ANALISIS PRIORITAS PENANGANAN PERBAIKAN PRASARANA SDA WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO DENGAN AHP EXPERT CHOICE

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran Keputusan Menteri Kehutanan Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Nomor 52/Kpts-II/2001 Tanggal

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STUDI PENENTUAN KINERJA PENGELOLAAN DAS DI SUB DAS KONTO HULU

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PENILAIAN DAERAH TANGKAPAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TIPAR DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN DI KABUPATEN BANYUMAS

Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan

Pentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

PENDAHULUAN Latar Belakang

KUANTIFIKASI JASA LINGKUNGAN PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA DAS CISADANE HULU. Aji Winara dan Edy Junaidi ABSTRAK

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) , , , S E M A R A N

STUDI PENETUAN KINERJA KELESTARIAN DAN SOSIAL PENGELOLAAN DAS DI SUB DAS LESTI JURNAL ILMIAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO

OTONOMI DAERAH. Terjadi proses desentralisasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENILAIAN DAERAH TANGKAPAN AIR DAS COMAL DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN DI KABUPATEN PEMALANG

KINERJA SUB DAS SIAK BAGIAN HULU DALAM PENGELOLAAN DAS SIAK

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

DAYA DUKUNG DAS BRANTAS BERDASARKAN EVALUASI KRITERIA TATA AIR

STUDI PENENTUAN KINERJA KELESTARIAN LINGKUNGAN PENGELOLAAN DAS KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ruang bagi sumberdaya alam,

Gambar 2. Lokasi Studi

PERATURAN BERSAMA GUBERNUR JAWA TIMUR DAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2013 NOMOR TENTANG

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK

INDONESIA WATER LEARNING WEEK WATER SECURITY FOR INDONESIA WATER ENERGY ENERGY FOOD NEXUS INSTITUTIONAL ASPECTS OF WRM

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

FORMULIR PENETAPAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengembangan Sumber Daya Air

L E G E N D A TELUK BANGKA J A M B I SUMATRA SELATAN B E N G K U L U S A M U D E R A H I N D I A L A M P U N G. Ibukota Propinsi.

IV. GAMBARAN UMUM. mempergunakan pendekatan one river basin, one plan, and one integrated

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OPTIMASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KOTA MANADO DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum d

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 10,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 48,960,360, BELANJA LANGSUNG 200,545,530,896.00

BAB VII. TINGKAT KESEHATAN DAS

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penilaian Tingkat Bahaya Erosi di Sub Daerah Aliran Sungai Cileungsi, Bogor

Pertemuan 3. PSDA! Indradi Wijatmiko

ARAH PENELITIAN MONITORING DAN EVALUASI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TAHUN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SDA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 85/PUU-XI/2013, TGL 18 FEBRUARI 2015.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI KEHUTANAN DAN MENTERI PEKERJAAN UMUM,

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

STUDI PENENTUAN KINERJA PENGELOLAAN DAS (KELESTARIAN LINGKUNGAN DAN EKONOMI) DI SUB DAS BRANTAS HULU

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYUSUNAN INDEKS KINERJA SEBAGAI DASAR ARAHAN PENGELOLAAN DAS BAHOROK

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

[LAPORAN SIDANG PLENO KESATU TKPSDA WS BELAWAN ULAR PADANG] 2016 KATA PENGANTAR

3 BAB III METODOLOGI

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 5,500, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 36,506,596, BELANJA LANGSUNG 121,897,163,000.00

Dinas PU. Sumber Daya Air Kabupaten Lamongan RENCANA STRATEGIK DINAS PEKERJAAN UMUM SUMBER DAYA AIR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Wilayah studi Balai Besar Wilayah Sungai Brantas adalah Wilayah Sungai

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia semakin memprihatinkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Persentase. Ya Tidak Tidak tahu Tengah. Hilir. Ciliwung. iklim atau tidak.

BAB 4 PERMASALAHAN DALAM PENGELOLAAN AIR. 4.1 Identifikasi Permasalahan yang Ditemui Saat Ini

PEMANFAATAN SUMBER MATA AIR DALAM KAWASAN HUTAN

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perhitungan LPR dan FPR J.I Bollu (Eksisting)

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

5. Evaluasi UTS, UAS, partisipasi field trip, Design Project

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Transkripsi:

ISSN 1410-9840 ANALISIS PRIORITAS PENANGANAN PERBAIKAN PRASARANA SDA WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO DENGAN AHP EXPERT CHOICE Bambang Sudarmanto Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang E-mail: bambangsudarmanto68@gmail.com RINGKASAN Wilayah Sungai Bodri Kuto yang merupakan kewenangan Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah menghadapi beberapa masalah yang kompleks dan saling terkait. Permasalahan tersebut antara lain terjadinya erosi, banjir, kekeringan, masih belum adanya keterpaduan antar sektor, antar instansi dan kesadaran msyarakat yang rendah tentang pelestarian manfaat sumber daya alam. Permasalahan-permasalahan yang kompleks tersebut dijadikan pertimbangan utama dalam menata dan menyusun prioritas program dengan cara mensimulasikan atau memformulasikan permasalahan tersebut dalam bentuk parameter-parameter yang akan diolah menggunakan software AHP Expert Choice. Dengan menggunakan metode AHP Expert Choice, parameter-parameter yang mempengaruhi terhadap alasan penyusunan prioritas penanganan prasarana SDA WS Bodri Kuto disusun dalam tingkatan (hirarki) yang terbagi dalam komponen elemen-elemennya. Kemudian masing-masing parameter tersebut diberi bobot yang tentunya membutuhkan kesepakatan dengan para pihak yang terkait dan terlibat dalam pengelolaan SDA WS Bodri Kuto. Hasil studi Analisis Prioritas Penanganan Perbaikan Prasarana SDA WS Bodri Kuto dengan AHP Expert Choice menghasilkan rangking prioritas DAS yang perlu ditangani sebagai berikut : DAS Kuto, DAS Damar, DAS Bulanan, DAS Blukar, DAS Bodri, DAS Buntu, DAS Kendal, DAS Blorong, DAS Waridin, DAS Aji, dan DAS Plumbon. Kata Kunci : Daerah Aliran Sungai (DAS), AHP Expert Choice. PENDAHULUAN Wilayah Sungai Bodri Kuto yang merupakan kewenangan Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah menghadapi beberapa masalah yaitu : Banjir, kekeringan dan tanah longsor; Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan dan lemahnya penegak hokum terhadap pembalakan liar; Belum adanya instansi yng berfungsi sebagai wadah koordinasi; Peran serta masyarakat dalam perencanaan pelaksanaan dan pengawasan belum optimal; Belum ada penjelasan mengenai pembagian anggaran rencana untuk drainase dan lingkungan hidup; Masih lemahnya kelembagaan pengelolaan irigasi di tingkat usaha tani; Kekurangan air baku tiap musim kemarau; Belum adanya pengelolaan sarana prasarana SDA; Terbatasnya dana yang tersedia untuk OP tiap tahun; Masih kurangnya kemampuan dan pemberdayaan peran serta masyarakat dan swasta; Masih kurangnya kinerja pelaksana teknis pengelola SDA; Kurangnya informasi mengenai SDA; Upaya pengusahaan SDA yang urang optimal; Penggunaan air yang tidak sesuai kebutuhan; Alih fungsi lahan; Pengunaan air yang tidak berlebihan; Kerusakan sarana dan prasarana sanitasi; Kerusakan sumber air; Lokasi kritis; serta Pengambilan gol-gol C di sungai yang tidak terkendali. Permasalahan-permasalahan yang kompleks seperti diatas dijadikan pertimbangan utama dalam menata dan J. PENGEMB. REK & TEK Volume 13 No 1, Juni 2011: 19-27 19

menyusun prioritas program dengan cara mensimulasikan atau memformulasikan permasalahan tersebut dalam bentuk parameter-parameter yang akan diolah menggunakan software AHP Expert Choice. Dengan menggunakan metode AHP Expert Choice, parameter-parameter yang mempengaruhi terhadap alasan penyusunan prioritas penanganan prasarana SDA WS Bodri Kuto disusun dalam tingkatan (hirarki) yang terbagi dalam komponen elemen-elemennya. Kemudian masing-masing parameter tersebut diberi bobot yang tentunya membutuhkan kesepakatan dengan para pihak yang terkait dan terlibat dalam pengelolaan SDA WS Bodri Kuto. METODOLOGI Dasar dan acuan penilaian kinerja DAS telah diatur oleh pemerintah melalui Kepmen Kehutanan No. 52/Kpts-II/2001. Rangkuman kriteria dan indikator kinerja DAS dapat ditampilkan dalam bentuk matriks berikut : Tabel 2.1. Kriteria dan Indikator Kinerja DAS KRITERIA INDIKATOR PARAMETER STANDAR EVALUASI KETERANGAN A. Penggunaan Lahan 1. Penutupan oleh vegetasi L V P IPL = ------------------ x 100% Luas DAS 2. Kesesuaian Penggunaan Lahan (KPL) L P S KPL = ------------------ x 100% Luas DAS IPL > 75% baik IPL = 30-75% sedang IPL < 30% jelek KPL > 75% baik KPL = 40-75% sedang KPL < 40% jelek IPL = indek penutupan lahan LVP = luas lahan bervegetasi permanen Informasi dari peta penutupan lahan atau land use LPS = luas penggunaan lahan yang sesuai Rujukan kesesuaian penggunaan lahan adalah RTRW/K dan atau pola RLKT 3. Erosi, Indek Erosi (IE) erosi aktual IE < 1 baik Perhitungan erosi merujuk KPL = ------------------------ x 100% IE > 1 jelek pedoman RTL-RLKT 1998 Erosi yg ditoleransi 4. Pengelolaan lahan Pola tanam (C) dan tindakan konservasi (P) B. Tata Air 1. Debit air sungai Q max a. KRS = ---------- Q min Sd b. CV = ---------------- x 100% Q rata-rata kebutuhan b. IPA = --------------- persediaan C x P < 0,10 baik Perhitungan nilai C & P merujuk C x P = 0,10-0,50 sedang pedoman RTL-RLKT tahun 1998 C x P > 0,50 jelek KRS < 50 baik KRS = 50-120 sedang KRS > 120 buruk CV < 10% baik CV > 10% jelek Nilai IPA semakin kecil semakin baik 2. Kandugan sedimen Kadar lumpur dalam air Semakin menurun Data SPAS semakin baik menurut mutu peruntukan 3. Kandungan pencemar (polutan) 4. Nisbah hantar sedimen (SDR) Kadar biofisik kimia Menurut standar yang berlaku Total sedimen SDR = ------------------- Total erosi C. Sosial 1. Kepedulian individu E Kegiatan positip konservasi mandiri Data SPAS PU/BRLKT/HPH Q = debit sungai CV = coefisien varian Sd = standar deviasi Data SPAS IPA = Indek Penggunaan Air Standar baku yang berlaku, misal PP 20/1990 SDR < 50% normal Data SPAS dan perhitungan/ SDR 50-75% tdk normal pengukuran erosi SDR > 75% rusak Ada, tidak ada Data dari instansi terkait 2. Partisipasi masyarakat % kehadiran masyarakat dalam > 70% tinggi Dari data pengamatan atau 20 Analisis Prioritas Penanganan Perbaikan Prasarana SDA Wilayah Sungai Bodri Kuto Dengan AHP Expert Choice (Bambang Sudarmanto)

3. Tekanan penduduk terhadap lahan D. Ekonomi 1. Ketergantungan penduduk terhadap lahan E. Kelembagaan kegiatan bersama 40-70% sedang < 40% rendah Indek Tekanan penduduk (TP) f Po (1 + r) t TP = zx ------------------ L Kontribusi pertanian terhadap total pendapatan keluarga TP < 1 ringan TP = 1-2 sedang TP > 2 berat > 75% tinggi 50-75% sedang < 50% rendah laporan instansi terkait t = waktu dlm 5 tahun z = luas lahan pertanian minimal utk hidup layak/petani f = proporsi petani terhadap populasi penduduk DAS Po = jml penduduk tahun 0 L = luas lahan pertanian r = Pertumbuhan penduduk/thn Dihitung KK/thn Data dari instansi terkait atau petani sample 2. Tingkat pendapatan Pendapatan keluarga/tahun Garis kemiskinan BPS Data dari instansi terkait atau petani sample 3. Produktivitas lahan Produksi/ha/thn Menurun, tetap, meningkat 4. Jasa lingkungan (air, wisata, iklim mikro, umur waduk) 1. Pemberdayaan lembaga lokal/adat Internalitas dari externalitas pembiayaan pengelolaan bersama (cost sharing) Peranan lembaga lokal dalam pengelolaan DAS Data BPS atau petani sample Ada, tidak ada Dalam bentuk pajak, retribusi untuk dana lingkungan Berperan, tidak berperan Data hasil pengamatan 2. Ketergantungan Intervensi pemerintah Tinggi, sedang, rendah Data hasil pengamatan masyarakat kepada pemerintah 3. K I S S konflik Tinggi, sedang, rendah Data hasil pengamatan 4. Kegiatan usaha bersama Jumlah unit usaha BErtambah, berkurang, tetap Data dari instansi terkait Tujuan utama dari penelitian adalah untuk menentukan daftar skala prioritas penanganan prasarana DAS di WS Bodri Kuto yang merupakan kewenangan Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah. Berikut ini metodologi yang akan kami terapkan di lapangan. START PERHITUNGAN VARIABEL DALAM PENILAIAN KINERJA DAS PENGUMPULAN DATA DAS PENILAIAN KINERJA DAS PROFIL DAS DALAM WS BODRI KUTO ANALISIS PERINGKAT DAS WS BODRI KUTO PENYUSUNAN RANGKING PRIORITAS PENANGANAN DAS KONSERVASI LAHAN PENDAYA GUNAAN SDA PENANGGULANGAN DAYA RUSAK END Gambar 2.1. Flow Chart Metodologi Penelitian J. PENGEMB. REK & TEK Volume 13 No 1, Juni 2011: 19-27 21

Penyusunan Prioritas Perbaikan prasarana SDA Wilayah Sungai Bodri Kuto pada prinsipnya adalah pembobotan item pekerjaan / program, dengan tujuan untuk membuat rangking (tingkat) prioritas / kemendesakan program berdasarkan Matriks Short List jangka waktu 5 tahun ke depan. Analisis yang digunakan adalah pembobotan usulan program berdasarkan ketentuan yang telah disepakati dan ditetapkan untuk dijadikan pedoman, pegangan, dan petunjuk bagi instansi pelaksana dalam upaya merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Prioritas pada prinsipnya berkenaan dengan derajat kepentingan dan keterdahuluan. Penilaian ini tidak menghapus rumusan program/proyek yang nantinya dinyatakan tidak atau kurang prioritas, karena rumusan program/proyek tersebut masih dapat dijadwalkan pada masa berikutnya selaras dengan peningkatan kemampuan pembiayaan. Program/proyek Penggunaan Lahan yang termasuk kategori prioritas juga dapat dijadwalkan pada tahun ke 3,4 atau 5 apabila masih harus didahului penyiapan beberapa prasyarat seperti DED, pembebasan lahan, atau aspek institusional, dsb. Kegiatan prioritisasi merupakan suatu upaya untuk menilai serangkaian usulan program/proyek, sehingga usulan program/proyek yang diusulkan dapat sesuai dengan arahan yang telah disusun. Dengan demikian tujuannya adalah: Membantu perencanaan dalam menganalisis usulan-usulan program/ proyek secara efektif dan efisien Untuk menguji alternatif-alternatif usulan program/proyek yang dipertimbangkan dengan serangkaian tujuan dan sasaran DATA DAN ANALISIS Data Data penting yang dipergunakan dalam menganalisis Rangking Prioritas WS Bodri Kuto dapat diuraikan sebagai berikut. KRITERIA A. Penggunaan Lahan INDIKATOR 1. Penutupan oleh vegetasi PARAMETER STANDAR EVALUASI KETERANGAN L V P IPL > 75% baik IPL = indek penutupan lahan IPL = ------------------ x 100% IPL = 30-75% sedang LVP = luas lahan bervegetasi permanen Luas DAS IPL < 30% jelek Informasi dari peta penutupan lahan atau land use L P S KPL > 75% baik LPS = luas penggunaan lahan yang sesuai 2. Kesesuaian Penggunaan Lahan (KPL) KPL = ------------------ x 100% KPL = 40-75% sedang Rujukan kesesuaian penggunaan lahan adalah RTRW/K dan atau pola RLKT Luas DAS KPL < 40% jelek 3. Potensi Erosi luas pot.erosi prosentase < 0,10 baik Dokumen Pola Peng.WS Bodri Kuto 2008 PE = ------------------------ prosentase = 0,10-0,50 sedang Eluas DAS prosentase > 0,50 jelek 4. Potensi kelongsoran luas pot.longsor prosentase < 0,10 baik Dokumen Pola Peng.WS Bodri Kuto 2008 PL = ------------------------ prosentase = 0,10-0,50 sedang Eluas DAS prosentase > 0,50 jelek Standard evaluasi yang dihasilkan dari analisis / perhitungan, selanjutnya dijadikan bobot dengan ketentuan : Kondisi Baik = dikalikan faktor pengali yang kecil, dalam hal ini adalah 1 Kondisi Sedang = dikalikan faktor pengali 2 Kondisi Jelek = dikalikan faktor pengali 3 Kondisi Baik = dikalikan faktor pengali yang kecil, dalam hal ini adalah 1 Kondisi Jelek = dikalikan faktor pengali 3 22 Analisis Prioritas Penanganan Perbaikan Prasarana SDA Wilayah Sungai Bodri Kuto Dengan AHP Expert Choice (Bambang Sudarmanto)

Pengelolaan SDA Kriteria Indikator Parameter Standar Evaluasi Keterangan B. Pengelolaan SDA 1. Debit air sungai Q max KRS < 75 baik PP 42/2008 a. KRS = ---------- KRS > 75 kritis Q = debit sungai Q min Sd CV < 10% baik CV = coefisien varian b. CV = ---------------- x 100% CV > 10% jelek Sd = standar deviasi Q rata-rata KepmenHut 52/Kpts-II/2001 2. Nisbah pemanfaatan Sumber N = jumlah volume yang digunakan N < 1,5 baik Standard rata rata Jateng Daya Air Jumlah volume keseluruhan N > 1,5 jelek PP 42/2008 3. Kandungan sedimen Kadar lumpur dalam air Semakin menurun semakin baik Data SPAS menurut mutu peruntukan 4. Kandungan pencemar (polutan) Kadar biofisik kimia Menurut standar yang berlaku Standar baku yang berlaku, misal PP 20/1990 5. Nisbah hantar sedimen (SDR) Total sedimen SDR < 50% normal KepmenHut 52/Kpts-II/2001 dan SDR = ------------------- SDR 50-75% tdk normal perhitungan/ pengukuran erosi Total erosi SDR > 75% rusak Standard evaluasi yang dihasilkan dari analisis / perhitungan, selanjutnya dijadikan bobot dengan ketentuan : Kondisi Baik = dikalikan faktor pengali yang kecil, dalam hal ini adalah 1 Kondisi Sedang = dikalikan faktor pengali 2 Kondisi Jelek = dikalikan faktor pengali 3 Kondisi Baik = dikalikan faktor pengali yang kecil, dalam hal ini adalah 1 Kondisi Jelek/kritis = dikalikan faktor pengali 3 Kondisi Sosial Kriteria Indikator Parameter Standar Evaluasi Keterangan C. Sosial 1. Kepedulian individu Ratio Tingkat Pendidikan SLTA per DAS ------ Data rata-rata Jateng 2. Jumlah penduduk dalam DAS jumlah tenaga kerja DAS/jumlah keseluruhan tenaga kerja di Wil. Sungai > 30% tinggi < 30% rendah PP 42/2008 3. Tekanan penduduk terhadap Indek Tekanan penduduk (TP) TP < 1 ringan t = waktu dlm 5 tahun lahan f Po (1 + r) t TP = 1-2 sedang z = luas lahan pertanian minimal utk TP = zx ------------------ TP > 2 berat f = proporsi petani terhadap populasi penduduk DAS L Po = jml penduduk tahun 0 L = luas lahan pertanian r = Pertumbuhan penduduk/thn Untuk kondisi sosial, pembobotan menggunakan aturan yang berkebalikan dengan kondisi penggunaan lahan dan kondisi pengelolaan SDA. Kondisi Baik/ringan = dikalikan faktor pengali yang besar, dalam hal ini adalah 3 Kondisi Sedang = dikalikan faktor pengali 2 Kondisi Jelek/berat = dikalikan faktor pengali 1 Kondisi Baik/Tinggi = dikalikan faktor pengali yang besar, dalam hal ini adalah 3 Kondisi Jelek/rendah = dikalikan faktor pengali 1 J. PENGEMB. REK & TEK Volume 13 No 1, Juni 2011: 19-27 23

Kondisi Ekonomi Kriteria Indikator Parameter Standar Evaluasi Keterangan D. Ekonomi 1. Ketergantungan penduduk terhadap lahan beririgasi > 10000 Ha tinggi PP 20/2006 tentang irigasi 3000-10000 Ha sedang PP 42/2008 tentang PSDA < 3000 Ha rendah 2. Produktivitas lahan Produksi/ha/thn besar,sedang,kecil Data BPS atau petani sample 3. Nilai produksi terkait SDA Pendapatan keluarga/tahun Garis kemiskinan BPS Data dari instansi terkait atau petani sample 4. Jasa lingkungan (wisata,plta, mikro hidro,pengelolaan waduk) Luas lahan beririgasi dalam DAS Internalitas dari externalitas pembiayaan pengelolaan bersama (cost sharing ) Ada, tidak ada Kondisi tinggi = dikalikan faktor pengali yang besar, dalam hal ini adalah 3 Kondisi sedang = dikalikan faktor pengali yang lebih kecil, dalam hal ini adalah 2 Kondisi rendah = dikalikan faktor pengali yang kecil, dalam hal ini adalah 1 Kondisi Baik/ada = dikalikan faktor pengali yang kecil, dalam hal ini adalah 3 Kondisi Jelek/tdk ada = dikalikan faktor pengali yang kecil, dalam hal ini adalah 1 Kondisi Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan DAS Dalam bentuk pajak, retribusi untuk dana lingkungan Kriteria Indikator Parameter Standar Evaluasi Keterangan E. Peran Serta masyarakat 1. Lembaga pemberdayaan Peranan lembaga lokal dalam pengelolaan Berperan, tidak berperan Data hasil pengamatan Masyarakat DAS 2. Partisipasi Masyarakat Intervensi pemerintah Ada, tidak ada Data hasil pengamatan 3. program pemberdayaan konflik Ada, tidak ada Data hasil pengamatan 4. Kegiatan usaha bersama terkait SDA Jumlah unit usaha Bertambah, berkurang, tetap Data dari instansi terkait 3 tahun terakhir Untuk kondisi sosial, pembobotan menggunakan aturan yang berkebalikan dengan kondisi penggunaan lahan dan kondisi pengelolaan SDA. Kondisi Baik/ringan = dikalikan faktor pengali yang besar, dalam hal ini adalah 3 Kondisi Sedang = dikalikan faktor pengali 2 Kondisi Jelek/berat = dikalikan faktor pengali 1 Kondisi Baik/ada = dikalikan faktor pengali yang besar, dalam hal ini adalah 3 Kondisi Jelek/tdk ada = dikalikan faktor pengali 1 Rekapitulasi identifikasi (dalam bentuk bobot) Wilayah Sungai Bodri Kuto disajikan dalam Tabel berikut. 24 Analisis Prioritas Penanganan Perbaikan Prasarana SDA Wilayah Sungai Bodri Kuto Dengan AHP Expert Choice (Bambang Sudarmanto)

TABEL IDENTIFIKASI / PEMBOBOTAN WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO PARAMETER / VARIABEL KUTO DAMAR BULANAN BLUKAR BODRI BUNTU KENDAL BLORONG WARIDIN AJI PLUMBON A. Penggunaan Lahan 1 Penutupan oleh vegetasi 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 Kesesuaian Penggunaan 2 Lahan (KPL) 2 2 1 2 1 1 3 2 1 3 3 Potensi Erosi (erosi sedang 3 s/d tinggi) 2 2 1 3 3 1 2 2 1 3 3 Potensi Longsor (longsor 4 menengah ke tinggi) 2 2 1 2 3 1 1 2 1 1 2 B. Pengelolaan SDA 1 Debit air sungai (KRS) 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Nisbah pemanfaatan 2 Sumber Daya Air (N) 1 2 3 2 1 3 3 1 3 3 1 3 Kandungan sedimen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kandungan pencemar 3 (polutan) 3 1 2 1 1 3 3 3 3 2 2 Nisbah hantar sedimen 4 (SDR) 1 3 3 2 1 3 3 1 3 2 1 C. Sosial Kepedulian individu (Rasio 1 SLTA/DAS) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah tenaga kerja dalam 2 DAS 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 Tekanan penduduk 3 terhadap lahan (TP) 2 3 3 2 1 3 3 1 3 2 2 D. Ekonomi Ketergantungan penduduk terhadap lahan beririgasi 1 (Luas Lahan beririgasi) 3 1 1 2 3 1 1 2 1 1 2 Produktivitas lahan 2 (produksi DAS/WS) 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 Nilai produksi terkait SDA 3 (pendapatan KK/Tahun) 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 Jasa lingkungan (wisata,plta, mikro 4 hidro,pengelolaan waduk) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 E. Peran Serta Masyarakat Lembaga pemberdayaan 1 Masyarakat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Partisipasi Masyarakat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 program pemberdayaan 3 1 1 1 3 1 3 1 1 1 1 Kegiatan usaha bersama 4 terkait SDA 3 1 1 2 3 1 1 2 1 1 2 Struktur Hierarchy AHP Expert Choice yang digunakan dalam menganalisis rangking prioritas perbaikan prasarana WS Bodri Kuto adalah sebagai berikut : J. PENGEMB. REK & TEK Volume 13 No 1, Juni 2011: 19-27 25

Parameter yang dijadikan pertimbangan dalam menentukan rangking prioritas perbaikan prasarana WS BODRI KUTO adalah : Kondisi Sosial : bobot 10% Kondisi Ekonomi : bobot 10% Peranserta Masyarakat : bobot 5% Konservasi : bobot 25% Pendayagunaan SDA : bobot 25% Pengendalian Daya Rusak : bobot 25% Hasil Analisis : 26 Analisis Prioritas Penanganan Perbaikan Prasarana SDA Wilayah Sungai Bodri Kuto Dengan AHP Expert Choice (Bambang Sudarmanto)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil studi Analisis Prioritas Penanganan Perbaikan Prasarana SDA WS Bodri Kuto dengan AHP Expert Choice menghasilkan rangking prioritas DAS yang perlu ditangani sebagai berikut : 1. DAS Kuto 2. DAS Damar 3. DAS Bulanan 4. DAS Blukar 5. DAS Bodri 6. DAS Buntu 7. DAS Kendal 8. DAS Blorong 9. DAS Waridin 10. DAS Aji 11. DAS Plumbon Saran Dari hasil Daftar Skala Prioritas DAS di Wilayah Sungai (WS) Bodri Kuto seperti tersebut diatas, agaknya diperlukan penelitian lanjutan mengenai Detail Program Penanganan Pembangunan Prasarana yang perlu disusun dalam tiap DAS, yang tentunya juga dalam bentuk matriks skala prioritas pula. DAFTAR PUSTAKA Arsyad S. Konservasi Tanah dan Air, IPB, Bogor, 1989. Barus dan Suwardjo. 1977. Hubungan antara Sifat-sifat Hujan dengan Erosi, Kongres Nasional Ilmu Tanah II, Jogyakarta. Chow, V.T., Hand Book of Applied Hydrologi, Mc. Graw Hill, Books Company, New York, 1964 Hudson, N.W., Soil Coservation and Management in the Humid Tropics, Chichester, John Wiley & Sons Ltd., 1977. Indra Karya PT., Design Review of Opak Serang Irrigation Rehabilitation Project, Yogyakarta, 1990 Kohnke, H. and A.R. Bertrand, Soil Conservation, New York, McGraw-Hill, 1959 Puslitbang Pengairan PU, Bendungan Besar di Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 1995. Sarief, E.S. Konservasi Tanah dan Air, Cet. III, Bandung : CV. Pustaka Buana, 1985. Seta, A.K. Konservasi Sumber daya Tanah dan Air, Cet. II Jakarta : Kalam Mulia, Agustus 1991. Sheuerlein, H., Sedimentation of reservoirs Methodes of Prevention, Techniques of Rehabilitation, First Iranian Symposium on Dam Engineering, p. 5-6, Tehran (1987). Strand, R. I. Sedimentation - Design of Small Dams, 2 nd ed. New Delhi : Oxford & IBH Publishing CO, 1979. Strand, R. I., Design of Small Dams, U.S. Bureau of Reclamation, Oxford & IBH Publishing Co., New Delhi, 1974. Suripin, Konservasi Tanah dan Air, Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang, 2000. Suryadi P.A, Pendahuluan Teori Kemungkinan dan Statistika, Departemen Matematika ITB, Bandung, 1980. Wischmeier, W.H. and D.D. Smith, Predicting Rainfall Erosion Losses from Cropland East of the Rocky Mountains, USDA, Agriculture Handbook No. 282, 1965. J. PENGEMB. REK & TEK Volume 13 No 1, Juni 2011: 19-27 27