FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATAMPONE

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

ANALISIS MODEL PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA TUWEL TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

GAMBARAN PERUBAHAN POLA HAID AKSEPTOR KON

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

Lutfia Kherani Nurhayatun J

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS MLATI II KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pencegahan atau penurunan AKI di Indonesia adalah

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Pekauman Banjarmasin

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Kenaikan Berat Badan 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik ( menggambarkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

STUDI DESKRIPTIF GANGGUAN HAID PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI BPM DYAH SUGIYANTO GONILAN SUKOHARJO TAHUN 2016

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB (Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING KONTRASEPSI DMPA DENGAN KEJADIAN DROP OUT

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Indonesia, yang salah satu caranya dengan kontrasepsi. kontrasepsi yang akan dipilihnya baik meliputi cara pemasangan atau

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender (BKKBN,

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologis (normal), sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB I PENDAHULUAN. Berencana secara komprehensif (Syaiffudin, 2006). untuk menggunakan alat kontrasepsi hormonal maupun non hormonal.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATAMPONE Nurfitriani Muin 1, Magdalena 2, Dewi Yuliani Hanaruddin 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 Rumah Sakit Labuang Baji 3 STIKES Nani Hasanuddin Makassar Alamat Korespondensi : nurfitrianimuin984@gmail.com/085330858132 ABSTRAK Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal yang bersifat efektif, aman dan dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi. Seiring dengan pengguna KB suntik yang terus meningkat serta adanya keluhan yang dirasakan oleh responden mengenai penggunaan kontrasepsi suntik maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara efektivitas, efek samping dan riwayat menstruasi dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Watampone. Bentuk penelitian ini adalah penelitian observasional yang bersifat survey analitik dengan desain penelitian cross sectional study, populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 66 akseptor KB suntik dan pengambilan sampel menggunakan tehnik simple random sampling sehingga di dapatkan 39 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner, data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer program microsoft exel dan program statistik (SPSS) versi 16.0. Hasil analisis bivariat didapatkan tidak ada hubungan antara efektivitas dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik (p = 0,956), tidak ada hubungan antara efek samping dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik (p = 0,725) dan ada hubungan antara riwayat menstruasi dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik ( p = 0,044). Kesimpulan pada penelitian ini yaitu dari ketiga variabel hanya riwayat menstruasi yang berhubungan dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Watampone. Kata Kunci : Kontrasepsi Suntik, Efektivitas, Efek Samping dan Riwayat Menstruasi PENDAHULUAN Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen. Menurut WHO tahun 2005 angka kontrasepsi secara keseluruhan di dunia mencapai 89% sedangkan di tahun 2007 angka pengguna KB suntik diperkotaan mencapai 58% dan dipedesaan mencapai 57%. (Infodatin Hargasnas, 2014). Proporsi perempuan kawin pada usia 15 sampai 49 tahun yang menggunakan KB saat ini di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 55,8 % dan pada tahun 2013 sebesar 59,7 %. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bone mulai Januari sampai Desember pada tahun 2014 jumlah pengguna KB baru 37.397 dan KB aktif 87.274 yang terbagi atas pengguna IUD 349 (0,27%), MOW 47 (0,04%), MOP 21 (0,02%), Kondom 8.249 (6,32%), Implant 1336 (1,02%), Suntik 49.582 (38,00%), dan Pil 27.690 (21,22%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Bone,2014). Data dari UPTD Puskesmas Watampone, pengguna KB suntik untuk bulan Agustus 2015 sebanyak 66, Pil 20, AKDR 4, Implant 0, Kondom 6, MOW dan MOP 0. Dari data tersebut nampak bahwa dari 62,50% PUS yang ikut ber-kb. (Puskesmas Watampone, 2015). Berdasarkan dari data pengguna kontrasepsi untuk ikut ber-kb baik aktif maupun baru yang terus meningkat dari tahun ke tahun khususnya Kontrasepsi Suntikan, penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dengan variabel yang sama, dan adanya keluhan yang dirasakan oleh responden mengenai penggunaan KB Suntik yang diperoleh berdasarkan laporan dan keterangan dari petugas pelayanan KB di Puskesmas maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor yang berhubungan dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Watampone. 51

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Watampone Kabupaten Bone pada bulan November sampai Desember 2015. Populasi dalam penelitian adalah semua akseptor KB yang menggunakan alat kontrasepsi suntik di Wilayah kerja Puskesmas Watampone sebesar 66 akseptor KB dan sampel KB suntik sebanyak 39 akseptor yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut : 1. Ibu/responden yang masih sedang menggunakan kontrasepsi suntik yang tercatat sebagai pengguna aktif yang konsisten 2. Ibu / responden berada ditempat pada saat penelitian 3. Responden yang bersedia menjadi subjek penelitian HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Umum Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Watampone Tahun 2015 ( n = 39) Karakteristik Frekuensi Persen (%) 1. Umur < 30 tahun 30 35 tahun 36 40 tahun > 40 tahun 2. Pendidikan Tamat SD SMP SMA Akademi / PT 3. Pekerjaan IRT Wiraswasta PNS 13 10 7 9 1 8 16 14 20 9 10 33,2 25,6 18 23,1 2,6 20,5 41,0 35,9 51,3 23,1 25,6 Berdasarkan tabel 1 dengan karakteristik Umur, menunjukkan bahwa dari 39 responden, persentase terbesar ada pada umur < 30 tahun sebanyak 33,2% sedangkan persentase terendah ada pada umur 36-40 tahun sebanyak 18 %. Karakteristik pendidikan menunjukkan bahwa persentase tertinggi tingkat pendidikan responden adalah yang memiliki latar belakang SMA sebanyak 41,0% sedangkan persentase terendah adalah dengan tingkat pendidikan tamat SD sebanyak 2,6%. Karakteristik pekerjaan menunjukkan bahwa persentase tertinggi tingkat pekerjaan adalah IRT sebanyak 51,3% sedangkan persentase terendah adalah Wiraswasta sebanyak 23,1%. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Watampone Tahun 2015 (n = 39) Variabel Penelitian Frekuensi Persen(%) 1.Jenis Kontrasepsi suntik Suntik 1 Bulan Suntik 3 Bulan 11 28 2. Efektivitas Rendah Tinggi 3. Efek Samping Ada Tidak ada 4.Riwayat Teratur Tidak teratur Menstruasi 18 21 16 23 12 27 28,2 71,8 46,2 53,8 41,0 59,0 30,8 69,2 Berdasarkan tabel 2 dengan variabel penggunaan kontrasepsi suntik yang menunjukkan bahwa dari 39 responden persentase pengguna kontrasepsi suntik lebih banyak menggunakan suntik 3 bulan sebanyak 71,8% dan yang menggunakan suntik 1 bulan sebanyak 28,2%. Variabel 52

efektivitas menunjukkan persentase efektivitas dari kontrasepsi suntik yang memilih efektivitas tinggi sebanyak 53,8% dan yang memilih efektivitas rendah sebanyak 46,2%. Variabel efek samping menunjukkan bahwa sebanyak 41,0% dan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari responden sebanyak 59,0%.Variabel riwayat menstruasi menunjukkan persentase yang mengalami riwayat menstruasi yang teratur sebanyak 30,8% dan yang riwayat menstruasi yang tidak teratur sebanyak 69,2%. 2. Analisis Bivariat Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Efektivitas dengan Pemilihan Jenis Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Watampone Tahun 2015 Efektivitas Jenis Kontrasepsi Suntik yang digunakan Suntik 1 Bulan Suntik 3 Bulan Rendah 5 27,8 13 72,2 18 100,0 Tinggi 6 28,6 15 71,4 21 100,0 11 28,2 28 71,8 39 100,0 ρ = 1,000 α = 0,05 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 39 responden terdapat efektivitas rendah dengan penggunaan kontrasepsi suntik 1 bulan sebanyak 27,8% dan suntik 3 bulan sebanyak 72,2%. Sedangkan efektivitas tinggi dengan penggunaan kontrasepsi suntik 1 bulan sebanyak 28,6% dan suntik 3 bulan sebanyak 71,4%. Dengan menggunakan olah data SPSS berdasarkan uji statistik Continuity Correction diperoleh nilai ρ = 1,000. Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Efek Samping Dengan Pemilihan Jenis Kontrasepsi Suntik Di Wilayah Kerja Puskesmas Watampone Tahun 2015 Jenis Kontrasepsi Suntik Efek Samping Yang Digunakan Suntik 1 Bulan Suntik 3 Bulan Tidak Ada 6 26,1 17 73,9 23 100,0 Ada 5 31,2 11 68,8 16 100,0 11 28,2 28 71,8 39 100,0 ρ = 0,734 α = 0,05 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 39 responden terdapat kontrasepsi suntik 1 bulan yang tidak memiliki efek samping pada responden sebanyak 26,1% dan untuk suntik 3 bulan sebanyak 73,9% sedangkan responden dengan kontrasepsi suntik 1 bulan yang memiliki efek samping sebanyak 31,2% dan untuk suntik 3 bulan sebanyak 71,8%. Dengan menggunakan olah data SPSS berdasarkan uji statistik Fisher s Exact Test diperoleh nilai ρ = 0,734. Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Riwayat Menstruasi dengan Pemilihan Jenis Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Watampone Jenis Kontrasepsi Suntik Yang Riwayat Digunakan Menstruasi Suntik 1 Bulan Suntik 3 Bulan Teratur 6 50,0 6 50,0 12 100,0 Tidak Teratur 5 18,5 22 81,5 27 100,0 11 28,2 28 71,8 39 100,0 ρ = 0,048 α = 0,05 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat kontrasepsi suntik 1 bulan dengan riwayat menstruasi yang teratur pada responden sebanyak 50,0% dan untuk suntik 3 bulan sebanyak 50,0% sedangkan responden dengan penggunaan kontrasepsi suntik 1 bulan dengan riwayat menstruasi yang tidak teratur sebanyak 18,5% dan untuk suntik 3 bulan sebanyak 81,5%. 53

Dengan menggunakan olah data SPSS berdasarkan uji statistik Fisher s Exact Test diperoleh nilai ρ = 0,048. PEMBAHASAN 1. Hubungan Efektivitas dengan Pemilihan Jenis Kontrasepsi Suntik Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukakan oleh peneliti kemudian data yang diperoleh diolah dengan menggunakan SPSS 16 dan hasil uji statistik Continuity Correction diperoleh nilai ρ = 1,000 hal ini menunjukkan bahwa efektivitas merupakan faktor yang tidak berhubungan dengan pemilihan jenis kontrsepsi suntik pada akseptor KB. Hal ini ditunjukkan dari tabel distribusi hubungan efektivitas dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik pada akseptor KB hampir seimbang yaitu efektivitas rendah dan tinggi dari kontrasepsi pada suntik 1 bulan (72,2%) dengan suntik 3 bulan (71,4%), sehingga kemungkinan karena alasan ini yang menyebabkan efektivitas tidak berhubungan dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik. Selain itu didapatkan bahwa pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan lebih banyak dipilih oleh akseptor, karena disebabkan oleh tingkat pendidikan dari masing masing akseptor yang berbeda beda yaitu pada tingkat SMA sebanyak (41,0%) dan Akademi/PT sebanyak (35,9%) sehingga persepsi dari setiap sampel terhadap pengetahuan mengenai tingkat keefektivitasan kontrasepsi suntik juga berbeda. Pendapat ini bertentangan dengan teori yang mengatakan bahwa Efektivitas dari metode kontrasepsi yang digunakan bergantung pada kesesuaian penggunaan dengan instruksi, perbedaan keberhasilan juga tergantung pada tipikal penggunaan (yang terkadang tidak konsisten) dan penggunaan sempurna mengikuti semua instruksi dengan benar dan tepat. (Koes Irianto, 2014). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aminatul Maulana (2014) yang menyatakan bahwa dari hasil penelitiannya H0 diterima berarti menunjukkan tidak ada hubungan antara efektivitas dengan pemilihan alat kontrasepsi. 2. Hubungan Efek Samping Dengan Pemilihan Jenis Kontrasepsi Suntik Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukakan oleh peneliti kemudian datayang diperoleh diolah dengan menggunakan SPSS 16 dan hasil uji statistik Fisher s Exact Test diperoleh nilai p = 0,734 hal ini berarti efek samping merupakan faktor yang tidak berhubungan dengan pemilihan jenis kontrsepsi suntik pada akseptor KB, ketidakberhubungan ini disebabkan karena efek samping dari kontrasepsi suntik 1 bulan (73,9%) dengan suntik 3 bulan (68,8%) juga hampir seimbang antara yang tidak memiliki efek samping dengan yang memiliki efek samping. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Kesuma (2011) dengan hasil berdasarkan uji statistik ada hubungan bermakna terhadap kelangsungan pemakaian kontrasepsi suntik. Hal ini berarti bahwa semakin berat efek samping maka kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi menurun meskipun diantaranya masih ada yang tetap aktif. Menurut peneliti, penelitian yang dilakukan oleh peneliti tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya hal ini disebabkan karena berbagai faktor dan alasan, setiap akseptor memiliki alasan masing-masing dalam pemilihan kontrasepsinya meskipun akseptor mengeluhkan adanya efek samping namun apabila akseptor merasa efek samping yang dialaminya tersebut tidak mengganggu bagi dirinya. 3. Hubungan Riwayat Menstruasi dengan Pemilihan Jenis Kontrasepsi Suntik Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukakan oleh peneliti kemudian data yang diperoleh diolah dengan menggunakan SPSS 16 dan hasil uji statistik Fisher s Exact test diperoleh nilai p = 0,048 berarti riwayat menstruasi merupakan faktor yang berhubungan dengan pemilihan jenis kontrsepsi suntik pada akseptor KB, hal ini karena pada riwayat menstruasi lebih banyak yang mengalami tidak teratur pada suntik 3 bulan (81,5%) dibandingkan dengan suntik 1 bulan (18,5%), namun masih banyak yang memilih kontrasepsi suntik sebagai alat kontrasepsinya karena berdasarkan tingkat pendidikan yang cukup tinggi sehingga pengetahuannya tentang KB suntik sudah cukup tinggi juga, dan faktor ekonominya juga mendukung untuk tetap memilih kontrasepsi suntik dengan pekerjaan PNS sebanyak (25,6%) dan IRT (51,3%). Dan bukan hanya itu meskipun memiliki riwayat menstruasi yang tidak teratur namun pada kontrasepsi suntik 3 bulan memiliki jangka waktu yang lebih lama untuk penyuntikan selanjutnya sehingga akseptor tidak terlalu sering untuk datang ke Puskesmas melakukan penyuntikan ulang. Penelitian diatas sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa setiap akseptor yang menggunakan kontrasepsi suntik akan mengalami haid/ menstruasi yang tidak teratur, pada akseptor suntik pada awal awal penggunaan biasanya masih akan mendapatkan haid tiap bulannya namun dalam jumlah kecil dan berupa bercak bercak (spotting) karena 54

ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan histologi, keadaan amenorea disebabkan karena atropi endometrium (Koes Irianto, 2014). Menurut Handayani (2010) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara riwayat menstruasi dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik, dibuktikan dengan penelitian terdahulu menjelaskan bahwa akseptor yang menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan berpeluang 2,78 kali lebih tinggi untuk mengalami gangguan mentruasi, 50% wanita akan berhenti mengalami perdarahan apapun pada akhir tahun pertama pemakaiannya. KESIMPULAN 1. Tidak ada hubungan antara efektivitas dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik pada akseptor KB. 2. Tidak ada hubungan antara efek samping dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik pada akseptor KB. 3. Ada hubungan antara riwayat menstruasi dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik pada akseptor KB. SARAN 1. Bagi pembaca agar penelitian ini bisa dijadikan sebagai penambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai sumber informasi bagi para akseptor dalam pemilihan kontrasepsi yang cocok dengan kondisi dari para akseptor. 2. Bagi peneliti selanjutnya apabila hendak melakukan penelitian sejenis tentang faktor yang berhubungan dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik 3 bulan sebaiknya dengan karakteristik responden. 3. Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat memperbanyak atau menambah referensi yang berkaitan dengan KB suntik agar dapat mempermudah penelitian berikutnya dan sebagai bahan atau sumber data penelitian yang lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Anggraeni Desi. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan KB Suntik di Jogyakarta. Volume 3 Tahun 2014. ISSN 2201 1725. http://library.stikesjogya.ac.id/files/disk1/13/elibrary%20stikes%20jogyakarta %20-ismailhjha-630-1-52142172-1.pdf (Diakses online pada tanggal 16 Desember 2015) Dinas Kesehatan Kabupaten Bone. 2014. Data Program Kesehatan Ibu dan Reproduksi (Pws-KB) Handayani. 2010. Faktor faktor yang Mempengaruhi Pemilihan KB Suntik di Kelurahan Pamulang.http://library.stikesgk.ac.id// (Diakses online pada tanggal 18 Oktober 2015) Infodatin Hargasnas. 2014. Situasi dan Analisis Keluarga Berencana. Irianto, Koes. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana Dua Anak Cukup. Alfabeta.Bandung Kesuma Sri Dewi Rauf. 2014. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi Suntik pada Akseptor KB di Puskesmas Bungoro Kabupaten Pangkep. Volume 3 Nomor 6 Tahun 2014. ISSN : 2302 1721. http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/9/elibrary%20stikes%20nani%20hasanuddin--srikesumad- 406-1-3614713_-1.pdf(Diakses online pada tanggal 25 September 2015) Maulana Aminatul. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi pada Akseptor KB Wanita di Tuwel. http://maulanaami/2014/10/01/faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan penggunaankontrasepsi-pada-akseptor. (Diakses online pada tanggal 16 Desember 2015) Musdalifah, Faradillah S., Tyo Sumantri. 2013. Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi pada Akseptor KB Baru di Kabupaten Bogor. http://musdalifah21.blogspot.com.pengaruhfaktor-internal-dan-faktor-eksternal-terhadap-pemilihan-alat-kontrasepsi. Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014. ISSN : 2302-1721. (Diakses Online pada tanggal 18 Oktober 2015) Susilowati Endah, Eko Prasetyo. 2015. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Siklus Menstruasi Peserta KB Aktif di Desa Jati Kulon Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. JIKK Volume 6 Nomer 1 Januari 2015 79 96. http://e-journal.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/karakter/article/download/193/135(diakses online pada tanggal 25 September 2015) UPTD Puskesmas Watampone Kabupaten Bone. 2015. Rekapan Penggunaan Kontrasepsi. Zulkifli Andi, 2012. Epidemiologi Teori dan Aplikasi. Masagena Press. Makassar 55