larutan KI pekat. Latutan ini dibakukan dengan Arsen (III) oksida atau larutan baku Natrium tiosulfat(sudjadi, 2007). 2.6.4 Indikator Bila tidak terdapat zat pengganggu yang berwarna, sebenarnya larutan iodin masih dapat berfungsi sebagai indikator meskipun warna yang terjadi tidak sejelas KMnO 4. Umumnya lebih disukai penggunaan larutan kanji sebagai indikator yang dengan iodin membentuk kompleks berwarna biru cerah. Larutan kanji yang yang telah disimpan lama memberikan warna violet dengan iodium. Meskipun warna ini tidak mengganggu ketajaman titik akhir titrasi, tetapi larutan kanji yang baru perlu dibuat kembali(sudjadi, 2007). 13