KERAGAMAN MORFOLOGI UDANG PAMA (Penaeus semisulcatus) DARI PERAIRAN SULAWESI SELATAN DAN SULAWESI TENGGARA

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI MORFOMETRIK UDANG JERBUNG (Fenneropenaeus merguiensis de Man) DARI BEBERAPA POPULASI DI PERAIRAN INDONESIA

VARIASI FENOTIPE UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DARI PERAIRAN PELABUHAN RATU, KARAWANG, DAN BONE

Irin Iriana Kusmini, Rudy Gustiano, dan Mulyasari. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Raya Sempur No. 1, Bogor

KERAGAMAN GENETIK IKAN KELABAU PADI (Osteochilus schlegeli Blkr) ASAL PERAIRAN UMUM KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN ANALISIS KARAKTER MORFOMETRIK

KARAKTERISASI MORFOLOGI KETURUNAN PERTAMA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) GET DAN GIFT BERDASARKAN METODE TRUSS MORPHOMETRICS

Evaluasi Pertumbuhan Empat Populasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Kolam Percobaan Cijeruk, Bogor

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Udang merupakan komoditas unggul Indonesia. Udang windu (Penaeus

TEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK UDANG WINDU (Penaeus monodon) HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PESISIR ACEH TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. (FAO, 2016a) dan produksi dua jenis udang yaitu Litopenaeus vannamei dan Penaeus

HASIL DAN PEMBAHASAN

DIFERENSIASI GENETIK POPULASI UDANG JERBUNG

Keragaman Fenotip Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) di Perairan Rawa Gambut

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

KARAKTERISTIK FENOTIPE MORFOMERISTIK DAN KERAGAMAN GENOTIPE RAPD (RANDOMLY AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA) IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI JAWA BARAT

STUDI ASPEK PERTUMBUHAN UDANG NENEK (Harpiosquilla raphidea) DI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN

PENGARUH PERSILANGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) STRAIN GIFT DENGAN STRAIN SLEMAN TERHADAP NILAI HETEROSIS PANJANG, LEBAR, DAN BERAT BADAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ikan, sebagai habitat burung-burung air migran dan non migran, berbagai jenis

KERAGAAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio) STRAIN MAJALAYA, LOKAL BOGOR DAN RAJADANU DI KOLAM CIJERUK, BOGOR-JAWA BARAT

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin

JURNAL RISET AKUAKULTUR

PENTINGNYA POPULASI KONTROL INTERNAL DALAM EVALUASI KEBERHASILAN PROGRAM SELEKSI

STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TIPE PERSILANGAN TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN POPULASI BENIH UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)

ANALISIS KERAGAMAN BENTUK TUBUH IKAN NILA STRAIN GIFT PADA TIGA TINGKATAN UMUR YANG BERBEDA

MORFOMETRI IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linnaeus) STRAIN GIFT DI EMPAT BALAI BENIH IKAN SKRIPSI. Oleh Heny Tri Wijayanti NIM.

KARAKTERISASI INDUK PEMBENTUK POPULASI G0 SINTETIS UDANG GALAH DARI SUMBER GENETIK SUNGAI BARITO, KINTAP DAN PAGATAN

MENGGALI SUMBERDAYA GENETIK UDANG JERBUNG (Fenneropenaeus merguiensis de Man) SEBAGAI KANDIDAT UDANG BUDIDAYA DI INDONESIA

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

BAHAN DAN METODE. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM BIDANG KEGIATAN : PKM-AI

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

PERFORMA REPRODUKSI INDUK UDANG WINDU (Penaeus monodon Fab.) JANTAN ALAM DAN DOMESTIKASI TAMBAK

BAB I PENDAHULUAN. Udang laut merupakan salah satu komoditas utama di sektor perikanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Segara Anakan merupakan ekosistem mangrove dengan laguna yang unik dan

VARIASI GENETIK HIBRIDA IKAN GURAME DIANALISIS DENGAN MENGGUNAKAN MARKER RAPD

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki 3 pasang

ANALISIS VARIASI GENOTIPE IKAN KELABAU (Osteochilus kelabau) DENGAN METODE MITOKONDRIA-RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (RFLP)

PENGARUH PERSILANGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) STRAIN GIFT DENGAN STRAIN NIFI TERHADAP NILAI HETEROSIS PANJANG, LEBAR, DAN BERAT BADAN

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Benih udang windu Penaeus monodon (Fabricius, 1798) kelas benih sebar

Analisis keragaan pertumbuhan benih kerapu hibrida... (Tatam Sutarmat)

515 Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)

SKRIPSI. ANALISIS POPULASI GENETIK PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) BERDASARKAN PENANDA RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)

ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :22-26 (2016) ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

ESTIMASI JARAK GENETIK DAN FAKTOR PEUBAH PEMBEDA BEBERAPA BANGSA KAMBING DI SUMATERA UTARA MELALUI ANALISIS MORFOMETRIK ABSTRACT

PERBEDAAN KARAKTERISTIK ANTARA IKAN LELE DUMB0 DAN LELE AFRIKA (CZarias gariepimus Burchell) \i :*t.,\ Oleh : *,, Imron Hamsyah C SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta

KERAGAMAN GENETIK UDANG JARI (Metapenaeus elegans DE MAN 1907) BERDASARKAN KARAKTER MORFOMETRIK DI LAGUNA SEGARA ANAKAN, CILACAP, JAWA TENGAH

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Arief Vrahmana, Fajar Basuki*, Sri Rejeki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi

HUBUNGAN GENETIK, UKURAN POPULASI EFEKTIF DAN LAJU SILANG DALAM PER GENERASI POPULASI DOMBA DI PULAU KISAR

PERFORMA LARVA UDANG WINDU, Penaeus monodon TRANSGENIK DAN TANPA TRANSGENIK PMAV PASCA UJI VITALITAS DAN MORFOLOGI\

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TRUSS MORFOMETRIK BEBERAPA VARIETAS IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR

3. METODE PENELITIAN

EVALUASI RAGAM GENETIK IKAN NILA HASIL SELEKSI BEST F4, F5 DAN NIRWANA II BERDASARKAN ANALISIS RAPD DAN TRUSS MORFOMETRIK PENI PITRIANI

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

KARAKTERISASI FENOTIPIK DOMBA KISAR

VARIASI GENETIK HASIL PERSILANGAN NILA BEST DENGAN RED NIFI DAN NIRWANA MENGGUNAKAN PENANDA RAPD

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1)

2011) atau 25,10% ternak sapi di Sulawesi Utara berada di Kabupaten Minahasa, dan diperkirakan jumlah sapi peranakan Ongole (PO) mencapai sekitar 60

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH SIRATU

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kuda yang Diamati Berdasarkan Lokasi dan Jenis Kelamin

Karakterisasi biometrik tiga populasi ikan semah Tor douronensis (Valenciennes, 1842) dalam mendukung konservasi sumber daya genetik

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.78/MEN/2009 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG VANAME UNGGUL NUSANTARA I

KERAGAMAN FENOTIPIK MORFOMETRIK TUBUH DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU RAWA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN PROPINSI SUMATERA UTARA

UKURAN DAN BENTUK ITIK PEKIN (Anas Platyrhynchos), ENTOK IMPOR DAN ENTOK LOKAL (Cairina moschata)

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. sebagai satu dari empat jenis buah yang ditetapkan sebagai komoditas prioritas

PENDUGAAN JARAK GENETIK AYAM MERAWANG (STUDI KASUS DI BPTU SAPI DWIGUNA DAN AYAM, SEMBAWA DAN PULAU BANGKA, SUMATERA SELATAN)

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR

PEMBESARAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI TAMBAK DENGAN PEMBERIAN PAKAN BERBEDA

TINJAUAN PUSTAKA Ikan Nilem

ANALISA GENETIC GAIN ANAKAN IKAN NILA PANDU (Oreochromis niloticus) F5 HASIL PEMBESARAN I. Nurin Dalilah Ayu, Sri Hastuti *)

Keragaman Molekuler pada Tanaman Lili Hujan (Zephyranthes spp.) Molecular Variance in Rain Lily (Zephyranthes spp.)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III

PERTUMBUHAN JANTAN DAN BETINA 24 FAMILI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA UMUR 6 BULAN

ANALISIS POPULASI PERTUMBUHAN ALLOMETRI DAN INDEKS KONDISI Harpiosquilla Raphidea WAKTU TANGKAPAN SIANG HARI DI PERAIRAN JUATA KOTA TARAKAN

HIBRIDISASI IKAN NILA PANDU DAN KUNTI GENERASI F5 TERHADAP EFEK HETEROSIS IKAN NILA LARASATI (Oreochromis niloticus) GENERASI F5 PADA UMUR 5 BULAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... ii RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

Transkripsi:

Keragaman morfologi udang pama... (Andi Parenrengi) KERAGAMAN MORFOLOGI UDANG PAMA (Penaeus semisulcatus) DARI PERAIRAN SULAWESI SELATAN DAN SULAWESI TENGGARA Andi Parenrengi *), Sulaeman *), Wartono Hadie **), dan Andi Tenriulo *) ABSTRAK Udang pama, Penaeus semisulcatus merupakan salah satu jenis krustase lokal yang memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai kandidat spesies budi daya tambak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman morfologi dan jarak genetik udang pama yang berasal dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Principle component analysis (PCA) dan discriminant analysis digunakan untuk mengetahui keragaman morfologi antar ketiga populasi alami udang pama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi udang pama dari Munte dan Lampia (Sulawesi Selatan) berbeda dengan udang pama yang berasal dari Kassipute (Sulawesi Tenggara). Analisis kluster juga mengindikasikan adanya dua kluster utama, di mana kluster pertama merupakan gabungan antara udang pama dari Munte dan Lampia, sedangkan kluster lainnya adalah udang pama yang berasal dari Kassipute. Jarak genetik yang didapatkan memperlihatkan kekerabatan terdekat adalah udang pama yang berasal dari Munte- Lampia (5,424) dan terjauh pada udang pama yang berasal dari Lampia-Kassipute (48,350). ABSTRACT: Morphological variability of green tiger prawn (Penaeus semisulcatus) from South Sulawesi and Southeast Sulawesi waters. By: Andi Parenrengi, Sulaeman, Wartono Hadie, and Andi Tenriulo Green tiger prawn, Penaeus semisulcatus is one of the prospective local crustaceans as a candidate species of shrimp pond culture. The objective of this study is to reveal the morphology diversity and genetic distance of green tiger prawn from South Sulawesi and Southeast Sulawesi. Principle component analysis (PCA) and discriminant analysis were used to analyze morphometric variations among the three natural populations. Result showed that the morphology of green tiger prawn from Munte dan Lampia (South Sulawesi) was relatively different with prawn collected from Kassipute (Southeast Sulawesi). Cluster analysis also indicated the existing of two main clusters i.e. green tiger prawn from Munte and Lampia as the first cluster and Kassipute as the second cluster. The lowest value of genetic distance was obtained from Munte-Lampia (5.424) and the highest genetic distance was obtained from Lampia-Kassipute (48.350). KEYWORDS: morphometric, population, genetic distance, Penaeus semisulcatus PENDAHULUAN Udang pama atau biasa disebut tiger prawn atau green tiger prawn, Penaeus semisulcatus De Haan 1844, merupakan udang komersial yang secara lokal banyak disajikan di restoran sea food. Walaupun ukurannya relatif lebih kecil dan pertumbuhannya relatif lambat dibandingkan dengan udang windu, P. monodon jenis udang ini digemari di berbagai negara terutama Timur Tengah. Dalam rangka diversifikasi usaha budi daya krustase, udang *) Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros **) Peneliti pada Pusat Riset Perikanan Budidaya 27

J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 27--32 pama merupakan salah satu alternatif untuk dikembangkan dan sekaligus udang tersebut diharapkan dapat menjadi andalan komoditas lokal budi daya terutama saat udang windu mengalami kendala dalam budi daya. Menanggapi maraknya impor induk udang putih (Litopenaeus vannamei dan L. stylirostris) pada beberapa tahun belakangan ini maka pengembangan teknologi perbenihan dan pembesaran dari berbagai jenis udang lokal yang bernilai ekonomis perlu dilakukan. Beberapa jenis udang lokal seperti P. indicus, P. merguensis, dan P. semisulcatus merupakan komoditas yang memiliki peluang untuk dikembangkan di tambak. Secara alami udang pama tersebar di perairan Indonesia. Berdasarkan kajian potensi induk yang dilakukan sebelumnya, induk udang pama dapat dijumpai di beberapa perairan seperti Munte, Lampia, dan Pangkep (Sulawesi Selatan); Kassipute (Sulawesi Tenggara); dan Situbondo (Jawa Timur) (Sulaeman et al., 2005). Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pembenihan terhadap udang pama tersebut yang diawali dengan kajian potensi induk dalam mendukung kegiatan domestikasinya. Salah satu aspek yang mempunyai peranan penting dalam domestikasi adalah penyediaan induk yang berkualitas baik untuk budi daya. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengkarakterisasi secara genetik stok udang pama. Pengumpulan informasi mengenai data dasar genetik dari suatu spesies merupakan syarat awal yang diperlukan untuk menentukan variasi genetik atau kekerabatan yang dimiliki. Pengukuran keragaman genetik ikan dapat dilakukan berdasarkan karakter fenotipnya (morfometrik, meristik, dan fluktuasi asimetri) dan karakter genotipnya (isozyme, DNA, dan sekuensing) (Nugroho et al., 2005; Widiyati et al., 2004). Pendekatan dengan ukuran komersial (panjang dan bobot badan) dan karakter meristik dapat digunakan untuk membedakan strain, jenis kelamin, stok, spesies hibrida, atau populasi telah dipakai untuk beberapa jenis ikan. Akan tetapi, pengukuran morfometrik merupakan suatu teknik yang lebih baik untuk membedakan bentuk tubuh pada populasi. Pengukuran keragaman genetik berdasarkan karakter fenotip dengan metode morfometrik lebih mudah dilakukan dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan pengukuran berdasarkan karakter genotipnya. Morfometrik dapat dilakukan dengan tujuan antara lain untuk membedakan strain/spesies/populasi, menentukan jarak genetik dan mencari indikator morfologi untuk tujuan seleksi. Pengukuran truss morfometrik telah berhasil digunakan untuk membedakan tiga strain ikan nila (Ariyanto & Imron, 2002). Kajian morfometrik pada udang windu telah dilakukan dengan tujuan untuk mencari ciri-ciri morfologi yang dapat dijadikan indikator pendugaan berat daging udang hidup dalam seleksi induk. Ciri morfometrik seperti panjang karapas, panjang total tubuh, dan tinggi ruas tubuh VI udang windu memiliki nilai korelasi yang tinggi (r>0,91) dengan berat daging udang (Sugama et al., 1992). Studi morfometrik pada udang windu menunjukkan bahwa populasi udang windu di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, dan Gorontalo) memiliki kekerabatan yang relatif dekat. Sedikitnya tiga kluster populasi didapatkan dari enam populasi udang windu yang diteliti (Sulaeman et al., 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman morfologi dan tingkat kekerabatan udang pama yang berasal dari Sulawesi Selatan dan Tenggara. BAHAN DAN METODE Lokasi Sampel. Sampel udang pama dikoleksi langsung dari nelayan di beberapa lokasi yang telah diidentifikasi sebagai sumber penangkapan udang pama berdasarkan hasil survai ketersediaan induk tahun 2005 (Sulaeman et al., 2005). Tiga lokasi yang telah dipilih sebagai lokasi pengambilan sampel adalah Sulawesi Selatan meliputi Munte (Luwu Utara), Lampia (Luwu Timur), dan Sulawesi Tenggara meliputi Kassipute (Rumbia) (Gambar 1). Jumlah dan ukuran sampel disajikan pada Tabel 1. Pengukuran Morfometrik. Sampel udang dikumpulkan dari setiap lokasi penelitian (Tabel 1). Analisis morfometrik dilakukan sesuai dengan Motoh (1984). Pengukuran morfologi udang pama meliputi karakter: Panjang Total (PT); Panjang Standar (PS); Panjang Karapas (PK); Panjang Rostrum (PR); dan Panjang Ruas Segmen keenam (PRS- 6). Hubungan antara karakter morfometrik digunakan untuk memperoleh informasi mengenai promosi karakter tertentu terhadap yang lain. Pemilihan beberapa karakter didasarkan atas pertimbangan bahwa hubungan morfometrik tersebut akan dapat menerangkan karakter morfometrik udang pama yang diteliti. Rataan karakter yang diukur telah direlatifkan 28

Keragaman morfologi udang pama... (Andi Parenrengi) 119 0 120 0 121 0 122 0 123 0 124 0 7 0 6 0 5 0 4 0 3 0 2 0 1 0 Lokasi sampling (Sampling location) Lampia Munte Kassipute Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 119 0 120 0 121 0 122 0 123 0 124 0 Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel udang pama, P. semisulcatus di Munte dan Lampia (Sulawesi Selatan) dan Kassipute (Sulawesi Tenggara) Figure 1. Sampling locations of green tiger prawn, P. semisulcatus at Munte and Lampia (Sulawesi Selatan) and Kassipute (Sulawesi Tenggara) dengan panjang total (PT) untuk menghindari keragaman ukuran dan kemungkinan umur yang berbeda. Karakter tersebut adalah: a. Hubungan antara PS dengan PT b. Hubungan antara PK dengan PT c. Hubungan antara PR dengan PT d. Hubungan antara PRS-6 dengan PT Analisis Data. Data hasil pengukuran morfometrik dianalisis dengan Multivariate Analysis of Variance (MANOVA) dengan menggunakan program SPSS Ver. 10.0 (Santoso, 2002) meliputi: analisis komponen utama, diskriminan, dan kanonikal. Analisis komponen utama (PCA) menggunakan pengukuran Euclidian, di mana jarak Euclidian Tabel 1. Jumlah dan bobot rata-rata udang pama, P. semisulcatus yang digunakan untuk pengukuran morfometrik Table 1. The numbers and average body weight of green tiger prawn, P. semisulcatus used for morphometric measurement Populasi Population Jantan (Ma le ) Betina (Fem a le ) Jumlah Number Bobot Weight (g) Jumlah Number Bobot Weight (g) Lampia 33 23.48 ± 3.54 29 37.07 ± 9.66 Munte 29 22.41 ± 4.18 30 59.80 ± 22.54 Kassipute 12 27.08 ± 6.14 17 53.65 ± 13.67 29

J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 27--32 diperoleh berdasarkan rumus dari Nei (1987). Analisis kanonikal dilakukan untuk mendapatkan pola penyebaran karakter morfologi udang pama dari tiga lokasi pengambilan sampel. Analisis kluster hirarkhi dilakukan untuk mengetahui matriks jarak genetik dan dendrogram ketiga populasi yang diteliti dengan menggunakan metode between group linkage dan menggunakan pengukuran squared euclidean distance. Seluruh uji dilakukan pada level beda nyata P<0,05. HASIL DAN BAHASAN Analisis fungsi kanonikal memperlihatkan morfologi udang pama dari Kassipute terpisah dari populasi lainnya dan mengumpul pada sebelah kanan fungsi 1 (axis Y), di mana karakter morfologinya tidak bersinggungan dengan karakter udang pama yang berasal dari Munte dan Lampia. Tetapi sebaliknya karakter morfologi udang pama asal Munte dan Lampia saling bersinggungan dan mengumpul pada daerah sebelah kiri axis Y dengan group centroid berada pada area sekitar garis nol dari axis X dan Y (Gambar 2). Kesamaan morfologi seperti yang disajikan pada Tabel 2 menunjukkan adanya pencampuran yang terukur antara populasi satu dengan yang lainnya atau komponen tersebut merupakan suatu trait yang dipertahankan atau yang dibagikan sewaktu terjadi aliran gen (gene flow). Kesamaan ukuran tubuh dalam kelompok 4 2 0 Fungsi (Function) 2-2 - 4-6 - 6-4 - 2 0 2 4 6 Asal (Origin): Group Centroids Kassipute Lampia Munte Gambar 2. Penyebaran karakter morfologi udang pama, Penaeus semisulcatus dari Munte, Lampia, dan Kassipute Figure 2. Fungsi (Function) 1 Character distribution of green tiger prawn Penaeus semisulcatus morphology from Munte, Lampia, dan Kassipute Tabel 2. Table 2. Percampuran fenotip dalam dan antar populasi (%) udang pama, P. semisulcatus Phenotypic mixing inter and intra populations (%) green tiger prawn, P. semisulcatus Lokasi Lampia Munt e Kassiput e Tot al Location Lampia Munte Kassipute Total Lampia 67.8 30.5 1.7 100.0 Munte 27.4 71.0 1.6 100.0 Kassipute 0.0 6.9 93.1 100.0 Persentase 31.73 36.13 32.13 100.0 30

Keragaman morfologi udang pama... (Andi Parenrengi) yang paling besar dalam populasi adalah pada populasi Kassipute (93,1%) dan hanya sharing dengan populasi Munte sebesar 6,9%. Keragaman dalam populasi Munte adalah 71,9%; di mana 17 ekor sharing dengan populasi Lampia (27,4%) dan 1 ekor sharing dengan populasi Kassipute (1,6%). Sedangkan keragaman terendah pada populasi Lampia yakni sebesar 67,8% dan sharing dengan populasi Munte sebesar 30,5% (N=18) serta 1,7% (N=1) sharing dengan populasi Kassipute. Pengelompokan yang terbentuk berdasarkan jumlah trait atau karakter yang diukur. Semakin banyak trait yang diamati semakin akurat gambaran pengelompokan dan posisi masingmasing populasi. Pada udang galah (Macrobrachium rosenbergii) telah didapatkan nilai pencampuran fenotip dalam populasi berkisar antara 68,33%--90,00% sedangkan inter populasi berkisar 5,00%--26,67% dari tiga populasi alam yang diamati (Hadie et al., 2002). Sedangkan pada udang windu pencampuran fenotif dalam populasi adalah berkisar 40,9%-- 82,2% dan antar populasi berkisar 0,0%--27,4% (Sulaeman et al., 2002). Tabel 3 menyajikan matriks jarak genetik atara ketiga populasi udang pama dan merupakan dasar pengelompokan dalam pengembaran dendrogramnya. Jarak genetik terkecil dimiliki antara populasi Lampia-Munte (dengan nilai 5,424) dan selanjutnya diikuti oleh kelompok Munte-Kassipute (dengan nilai 45,753) dan yang terbesar adalah antara populasi Lampia-Kassipute (dengan nilai 48,350). Nilai jarak genetik tersebut memiliki implikasi terhadap kemungkinan persilangan antar populasi. Perkawinan silang antara populasi Munte dan Kassipute atau Lampia dan Kassipute memberikan peluang besar dalam peningkatan keragaan secara nyata dibandingkan dengan populasi Munte x Lampia, karena hal tersebut diduga akan adanya peningkatan heterosis karena kedua populasi tersebut berasal dari kelompok yang relatif sama. Suparyanto et al. (1999) dalam Hadie et al. (2002) menyatakan bahwa persilangan populasi yang memiliki hubungan kekerabatan yang jauh dapat meningkatan keragaman keturunannya yang bersumber dari masingmasing populasi. Dalam bentuk dendrogram (Gambar 3), kekerabatan ketiga populasi alam udang pama tersebut digambarkan dalam dua kluster utama. Udang pama Lampia dan Munte menjadi satu Tabel 3. Nilai matrik jarak genetik antar populasi udang pama, P. semisulcatus dari Munte, Lampia, dan Kassipute Table 3. Matrix value of genetic distance among green tiger prawn, P. semisulcatus population from Munte, Lampia, and Kassipute Lokasi Loca t ion Munte Lampia Kassipute Munte 0 5.424 48.350 Lampia 5.424 0 45.753 Kassipute 45.753 48.350 0 Gambar 3. Dendrogram jarak genetik udang pama P. semisulcatus dari Munte, Lampia, dan Kassipute Figure 3. Dendrogram of genetic distance of green tiger prawn from Munte, Lampia, and Kassipute 31

J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 27--32 kelompok karena jarak kekerabatannya yang dekat, tetapi hubungan kekerabatan yang jauh dengan udang pama Kassipute. KESIMPULAN Morfologi udang pama dari Munte dan Lampia (Sulawesi Selatan) berbeda dengan udang pama yang berasal dari Kassipute (Sulawesi Tenggara). Analisis kluster juga memperlihatkan dua kluster utama, di mana kluster pertama adalah merupakan gabungan antara udang pama dari Munte dan Lampia, sedangkan kluster lainnya adalah udang pama yang berasal dari Kassipute. Sharing component di dalam masing-masing populasi udang pama adalah 67,8% untuk Munte; 71,0% untuk Lampia; dan 93,1% untuk Kassipute. Jarak genetik yang didapatkan memperlihatkan kekerabatan terdekat adalah antara udang pama yang berasal dari Munte-Lampia (5,424) dan terjauh antara Lampia-Kassipute (48,350). UCAPAN TERIMA KASIH Riset ini dibiayai oleh APBN dari Kegiatan Riset Perbenihan dan Budidaya Udang Pama dan Krustase Lainnya, Tahun Anggaran 2006. DAFTAR PUSTAKA Ariyanto, D. dan Imron. 2002. Keragaan truss morfometri ikan nila (Oreochromis niloticus) strain 69, GIFT G-3 dan GIFT G-6. J. Pen. Per. Indonesia. 8(3): 11--18. Hadie, W., K. Sumantadinata, O. Carman, dan L.E. Hadie. 2002. Pendugaan jarak genetik populasi udang galah (Macrobranchium rosenbergii) dari Sungai Musi, Sungai Kapuas, dan Sungai Citanduy dengan truss morphometric untuk mendukung program pemuliaan. J. Pen. Per. Indonesia. 8(3): 1--8. Motoh, H. 1984. Biology and ecology of Penaeus monodon. Proceeding of The First International Conference on the Culture of Penaeid Shrimp, Iloilo City, Philippines, 1984. p. 27--35. Nei, M. 1987. Molecular Evolutionary Genetic, Columbia University Press, New York USA. 512 pp. Nugroho, E., W. Hadie, J. Subagjo, dan T. Kurniasih. 2005. Keragaman genetik dan morfometrik pada ikan baung, Mystus numerus dari Jambi, Wonogiri, dan Jatiluhur. J. Pen. Per. Indonesia. 11(7): 1--6. Santoso, S. 2002. Buku Latihan SPSS: Statistik Multivariat. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. 343 pp. Sugama, K., Trijoko, Haryanti, and A. Khalik. 1992. Study on morphometric variability of broodstock for genetic improvement in tiger prawn, Penaeus monodon. J. Pen. Budidaya Pantai. 8(3): 1--8. Sulaeman, E. Suryati, A. Parenrengi, dan S. Lante. 2002. Keragaan induk udang windu di perairan Timur Indonesia. Laporan Teknis Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros. 36 pp. Sulaeman, E. Suryati, A. Parenrengi, Rosmiati, S. Lante, I. Rusdi, Herlinah, M. Yamin, dan A. Tenriulo. 2005. Perbenihan, pemuliabiakan, genetika dan bioteknologi perikanan budidaya air payau. Laporan Teknis Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros. 33 pp. Widiyati, A., Subandriyo, K. Sumantadinata, W. Hadie, dan E. Nugroho. 2004. Keragaman morfologi dan fluktuasi asimetri ikan nila (Oreochromis niloticus) dari Danau Tempe (Sulawesi Selatan) dan beberapa sentra produksi di Jawa Barat. J. Pen. Per. Indonesia. 10(5): 47--53. 32