BAB III LATAR BELAKANG PERUSAHAAN

dokumen-dokumen yang mirip
Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih

Guna mewujudkan visi API dan sasaran yang ditetapkan,

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN 1

Program implementasi API dilaksanakan secara bertahap

BAB VI ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA (API)

Bab 6 MATERI SIP-6 1 LATAR BELAKANG ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA (API) VISI API TUJUAN SASARAN API SISTEMATIKA API

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO

Membangun Fundamental Perbankan yang Kuat 1

SISTEM DAN KEBIJAKAN PERBANKAN DI INDONESIA

SEJARAH BANK INDONESIA : PERBANKAN Periode

Diskusi dan Analisis Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan sebagai salah satu lembaga intermediasi memiliki peranan

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/19/PBI/2009 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perbankan di Indonesia banyak mengalami perubahan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

BAB I PENDAHULUAN. investasi maupun modal kerja. Perkembangan yang pesat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

Laporan Direktur Utama

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dengan banyaknya pendirian bank-bank. Baik itu bank milik pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada

Sambutan Komisaris Utama

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 19 /PBI/2009 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tidak memiliki definisi tunggal. Menurut Forum for Corporate

BAB I PENDAHULUAN. membawa kehancuran bagi perekonomian negara Indonesia serta akibatnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang menjadi pilar

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2004 Bank Indonesia menerbitkan Arsitektur Perbankan

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

7. Memastikan sistem pengendalian internal telah diterapkan sesuai ketentuan.

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

Teman Anda Dalam Usaha. P.T. BANK BUMI ARTA Tbk. PUBLIC EXPOSE. Jakarta, 11 Juni 2014 BANK BUMI ARTA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

2015 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SETELAH MERGER BERD ASARKAN FORMULA CAMEL

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK

BAB 1 PENDAHULUAN. Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa

LAPORAN POSISI KEUANGAN

POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi volume usaha, mobilisasi dana

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/25/PBI/2005 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

Mempertahankan arah, menjadi lebih kuat.

Para Direktur Kepatuhan Perbankan dan Pimpinan Perbankan lainnya;

2 mengelola risiko; dan (iv) mengurangi ketidakpastian pasar (market uncertainty) serta kesenjangan informasi (asymmetric information). Di sisi lain,

BAB I Latar Belakang. Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

MENGAPA PERLU ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA? Oleh: Tumpak Silalahi SE AK,MBA. Pada awal Januari 2004 ini, siaran pers Bank Indonesia secara resmi

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

Self Assessment GCG. Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG

BAB II ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA DAN KINERJA KEUANGAN BANK. bab berikut akan dijelaskan lebih mendalam mengenai API.

DAFTAR ISI. Daftar isi Pelaksanaan Good Corporate Governance PD BPR Garut 2

BAB I PENDAHULUAN. yang melaksanakan Corporate Governance (CG) dengan baik akan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. jasa lalu lintas pembayaran dan sebagai sarana dalam kebijakan moneter.

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Malaysia.Perusahan ini bergerak di bidang forward banking. Bahrain dan Brunei. Amerika dan Inggris

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha. panjang di industri perbankan di Indonesia. Bank BTN telah berdiri

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dunia terhadap struktur ekonomi dan moneter dalam negeri sebuah

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERKEMBANGAN TERKINI

BAB I PENDAHULUAN. adalah dalam hal penentuan harga, baik harga jual maupun harga beli. Bank

TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

Membangun BPR yang Sehat, Kuat dan Berdaya Saing Tinggi Arah Kebijakan Pengaturan Dalam Rangka Mendukung Modernisasi Bank Perkredian Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perbankan Indonesia (API) untuk memperkuat fundamental industri perbankan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi.

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bank Mandiri Tbk ditinjau dari Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning dan

BAB III GAMBARAN UMUM PT BANK MEGA TBK. didirikan pada tahun 1969 dan berkedudukan di Surabaya, selanjutnya pada tahun

I. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional

Transkripsi:

BAB III LATAR BELAKANG PERUSAHAAN 3.1. Sejarah Perusahaan Bank Niaga adalah salah satu bank swasta terkemuka di Indonesia. Sejak didirikan lebih dari lima dasawarsa lalu, 26 September 1955, Bank Niaga telah meletakkan pondasi yang kuat untuk menjaga pertumbuhan yang berkesinambungan melalui penciptaan lingkungan kerja yang berorientasi kepada integritas, pelayanan berkualitas serta pengelolaan bank dengan prinsip kehati-hatian serta pengelolaan kinerja keuangan yang sehat. Semua itu diyakini Bank Niaga sebagai tanggung jawab utamanya dalam meningkatkan nilai tambah bagi seluruh stakeholder. Sejak semula, pengelolaan Bank Niaga dilaksanakan dengan mengacu pada nilai-nilai, peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, yang saat ini dikenal sebagai Tata Kelola Perusahaan yang Baik. Selama dua tahun berturut-turut, pada 2001 dan 2002, Bank Niaga terpilih sebagai salah satu emiten pelaksana Good Corporate Governance terbaik. Secara proaktif, Bank Niaga juga terlibat dalam upaya-upaya di tingkat nasional untuk turut mensosialisasikan pentingnya penerapan tata kelola perusahaan yang baik. Selain itu, sejarah Bank Niaga juga mencatat beberapa tonggak penting di antaranya: menjadi bank devisa di tahun 1974; memulai Program Pendidikan Eksekutif di tahun 1977; pada tahun 1987 memelopori penggunaan layanan ATM di 34

Indonesia; mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1989; serta berhasil mempertahankan posisi sebagai bank dengan layanan terbaik pada tahun 2001 dan 2002. Pada 2002, Bank Niaga mulai mengoperasikan Dual Data Center, yaitu dua buah data center yang aktif dan saling back-up satu sama lainnya. Penggunaan teknologi terkini tersebut adalah wujud komitmen Bank Niaga kepada nasabahnya, sehingga mereka dapat menikmati pelayanan perbankan selama 24 jam-seharisepanjang-tahun melalui beragam jalur distribusi seperti jaringan kantor cabang, kiostronik, ATM, phone banking, TV banking, internet banking, dan mobile banking. Pada tahun ini Bank Niaga juga telah menerapkan teknologi terbaru yaitu SST (Self Service Terminal) yang memiliki fitur transaksi perbankan lebih lengkap dibandingkan dengan ATM. Peristiwa penting lainnya adalah: sejak 25 Nopember 2002, Bank Niaga menjadi anak perusahaan dari Commerce Asset-Holding Berhad (CAHB), dengan komposisi kepemilikan saham sebesar 54,88% atau sejumlah 4.325.536.029 lembar saham. CAHB adalah sebuah lembaga keuangan terkemuka dari Malaysia yang mencatatkan sahamnya di Bursa Saham Kuala Lumpur. Dalam mengantisipasi era Asean Free Trade Area (AFTA) dan pemulihan ekonomi, Bank Niaga akan menjadi lima besar lembaga keuangan di Indonesia. 3.2. Budaya Perusahaan Visi Niaga 2007 35

Bank Niaga akan menjadi lima besar lembaga keuangan di Indonesia Visi Niaga 2007 akan dicapai dengan: 1. Meningkatkan kompetensi inti di segmen komersial dan perorangan sebagai penggerak utama bisnis, memastikan pengembalian yang optimal dari investasi dan aktiva produktif. 2. Secara konsisten memberikan kualitas layanan yang terbaik kepada para nasabah dan memperkuat posisi Bank Niaga sebagai penyedia jasa keuangan terbaik di industri. 3. Menyediakan produk-produk dan layanan keuangan yang unggul dan inovatif. 4. Sehat dan berhati-hati dalam mengelola portofolio aktiva dan risiko. 5. Menggunakan teknologi untuk menjalankan bisnis dan efisiensi organisasi. 6. Mengembangkan dan menjaga sumber daya manusia yang profesional, berprinsip dan berdedikasi dengan menyediakan iklim kerja yang mendukung pengembangan kemampuan pribadi dan profesionalisme. 7. Pembagian tugas yang jelas di antara unit-unit kerja. 8. Perbaikan yang terus menerus dalam pengelolaan risiko dan keuangan untuk mencapai struktur neraca yang kuat. 9. Mempertahankan citra sebagai bank yang menerapkan praktek tata kelola perusahaan yang baik. Pernyataan Misi Misi kami adalah bertekad membangun bank retail utama yang memegah teguh komitmen untuk memberikan kualitas dan nilai tambah bagi stakeholders. Keberhasilan kami di masa lalu, kini dan yang akan datang dilandasi oleh keyakinan 36

kami dalam menyediakan layanan berkualitas tinggi, pengelolaan resiko dan sumber daya keuangan yang tepat, pemanfaatan teknologi tepat guna, serta yang paling utama bertumpu pada dedikasi para karyawan yang senantiasa menjunjung tinggi integritas dan prestasi dalam bekerja maupun berusaha. Filosofi Perusahaan 1. Orientasi kepada nasabah 2. Etika dan moral sebagai landasan kerja 3. Manajemen dan karyawan sebagai aset utama dari Perusahaan 4. Iklim kerja yang mendukung kinerja, kreativitas dan motivasi kerja tinggi 5. Komitmen dalam tanggung jawab sosial. Nilai pokok Karyawan 1. Bekerja dengan dasar integritas yang tinggi 2. Selalu fokus kepada nasabah 3. Energik dan bersemangat tinggi di dalam menghadapi setiap tantangan 4. Mampu memotivasi rekan-rekan sekerja dan lingkungan untuk mencapai visi Bank Niaga 5. Selalu fokus kepada implementasi, tindak lanjut serta pencapaian hasil guna memberikan nilai tambah dan kontribusi kepada Bank Niaga 6. Selalu siap menghadapi perubahan baik intern maupun ekstern 37

3.3. Komposisi Pemegang Saham Tabel 3.1 Analisis Pemegang Saham > 5% saham dari Modal Disetor Susunan Pemegang Saham Per 20 April 2005 Jumlah Saham % Commerce Asset-Holding Berhad, Malaysia 4.325.536.029 54,88 Negara RI qq Menteri Keuangan RI 410.791.853 5,21 Pemegang Saham Lainnya (<5%) 3.145.616.838 39.91 TOTAL 7.881.944.720 100 3.4. Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Tabel 3.2 Susunan Dewan Komisaris 1. DR. Rozali bin Mohamed Ali Presiden Komisaris 2. Gunarni Soeworo Wakil Presiden Komisaris, merangkap Komisaris Independen 3. Sigid Moerkardjono Komisaris, merangkap Komisaris Independen 4. Datuk Hamzah bin Bakar Komisaris, 38

merangkap Komisaris Independen 5. Dr. Roslan A.Ghaffar Komisaris 6. Dato' Halim bin Muhamat Komisaris 7. Ananda Barata Komisaris Tabel 3.3 Susunan Dewan Direksi 1. 2. 3. 4. Peter B. Stok Hashemi Albakri bin Abu Bakar Andi Mohammad Hatta Daniel James Rompas Presiden Direktur Wakil Presiden Direktur Direktur Direktur 5. C. Heru Budiargo Direktur 6. Tay Un Soo Direktur 7. V. Catherinawati Hadiman Direktur 39

3.5. Struktur Organisasi 40

3.6. Laporan Keuangan Ada di excel! 41

42

43

44

Tabel 3.4. Rasio Keuangan PT. Bank Niaga Per Tahun 2000 Tahun 2004 RASIO 2000 2001 2002 2003 2004 Imbal hasil aktiva (ROA) Imbal hasil aktiva produktif (ROEA) Imbal hasil ekuitas (ROE) Marjin pendapatan bunga bersih Pendapatan selain bunga terhadap pendapatan operasional Rasio biaya terhadap pendapatan Rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) Cadangan penyisihan penghapusan kredit terhadap total kredit Kredit diklasifikasikan bruto terhadap total kredit (NPL Bruto) Kredit diklasifikasikan bersih terhadap total kredit (NPL Bersih) Kredit diberikan terhadap dana masyarakat Giro wajib minimum (Rupiah) 2.76 1.92 0.61 0.37 0.52 2.91 2 0.65 0.39 0.52 43.77 37.53 12.22 20.62 *** 5.36 4.59 2.33 0.84-1.01 17.7 14.47 11.73 16.09 32.04 50.58 50.44 64.12 79.05 66.12 ***10.29 11.58 12.72 16.58 21.34 3.34 4.2 4.6 6.16 15.62 3.18 3.61 6.16 8.28 29.82 1.89 2.07 4.11 6.74-85.28 72.82 60.23 45.96 43.93 7.14 5.36 5.35 5.47 8.45 Posisi Devisa Netto 9.88 1.48 1.17 2.29 22.64 Keterangan : * Disajikan kembali setelah penggabungan saham (**) ** Penggabungan saham 10 menjadi 1 telah disetujui pemegang saham pada bulan April 2004 *** Saldo ekuitas defisit 45

**** Nilai CAR 2004 adalah setelah market risk charge. Jika tanpa memperhitungkan market risk charge CAR 2004 adalah 10,43% ***** Karyawan Bank Niaga tidak termasuk anak perusahaan ****** Didefinisikan sebagai kantor cabang dan payment point, tidak termasuk 10 unit kas mobil dan 5 unit usaha Syariah Banking 3.7. Analisis Lingkungan Industri Perbankan Untuk menganalisis keadaan industri perbankan dengan menggunakan metode lima kekuatan persaingan pokok dari Michael E. Porter, dilakukan seperti berikut ini: Para Pesaing Industri Keadaan persaingan dalam industri perbankan dilakukan untuk berlomba merebut nasabah misalnya dengan persaingan harga, perang iklan, introduksi produk, peningkatan pelayanan kepada nasabah dan sebagainya. Persaingan ini akan mendorong bank-bank untuk meningkatkan pelayanannya, saling menandingi. Tapi persaingan ini dapat berdampak positif dapat juga berdampak negatif. Misalnya persaingan harga dapat berkibat penurunan laba bagi bank-bank yang overheadnya tinggi. Pemasok Dalam hal ini adalah giran, deposan dan penabung. Adanya kebebasan bankbank dalam menentukan tingkat suku bunga dan juga banyaknya produkproduk dengan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan seperti penggunaan 46

Pembeli ATM, phone banking, ataupun pemberian hadiah-hadiah yang menarik, semua ini akan memperkuat posisi pemasok dana. Dalam hal ini adalah penerima kredit atau pengguna jasa bank. Pada umumnya daya tawar para pembeli dana ini kurang kuat kecuali beberapa nasabah prima dimana merupakan pengguna dana terbesar biasanya mempunyai kekuatan untuk mendapatkan suku bunga tertentu, pelayanan yang lebih baik atau kemudahan pelayanan yang lain. Produk Pengganti Dengan berkembangnya pasar modal, asuransi, pegadaian, leasing, venture capital, factoring, credit company, mutual funds, dan sebagainya akan merupakan ancaman bagi perbankan. Pendatang Baru potensial Untuk bank-bank asing yang beroperasi di Indonesia, kemudian dengan adanya peraturan dari BI mengenai percepatan konsolidasi melalui konsep Arsitektur Perbankan Indoensia (API) sehingga nantinya akan ada suatu bank hasil merger maupun hasil pengakuisisian dimana secara keseluruhan merupakan ancaman yang akan menambah persaingan bank-bank dalam memperebutkan pasar. 3.8. Tata Cara Pengelolaan Perbankan Nasional Pada awal tahun 2004 Bank Indonesia (BI) mengeluarkan peraturan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan 47

Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa datang oleh API dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. API menjadi kebutuhan yang mendesak bagi perbankan Indonesia dalam rangka memperkuat fundamental industri perbankan. Krisis ekonomi tahun 1997 menunjukkan bahwa industri perbankan nasional belum memiliki kelembagaan perbankan yang kokoh yang didukung dengan infrastruktur perbankan yang baik sehingga secara fundamental masih harus diperkuat untuk dapat mengatasi gejolak internal maupun eksternal. Belum kokohnya fundamental perbankan nasional merupakan tantangan bukan hanya bagi industri perbankan secara umum, tetapi juga bagi BI sebagai otoritas pengawasnya. Bertitik tolak dari kebutuhan untuk memiliki fundamental perbankan yang lebih kuat dan sebagai upaya lanjutan dalam program penyehatan perbankan yang saat ini sedang berjalan, maka sejak dua tahun terakhir dengan masukan-masukan berharga dari berbagai stakeholders, BI telah menyelesaikan penyusunan API. Mengingat API merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program restrukturisasi perbankan maupun white paper penyehatan perbankan nasional pasca IMF, maka BI akan mulai mengimplementasikan API pada tahun 2004. Mengingat lingkup kebijakan dan pembahasan yang akan ditempuh dan perlunya persiapan yang harus dilakukan oleh 48

bank-bank dan BI dalam mengantisipasi perubahan dimaksud, maka implementasi perubahan-perubahan tersebut akan dilakukan secara bertahap. Konsep Bank jangkar merupakan tindak lanjut pilar pertama API yang dicanangkan BI pada 9 Januari 2004. Konsep bank jangkar diambil dari perbankan Malaysia. Berikut tujuan yang akan diraih dalam implementasi Bank Jangkar, yaitu: 1. Memperkuat permodalan suatu bank. Dengan modal yang kuat bank nasional dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk bersaing dengan pemain global. 2. Meningkatkan fungsi intermediasi perbankan dan efisiensi. Melalui akuisisi atau merger, bank jangkar tersebut akan makin kuat pula dalam memberikan kredit yang berarti fungsi intermediasi akan meningkat pula. Juga akan menciptakan efisiensi system dalam memberikan kredit. 3. Mempermudah pengawasan. BI akan merasa lebih mudah dalam mengawasi bank nasional yang lebih sedikit jumlahnya sehingga akan menciptakan system perbankan nasional yang sehat. 3.8.1. Enam Pilar API Untuk mempermudah pencapaian visi dari API sebagaimana telah diuraikan diatas maka ditetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai, yaitu: 1. Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan. 2. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standar internasional. 49

3. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko. 4. Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi internal perbankan nasional. 5. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya industri perbankan yang sehat. 6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan. 3.8.2. Tahap Implementasi API Program implementasi API akan dilaksanakan secara bertahap dan sudah dimulai sejak tahun 2004 yang lalu dengan perincian sebagai berikut: Program Penguatan Struktur Perbankan Indonesia: 1. Memperkuat permodalan Bank 2. Memperkuat daya saing BPR 3. Meningkatkan akses kredit Program Peningkatan Kualitas pengaturan Perbankan 1. Memformalkan proses sindikasi dalam membuat kebijakan perbankan 2. Implementasi secara bertahap 25 Basel Core Principal for effective Banking Supervision Peningkatan Fungsi Pengawasan 1. Peningkatan koordinasi antara lembaga pengawasan 2. Melakukan konsolidasi sektor perbankan nasional 50

3. Meningkatkan kompetensi pemeriksa Bank 4. Mengembangkan sistem berbasis resiko 5. Meningkatkan efektifitas enforcement Program peningkatan Kualitas Managemen dan Operasi perbankan 1. Meningkatkan Good Corporate Government 2. Meningkatkan kualitas management resiko 3. Meningkatkan kemampuan operasional bank Program pengembangan Infrastruktur perbankan 1. Meningkatkan credit bureau 2. Mengoptimalkan penggunanan kredit rating agencies Program Pelindungan Nasabah 1. Membentuk standar mekanisme pengaduan nasabah 2. Membentuk lembaga mediasi Independen 3. Menyusun transparansi informasi produk 4. Mempromosikan edukasi untuk konsumen 3.8.3. Bank Jangkar (Anchor Bank) Tabel 3.5. Kelompok Bank berdasarkan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) Jumlah Bank Keterangan Desember Maret Maret Perkiraan 2003 2004 2005 2007 1. Bank Internasional (Modal diatas 50 triliun) - - - 1 51

2. Bank Nasional (Modal antara 10 triliun - 50 triliun) 3 4 4 6 3. Bank dengan kegiatan usaha terfokus pada segmen usaha tertentu 81 81 82 30 (Modal antara 100 miliar - 10 triliun) 4. Bank dengan kegiatan usaha terbatas (Modal dibawah 100 miliar) 52 49 46 23 TOTAL 136 134 132 60 Dengan diberlakukannya kebijakan percepatan konsolidasi yang diumumkan BI pada 30 Juni kemarin, BI hanya akan menerbitkan kriteria untuk menjadi bank jangkar bukan mencanangkan daftar bank jangkar. Namun percepatan konsolidasi dengan mengedepankan konsep bank jangkar akan sulit terwujud dalam dua tahun mendatang. Bank-bank yang sakit akan menjadi korban akuisisi dan akan sulit pula rasanya melihat bank sehat akan merger dengan bank sehat. Bank jangkar adalah sekumpulan bank yang tidak hanya berskala menengah besar, namun juga memiliki indikator-indikator yang menggambarkan bahwa kumpulan bank-bank tersebut adalah bank yang sehat, kokoh dan bermanfaat. Bankbank yang terpilih sebagai bank jangkar diharapkan akan menjadi bank-bank yang dapat memimpin pasar (market leader), menaikkan status dan nilai jual serta meningkatkan daya saing dalam industri perbankan nasional maupun internasional. Berikut ini adalah syarat-syarat untuk menjadi Bank Jangkar: 1. Kuantitatif - Besar aset di atas Rp 10 triliun 52

- Modal diatas Rp 1 triliun - Rasio keuangan sehat selama 2 tahun (i) NPL dibawah 5 persen (ii) CAR diatas 12 persen (iii)ldr diatas rata-rata perbankan (50% persen) 2. Kualitatif - Pemilik mempunyai komitmen dan visi yang jelas terhadap pengelolaan bank. - Jumlah customer based dengan produk yang beragam. - Infrastruktur Teknologi Informasi memadai dan jumlah cabang tersebar di 8 kota besar. - Kemampuan manajemen dan SDM. (i) Pengelolaan bank harus berdasarkan good corporate governance (GCG). (ii) Risiko manajemen yang memadai risiko pasar dan risiko operasional. 3.8.4. Tantangan dalam Implementasi API Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh, perbaikan harus dilakukan di berbagai bidang, terutama untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan dalam beberapa tahun belakangan ini. Tantangan-tantangan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam waktu lima tahun ke depan, diperlukan pertumbuhan kredit perbankan yang cukup besar. Sementara itu, kemampuan permodalan perbankan Indonesia saat ini 53

mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit yang cukup tinggi tersebut sulit dicapai jika perbankan nasional tidak memperbaiki kondisi permodalannya. Selain hambatan dalam hal permodalan bank, penyaluran kredit dalam banyak hal juga terhambat oleh keengganan sebagian bank untuk menyalurkan kredit karena kemampuan manajemen risiko dan core banking skills yang relatif belum baik, dan biaya operasional yang relatif tinggi. 2. Struktur perbankan yang belum optimal Belum optimalnya struktur perbankan di Indonesia ditandai oleh terkonsentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank besar (yang menguasai 75% aset perbankan Indonesia). Namun demikian bank-bank kecil dalam hal ini perlu mendapat perhatian karena selain jumlahnya relatif banyak, bank-bank kecil tersebut juga memiliki cakupan usaha yang relatif sama dengan bank-bank besar namun dengan kemampuan operasional, manajemen risiko, dan corporate governance yang relatif lebih terbatas. Demikian pula, dibandingkan dengan negara-negara lain, kepemilikan pemerintah Indonesia dalam perbankan nampak cukup tinggi, bahkan tertinggi di kawasan Asia. Hal ini juga merupakan persoalan tersendiri terhadap struktur perbankan karena dapat menimbulkan konflik kepentingan yang akan mengganggu efisiensi pasar. 3. Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan yang dinilai oleh masyarakat masih kurang Kurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan perbankan ditandai dengan seringnya terdengar keluhan dari masyarakat mengenai kurangnya akses terhadap kredit dan tingginya suku bunga kredit serta masih banyaknya praktek 54

penyediaan jasa keuangan informal. Pandangan masyarakat semacam ini cukup beralasan, karena walaupun kredit korporasi dan UKM sudah mulai tumbuh, tingkat penetrasi kredit masih relatif rendah. Selain itu, meningkatnya kompleksitas jasa dan produk keuangan sebagai akibat dari globalisasi sektor keuangan juga memerlukan respon yang memadai dari berbagai pihak yang terkait. Hal ini semakin penting mengingat masyarakat pengguna jasa keuangan khususnya perbankan semakin menuntut kualitas pelayanan dan akses perbankan yang semakin tinggi. 4. Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan Pengawasan bank juga merupakan bidang yang memerlukan peningkatan dan penyempurnaan. Hal ini disebabkan karena masih terdapatnya beberapa prinsipprinsip prudensial yang masih belum diterapkan secara baik, koordinasi pengawasan yang masih perlu ditingkatkan, kemampuan SDM pengawasan yang belum optimal, dan pelaksanaan law-enforcement pengawasan yang belum efektif. Secara keseluruhan, upaya peningkatan kapabilitas pengawasan ini sejalan dengan usaha BI untuk menerapkan 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision, termasuk meningkatkan sarana teknologi pengawasan. Mengingat pengawasan bank merupakan bidang yang sangat dinamis dan luas cakupannya, maka peningkatan kualitas pengawasan merupakan upaya yang patut dilaksanakan secara terus menerus oleh BI maupun oleh lembaga lainnya seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada saatnya nanti. 55

5. Kapabilitas perbankan yang masih lemah Lemahnya kapabilitas perbankan ditandai dengan kurangnya corporate governance dan core banking skills pada sebagian besar perbankan sehingga diperlukan perbaikan yang cukup mendasar pada dua hal tersebut. Meskipun kapabilitas beberapa bank besar sudah cukup kuat, namun kapabilitas perbankan secara umum masih di bawah international best practices. Demikian pula kemampuan bank dalam merespon peningkatan risiko operasional yang masih perlu terus diperbaiki, terutama penekanannya pada pentingnya internal control dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip prudensial. 6. Profitabilitas dan efisiensi operasional bank yang tidak sustainable Tingkat profitabilitas dan efisiensi operasional yang dicapai oleh perbankan pada umumnya bukan merupakan profitabilitas dan efisiensi yang sustainable. Hal ini disebabkan oleh lemahnya struktur aktiva produktif bank-bank. Margin yang diperoleh bank-bank semakin mengecil karena adanya kecenderungan suku bunga yang menurun. Faktor lain dari tidak sustainable-nya profitibilitas dan efisiensi adalah karena sebagian pendapatan perbankan berasal dari aktivitas trading yang fluktuatif serta rendahnya rasio aset per nasabah yang membuat biaya operasional perbankan Indonesia relatif tinggi dibandingkan negara-negara lain. 7. Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan Perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan yang berpengaruh secara langsung terhadap sebagian besar masyarakat kita. Oleh karena itu, menjadi tantangan yang sangat besar bagi perbankan dan BI serta masyarakat luas untuk secara bersama-sama menciptakan standar-standar yang 56

jelas dalam membentuk mekanisme pengaduan nasabah dan transparansi informasi produk perbankan. Di samping itu, edukasi pada masyarakat mengenai jasa dan produk yang ditawarkan oleh perbankan perlu segera diupayakan sehingga masyarakat luas dapat lebih memahami risiko dan keuntungan yang akan dihadapi dalam menggunakan jasa dan produk perbankan. 8. Perkembangan Teknologi Informasi Kemajuan teknologi informasi ikut menambah tantangan yang dihadapi oleh perbankan. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) menyebabkan makin pesatnya perkembangan jenis dan kompleksitas produk dan jasa bank sehingga risiko-risiko yang muncul menjadi lebih besar dan bervariasi. Disamping itu, persaingan industri perbankan yang cenderung bersifat global juga menyebabkan persaingan antar bank menjadi semakin ketat sehingga bank-bank nasional harus mampu beroperasi secara lebih efisien dengan memanfaatkan TI. 9. Efektivitas proses konsolidasi perbankan Kemungkinan akan tersisanya bank-bank kecil yang tidak terikutkan dalam proses merger ataupun akuisisi dengan bank lain karena bank jangkar enggan mengambil bank dimaksud untuk digabungkan dengan mereka karena berbagai pertimbangan teknis. Bank tercampakkan ini dikhawatirkan justru akan menjadi kendala bagi perbankan nasional karena dengan tidak terikutkannya dalam penggabungan bank tersebut, mereka akan tidak mampu bersaing dalam persaingan perbankan yang semakin efisien. Sebagian besar bank kecil adalah bank pascapakta 1988 dan kebanyakan dimiliki individu yang juga sebagai pengurus bank sehingga karena pertimbangan historis 57

dan psikologis, mereka akan cenderung sulit melepas dominasi kepemilikannya ke pihak lain. Bank kecil biasanya mempunyai pasar yang spesifik dengan tingkat loyalitas nasabah yang tinggi karena kedekatan budaya, kesukuan, maupun perilaku bisnisnya. Akibatnya, apabila bank kecil tersebut di akuisisi bank jangkar, kemungkinan nasabah bank kecil itu akan tercampakkan karena pasca penggabungan, nasabah bank kecil kemungkinan akan menghadapi budaya pelayanan yang berbeda dengan bank asal mereka. Lingkungan segmen bisnis kecil yang selama ini dilayani bank kecil berisiko akan tidak terlayani perbankan karena dengan diakuisisinya bank-bank kecil oleh bank jangkar yang fokus bisnisnya berbeda dengan fokus bisnis bank kecil, terdapat kemungkinan ada sebagian dari pasar segmen bisnis kecil yang tidak terlayani perbankan. 58