BAB I PENDAHULUAN. Cedera saraf tepi dapat diakibatkan oleh proses traumatik misalnya karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. trauma dan tindakan bedah mulut dan maksilofasial. Tindakan bedah mulut dan

BAB I. PENDAHULUAN. superior, sedangkan sebanyak 11% sisanya terjadi pada ekstremitas inferior

I. PENDAHULUAN. sehingga menurunkan kualitas hidup individu (Deumens et al., 2010). Kejadian

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Adanya kelainan struktural atau fungsional pada. ginjal yang berlangsung selama minimal 3 bulan disebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kekayaan Indonesia akan keanekaragaman hayati. memampukan pengobatan herbal tradisional berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Vinkristin adalah senyawa kimia golongan alkaloid vinca yang berasal dari

BAB VI PEMBAHASAN. cedera abrasi menyerupai dengan cedera peritoneum saat operasi abdomen..

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Adalah suatu cedera pada seluruh atau sebagian dari pleksus brakhialis yang terjadi pada saat proses persalinan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Cedera otot merupakan salah satu penyebab morbiditas dan penurunan

I. PENDAHULUAN. selain kelainan vaskular ( Junaidi, 2011). Terdapat dua macam stroke,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan

PADA SEL MAKROFAG JARINGAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI PADA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius. yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada pasien penyakit ginjal kronis. Keluhan pruritus yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan berbagai macam. penyakit. Salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh kompensasi anti-inflamasi atau fenotip imunosupresif yang

Migrasi Lekosit dan Inflamasi

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

E. Keaslian Penelitian (Tabel.1) No Penulis Judul Hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayi prematur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kontrol (hanya terapi empirik). Dua biomarker yaitu kadar TNF- serum diukur

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri pinggang bawah atau dalam istilah medisnya Low Back Pain (LBP)

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun.

Pendahuluan. Nyeri orofasial, bergantung dari penyebab utamanya, secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis nyeri, yaitu: 1

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi. 1. mematikan namun dapat dihindari. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bab 1 PENDAHULUAN. Preeklampsia-eklampsia sampai saat ini masih merupakan the disease of

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Luka merupakan rusaknya integritas kulit, permukaan mukosa atau suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional

BAB I. PENDAHULUAN. orang pada tahun 2030 (Patel et al., 2012). World Health Organization (WHO)

B A B I PENDAHULUAN. penyakit akibat pajanan debu tersebut antara lain asma, rhinitis alergi dan penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

I. BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. cukup tinggi menyebabkan kematian penduduk dunia dan sekarang ini jumlah

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)

2003). Hiperglikemia juga menyebabkan leukosit penderita diabetes mellitus tidak normal sehingga fungsi khemotaksis di lokasi radang terganggu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai plak, kalkulus dan peradangan gingiva. Penyakit periodontal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cedera saraf tepi dapat diakibatkan oleh proses traumatik misalnya karena kecelakaan, penekanan tumor, pembedahan, maupun proses penyakit seperti diabetes mellitus dan infeksi. Cedera saraf yang umumnya terjadi adalah cedera transeksi dan kompresi saraf tepi (Burnett dan Zager, 2004; Austin dan Moalem- Taylor, 2010; Kiguchi et al., 2012; Stoll et al., 2002). Cedera saraf akibat transeksi menyebabkan pemutusan serabut saraf tepi secara komplit. Pada cedera kompresi, selubung yang terdiri dari jaringan ikat tidak rusak, namun telah terjadi pemutusan beberapa akson (Burnett dan Zager, 2004). Akibat cedera, saraf tepi kemudian akan berespon untuk regenerasi. Proses regenerasi ini dapat berlangsung sempurna, namun bisa berlangsung tidak sempurna, sehingga dapat menimbulkan gangguan motorik berupa atropi otot dan gangguan sensorik berupa munculnya nyeri neuropati dan gangguan sensitivitas indera di kulit (Austin dan Moalem-Taylor, 2010; Rotshenker, 2011; Kiguchi et al., 2012). Cedera saraf menyebabkan bagian distal dari saraf yang cedera mengalami proses degenerasi Wallerian. Degenerasi Wallerian melibatkan serangkaian proses yang diawali dengan proses dediferensiasi dan proliferasi sel Schwann. Sel Schwann akan melepaskan kemokin seperti monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1), macrophage inflammatory protein-1 α (MIP-1α) yang menyebabkan migrasi makrofag dari sirkulasi darah. Makrofag kemudian melepaskan sitokin seperti Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α), Interleukin-1α (IL-1α), memfagositosis 1

debris sehingga tercipta lingkungan yang kondusif untuk proses regenerasi (Gaudet et al., 2011; Rotshenker, 2011; Hall, 2005; Kiguchi et al., 2012; Rosenberg et al., 2012; Vargas et al., 2007). Penelitian tentang respon makrofag akibat cedera saraf tepi telah menggunakan beberapa model cedera saraf tepi yaitu transeksi, kompresi maupun ligasi. Avellino et al. (1995) meneliti tentang respon makrofag pada cedera saraf tepi dengan menggunakan model transeksi saraf tepi. Cedera saraf dengan model cedera kompresi telah dilakukan oleh Perry et al. (1987), yang meneliti tentang respon makrofag setelah cedera saraf tepi dengan menggunakan pinset. Leskovar et al. (2000) juga melakukan penelitian tentang jumlah makrofag setelah cedera saraf menggunakan model cedera kompresi dengan menggunakan pinset yang tumpul, sehingga tidak merusak jaringan saraf sekitar. Sedangkan model cedera saraf dengan model ligasi (konstriksi kronis) dilakukan dengan mengikat saraf menggunakan benang operasi sehingga diharapkan dapat menimbulkan kerusakan bagi sebagian akson dengan timbulnya pembengkakan dan strangulasi akson (Decosterd dan Woolf, 2000). Makrofag akan berakumulasi setelah cedera baik di dalam fasikulus maupun di luar fasikulus. Makrofag kemudian akan memediasi reaksi proinflamasi dan regenerasi di dalam fasikulus. Makrofag akan mengeluarkan beberapa sitokin proinflamasi seperti TNF-α, IL-1 dan IL-6 yang berguna untuk proses pembersihan debris myelin dan menyediakan ruang untuk proses regenerasi. Tetapi, akumulasi makrofag ini dalam jumlah yang banyak justru dapat menghambat regenerasi saraf. Akumulasi makrofag ini di dalam maupun di 2

luar fasikulus setelah cedera menarik untuk diketahui karena perannya terhadap inflamasi dan regenerasi saraf tepi (Kigerl et al., 2009; Laskin, 2009). Beberapa penelitian dengan model cedera transeksi telah membuktikan adanya peningkatan jumlah makrofag pada fasikulus maupun di luar fasikulus segmen distal saraf setelah cedera. Akibat adanya pemutusan serabut saraf secara komplit ini mengakibatkan akumulasi makrofag pada epineurium pada hari ke-3 dan pada endoneurium mulai hari ke-7 sampai hari ke-14 setelah cedera transeksi (Avellino et al., 1995; Taskinen dan Roytta, 1997). Namun akumulasi makrofag di dalam fasikulus dan di luar fasikulus pada cedera kompresi akut yang tidak menyebabkan pemutusan serabut saraf secara komplit belum diketahui. Mengingat pentingnya peranan makrofag dalam cedera saraf akut, dan belum adanya data yang rinci tentang persentase jumlah makrofag, terutama di dalam fasikulus maupun di luar fasikulus dengan model cedera kompresi pada segmen proksimal, segmen cedera dan segmen distal serta masih adanya laporan yang bervariasi mengenai puncak akumulasi makrofag pada cedera akut saraf tepi menjadi dasar untuk dilakukan penelitian ini. I.2. Perumusan Masalah Bagaimana distribusi makrofag pada jaringan saraf tepi setelah cedera kompresi akut nervus ischiadicus terutama dalam fasikulus maupun di luar fasikulus segmen proksimal, segmen cedera dan segmen distal? 3

I.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase jumlah makrofag dalam fasikulus maupun di luar fasikulus pada segmen proksimal, segmen cedera, dan segmen distal setelah terjadi cedera kompresi akut pada nervus ischiadicus. I.4. Keaslian Penelitian Belum adanya peneliti yang melakukan penelitian jumlah makrofag dalam fasikulus dan di luar fasikulus pada daerah proksimal, daerah cedera, dan daerah distal cedera nervus ischiadicus setelah trauma kompresi akut menjadi keaslian penelitian ini. Ketika dilakukan pencarian di Pubmed dengan kata kunci macrophage, peripheral nerve injury, epineurium, endoneurium, penelitian yang paling mirip adalah: 1. Avellino et al. (1995) dan Taskinen dan Roytta (1997) melakukan penelitian tentang respon makrofag setelah cedera transeksi saraf tepi. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jenis model cedera saraf. 2. Leskovar et al. (2000) dan Omura et al. (2005) melakukan penelitian tentang makrofag pada cedera kompresi saraf tepi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak pada daerah cedera yang diamati 4

I.5. Manfaat Penelitian Mengetahui pola akumulasi dan peran makrofag berdasarkan hari setelah cedera kompresi akut pada saraf tepi, baik di dalam fasikulus maupun di luar fasikulus pada segmen proksimal, segmen cedera dan segmen distal nervus ischiadicus. 5