BAB III PROSES PRODUKSI. III.1. Bahan Baku, Bahan Tambahan dan Bahan Penolong. persentase terbesar dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan pengumpulan informasi tentang waktu yang dibutuhkan dalam suatu

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

STRUKTUR BAJA Fabrikasi komponen struktur baja. a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil. 2) Baja pelat atau baja pilah

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

PERENCANAAN PENGELASAN UPPER DRUM KAPASITAS 3500 KG/JAM DENGAN TEKANAN 33 KG/CM² TUGAS AKHIR

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

TUGAS AKHIR S T U DI LAJU KOROSI WELD JOINT M A T ERIAL PHYTRA AGASTAMA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini pada prosesnya dilakukan pada bulan Juli Tahun 2011 sampai. 2. BLK Disnaker Kota Bandar Lampung.

BAB II GAMBAR UMUM PERUSAHAAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN START

Lampiran 1: Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing

MESIN PEMIPIH DAN PEMOTONG ADONAN MIE

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam Usaha Kecil Menegah (UKM) mikro yang bergerak di bidang industri jasa

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan berperan sangat penting dalam proses produksi, instalasi,

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MEMBUAT KUDA-KUDA DENGAN SAMBUNGAN BAUT NO REVISI TANGGAL HALAMAN JST/TSP/ dari 7

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR NOMOR POERSOALAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR...

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

BAB II LANDASAN TEORI

proses welding ( pengelasan )

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium.

BAB III DESAIN DAN FABRIKASI

BAB IV PROSES PEMBUATAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut adalah dengan mendekatkan elektroda las ke benda kerja pada jarak beberapa

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh: Agung Mustofa ( ) Muhammad Hisyam ( )

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Identifikasi gambar kerja merupakan langkah untuk mengetahui gambar

BAB III METODE PEMBUATAN

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mesin frais (milling) baik untuk keperluan produksi. maupun untuk kaperluan pendidikan, sangat dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

Persentasi Tugas Akhir

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

BAB I PENDAHULUAN. ini mengalami kemajuan yang semakin pesat. Perkembangan tersebut

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

Dimas Hardjo Subowo NRP

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. identifikasi dari masing-masing komponen Mesin Pemoles pada casing

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. Gambar. Skema pengelasan TIG(tungsten inert gas) [1]

Transkripsi:

BAB III PROSES PRODUKSI III.1. Bahan Baku, Bahan Tambahan dan Bahan Penolong III.1.1. Bahan Baku Bahan Baku adalah semua bahan utama yang digunakan dalam pembuatan suatu produk, dan ikut dalam proses produksi. Penggunaan bahan baku memiliki persentase terbesar dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Sesuai dengan pengertian di atas, dalam pembuatan dished end pada sterilizer door dibutuhkan bahan baku sebagai berikut : 1. Plat Baja a. Jenis Mild Steel Plate 1. Plat Baja (Shell Plates) a. Mild Steel Plate Mild Steel plate digunakan pada pembuatan komponen-komponen tambahan lainnya. Mild Steel Plate ini adalah lembaran plat yang terbuat dari baja lunak. Bahan ini digunakan sebagai dished end pada sterilizer door dan beberapa bagian tambahan lainnya. III.1.2. Bahan Tambahan Bahan-bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk, dan ikut dalam proses produksinya tetapi pemakaiannya relatif sedikit, atau begitu kompleks sehingga tidak dapat dikatakan sebagai bahan baku digolongkan sebagai bahan.

1. Electrode Dalam pembuatan dished end, operasi pengelasan bagitu dominan. Proses pengelasan memerlukan bahan tambahan berupa electrode dalam berbagai diameter. Jenis-jenis electrode yang digunakan dapat dilihat pada tabel III.1. Tabel III.1. Electrode Yang Digunakan Pada Pengelasan Plat Baja Additive AWS Weld Electrode ø mm Method E 7016 18.24 E 7016 18.24 F 70-E Milk Electode Welding Wire Lincoln 61 3.2 3.2/4/5 3.2/4 1.5/2/4 SMAW SMAW SAW SAW Sumber : PT. ATMINDO Medan Las SMAW sering pula disebut sebagai las listrik yang merupakan las busur manual. Panas pengelasan dihasilkan melalui busur (nyala) yang terbentuk diantara electrode terumpan yang terbungkus flux dengan benda kerja. Las SMAW adalah las busur otomotis yang digunakan pada pengelasan komponen-komponen yang berukuran besar. 2. Cat Cat ini digunakan untuk melapisi bagian luar dished end yang fungsinya untuk mencegah karat, sehingga umur dished end menjadi lebih lama. III.1.3. Bahan Penolong Disamping bahan baku dan bahan tambahan, terdapat golongan bahan penolong yang digunakan dalam pembuatan dished end, bahan penolong merupakan bahan yang digunakan dalam pembuatan suatu produk, tetapi tidak ikut dalam proses produksi, bersifat sebagai pelengkap saja. Bahan ini umumnya

digunakan setelah rampungnya tahap-tahap tertentu. Dalam pembuatan dished end ini bahan penolong yang digunakan antara lain : 1. Penetran dan Developer Penetran dan developer adalah bahan yang digunakan sebagai indikator keberadaan porosity dan slag pada hasil pengelasan. Hasil pengelasan yang baik haruslah bebas dari porosity dan slag. Jika terdapat porosity dan slag, maka hasil pengelasan harus di-repair dengan cara menggerinda bagian tersebut, dan melakukan las ulang. Karena porosity dan slag sulit diidentifikasi dengan mata telanjang maka digunakan penetran dan developer sebagai indikator. Penetran adalah koloid berwarna merah yang dapat mengisi permukaan hasil pengelasan sampai pada detail yang sangat halus. Penetran disemprotkan pada permukaan yang telah digerinda hingga merata. Kemudian dibersihkan dengan thinner sampai permukaan bersih. Selanjutnya dilakukan penyemprotan developer. Jika terdapat porosity dan slag, pada hasil pengelasan akan terlihat titik atau garis-garis halus yang berwarna merah diantara developer yang berwarna putih. Penetran yang digunakan adalah Spotcheck SKL-SP Miets applicable Requirement for Mil I-25135, ASTM E-165 ASME B&PV. Penetran merupakan hasil simpangan dari destilasi minyak bumi (petroleum destilation). Developer adalah koloid berwarna merah, dari jenis SKD-S2. 2. Minyak Solar dan gemuk Beberapa item atau sub assembly telah selesai dikerjakan jauh sebelum dapat dirakit. Untuk menghindari korosi yang terjadi selama tenggang waktu itu,

pada masing-masing item dan sub assembly tersebut diberi solar dan gemuk. Tindakan ini merupakan upaya menjaga kualitas produk yang dihasilkan. 3. Thinner Kebutuhan akan thinner tidak begitu besar. Thinner digunakan sebagai pelarut cat maupun bahan-bahan lainnya seperti penetran dan developer. 4. Flux dan Coolent Flux adalah bahan penolong yang digunakan pada las otomatis. Flux yang digunakan adalah jenis flux 780. Coolent adalah bahan pendingin yang digunakan pada pengeboran. Coolent berguna sebagai penarik panas yang ditimbulkan oleh gesekan antara mata bor dan benda kerja. Panas yang ditimbulkan apabila terlalu tinggi akan menyebabkan berubahnya struktur mikro logam, dan pada akhirnya akan merubah sifat mekanis logam tersebut. Logam kerja akan menjadi keras dan getas sehingga akan mengurangi kekuatannya. Coolent yang digunakan adalah campuran Bromus dan sulfat. 5. Elpiji dan Oksigen Elpiji dan Oksigen digunakan untuk proses pemotongan plat. Bahan penolong di atas umumnya tersedia di dalam negeri. Karena sifatnya sebagai bahan penolong beberapa diantaranya tidak diketahui besar pemakaiannya pertahun. Seringkali pemesanan terhadap barang-barang ini dilakukan begitu ingin digunakan sehingga terkadang mengganggu jadwal produksi.

III.2. Uraian Proses Produksi Tahapan Proses Pembuatan Dished End Pada pembuatan dished end terdiri dari beberapa tahapan yaitu : Handling Pada tahap ini froklif mengambil/membawa flat lembaran yang telah ditentukan dari gudang bahan baku, waktu yang dibutuhkan untuk proses handling sekitar 60 menit, kemudian dilakukan inspeksi (QC) selama 30 menit, yang mana inspeksi ini dilakukan untuk memeriksa atau mengetahui apakah bahan baku tidak rusak dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kemudian flat lembaran yang telah diperiksa dibawa dengan froklif ke lokasi penandaan. Marking (Penandaan) Pada tahap ini setelah froklif membawa flat lembaran ke lokasi penandaan kemudian operator mengukur diameter flat sesuai ukuran pada gambar sampai dengan penandaan pada flat yang akan dipotong, lama waktu pengerjaannya adalah 30 menit dan pada proses marking ini dilakukan inspeksi selama 30 menit yang bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dan kerusakan flat sewaktu pemotongan. Cutting Setelah flat lembaran diukur dan ditandai sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan kemudian dilakukan pemotongan, pemotongan dimulai pada saat operator membuat tanda berupa titik-titik sampai dengan flat dipotong dan menjadi flat berbentuk lingkaran, waktu pengerjaannya adalah 30 menit.

Dishing Pada tahap ini flat berbentuk lingkaran yang telah dipotong diangkut ke mesin dishing dengan hosting crane, pada proses ini flat baja ditekuk berulang-ulang hingga memperoleh bentuk melengkung seperti bola dengan OD = 2100 mm atau OD = 2700 mm, lama pengerjaannya membutuhkan waktu 16 jam. Flanging Hasil dished end yang telah melengkung tersebut diangkut ke mesin press flanging dengan hosting crane untuk selanjutnya diproses pada mesin tersebut, waktu pengerjaannya salama 4 jam. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan kelengkungan yang lebih baik dan sesuai dengan keinginan, kemudian pada proses flanging ini dilakukan inspeksi selama 30 menit. Sand Blasting Pada tahap sand blasting permukaan dished end di cat sampai dengan selesai lama waktu yang dibutuhkan untuk tahap ini adalah 90 menit. Turning Pada tahap ini dished end diangkut ke mesin bubut dengan hosting crane, lama waktu pembubutan 3 jam. Pembubutan dilakukan dengan mesin bubut gerak vertical yang bertujuan untuk meratakan hasil pemotongan dan pembuatan bevel, pada tahap ini dilakukan inspeksi selama 30 menit.