Persentase. Ya Tidak Tidak tahu Tengah. Hilir. Ciliwung. iklim atau tidak.
|
|
- Susanti Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Kriteria dan Indikator Kerentanan Pada saat ini, perubahan iklim merupakan isu yang sangat hangat. Tidak sedikit orang yang meragukan adanya perubahan iklim. Gejala perubahan iklim telah dirasakan oleh sebagian besar masyarakat DAS Ciliwung (Gambar 7). Persentase Hulu Tengah Hilir Ya Tidak Tidak tahu Wilayah DAS Gamabr 7 Persepsi masyarakat tentang adanya gejala perubahan iklim Pada Gambar 7 di atas, terlihat bahwa 100% responden di DAS Ciliwung Hulu merasakan adanyaa perubahan iklim di daerah mereka. Responden di DAS Ciliwung Tengah, 86.67% menyatakan adanya perubahan iklim dan 13.33% menyatakan tidak ada gejala perubahan iklim. Sedangkan responden di DAS Ciliwung hilir, 70% menyatakan adanya perubahan iklim, 20% menyatakan tidak ada perubahan iklim dan 10% menyatakan tidak tahu apakah terjadi perubahan iklim atau tidak. Berdasarkan persepsi masyarakat, perubahan iklim yang terjadi di DAS Ciliwung berpengaruh pada ketersediaan air di DAS Ciliwung. Persepsi masyarakat tentang ketersediaan air di DAS Ciliwung tersaji pada Gambar 8. Pada Gambar 8 terlihat bahwa 100% responden di DAS Ciliwung Hulu menyatakan adanya perubahan ketersediaan air di DAS Ciliwung dan sekitarnya. Masyarakat di DAS Ciliwung Tengah, 70% menyatakan adanya perubahan ketersediaan air, 26.67% menyatakan tidak adanya perubahan ketersediaan air dan 3.33% menyatakan tidak tahu. Sedangkan responden di DAS Ciliwung Hilir, 80% menyatakan adanya perubahan ketersediaan air dan 20% menyatakan tidak ada.
2 34 Persentase Hulu Tengah Hilir Berubah Tidak Tidak Tahu Wilayah DAS Gambar 8 Persepsi masyarakat tentang perubahan ketersediaan air Dampak perubahan ketersediaan air di DAS Ciliwung sangat dirasakan oleh sebagian besar masyarakat yang tergantung pada ketersediaan air di alam, seperti para petani atau masyarakat yang belum menggunakan fasilitas PAM. Sedangkan masyarakat yang telah menggunakan fasilitass PAM, tidak merasakan adanya perubahan ketersediaan air. Selain itu, berdasarkan persepsi masyarakat bahwa berkurangnya ketersediaan air disebabkan karena peningkatan penduduk dan bangunan/gedung. Namun demikian, masyarakat menyatakan bahwa masalah ketersediaan air di DAS Ciliwung belum menjadi masalah besar bagi mereka. Masyarakat masih bisa beradaptasi dengann perubahan tersebut. Masyarakat di DAS Ciliwung Hulu ke penggunaan air sumur atau bekerjasama dengan aparat pemerintah membuat saluran dari mata air yang lebih jauh. Masyarakat di DAS Ciliwung Tengah beradaptasi dengan membuat sumur lebih dalam atau beralih ke PAM. Sedangkan masyarakat di DAS Ciliwung Hilir beradaptasi dengan cara beralih ke PAM, membeli air bersih, penggunaan air tanah. Namun demikian, masyarakat yang tidak mampu atau masyarakat miskin, mereka tetap menggunakan air yang ada di sungai yang sudah tercemar berat. Tetapi kalau pada musim kemarau atau ketersediaan air di alam tidak ada, maka mereka menumpang ke tetangga. Bahkan, adaa beberapa masyarakat yang menggunakan fasilitas air yang disediakan oleh pemerintah, LSM, perusahaan atau masyarakat perorangan.
3 35 Berdasarkan informasi tersebut, maka kriteria dan indikator kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim di DAS Ciliwung tersaji pada Tabel 11. Sedangkan cara perolehan nilai dari tiap-tiap indikator tersaji pada Lampiran 9. Tabel 11 Kriteria dan indikator kerentanan masyarakat Prinsip Kriteria Indikator Ket Singkapan Kepekaan Perubahan Kondisi hidrologis di DAS Ciliwung (Alam_E) 1 Permintaan air semakin tinggi (SDM_S) Indeks penggunaan air (IPA) hasil proyeksi KNLH (1998) Kepadatan penduduk/kp 2 Infrastruktur/sarana penyediaan air yang belum memadai. (Fisik_S) 3 Ketergantungan masyarakat akan lahan sangat tinggi (Ekon_S) Jumlah masyarakat yang tidak/belum menggunakan fasilitas PAM/ledeng (Kualitas infrastruktur/ki) Persentase masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian (Ketergantungan lahan /KL) Asumsi : 1) kondisi ketersediaan air di seluruh wilayah sama; 2) kualitas air PAM bagus Asumsi: sektor pertanian sangat tergantung pada ketersediaan air. kemampuan adaptasi 1 Kualitas masyarakat yang tinggi (SDM_AC) 2 Harmonisnya hubungan antar masyarakat dan pemerintahan (Sosial_AC) 3 Terjaminnya pendapatan daerah perkapita (Ekon_AC) 1 Tingkat pendidikan (TP) 2 Bisa baca tulis (MH) 3 Tingkat kesejahteraan (TK) 4 Perilaku konservasi (PK) 1. Tingkat konflik (KO) 2. Dukungan pemerintah kepada masyarakat (DP) Indeks pendapatan daerah perkapita IPDRB) Sumber : Hasil analisis 4 Adanya daerah resapan air yang berkualitas baik (Alam_AC) Persentase luas lahan selain areal terbangun dan lahan terbuka (LH) Asumsi: lahan selain areal terbangun dan areal terbuka mempunyai kemampuan untuk memperbesar infiltrasi air ke tanah, sedangkan besarnya kemampuan infiltrasi diabaikan.
4 36 Pada Tabel 11 terlihat bahwa seluruh aspek kehidupan (SDM, fisik/teknologi, ekonomi, sosial dan alam) berpengaruh pada penilaian kerentanan masyarakat di DAS Ciliwung. Singkapan hanya dibatasi pada perubahan kondisi hidrologis (aspek alam) saja. Kepekaan masyarakat dipengaruhi oleh aspek ekonomi, SDM dan fisik. Sedangkan kemampuan adaptasi dipengaruhi oleh aspek SDM, ekonomi, sosial dan alam. 5.2 Analisis AHP Analisis AHP digunakan untuk melakukan analisis pembobotan atau prioritas berdasarkan kepentingan relatif antar level. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data nilai berupa daftar pertanyaan/kuisioner yang tersaji pada Lampiran 10. Data penilaian berdasarkan pertimbangan kebijakan dari pihakpihak yang berkepentingan. Data penilai atau responden AHP tersaji pada Lampiran 11. Hasil penilaian dari semua responden diolah menggunakan software expert choice. Hasilnya tersaji pada Lampiran 12. Hasil akhir analisis AHP menunjukkan bahwa nilai rasio inkonsistensi (inconcictency ratio/ir) sebesar 0.0 atau di bawah nilai inkonsistensi rasio yang diperbolehkan, yaitu sebesar 0.1. Dapat dikatakan bahwa bobot nilai yang diberikan oleh para responden penilai telah memenuhi syarat kekonsistenan. Nilai bobot dari tiap-tiap indikator hasil analisis AHP tersaji pada Gambar 9. Tujuan : + Kerentanan Masyarakat Terhadap Perubahan Iklim - 100% Prinsip : Exposure/ singkapan 21.8% Sensitivity/Kepekaan Masyarakat 41.1% Adaptive capacity/ Kemampuan Adaptasi Masyarakat 37.1% Kriteria : Alam_E 21.8% SDM_S 20.9% Fisik_S 7.4% Ekon_S 12.8% SDM_AC 6.9% Sosial_AC 12.5% Ekon_AC 5.8% Alam_AC 11.9% Indikator : IPA 21.8% KP 20.9% KI 7.4% KL 12.8% TP 1.4% MH 1.6% TK 1.8% PK 2.2% KO 4.8% DP 7.7% IPDRB 5.8% LH 11.9% Alternatif :... Klasifikasi Kerentanan Masyarakat (Tinggi, Agak Tinggi, Sedang, Agak Rendah, Rendah) Gambar 9 Hirarki hasil analisis AHP
5 37 Pada Gambar 9 di atas terlihat bahwa total nilai bobot adalah 100% atau 1. Pada tingkat prinsip atau level 1, terlihat bahwa bobot nilai untuk kepekaan paling tinggi, sebesar 41.1%. Berikutnya adalah kemampuan adaptasi sebesar 37.1%, dan singkapan sebesar 21.8%. Pada level 2, pada unsur kepekaan, indikator kepadatan penduduk (kriteria permintaan air semakin tinggi/aspek SDM) mempunyai bobot nilai yang lebih tinggi sebesar 20.9%, diikuti aspek ekonomi (kriteria ketergantungan pada lahan tinggi) sebesar 12.8% dan aspek fisik (kriteria infrastruktur/sarana penyediaan air yang belum memadai) sebesar 7.4%. Pada unsur kemampuan adaptasi terlihat bahwa aspek sosial (kriteria hubungan yang harmonis diantara masyarakat) mempunyai nilai bobot paling tinggi, sebesar 12.5%. Diikuti oleh aspek alam (kriteria tersedianya lahan resapan yang cukup) sebesar 11.9%, SDM (kriteria kualitas masyarakat yang tinggi) sebesar 6.9%, dan ekonomi (terjaminnya pendapatan daerah perkapita) sebesar 5.8%. Pada aspek SDM (kriteria kualitas masyarakat yang tinggi), indikator perilaku konservasi (PK) mempunyai bobot nilai yang lebih tinggi sebesar 2.2%, diikuti tingkat kesejahteraan (TK) sebesar 1.8%, melek huruf (MH) sebesar 1.6% dan tingkat pendidikan (TP) sebesar 1.4%. Sedangkan pada kriteria harmonisnya hubungan antara masyarakat (aspek sosial), dukungan pemerintah (DP) mempunyai nilai bobot lebih tinggi sebesar 7.7% dan konflik (KO) sebesar 4.8%. 5.3 Pemetaan Kerentanan Masyarakat Pemetaan Singkapan Hasil pemetaan singkapan perubahan iklim terlihat pada Gambar 10 dan 11. Pada Gambar 10 terlihat bahwa indeks singkapan sebelum adanya perubahan iklim sebesar 0.44 dan dimasukkan dalam kategori agak rendah. Sedangkan pada Gambar 11 terlihat bahwa indeks singkapan setelah perubahan iklim sebesar 0.65 dan dimasukkan dalam kategori sedang. Perubahan nilai indeks singkapan sebelum dan sesudah singkapan menunjukkan bahwa DAS Ciliwung peka terhadap perubahan iklim dan memicu degradasi DAS Ciliwung semakin tinggi.
6 Gambar 10 Peta singkapan sebelum terjadi perubahan iklim 38
7 39 Gambar 11 Peta singkapan setelah terjadi perubahan iklim Pemetaan Kepekaan Masyarakat Hasil pemetaan kepekaan masyarakat ditunjukkan dalam Gambar 12. Pada Gambar 12 terlihat bahwa kepekaan masyarakat terhadap perubahan iklim di DAS Ciliwung berbeda secara spasial. DAS Ciliwung Hilir mempunyai indeks kepekaan masyarakat sebesar 1.25 (ketegori kelas sedang). DAS Ciliwung Hulu
8 40 dan Tengah dikategorikan dalam kelas agak rendah dengan indeks kepekaan masing-masing sebesar 0.83 dan Gambar 12 Peta kepekaan masyarakat di DAS Ciliwung Pemetaan Kemampuan Adaptasi Hasil pemetaan kemampuan adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim di DAS Ciliwung tersaji Pada Gambar 13. Pada Gambar 13 terlihat bahwa kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim berbeda secara spasial. DAS
9 41 Ciliwung Hulu mempunyai indeks kemampuan adaptasi sebesar 1.32 (kelas agak tinggi). DAS Ciliwung Tengah dan Hilir dalam kategori sedang dengan indeks kemampuan adaptasi masing-masing sebesar 1.17 dan Gambar 13 Peta kemampuan adaptasi masyarakat di DAS Ciliwung Pemetaan Kerentanan Hasil pemetaan kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim tersaji pada Gambar 14. Pada Gambar 14 terlihat bahwa tingkat kerentanan masyarakat
10 42 terhadap perubahan iklim di DAS Ciliwung berbeda secara spasial. Tingkat kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim di DAS Ciliwung Hilir tergolong dalam kelas sedang dengan indeks kerentanan sebesar Tingkat kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim di DAS Ciliwung Hulu dan Tengah termasuk kategori kelas agak rendah dengan indeks kerentanan masingmasing sebesar 0.16 dan 0.11 Gambar 14 Peta kerentanan masyarakat di DAS Ciliwung
11 43 Secara detail, indeks tiap elemen kerentanan pada tiap tipologi DAS terlihat pada Gambar 15. Sedangkan proses untuk memperoleh nilai indeks dapat dilihat pada Lampiran Grafik Indeks Singkapan Nilai Indeks Hilir Tengah Hulu Kepekaan Kemampuan Adaptasi Kerentanan Tipologi DAS Gambar 15 Grafik indeks kerentanan Dari Gambar 15 di atas, terlihat indeks singkapan di seluruh DAS Ciliwung adalah sama sebesar Indeks kepekaan paling tinggi di DAS Ciliwung Hilir sebesar 1.25, diikuti DAS Ciliwung Hulu dan Tengah sebesar 0.83 dan Indek kemampuan adaptasi yang paling tinggi di DAS Ciliwung Hulu sebesar 1.32, selanjutnya adalah DAS Ciliwung Tengah dan Hilir sebesar 1.17 dan Sedangkan indeks kerentanan yang paling tinggi di DAS Ciliwung Hilir sebesar 0.94, diikuti DAS Ciliwung Hulu dan Tengah sebesar 0.16 dan Pada Gambar 12 juga menunjukkan hubungan antar elemen kerentanan. Kepekaan mempunyai hubungan yang sejajar dengan kerentanan, sebaliknya kemampuan adaptasi mempunyai hubungan terbalik dengan kerentanan. Disimpulkan bahwa tingkat kerentanan merupakan hubungan positif dari kepekaan masyarakat dan hubungan negatif dari kemampuan adaptasi masyarakat.
JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 8 No. 1 Maret 2011, Hal
4 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 8 No. Maret 20, Hal. 4 - Pemetaan Kerentanan Masyarakat dan Adaptasi... (Tri Hastuti Swandayani, Herry Purnomo, Budi Kuncahyo) 6 JURNAL Penelitian
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil studi kasus di sekitar DAS Ciliwung. Alasan mengambil lokasi di DAS Ciliwung adalah: a) perubahan iklim sangat berpengaruh pada
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi iklim di bumi tidak pernah statis, tapi berbeda-beda dan berfluktuasi dalam jangka waktu yang lama. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, yang
Lebih terperinci8 DAFTAR PUSTAKA. Alikodra HS, Syaukani HR Global Warming: Banjir dan Tragedi Pembalakan Hutan. PT. Nuansa.
8 DAFTAR PUSTAKA Alcamo J et al. 200. Ecosystem and Human Well-being: A Framework for Assessment/Millenium Ecosystem Assessment. Island Press. Washington DC. Alikodra HS, Syaukani HR. 2008. Global Warming:
Lebih terperinciPEMETAAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN ADAPTASI BERBASIS EKOSISTEM HUTAN (STUDI KASUS : DAS CILIWUNG) TRI HASTUTI SWANDAYANI
PEMETAAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN ADAPTASI BERBASIS EKOSISTEM HUTAN (STUDI KASUS : DAS CILIWUNG) TRI HASTUTI SWANDAYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 PERNYATAAN
Lebih terperinciANALISIS KRITERIA DAN INDIKATOR KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN IKLIM BERBASIS DAS (STUDI KASUS SUB DAS GARANG HULU)
ANALISIS KRITERIA DAN INDIKATOR KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN IKLIM BERBASIS DAS (STUDI KASUS SUB DAS GARANG HULU) Muchtar Efendi 1*, Henna Rya Sunoko 2, Widada Sulistya 3 1 MahasiswaProgram
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii
DAFTAR ISI PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat...
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ii iii iv PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 4 Tujuan Penelitian... 9 Pengertian dan Ruang Lingkup Penelitian... 9 Manfaat
Lebih terperinciPEMETAAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN ADAPTASI BERBASIS EKOSISTEM HUTAN (STUDI KASUS : DAS CILIWUNG) TRI HASTUTI SWANDAYANI
PEMETAAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN ADAPTASI BERBASIS EKOSISTEM HUTAN (STUDI KASUS : DAS CILIWUNG) TRI HASTUTI SWANDAYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 PERNYATAAN
Lebih terperinciOLEH : TOMI DWICAHYO NRP :
OLEH : TOMI DWICAHYO NRP : 4301.100.036 LATAR BELAKANG Kondisi Kab. Blitar merupakan lahan yang kurang subur, hal ini disebabkan daerah tersebut merupakan daerah pegunungan berbatu. Sebagian Kab. Blitar
Lebih terperinciKAJIAN SPASIAL TINGKAT KERENTANAN AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DI DAS KAMBANIRU SUMBA TIMUR
KAJIAN SPASIAL TINGKAT KERENTANAN AIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DI DAS KAMBANIRU SUMBA TIMUR EKO PUJIONO BALAI PENELITIAN KEHUTANAN KUPANG Seminar Regional Pembangunan Kehutanan Berkelanjutan dalam Perpektif
Lebih terperinciANCAMAN & KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA
ANCAMAN & KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA ANDI KURNIAWAN Pusat Studi Pesisir & Kelautan Universitas Brawijaya Workshop II - Kajian Kerentanan dan Risiko Iklim untuk Kota/Kabupaten
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan memberikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan teori dan temuan studi yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Selain itu, juga akan diberikan rekomendasi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan
25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB IV Analisis isu-isu srategis Permasalahan Pembangunan Isu Strategis... 77
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I Pendahuluan... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 6 1.4. Sistematika Penulisan... 9 1.5. Maksud
Lebih terperinciMETODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS
22 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 200 - Juni 200 di DAS Cisadane Hulu, di lima Kecamatan yaitu Kecamatan Tamansari, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan tropis di Indonesia meliputi areal seluas 143 juta hektar dengan berbagai tipe dan peruntukan (Murdiyarso dan Satjaprapdja, 1997). Kerusakan hutan (deforestasi) masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu manfaat ekologis, sosial maupun ekonomi. Tetapi dari berbagai
Lebih terperinciKAJIAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN IKLIM BERBASIS DAERAH ALIRAN SUNGAI (STUDI KASUS SUB DAS GARANG HULU)
JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 10 Issue 1: 8-18 (2012) ISSN 1829-8907 KAJIAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN IKLIM BERBASIS DAERAH ALIRAN SUNGAI (STUDI KASUS SUB DAS GARANG HULU) Muchtar Efendi*,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN PENELITIAN
BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Langkah langkah Penelitian Seperti yang sudah diterangkan pada bab I, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kesediaan masyarakat hulu berpatisipasi dalam rangka penanggulangan
Lebih terperinci5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN
5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN Dalam bab ini akan membahas mengenai strategi yang akan digunakan dalam pengembangan penyediaan air bersih di pulau kecil, studi kasus Kota Tarakan. Strategi
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan nilai minimum (batas bawah) dan nilai maksimum (batas atas) indeks kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil
Lampiran 1. Perhitungan nilai minimum (batas bawah) dan nilai maksimum (batas atas) indeks kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil 1. Perhitungan batas bawah Indeks Kerentanan Lingkungan Pulau-Pulau Kecil
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan isu terkini yang menjadi perhatian di dunia, khususnya bagi negara berkembang, termasuk di Indonesia. Kedua fenomena tersebut
Lebih terperinci2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran
di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggunaan lahan untuk pembangunan berbagai sektor berbasis lahan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengguna lahan maupun penentu kebijakan di Indonesia dihadapkan pada tantangan agar pembangunan di berbagai bidang dapat terus dilakukan, dengan tanpa mengorbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terjadinya bencana banjir, longsor dan kekeringan yang mendera Indonesia selama ini mengindikasikan telah terjadi kerusakan lingkungan, terutama penurunan daya dukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Daerah sekitar Kali Bodri di Kabupaten Kendal merupakan areal tambak, pemukiman, dan kegiatan nelayan sehingga mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Sayangnya daerah
Lebih terperinciANALISIS KERAWANAN BANJIR BERBASIS SPASIAL MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
ANALISIS KERAWANAN BANJIR BERBASIS SPASIAL MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) KABUPATEN MAROS Rosma Heryani 2, Dr. Paharuddin M.si 1, Drs. Samsu Arif M.Si 1 1 Dosen Program Studi Geofisika,
Lebih terperinciGambar 2.1. Diagram Alir Studi
2.1. Alur Studi Alur studi kegiatan Kajian Tingkat Kerentanan Penyediaan Air Bersih Tirta Albantani Kabupaten Serang, Provinsi Banten terlihat dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1. Diagram Alir Studi II - 1 2.2.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciPeraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau
Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia. Analisis keberadaan..., Marthin Hadi Juliansah, FE UI, 2010.
26 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Kualitatif Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.
Lebih terperinciMATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011
MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL I A Program Percepatan Pembangunan Daerah pusat produksi daerah 1. Meningkatnya
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama satu tahun mulai pada bulan Oktober 2010 sampai bulan Oktober 2011 di seluruh wilayah Kecamatan Propinsi
Lebih terperinciDisampaikan pada Seminar Nasional Restorasi DAS, 25 Agustus 2015
Oleh : Prabang Setyono & Widhi Himawan Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta Email : prabangsetyono@gmail.com 1 widhi_himawan@rocketmail.com 2 Pendahuluan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 6
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,
Lebih terperinci2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.
Lebih terperinciDaftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakkan pada
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakkan pada bab sebelumnya yaitu pada bab hasil dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan berhadapan langsung dengan
Lebih terperinciDAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi
DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan berpengaruh pada pemanfaatan sumberdaya lahan dalam jumlah besar untuk memenuhi ketersediaan kebutuhan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem
Lebih terperinciUraian secara lengkap setiap aspek dan kriteria yang menjadi bahan. pertimbangan dalam penentuan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur
Keterangan Gambar 2 : K 1 = Penyerapan tenaga kerja K 2 = Potensi konflik dengan masyarakat rendah K 3 = Menumbuhkan lapangan usaha K 4 = Menumbuhkan sektor formal dan/atau informal K 5 = Penguatan peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya alam merupakan suatu bentuk kekayaan alam yang pemanfaatannya bersifat terbatas dan berfungsi sebagai penunjang kesejahteraan makhluk hidup khususnya manusia
Lebih terperinci- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR I. UMUM Air merupakan karunia Tuhan sebagai salah satu sumberdaya
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN... iii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PERNYATAAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN.... xii INTISARI...
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto
WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. sistem yang telah dibuat sebelumnya. Sehingga diharapkan dengan adanya
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Implementasi program adalah implementasi dari analisa dan desain sistem yang telah dibuat sebelumnya. Sehingga diharapkan dengan adanya implementasi ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian yang Pernah Dilakukan Penelitian tentang analisis tingkat bahaya dan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir banyak dilakukan sebelumnya, tetapi dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menentukan tingkat bahaya banjir yang kemudian dilanjutkan dengan menentukan tingkat kerentanan wilayah terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Menurut Asdak (2010), daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan
Lebih terperinciBAB III SOLUSI BISNIS
BAB III SOLUSI BISNIS Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa beberapa materi yang ada di kamus kompetensi saat ini tidak terdapat pada materi yang ada dalam form penilaian saat ini sehingga perlu
Lebih terperinciPEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Disampaikan pada Rapat Koordinasi ProKlim Manggala Wanabakti, 26 April
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Galuga dan sekitarnya, Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciSKRIPSI PEMANFAATAN AIR PADA BENDUNG KECIL DI SUB DAS CIOMAS - DAS CIDANAU, BANTEN. Oleh: RINI AGUSTINA F
SKRIPSI PEMANFAATAN AIR PADA BENDUNG KECIL DI SUB DAS CIOMAS - DAS CIDANAU, BANTEN Oleh: RINI AGUSTINA F14103007 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PEMANFAATAN
Lebih terperinciTata Wilayah dan Kota Jakarta
Tata Wilayah dan Kota Jakarta Pasca Banjir Teguh Kurniawan Dialog Indonesia Siang, TVRI Nasional, Kamis, 24 Januari 2013 Dampak Tata Kota yang buruk terhadap aspek sosial ekonomi Kota sebagai mesin pertumbuhan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada
Lebih terperinciBAB V Area Beresiko Sanitasi
BAB V Area Beresiko Sanitasi 6 BAB 5 Area Beresiko Sanitasi Buku Putih Sanitasi sangat penting bagi kabupaten dalam menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi yang meliputi pengelolaan air limbah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Masalah utama dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan lahan pertanian adalah penurunan kualitas lahan dan air. Lahan dan air merupakan sumber daya pertanian yang memiliki peran
Lebih terperinci-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Batasan Penelitian...
DAFTAR ISI Halaman Lembar Pengesahan... ii Abstrak... iii Kata Pengantar... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 1.2
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
33 IV. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, penelitian ini dibangun atas dasar kerangka pemikiran bahwa kemiskinan merupakan masalah multidimensi
Lebih terperinciMAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n
MAKALAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n J U R U S A N G E O G R A F I FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan kesatuan hidrologi yang kompleks dan terdiri dari berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut terdiri atas manusia, iklim, tanah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat pesat di berbagai bidang, baik sektor pendidikan, ekonomi, budaya, dan pariwisata. Hal tersebut tentunya
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN
369 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Selama tahun 1990-2009 terjadi pengurangan luas hutan SWP DAS Arau sebesar 1.320 ha, mengakibatkan kecenderungan peningkatan debit maksimum, penurunan debit minimum
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik yang saling terkait satu sama lain. di bumi ada dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Kedua
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN DEM (Digital Elevation Model) Wilayah Penelitian Proses interpolasi beberapa data titik tinggi yang diekstraksi dari berbagai sumber dengan menggunakan metode semivariogram tipe ordinary
Lebih terperinciPenyebaran Kuisioner
Penentuan Sampel 1. Responden pada penelitian ini adalah stakeholders sebagai pembuat keputusan dalam penentuan prioritas penanganan drainase dan exspert dibidangnya. 2. Teknik sampling yang digunakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009. Lokasi penelitian berada di wilayah DAS Cisadane segmen Hulu, meliputi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. digunakan untuk seluruh mahluk hidup di muka bumi ini dengan. ketersediaannya di alam semesta dalam jumlah yang tetap.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa dan keberadaannya digunakan untuk seluruh mahluk hidup di muka bumi ini dengan ketersediaannya di alam semesta dalam jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi
TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun
Lebih terperinciVIII. ANALISIS HIRARKI PROSES (AHP)
88 VIII. ANALISIS HIRARKI PROSES (AHP) Kerusakan hutan Cycloops mengalami peningkatan setiap tahun dan sangat sulit untuk diatasi. Kerusakan tersebut disebabkan oleh aktivitas masyarakat yang tinggal di
Lebih terperinciKISI-KISI MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Standar Kompetensi Guru (SKG) a b C D E 1. PEDAGOGIK Menyelenggarakan
KISI-KISI MATA PELAJARAN GEOGRAFI No Standar Guru (SKG) Inti Guru 1. PEDAGOGIK Menyelenggarakan mendidik Menggunakan media dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bandung dengan luas wilayah 16.730 ha semula dirancang hanya untuk berpenduduk 500.000 jiwa. Namun kenyataannya, kini berpenduduk 3 juta jiwa (siang hari) dan 2,5
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai langkah-langkah yang ditempuh untuk mendapatkan metodologi penelitian yang merupakan suatu tahapan yang harus diterapkan agar penelitian
Lebih terperinciPENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan hidup yang sangat mendasar bagi makhluk hidup, namun hingga kini belum semua masyarakat mampu menikmatinya secara maksimal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan Penelitian tentang analisis tingkat bahaya dan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir banyak dilakukan sebelumnya, tetapi dengan menggunakan
Lebih terperinciRENCANA AKSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017
RENCANA AKSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017 NO SASARAN PROGRAM KEGIATAN URAIAN INDIKATOR KINERJA Target URAIAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET KET 1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 1 Penurunan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi
Lebih terperinci