1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Data UMKM Indonesia Periode

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Perkembangan UMKM Kota Bandung

2015 PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BONEKA KAIN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

2015 PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo BPPT Kota Bandung Sumber: BPPT Kota Bandung (2014)

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Unit Usaha di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun Sektor / Kegiatan UKM Usaha Kecil

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan ekspor non-migas. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa industri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Sentra Sablon Suci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. omzet, namun karena jumlahnya cukup besar, maka peranan UMKM cukup

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ides Sundari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global tetap rapuh, pertumbuhan di Negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan UMKM Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

TUGAS AKHIR ANALISA BULLWHIP EFFECT DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PT. MONDRIAN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. (UMi), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) berdasarkan ketiga alat ukur ini berbeda di setiap negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. regional dan nasional pada hakekatnya merupakan suatu proses yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: BPS Jawa Barat (2013)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Informasi harus memeiliki karakteristik seperti di bawah ini agar berguna dalam mengambil keputusan pada rantai pasok :

perlu emberikan perhatian yang besar untuk mendorong pengembangannya. Pengembangan UKM melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari perekonomian negara yang sedang berkembang, meskipun UKM sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Sumber: Data Biro Perencanaan Stratistik UMKM tahun 2011 (data diolah)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Perusahaan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. modal yang diperlukan untuk memproduksi barang-barang pada suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Siklus Adopsi & Model Operasi e-bisnis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada saat ini dunia sudah memasuki era globalisasi dan pasar bebas dimana

BAB I PENDAHULUAN. 80-an telah berubah, dari paradigma government driven growth ke public

BAB 1 PENDAHULUAN. baik antara perusahaan retail dengan pihak-pihak dalam rantai suplainya.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Lokasi Kampung Tahu Citeureup

I. PENDAHULUAN. daya alam maupun sumberdaya manusia sehingga akan meningkatkan. Sejak krisis ekonomi tahun , industri manufaktur Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. di bidang produksi atau pembuatan kertas rokok (cigarette paper). Produk kertas

Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan performa mereka. Salah satu dari banyak manfaat yang bisa

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi seperti yang disebutkan pada Undang-Undang No.25

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu pendorong yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembangnya teknologi saat ini, banyak perusahaan semakin memanfaatkan teknologi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. integrasi yang efisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufacture), pusat

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil merupakan salah satu penggerak utama dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. suatu rantai yang disebut Supply Chain. Saat ini bukan merupakan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu

Gambar 1.1 Logo Konveksi Fazry Sumber: data perusahaan Konveksi Fazry

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. diikuti dengan adanya perubahan struktur ekonomi. Salah satu sektor di bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blocher (2007:12) Husnanto (2013:1)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum Sentra Rajut Binong Jati Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian, Perdagangan Kota Bandung menyatakan Binong Jati sebagai kawasan industri tekstil. Persisnya di Jl. Binong Jati, wilayah ini difokuskan sebagai sentra produksi berbagai pakaian dengan bahan rajut. Berbagai macam produk rajutan diproduksi di tempat ini, diantaranya seperti sweater, jaket, baju hangat, dan lain-lain. Di sana, ada kurang lebih 293 pengrajin rajut yang setiap minggu dapat memproduksi kurang lebih 50-60 lusin. Sentra rajut Binong Jati ini mulai dirintis oleh Asep Surahwan. Ia bersama istri mendirikan Saung Rajut sebagai tempat produksi sekaligus tempat pajangan untuk penjualan. Saung Rajut ini berada tepat di Jl. Binong Jati II, Nur Umat 1 No 2-3, Kota Bandung, Jawa Barat. Rajutan hasil pengrajin Saung Rajut memiliki beragam warna, motif, dan bahan. Ada berbagai corak pula, bisa garis, polos, ataupun bergambar. Saung Rajut juga bisa membuatkan rajutan berdasarkan pesanan. Dengan memesan secara khusus, Pelanggan bisa minta dibuatkan baju rajutan dengan motif atau pola khusus sesuai selera pelanggan tersebut. Sejarah singkat mengenai terjadinya sentra rajutan di Binong Jati ini ialah bermula dari kerja sambilan warga Binong, khususnya ibu-ibu. Lambat laun, kerja sambilan ini dapat menunjang kebutuhan sehari-hari, akhirnya produksi rajutan tidak dijadikan sebagai sambilan namun dijadikan sebagai sumber penghasilan utama karena menjanjikan. Mulai tahun 1985, ada beberapa orang berinisiatif untuk membeli mesin rajut dan benang sebagai bahan baku. Selain itu, mereka juga berinisiatif menjual dan mendistribusikan produk rajutannya. Pendistribusiannya memasuki kawasan Pasar Baru di Bandung dan Tanah Abang di Jakarta (Tobing, 2011).

1.2 Latar belakang Program Smart City atau Kota Cerdas di Indonesia diperlukan untuk membuat regulasi yang mewajibkan setiap kota di Indonesia menggunakan standarisasi yang sama. Kota cerdas adalah sebuah konsep yang dirancang dan dimaksudkan untuk mendorong peningkatan kualitas kehidupan manusia dengan mendayagunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai enabler utama (Noor, 2015). Melalui penguasaan TIK yang difokuskan pada penyelesaian berbagai masalah yang banyak terdapat di kota, inovasi-inovasi, dan solusi dapat di bangun sesuai dengan kebutuhan dan prioritas kota. Kota Cerdas merupakan suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dengan menggunakan teknologi informasi yang ada berdasarkan prioritas kota masing-masing. Pada tahun 2016 kota Bandung meraih penghargaan sebagai kota terbaik smartcity se-indonesia (Miftah, 2016). Salah satu cara kota Bandung dalam menerapkan smartcity yaitu dengan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk menghubungkan, monitoring dan dapat mengendalikan berbagai sumber daya yang ada di kota menjadi efektif dan efisien, yang pada akhirnya untuk memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat. Smartcity di kota Bandung memiliki 10 area yang diprioritaskan, dapat dilihat pada Gambar I.1. Government (Smart Government) Education (Smart Education) Transportation (Smart Transportation, Smart Parking) Health (Smart Health) Energy (Smart Energy, Smart Grid) Security (Smart Survelilance) Environment (Smart Environment) Community or Social (Smart Society, Smart Reporting, Bandung Passport) Finance (Smart Payment) Trading (Smart Commerce) Gambar 1.1 Area Prioritas Kota Bandung (Kamil, 2015)

Visi cerdas masyarakat hanya dapat terwujud jika dikembangkan oleh penduduk, bisnis kota dan lembaga. Suatu upaya untuk pengembangan ini adalah kemitraan yang dijalin oleh kotamadya, tahun lalu dengan konsorsium pemimpin industri (Bellatine, 2003). Maka prioritas yang berkaitan dengan industri salah satunya adalah Smart Society. Industri kota Bandung tumbuh dan berkembang secara signifikan, berdasarkan data dari website bps.co.id diperlihatkan produk domestik regional bruto kota Bandung tahun 2013 terdapat beberapa sektor yang menjadi sumber pendapatan kota Bandung, diantaranya ada sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahaan, listrik, gas dan air bersih, bangunan atau kontruksi, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa lainnya. Di antara kesembilan sektor tersebut industri dan perdagangan di kota Bandung mempunyai penghasilan paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya, yaitu sebesar Rp 28.074.055.000.000,00 dan sebesar Rp 55.212.099.000.000,00. Menurut (Tobing, 2011) ke tujuh sentra industri yang paling berpengaruh di kota Bandung adalah Sentra Perdagangan Rajutan Binongjati, Sentra Perdagangan Kain Cigondewah, Sentra Perdagangan Jeans Cihampelas, Sentra Industri Kaos Suci, Sentra Industri Sepatu Cibaduyut, Sentra Industri Tahu & Tempe Cibuntu dan terakhir Sentra Industri Boneka Sukamulya. Dari ke tujuh sentra yang terdapat dikota Bandung, kawasan Binong Jati merupakan sentra tertua di bandingkan dengan ke enam sentra lainnya. (Tobing, 2011). Bahan baku yang digunakan oleh kawasan Binong Jati terdapat dua jenis, yakni akrilik dan katun dimana dalam memproduksi pengelola mengutamakan bahan baku yang baik. Sekitar 80 persen bahan baku utama dari setiap produk yang dijual berbahan baku akrilik. Semua pengrajin yang berada di kawasan Binong Jati memiliki kebutuhan bahan baku yang sama sehingga tidak semua pengrajin dapat menerima pesanan mereka sesuai dengan apa yang di harapkan karena pemasok di binong jati memprioritaskan dengan pengrajin lain yang memiliki kualitas hubungan yang baik dengan pemasok, hal ini merupakan permasalahan yang dimiliki oleh Binong Jati (Cepi, 2015). Permasalahan yang dimiliki oleh Binong

Jati ini merupakan strategi kemitraan bisnis yang menganut faham satu pemasok untuk satu jenis barang dengan hubungan bisnis jangka panjang, secara potensial dapat diartikan sebagai monopoli atau praktek persaingan tidak sehat. Meskipun dalam manajemen pembelian dapat dibedakan antara pemasok satu-satunya (sole supplier) dan pemasok yang hanya satu (single supplier), namun di mata hukum mungkin sulit untuk dibedakan (Indrajit, 2013). Oleh karena itu, permasalahan yang terdapat di Binong Jati harus segera di atasi karena permasalahan ini merupakan monopoli atau praktek persaingan tidak sehat. Kunci dari permasalahan antara pemasok dengan pengrajin terletak pada kemampuan pengrajin dalam bekerja sama dengan mitra bisnisnya. Salah satu cara mengevaluasi peran pemasok dalam kegiatan, perusahaan perlu meningkatkan manajemen rantai pasok. Manajemen Rantai Pasok menurut (Tampubolon, 2014) merupakan seperangkat pendekatan yang digunakan secara efisien untuk mengintegrasikan pemasok, produsen, serta gudang, diintegrasikan dengan tokotoko, sehingga barang yang diproduksi dapat didistribusikan ke lokasi yang tepat, waktu yang tepat, untuk meminimalkan waktu yang tepat, serta jangkauan sistem dengan biaya sesuai persyaratan tingkat pelayanan. Manajemen rantai pasokan diakui sebagai manajemen proses bisnis utama di seluruh jaringan organisasi yang terdiri dari rantai pasok (Croxton, Garcia- Dastugue, Lambert, & Rogers, 2001). Supply chain macro processes terdapat tiga bagian terpenting dalam supply chain management yaitu : 1. Costumer Relationship Management (CRM) Semua proses yang berfokus pada internal proses antara perusahaan dengan pelanggannya. 2. Internal Supply Chain Management (ISCM) Semua proses yang bersifat internal bagi perusahaan. 3. Supply Relationship Management (SRM) Semua proses yang berfokus pada interface antara perusahaan dengan supplier. Aplikasi manajemen rantai pasok dapat membantu pengrajin binongjati untuk bekerja sama antara pengrajin dengan pemasok untuk memenuhi tuntutan konsumen. Manajemen hubungan pemasok menjelaskan tentang bagaimana

perusahaan berinteraksi dengan pemasok (Croxton, Dastugue, Lambert, & Rogers, 2001). Manajemen hubungan pemasok antara pembeli dan penjual melibatkan sebuah interaksi yang merupakan penopang berjalannya suatu hubungan yang melibatkan sebuah kepercayaan di antara kedua pihak berdasarkan hasil penelitian (Chiaburu & Marinova, 2006) dan menurut (Izquierdo & Jesu s, 2004) berdasarkan hasil penelitian, interaksi memiliki efek yang signifikan terhadap hubungan jangka panjang terhadap pembeli dan penjual. Hubungan jangka panjang termasuk ke dalam bagian dari kualitas hubungan pada industri yang memiliki keterikatan dengan kepercayaan dan interaksi antara pribadi pembeli dan pemasok (Naude, Stephan, & C, 2011) ( Kannan & Tan, 2006) (Izquierdo & Jesu s, 2004). Bagian dari kualitas hubungan terdiri dari komitmen, komunikasi, kepuasan, dan orientasi jangka panjang (Naude, Stephan, & C, 2011) Berdasarkan kajian di atas, maka penelitian ini akan dikaji hubungan antara interaksi dan kepercayaan pengusaha terhadap kualitas hubungan dengan pemasok. Berdasarkan pertimbangan tersebut, penulis memilih penelitian dengan judul Pengaruh Manajemen Hubungan Pemasok Terhadap Kualitas Hubungan Rantai Pasok Di Sentra Industri Binong Jati. 1.3 Perumusan Masalah Banyaknya pengusaha di satu tempat yang sama dengan produk jualan yang serupa membutuhkan supplier dengan bahan baku yang sama antara pengusaha binong jati. Dengan banyaknya permintaan terhadap supplier yang sama dapat menyebabkan sulit untuk memesan bahan baku berdasarkan pesanan melainkan pengrajin harus memiliki kualitas hubungan yang baik dulu dengan pemasok sehingga apabila terjadi kelangkaan bahan baku dapat di prioritaskan oleh pemasok ataupun pengaturan harga secara sepihak sehingga dapat menekan salah satu antara penjual maupun pembeli. Untuk menciptakan titik temu antara penjual dan pembeli perlu adanya pengukuran dan penilaian tentang kualitas hubungan berdasarkan informasi yang ada. Pada penelitian sebelumnya terdapat manajemen hubungan pemasok pada penjual sehingga tercipta keuntungan bersama dalam jangka waktu panjang.

1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan dari perumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian yang akan dikaji dalam Tugas Akhir ini yaitu : 1. Bagaimana pengaruh kualitas pemasok terhadap kualitas hubungan di 2. Bagaimana pengaruh kepercayaan pemasok terhadap kualitas hubungan di 3. Bagaimana pengaruh Lead Time pemasok terhadap kualitas hubungan di 4. Bagaimana pengaruh kolaborasi pemasok terhadap kualitas hubungan di 5. Bagaimana pengaruh interaksi pemasok terhadap kualitas hubungan di 6. Bagaimana pengaruh manajemen hubungan pemasok terhadap kualitas hubungan di 1.5 Tujuan Penelitian Mengacu pada pokok permasalahan di atas, maka tujuan pada penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan bagaimana pengaruh kualitas pemasok terhadap kualitas hubungan di sentra industri Binong Jati Bandung. 2. Mendeskripsikan bagaimana pengaruh kepercayaan pemasok terhadap kualitas hubungan di sentra industri Binong Jati Bandung. 3. Mendeskripsikan bagaimana pengaruh Lead Time terhadap kualitas hubungan pemasok di sentra industri Binong Jati Bandung. 4. Mendeskripsikan bagaimana pengaruh kolaborasi pemasok terhadap kualitas hubungan di sentra industri Binong Jati Bandung. 5. Mendeskripsikan bagaimana pengaruh interaksi pemasok terhadap kualitas hubungan di sentra industri Binong Jati Bandung. 6. Mendeskripsikan pengaruh manajemen hubungan pemasok secara simultan terhadap kualitas hubungan di sentra industri Binong Jati Bandung

1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat berguna untuk mengetahui kesiapan UMKM. Adapun secara khusus yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Aspek Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi pihak akademis (baik mahasiswa maupun dosen) yang membaca penelitian ini sehingga dapat menjadi referensi dan mengembangkan ilmu pengetahuan. 2. Penelitian ini diharapkan menjadi refrensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mendalami mengenai Internal Supply Chain Management. b.. Aspek Praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data empris tentang kesiapan UMKM di tujuh sentra industry yang ada di kota Bandung, sehingga hasil kajian dari penelitian ini dapat dijadikan masukan kepada pemerintah. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi khazanah keilmuan di bidang supply chain untuk diterapkan dalam kegiatan UMKM. Selain itu juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dan bermanfaat bagi pihakpihak lain yang membutuhkan informasi yang berhubungan dengan hasil penelitian ini. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memerlukan batasan- batasan yang bertujuan untuk menjaga konsistensi dari tujuan penelitian itu sendiri, sehingga masalah yang dibahas tidak akan meluas dan pembahasan ini akan lebih terarah. Penelitian ini meneliti pengusaha yang berada di sentra binong jati terkait hubungan dengan pemasok. Lokasi penelitian adalah Bandung, Indonesia. Periode penelitian adalah Februari 2016 Agustus 2017. Penelitian ini membahas mengenai pengaruh manajemen hubungan pemasok terhadap kualitas hubungan rantai pasok di sentra industri binong jati.

Variabel X : Manajemen Hubungan Pemasok Variabel Y : Kualitas Hubungan 1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Sistematika penulisan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan. Berikut merupakan uraian sistematika penulisan Tugas Akhir ini : Bab I : PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang permasalahan sehingga akan mengarahkan pada perumusan masalah serta tujuan penelitian. Selain itu, pada bab ini juga membahas manfaat dari penelitian yang dilakukan serta batasan masalah untuk mempersempit ruang lingkup. Bab II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas mengenai teori-teori apa saja yang sesuai dan mendukung dalam melakukan penelitian ini. Selain itu, pada bab ini juga dijelaskan alasan pemilihan metode untuk penelitian ini. Bab III : METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara rinci mengenai tahapan penelitian yang dilakukan, meliputi : tahap merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, pengumpulan dan pengolahan data, menganalisis permasalahan yang dihadapi, dan tahap terakhir berupa pengambilan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Bab IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan hasil pengolahan data, interpretasi sekaligus pembahasan hasil penelitian. Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang terdapat pada bab I. Selain itu, pada bab ini juga diberikan saran untuk pihak perusahaan serta untuk penelitian selanjutnya.

9