BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect, dan random

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD. a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. syarat kriteria BLUE (Best Unbiased Estimato). model regresi yang digunakan terdapat multikolinearitas.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. ekonomi, variabel pertumbuhan ekonomi yaitu pendapatan asli daerah, investasi

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang muncul bersumber dari variasi data cross section yang digunakan. Pada

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISA DATA ROE LDA DA SDA SG SIZE

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dilakukan analisis model Fixed Effect beserta pengujian

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Metode anlisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 1%.

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. (Pendapatan Asli Daerah) pada kabupaten/ kota di Provinsi DIY tahun

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perbedaan dari varian residual atas observasi. Di dalam model yang baik tidak

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Perekonomian Provinsi Aceh

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji. Multikolinearitas dan uji Heteroskedastisitas.

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan data dari tiga variabel independen serta dua

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Letak dan Luas Wilayah Kota Surakarta

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi

BAB IV PEMBAHASAN. tumbuh dan sebagai salah satu indikator yang menunjukkan keberhasilan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Pembangunan Sumber Daya Manusia di Provinsi Bali Tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menganalisis pengaruh UMK (Upah Minimum Kabupaten), TPT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perbankan Indonesia. kategori bank, diantaranya adalah Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hasil dari uji heterokedastisitas tersebut menggunakan uji Park. Kriteria

BAB IV METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, jenis disain penelitian yang adalah kausalitas. Kausalitas

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis impor Indonesia dari Cina

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. Hal. i ii iii

ANALISIS REGRESI PANEL TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA D.I.YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. standar deviasi suatu data. Hasil analisis deskiptif didapatkan dengan. Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Bruto, Indek Pembangunan Manusia, Upah Minimum Provinsi daninflasi

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. dilakukan untuk mengetahui seberapa pengaruh variabel-variabel independen

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

BAB IV HASIL PENELITIAN. (ISSI). Dimana ISSI adalah indeks yang diterbitkan oleh Bapepam-LK dan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Inklusi Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Stabilitas Perbankan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan. 68 Jenis penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Grafik 4.1. Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia. Pembiayaan BMI

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN MODEL DATA PANEL INTISARI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit

BAB III METODE PENELITIAN. PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta).

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data panel, yaitu model data yang menggabungkan data time series dengan crosssection.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT ANALYSIS OF MACRO ECONOMIC INDICATORS CONCERNING SYARIAH S STOCK VOLATILITY IN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) PERIOD

III. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS )

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB III. Metode Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini dilakukan analisis model Fixed Effect dan pengujian

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel. Kriteria pengambilan keputusan 52

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini rasio likuiditas yang digunakan adalah Current Ratio (CR)

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

BAB IV HASIL PENELITIAN

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id 43 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi perkembangan variabel 1. Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia Negara yang menjadi tujuan ekspor nonmigas terbesar adalah negara Jepang, nilai ekspor barang non migas ke Negara tersebut sekitar 16% pertahun dari total ekspor nonmigas Indonesia ke semua negara yang menjadi negara tujuan ekspor Indonesia. Diposisi kedua adalah negara Amerika dengan rata-rata 9% pertahun dari total ekspor Indonesia. Rata-rata pertumbuhan ekspor nonmigas indonesia dengan negara tujuan Amerika berada pada nilai 12,5% pertahunnya, kenaikan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1985 yakni mencapai 108,29% dari tahun sebelumnya. Sedangkan rata-rata pertumbuhan nilai ekspor nonmigas Indonesia dengan tujuan Jepang adalah 11,18% pertahunnya, dan pertumbuhan paling tinggi juga terjadi pada tahun 1985 yakni 92,06% dari tahun sebelumnya. Selain Amerika dan Jepang, negara tetangga Indonesia yakni Malaysia juga termasuk dalam sepuluh negara tujuan utama ekspor Indonesia. Sejak tahun 1980 hingga tahun 2010 total nilai ekspor nonmigas Indonesia dengan negara tujuan Malaysia adalah 51.867 juta dollar/$ dengan rata-rata pertumbuhan 19,61% pertahunnya. 43

digilib.uns.ac.id 44 Pertumbuhan ekspor nonmigas tujuan Malaysia tertinggi terjadi pada tahun 1988 dengan nilai 96,16%. Negara yang menjadi tujuan ekspor Indonesia dengan nilai terbesar ketiga adalah Singapura. Pada tahun 2010 nilai ekspor dengan tujuan Singapura sekitar 8,70% dari total ekspor Indonesia. Pertumbuhan ekspor ke negara Singapura sekitar 10,60% pertahunnya, dengan nilai pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1987 yakni 45,64% dari tahun sebelumnya. Negara yang terakhir adalah negara Thailand. Meskipun nilai ekspor nonmigas Indonesia dengan negara tujuan Thailand termasuk yang paling rendah dibandingkan dengan Amerika, Jepang, Malaysia, dan Singapura, namun persentase pertumbuhan nilai ekspor nonmigas negara tersebut menujukan angka yang paling tinggi. Sejak tahun 1980 sampai tahun 2010 rata-rata pertumbuhannya berada pada nilai 24,05% pertahunnya. Nilai pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1985 yakni 150,66% dari tahun sebelumnya. Hal tersebut perlu lebih diperhatikan pemerintah agar kedepan pertumbuhan ekspor nonmigas Indonesia dengan tujuan Thailand terus meningkat. tahun Tabel 4.1 Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia ke Negara Tujuan Utama Ekspor (Amerika, Jepang, Malaysia) Tahun 1980-2010 (dalam juta dollar/$) Amerika Jepang Malaysia pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan nilai (%) nilai (%) nilai (%) 1980 731,3 1.758,70 59,9 1981 565,3-22,7 1.104,90-37,18 74,9 25,04 Bersambung ke halaman berikutnya

digilib.uns.ac.id 45 Lanjutan tabel 4.1 tahun nilai Amerika Jepang Malaysia pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan (%) nilai (%) nilai (%) 1982 584,9 3,47 905,7-18,03 59,1-21,09 1983 871,9 49,07 1.038,50 14,66 58-1,86 1984 566,8-34,99 551,6-46,88 49,7-14,31 1985 1.180,60 108,29 1.059,40 92,06 76,6 54,12 1986 1.295,90 9,77 1.253,40 18,31 82,3 7,44 1987 1.660,80 28,16 1.882,30 50,18 93,8 13,97 1988 1.842,10 10,92 2.645,40 40,54 184 96,16 1989 2.032,10 10,31 3.775,30 42,71 225,8 22,72 1990 2.387,20 17,47 3.061,00-18,92 253,2 12,13 1991 2.732,60 14,47 3.613,20 18,04 341,8 34,99 1992 3.856,70 41,14 3.917,80 8,43 487,5 42,63 1993 4.622,20 19,85 5.144,60 31,31 586 20,21 1994 5.190,20 12,29 5.493,90 6,79 738,5 26,02 1995 5.720,70 10,22 6.706,50 22,07 986,6 33,6 1996 6.278,70 9,75 7.018,90 4,66 1.109,70 12,48 1997 6.701,50 6,73 6.939,80-1,13 1.357,20 22,3 1998 6.741,20 0,59 5.338,40-23,08 1.358,50 0,1 1999 6.420,70-4,75 5.697,60 6,73 1.335,90-1,66 2000 8.042,30 25,26 7.398,90 29,86 1.971,80 47,6 2001 7.341,60-8,71 6.705,50-9,37 1.778,60-9,8 2002 7.168,10-2,36 6.428,70-4,13 2.029,90 14,13 2003 6.957,10-2,94 6.830,40 6,25 2.363,80 16,45 2004 8.272,30 18,9 8.383,50 22,74 3.016,00 27,59 2005 9.507,90 14,94 9.561,70 14,05 3.431,30 13,77 2006 10.682,60 12,35 12.198,50 27,58 3.789,60 10,44 2007 11.311,30 5,89 13.092,80 7,33 4.593,20 21,21 2008 12.531,20 10,78 13.795,40 5,37 5.984,60 30,29 2009 10.470,00-16,45 11.979,00-13,17 5.636,30-5,82 2010 13.326,40 27,28 16.496,50 37,71 7.753,50 37,56 Sumber : BPS Statistik Indonesia berbagai edisi, data diolah.

digilib.uns.ac.id 46 Tabel 4.2 Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia ke Negara Tujuan Utama Ekspor (Singapura, Thailand) Tahun 1980-2010 (dalam juta dollar/$) Singapura Thailand tahun nilai pertumbuhan (%) nilai pertumbuhan (%) 1980 1.112,00 23,70 1981 963,80-13,33 33,50 41,35 1982 817,10-15,22 25,60-23,58 1983 1.094,70 33,97 45,60 78,13 1984 603,90-44,83 30,20-33,77 1985 815,70 35,07 75,70 150,66 1986 773,90-5,12 81,40 7,53 1987 1.127,10 45,64 85,30 4,79 1988 1.559,70 38,38 147,60 73,04 1989 1.642,80 5,33 248,00 68,02 1990 1.631,40-0,69 184,00-25,81 1991 2.268,30 39,04 265,10 44,08 1992 3.160,50 39,33 352,80 33,08 1993 3.197,30 1,16 467,70 32,57 1994 3.547,60 10,96 401,50-14,15 1995 3.141,70-11,44 702,90 75,07 1996 3.832,50 21,99 822,60 17,03 1997 4.823,70 25,86 848,40 3,14 1998 5.315,30 10,19 942,50 11,09 1999 4.446,80-16,34 812,70-13,77 2000 5.686,30 27,87 1.026,50 26,31 2001 4.569,90-19,63 1.063,60 3,61 2002 4.691,50 2,66 1.227,40 15,40 2003 4.777,00 1,82 1.392,60 13,46 2004 5.394,00 12,92 1.976,20 41,91 2005 7.069,80 31,07 2.246,50 13,68 2006 7.831,60 10,78 2.054,00-8,57 2007 8.990,30 14,80 2.646,90 28,87 2008 10.104,50 12,39 3.214,50 21,44 2009 9.102,00-9,92 2.598,40-19,17 2010 12.135,50 33,33 4.054,40 56,03 Sumber : BPS Statistik Indonesia berbagai edisi, data diolah.

digilib.uns.ac.id 47 2. Perkembangan Gross Domestik Product (GDP) a. Amerika Nilai Gross domestik product (GDP) Amerika pada tahun 1980 berada pada nilai 2.788 milyar dollar, nilai tersebut terus bertambah dari tahun ketahun. Hingga tahun 2008 rata rata pertumbuhan sebesar 6.0% pertahunnya, kemudian pada tahun 2009 sempat terjadi penurunan nilai GDP sebesar -2.5% namun ditahun berikutnya nilai pertumbuhan GDP Amerika Serikat kembali naik sebesar 4.2% menjadi 14.527 milyar dollar. Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan GDP Amerika 1980-2010 Sumber: International Financial Statistics (IFS) b. Jepang Nilai Gross Domestik Product (GDP) Jepang pada tahun 1980 berada pada nilai 242.839 milyar dollar, selama tahun 1980 sampai tahun 1997 pertumbuhannya terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 1998 pertumbuhannya menurun sebesar 2,1% dari nilai pada tahun sebelumnya yakni 515.644. Rata-rata pertahun Jepang mengalami pertumbuhan GDP sebesar 2,4%.

digilib.uns.ac.id 48 Gambar 4.2 Grafik Pertumbuhan GDP Jepang 1980-2010 Sumber: International Financial Statistics (IFS) c. Malaysia Rata-rata petumbuhan Gross Domestik Product (GDP) malaysia cukup besar yakni sekitar 9,5% pertahunnya. Pada tahun 1980 nilai GDP Malaysia berada pada nilai 53.308 milyar dollar, GDP Malaysia terus meningkat dari tahun ketahun hingga pada tahun 2010 nilai tersebut bertambah menjadi 765.965 milyar dollar. Nilai tersebut bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai GDP Amerika dan Jepang. Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi negara Malaysia sangat pesat. Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan GDP Malaysia 1980-2010 Sumber: International Financial Statistics (IFS)

digilib.uns.ac.id 49 d. Singapura Singapura mengalami pertumbuhan Gross Domestik Product (GDP) rata-rata 8,9% pertahunnya. Pada tahun 1980 nilai GDP Singapura berada pada nilai 25.091 milyar dollar, nilai tersebut terus mengalami fluktuasi hingga tahun 2010 nilai GDP Singapura sebesar 303.652 milyar dollar. Gambar 4.4 Grafik Pertumbuhan GDP Singapura1980-2010 Sumber: International Financial Statistics (IFS) e. Thailand Thailand mengalami pertumbuhan GDP rata-rata pertahun sebesar 9,6% pertahunnya, nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan GDP Malaysia. Meskipun demikian nilai GDP Thailand masih lebih kecil dibandingkan dengan keempat negara lain (Amerika, Jepang, Malaysia, Singapura) yakni sebesar 10.105 milyar dollar pada tahun 2010. Dengan pertumbuhan GDP sebesar 9,6% Thailand merupakan negara dengan pertumbuhan GDP terbesar dibandingkan empat negara lain (Amerika, Jepang, Malaysia, Singapura).

digilib.uns.ac.id 50 Gambar 4.5 Grafik Pertumbuhan GDP Thailand 1980-2010 Sumber: International Financial Statistics (IFS) 3. Inflasi a. Amerika Serikat Kondisi inflasi negara Amerika pada tahun 1980 merupakan kondisi inflasi tertinggi yang dialami Amerika sejak tahun 1980 sampai 2010. Pada tahun 1980 inflasi Amerika berada pada posisi 13,5% mulai menurun ditahun berikutnya pada nilai 10,3 %. Kemudian pada tahun tahun berikutnya nilai inflasi Amerika mulai menunjukan nilai yang stabil dengan nilai 3,1% pertahunnya. Amerika sempat mengalami deflasi sebesar -0,4% pada tahun 2009. Inflasi Amerika sejak tahun menunjukan rata-rata pertumbuhan sebesar 21,25% nilai tersebut termasuk dalam golongan inflasi sedang.

digilib.uns.ac.id 51 Gambar 4.6 Grafik Pertumbuhan Inflasi Amerika1980-2010 Sumber : www.worldbank.org b. Jepang Nilai inflasi Jepang pada tahun 1980 berada pada posisi 7,8%, nilai tersebut juga merupakan nilai inflasi terbesar yang dialami oleh Jepang sejak tahun 1980 hingga tahun 2010. Pada tahun berikutnya nilai inflasi Jepang turun -37,10% pada nilai 4,9% dan menunjukan fluktuasi yang stabil hingga tahun 1994. Mulai tahun 1995 sampai 2010 nilai inflasi Jepang menunjukan kecenderungan deflasi rata-rata 0,1% pertahunnya dan deflasi tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 1,3 Gambar 4.7 Grafik Pertumbuhan Inflasi Jepang 1980-2010 Sumber : www.worldbank.org

digilib.uns.ac.id 52 c. Malaysia Malaysia merupakan negara yang tidak pernah mengalami deflasi mulai tahun 1980 sampai 2010. Nilai inflasi tertinggi yang pernah dialami malaysia berada pada tahun 1981 yaitu sebesar 9,7%. Rata-rata nilai inflasi pertahunnya pada posisi 3,1% dengan pertumbuhan sekitar 37,47% pertahunnya yang tergolong inflasi berat. Gambar 4.8 Grafik Pertumbuhan Inflasi Malaysia 1980-2010 Sumber : www.worldbank.org d. Singapura Kondisi inflasi tertinggi dialami oleh singapura pada tahun 1980 yakni berada pada posisi 8,5% dan dari tahun 1982 nilai inflasi Singapura menunjukan nilai yang stabil dengan nilai rata-rata 1,7% pertahunnya hingga tahun 2010. Singapura merupakan negara yang jarang mengalami deflasi, tercatat hanya tiga kali Singapura mengalami deflasi yaitu pada tahun 1986, 1998, 2002 dan deflasi terbesar pada tahun 1986 sebesar -1,4%.

digilib.uns.ac.id 53 Gambar 4.9 Grafik Pertumbuhan Inflasi Singapura1980-2010 Sumber : www.worldbank.org e. Thailand Selain Singapura dan Amerika negara tujuan ekspor Indonesia yang jarang mengalami deflasi dari tahun 1980 hingga tahun 2010 adalah Thailand. Thailand hanya sekali mengalami deflasi yakni pada tahun 2009 dengan nilai 0,9%. Nilai inflasi tertinggi Thailand juga berada pada tahun 1980 yakni sebesar 19,7%. Inflasi Thailand termasuk pada golongan inflasi ringan karena ratarata pertumbuhan pertahunnya sebesar 7,34%. Gambar 4.10 Grafik Pertumbuhan Inflasi Thailand 1980-2010 Sumber : www.worldbank.org

digilib.uns.ac.id 54 4. Kurs Kebijakan yang diambil oleh pemerintah sangat mempengaruhi perkembangan kurs suatu negara selain itu kondisi ekonomi dalam dan luar negeri juga berperan dalam perkembangan kurs. Nilai tukar mata uang suatu negara mengalami apresiasi ketika nilai uangnya meningkat relatif terhadap nilai mata uang negara lain. Perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap kelima mata uang negara tujuan ekspor Indonesia terus mengalami fluktuasi pada tiap tahunnya. Fluktuasi tersebut menujukan bahwa ada hubungan antara kelima negara tersebut dengan negara Indonesia. a. Amerika Serikat Posisi Rupiah terhadap USD pada tahun 1980 berada pada nilai 626 Rp/USD. Nilai tersebut terus mengalami perubahan hingga pada tahun 1998 nilai rupiah jatuh hingga 244.18% dari tahun sebelumnya yakni 10013.60 Rp/USD. Hal tersebut dialami ketika indonesia sedang berada pada krisis tahun 1998. Ditahun berikutnya nilai rupiah mulai terapresiasi 21% dan mulai stabil di posisi 9335Rp/USD.

digilib.uns.ac.id 55 Gambar 4.11 Grafik Pertumbuhan Kurs Rp/USD 1980-2010 Sumber: International Financial Statistics (IFS), data diolah. b. Jepang Nilai rupiah terhadap yen pada tahun 1980 berada pada nilai 2.77Rp/Yen, pertumbuhan nilai rupiah terhadap yen mulai tahun 1980 cukup besar yakni sekitar 15,02% pertahunnya, dan terjadi depresiasi yang besar pada tahun 1998 sebesar 218,10% dari tahun sebelumnya. Ditahun berikutnya rupiah terhadap yen mulai terapresiasi dan nilai apresiasi terbesar terjadi pada tahun 2002 sebesar 12,05% dari tahun sebelumnya. Gambar 4.12 Grafik Pertumbuhan Kurs Rp/Yen 1980-2010 Sumber: International Financial Statistics (IFS), data diolah.

digilib.uns.ac.id 56 c. Malaysia Mata uang rupiah terhadap ringgit pada tahun 1980 senilai 287Rp/Ringgit, ditahun berikutnya nilai rupiah terapresiasi 4,50% menjadi 274Rp/Ringgit. Angka pertumbuhan nilai rupiah/ringgit sampai tahun 1997 sekitar 9,2% pertahunnya dan jatuh pada tahun 1998 sebesar 146,7% dari tahun sebelumnya. Kemudian ditahun beikutnya sampai tahun 2010 nilai rupiah stabil dengan rata-rata 2536Rp/Ringgit. Gambar 4.13 Grafik Pertumbuhan Kurs Rp/Ringgit 1980-2010 Sumber: International Financial Statistics (IFS), data diolah. d. Singapura Nilai rupiah terhadap dollar singapura (SGD) berada pada posisi 292.99Rp/SGD. Pertumbuhan nilai tukar Rp/SGD terus mengalami fluktuasi, hingga pada tahun 1998 mengalami depresiasi sebesar 205.02%. kemudian ditahun berikutnya menguat sebesar 22.48% menjadi 4648Rp/SGD dari sebelumnya 5996Rp/SGD. Nilai

digilib.uns.ac.id 57 tersebut terus mengalami fluktuasi hingga pada tahun 2010 berada pada posisi 6684Rp/SGD. Gambar 4.14 Grafik Pertumbuhan Kurs Rp/SGD 1980-2010 e. Thailand Sumber: International Financial Statistics (IFS), data diolah. pertumbuhan nilai rupiah terhadap baht dari tahun 1980 sampai 1998 sekitar 7,28% pertahun, nilai pada tahun 1980 adalah 30Rp/Baht hingga pada tahun 1998 jatuh hingga mencapai 242Rp/Baht atau 160.97% dari tahun sebelumnya. Ditahun berikutnya mulai terjadi apresiasi rupiah sebesar -14,19% menjadi 207. Nilai tersebut terus berfluktuasi hingga pada tahun 2010 nilai rupiah terhadap baht sebesar 286,85rupiah/baht. Gambar 4.15 Grafik Pertumbuhan Kurs Rp/Baht 1980-2010 Sumber: International Financial Statistics (IFS), data diolah.

digilib.uns.ac.id 58 Dapat disimpulkan bahwa krisis ekonomi Indonesia tahun 1998 sangat mempengaruhi posisi rupiah terhadap mata uang negara lain. Dari kelima negara (Amerika, Jepang, Malaysia, Singapura, Thailand) tersebut nilai rupiah mengalami depresiasi lebih dari 100% dari tahun sebelumnya. B. Analisis Data dan Pembahasan 1. Pemilihan Model Pendekatan a. Uji Chow Pengujian ini bertujuan untuk menentukan apakah Common effect atau Fixed effect yang akan digunakan dalam mengestimasi data. Hasil uji Chow dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Pool: POOL01 Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 16.832.342-4,147 0.0000 Cross-section Chi-square 58.447.610 4 0.0000 Sumber : Hasil Olahan E-views 6.0, 2013 Pada tabel diatas terlihat nilai Chi statistik adalah 58.447.610, sedangkan untuk chi-square diperoleh hasil sebesar 7,77. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model yang cocok digunakan adalah model Fixed effect karena chi-statistik > chi-square.

digilib.uns.ac.id 59 b. Hausman Test Pengujian ini bertujuan untuk menentukan apakah fixed effect atau random effect yang digunakan untk mengestimasi data. Hasil Hausman Test dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Hausman Test Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: POOL01 Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 0.747663 3 0.8619 Sumber : Hasil Olahan E-views 6.0, 2013 Pada tabel diatas terlihat nilai Chi statistik adalah 0.747663, sedangkan untuk chi-square diperoleh hasil sebesar 6,25. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model yang cocok digunakan adalah model Random effect karena chi-statistik < chi-square. c. Hasil Estimasi Tabel 4.5 Estimasi Random Effect Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C 8.217.676 1.104.521 0.744003 0.458 GDP? 0.00971 0.0015 6.473.857 0.000 INFLASI? -1.181.440 6.515.088-1.813.390 0.0718 KURS? 0.772215 0.08247 9.363.599 0.000 Random Effects (Cross) AMERIKA-C 1.183.595 JEPANG-C 8.831.304 Bersambung ke halaman berikutnya.

digilib.uns.ac.id 60 Lanjutan Tabel 4.5 MALAYSIA-C -2.568.931 SINGAPURA-C -4.046.147 THAILAND-C 5.062.508 Sumber : Hasil Olahan E-views 6.0, 2013 Interpretasi dari persamaan diatas adalah sebagai berikut : a. Koefisien regresi variabel nilai GDP bertanda positif sebesar 0.009710 yang berarti jika nilai GDP naik 1 dollar maka Nilai ekspor nonmigas Indonesia akan mengalami peningkatan sebesar 0.009710 dollar dengan asumsi variabel inflasi dan kurs dianggap konstan. b. Koefisien regresi variabel inflasi bertanda negatif sebesar -118.1440 yang berarti jika inflasi naik 1% maka Nilai ekspor nonmigas Indonesia akan mengalami penurunan sebesar -118.1440 dollar dengan asumsi variabel GDP dan Kurs dianggap konstan. c. Koefisien regresi variabel kurs bertanda positif sebesar 0.772215 yang berarti jika kurs naik sebesar 1 Rupiah maka Nilai ekspor nonmigas Indonesia akan mengalami penurunan sebesar 0.772215 dollar dengan asumsi variabel GDP dan Inflasi dianggap konstan. 2. Uji Statistik a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Uji parsial (uji t) adalah uji secara indifidual dari semua koefisien regresi untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji t dapat dilihat sebagai berikut :

digilib.uns.ac.id 61 Tabel 4.6 Hasil Uji Signifikansi Parsial Variabel t-statistik Probabilitas Keterangan GDP 6.473857 0.0000<0,10 Signifikan pada = 10% Inflasi -1.813390 0.0718<0,10 Signifikan pada = 10% Kurs 9.363599 0.0000<0,10 Signifikan pada = 10% Sumber : Hasil Olahan E-views 6.0, 2013 T statistik dari variabel GDP sebesar 6.473857 dengan probabilitas 0.0000 signifikan dan positif pada tingkat signifikansi 10%, artinya variabel GDP secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen Nilai ekspor Indonesia pada tingkat signifikansi 10%. T statistik dari variabel Inflasi sebesar -1.813390 dengan probabilitas 0.0718 tidak signifikan dan negatif pada tingkat signifikansi 10%, artinya variabel Inflasi secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen Nilai ekspor Indonesia pada tingkat signifikansi 10%. T statistik dari variabel Kurs sebesar 9.363599 dengan probabilitas 0.0000 signifikan dan positif pada tingkat signifikansi 10%, artinya variabel Kurs secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen Nilai ekspor Indonesia pada tingkat signifikansi 10%. b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji simultan F adalah uji secara bersama-sama dari semua koefisien regresi untuk mengetahui signifikan atau tidaknya variabel independen terhadap variabel dependen.

digilib.uns.ac.id 62 Berdasarkan hasil mengolahan data, diperoleh nilai probabilitas GDP, Inflasi dan Kurs secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Nilai ekspor nonmigas Indonesia. c. Koefisien Determinasi (R 2 ) Uji determinasi (R 2 ) dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan variabel-veriabel independen dapat dijelaskan oleh variasi variabel dependen. Berdasarkan hasil estimasi awal, menunjukan bahwa nilai adjusted R 2 sebesar 0.578638 yang berarti 57,86% variabel Nilai ekspor dapat dijelaskan oleh variabel GDP, Inflasi dan Kurs. Sedangkan sisanya sebesar 42.14% dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian. 3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

digilib.uns.ac.id 63 Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel r 2 R 2 Keterangan GDP 0.298473 < 0.578638 Bebas Multikolinearitas Inflasi 0.097823 < 0.578638 Bebas Multikolinearitas Kurs 0.449220 < 0.578638 Bebas Multikolinearitas Sumber : Hasil Olahan E-views 5.0, 2013 Berdasarkan hasil olah data menunjukan bahwa dalam persamaan regresi yang digunakan tidak terjadi masalah multikolinearitas. Hal ini ditunjukan dengan nilai r 2 semua variabel independen lebih kecil dari nilai R 2. b. Uji Heterokedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi perbedaan varian dari residual pengamatan yang satu ke residual pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan membandingkan hitung dibandingkan dengan tabel. Dalam model ini dieroleh hitung sebesar 66,54 yang didapat dari rumus: hitung = n x Kemudian dengan n = 115 dan k = 36, maka diperoleh df = 79 tabel sebesar 96,58. Apabila dibandingkan dengan hitung, maka nilai hitung 66,54 < tabel 96,58, sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan tersebut bebas dari gejala heterokedastisitas.

digilib.uns.ac.id 64 4. Interpretasi Ekonomi Berdasarkan hasil pengolahan regresi linear berganda, dapat dijelaskan hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut. a. Hasil Hausman test menggunakan pendekatan Random Effect. Hasil pengujian panel data menggunakan pendekatan random effect diperoleh nilai konstanta (C) secara umum dan secara khusus per-negara, nilai konstanta umum sebesar 821.7676 yang berarti apabila variabel GDP, Inflasi, Kurs bernilai 0 maka nilai konstan dari variabel Nilai Ekspor adalah 821.7676, sedangkan konstanta secara khusus per-negara secara berurutan adalah: 1. Amerika 1183.595, yang berarti apabila variabel GDP, Inflasi, Kurs bernilai 0 maka nilai konstan dari variabel Nilai Ekspor adalah 1183.595. 2. Jepang 883.1304, yang berarti apabila variabel GDP, Inflasi, Kurs bernilai 0 maka nilai konstan dari variabel Nilai Ekspor adalah 883.1304. 3. Thailand 506.2508, yang berarti apabila variabel GDP, Inflasi, Kurs bernilai 0 maka nilai konstan dari variabel Nilai Ekspor adalah 506.2508. 4. Singapura -4.046147, yang berarti apabila variabel GDP, Inflasi, Kurs bernilai 0 maka nilai konstan dari variabel Nilai

digilib.uns.ac.id 65 Ekspor adalah -4.046147. Dengan kata lain Indonesia justru akan melakukan impor sebesar 4.046147. 5. Malaysia -2568.931, yang berarti apabila variabel GDP, Inflasi, Kurs bernilai 0 maka nilai konstan dari variabel Nilai Ekspor adalah -2568.931. Dengan kata lain Indonesia justru akan melakukan impor sebesar 2568.931. b. Pengaruh GDP negara tujuan ekspor terhadap nilai ekspor nonmigas Indonesia. variabel nilai GDP bertanda positif sebesar 0.009710 dengan probabilitas 0.0000 yang signifikan terha variabel inflasi dan kurs dianggap konstan. Nilai tersebut berarti jika nilai GDP naik 1 dollar maka Nilai ekspor nonmigas Indonesia akan mengalami peningkatan sebesar 0.009710 dollar. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis awal bahwa terbukti ada pengaruh yang signifikan dari GDP negara tujuan ekspor terhadap nilai ekspor nonmigas Indonesia ke lima negara tujuan utama ekpor. Nilai GDP negara mitra yang mempengaruhi nilai ekspor nonmigas Indonesia juga sesuai teori, bahwa terdapat hubungan yang positif antara peningkatan GDP negara lain dengan ekspor dalam negeri. pertumbuhan ekonomi negara lain yang semaikin tinggi akan menyebabkan permintaan barang dan jasa meningkat. Hal tersebut

digilib.uns.ac.id 66 juga sesuai dengan hasil penelitian Savitri (2007) yang menunjukan adanya pengaruh PDB terhadap nilai ekspor Indonesia. c. Pengaruh inflasi negara tujuan ekspor terhadap nilai ekspor nonmigas Indonesia Variabel inflasi bertanda negatif sebesar -118.1440 dengan menunjukan bahwa variabel inflasi negara tujuan ekspor berpengaruh terhadap nilai ekspor nonmigas Indonesia. Dengan demikian hipotesis awal sesuai dengan hasil estimasi yang menunjukan ada pengaruh yang signifikan antara variabel Inflasi terhadap nilai ekspor nonmigas Indonesia ke lima negara tujuan utama ekpor. Hasil estimasi menunjukan bahwa nilai inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor non migas Indonesia, hal tersebut sesuai dengan teori bahwa tingginya nilai inflasi yang terjadi negara tujuan ekspor suatu negara akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat dinegara tersebut. Jika inflasi naik maka daya beli masyarakat akan menurun, yang berarti permintaan akan barang ekspor dari yang menjadi negara mitra dagangnya juga akan menurun. d. Pengaruh kurs terhadap nilai ekspor nonmigas Indonesia. Variabel kurs bertanda positif sebesar 0.772215 dengan probabilitas 0.0000 yang signifi nilai rupiah terhadap mata uang lain turun sebesar 1 Rupiah maka Nilai

digilib.uns.ac.id 67 ekspor nonmigas Indonesia akan mengalami kenaikan sebesar 0.772215 dollar, sebaliknya apabila rupiah ter-apresiasi 1 rupiah maka akan menurunkan nilai ekspor sebesar 0.772215 dollar dengan asumsi variabel GDP dan Inflasi dianggap konstan. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang terbukti bahwa ada pengaruh negatif nilai tukar (kurs) terhadap nilai ekspor nonmigas Indonesia ke lima negara tujuan utama ekspor. Hasil yang berbeda ditemukan oleh marbun (2006) dalam penelitiannya menunjukan bahwa nilai tukar (Kurs) berpengaruh positif terhadap nilai ekspor. Menurut marbun (2006) depresiasi akan meningkatkan resiko kerugian bagi eksportir dan meningkatkan biaya produksi, terutama sektor non migas dan manufaktur.