BAB I PENDAHULUAN. Nyeri pinggang bawah atau dalam istilah medisnya Low Back Pain (LBP)

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri pinggang bawah atau dalam istilah medisnya Low Back Pain (LBP) merupakan masalah bagi setiap klinisi dewasa ini. Adapun penyebab dan faktorfaktor risiko dari nyeri pinggang bawah masih belum diketahui secara pasti hingga saat ini. Oleh karena itu masih banyak studi yang meneliti berbagai penyebab dan faktor risiko nyeri pinggang sehingga berguna nantinya didalam penanganannya. Prevalensi episode nyeri pinggang bawah telah dilaporkan sebanyak 85% dengan kejadian nyeri pinggang bawah kronik sebesar 10-20% (Andersson,1999). Diperkirakan 8 dari 10 orang dewasa akan mengalami nyeri pinggang bawah pada titik tertentu yang mempengaruhi aktivititas sehari-hari, tak terkecuali pada pasien-pasien tua. Dengan adanya penuaan dan degenerasi, diskus intervertebralis, dimana berperan sebagai penyerap tekanan yang dapat menahan beban tertentu, berubah menjadi jaringan ikat yang inkompeten, retak dan terbentuk fisura yang kemudian akan berkembang menjadi berbagai penyakit. Perubahan degenerasi pada diskus intervertebralis dapat menghasilkan symptomatic discogenic LBP. Pada penderita nyeri pinggang bawah akan mengalami nyeri yang nantinya akan melepaskan mediator-mediator inflamasi, kemudian akan menimbulkan degenerasi tulang rawan yang merupakan awal terjadinya Osteoarthritis (OA) lumbal. 1

2 2 Karateristik OA adalah rusaknya tulang rawan dan perubahan dari subchondralbone. OA lumbal adalah proses degenerasi tulang belakang pada daerah lumbal yang melibatkan three joint complex, yang ditandai dengan penyempitan diskus intervertebralis, terbentuknya osteofit dan degenerasi pada facet joint. Ketiga komponen ini saling mempengaruhi dan menimbulkan keluhan nyeri pinggang. Pada tahun 1982 Kirkaldy Willis dan Parfan mengajukan 3 tanda klinis dan stadium biomekanik pada degenerasi tulang belakang yaitu : discdysfunction, instability dan stability. Degenerasi tulang belakang meliputi Disc Degeneration (DD), facet joint OA (OA Facet joint), perubahan komponen otot dan proses degenerasi pada ligament (Fujiwara et al, 2000) Sendi facet merupakan sendi zygoapophiseal yang terdiri dari facet artikularis inferior dari vertebra yang berada lebih atas dan facet artikularis superiorpada vertebra yang berada di bawahnya. Setiap facet dilapisi oleh tulang rawan hialin dan sendi dibungkus oleh kapsul fibrous. Setiap sendi kapsul juga mengandung cairan synovial yang membuat struktur sendi ini adalah sendi synovial. Tulang rawan artikularis terdiri dari kondrosit, matrix ekstraseluler, air dan kolagen tipe II. Sama seperti Intervertebrae Disk, proteoglikan merupakan komponen penting dari tulang rawan artikularis dan mempertahankan hidrasi matriks. Penilaian dari kerusakan anatomi sendi yang progresif adalah hal yang terpenting terutama di dalam perkembangan terapi untuk OA. Untuk intervensi terapi yang optimal, sangat berhubungan dengan kemampuan kita untuk menilai

3 3 pasien yang memiliki risiko yang sangat besar untuk mengalami kerusakan jaringan yang progresif. Salah satunya yaitu dengan memperkirakan kemungkinan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh faktor-faktor inflamasi. Sitokin mempunyai peranan yang penting di dalam degenerasi tulang rawan sendi (Tsuchida,2012). Beberapa sitokin memiliki peranan di dalam patogenesis terjadinya OA. Studi dari Kaneko dkk serta Sohn dkk yang melakukan observasi peningkatan kadar Interleukin-6 (IL-6) dan Interleukin-8 (IL-8) dalam serum dan cairan sendi menghasilkan kesimpulan bahwa terjadinya peningkatan kadar sitokin dalam darah dan cairan sendi pada penderita OA (Akira,2004). Pada penelitian lainya, peningkatan mediator inflamasi, termasuk IL-6, ditemukan pada serum dan cairan synovial pada pasien OA (tsuchida,2012). Peranan IL-6 pada OA masih merupakan kontroversi. Peningkatan IL-6 saat proses inflamasi, mengaktifkan sel B, sel T dan memediasi inflammatory cells menuju lokasi terjadinya inflamasi. Di sisi yang lain, blokade pada reseptor IL-6 sangat efektif di dalam pengobatan Rheumatoid Arthritis (Hashizume, 2011). Namun pada zymosan-induced model dari sendi yang terjadi inflamasi, diteliti bahwa IL-6 memiliki peranan ganda yaitu menghambat terjadinya kerusakan proteoglycan pada fase akut, tetapi menimbulkan terjadinya osteofit pada fase kronik. Pada penelitian lainnya, ditemukan pada tikus dengan defisiensi IL-6 menunjukkan peningkatan kadar kerusakan tulang rawan pada spontaneus aging model (de Hooge et al, 2005). Cedera pada diskus intervertebralis dapat menginduksi sel diskus memproduksi mediator inflamasi : IL-1β, dan TNF-α. IL-1β adalah sitokin utama

4 4 yang bertanggung jawab memperluas respon inflamasi dari diskus, dan telah ditunjukkan bahwa peningkatan dari level IL-1β meningkat sesuai dengan keparahan degenerasi diskus. Selain itu IL-1β juga menginduksi nitrit oksida (NO), IL-6 dan Prostaglandin E2(PGF2) yang nantinya akan mempercepat kaskade inflamasi. Pada penelitian ini akan membahas adanya kemungkinan kadar IL-6 yang tinggi lebih sering menyebabkan terjadinya OA lumbal pada penderita nyeri pinggang bawah yang berumur diatas 55 tahun. Pemilihan sampel penelitian yaitu penderita nyeri pinggang bawah di atas umur 55 tahun. Adapun kejadian OA lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki, dan prevalensi, insiden dan keparahannya lebih meningkat lagi setelah menopause (Kellgren,1963). Diharapkan dari penelitian ini bisa membuktikan apakah kadar IL-6 yang tinggi akan menimbulkan kejadian OA lumbal pada penderita nyeri pinggang bawah. Yang nantinya akan berguna untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang akan lebih terfokus untuk meneliti tentang target terapi dan prognosis melalui pemeriksaan lebih awal dari kadar IL Rumusan Masalah Untuk membuktikan kadar IL-6 yang tinggi pada penderita nyeri pinggang bawah mempunyai kemungkinan lebih tinggi untuk terjadinya OA lumbal dibandingkan dengan yang memiliki kadar IL-6 rendah, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut :

5 5 1. Apakah adanya kadar IL-6 yang tinggi lebih sering menimbulkan kejadian OA lumbal pada penderita nyeri pinggang bawah yang berumur diatas 55 tahun dibandingkan dengan IL-6 rendah? 2. Apakah pada perempuan yang berumur diatas 55 tahun dengan keluhan nyeri pinggang bawah yang memiliki kadar IL-6 tinggi mempunyai kemungkinan mengalami OA lumbal lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa adanya kadar IL-6 yang tinggi lebih sering menimbulkan kejadian OA lumbal pada penderita nyeri pinggang bawah yang berumur diatas 55 tahun Tujuan khusus 1. Untuk membuktikan bahwa adanya kadar IL-6 yang tinggi lebih sering menimbulkan kejadian OA lumbal pada penderita nyeri pinggang bawah yang berumur diatas 55 tahun dibandingkan dengan kadar IL-6 rendah. 2. Untuk membuktikan pada perempuan yang berumur diatas 55 tahun dengan keluhan nyeri pinggang bawah yang memiliki kadar IL-6 tinggi mempunyai kemungkinan mengalami OA lumbal lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.

6 6 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang adanya kemungkinan kadar IL-6 yang tinggi dengan kejadian OA lumbal pada penderita nyeri pinggang bawah Manfaat klinis Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yaitu dengan membuktikan bahwa tingginya kadar IL-6 akan memberikan dampak terjadinya OA lumbal pada penderita nyeri pinggang bawah, sehingga kita bisa memprediksikan lebih awal dan melakukan pencegahan bagi penderita nyeri pinggang bawah sebelum menjadi OA Lumbal.