PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PADI MELALUI PENDEKATAN PTT DI LAHAN LEBAK KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

Sisvaberti Afriyatna Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Abstrak

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

Perilaku Petani dalam Usahatani Padi di Lahan Rawa Lebak

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT DI KALIMANTAN TENGAH

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Abstrak. Kata kunci : inovasi, padi sawah, peningkatan, produktivitas. Pendahuluan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN:

SOSIALISASI REKOMENDASI TEKNOLOGI PTT BERDASARKAN KALENDER TANAM TERPADU MT II TAHUN 2014 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani

peningkatan produksi dan produktifitas melalui intensifikasi, ekstensifikasi,

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

Pengkajian Beberapa Varietas Unggul Baru (Vub) Padi Di Lahan Rawa Lebak Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN

I. PENDAHULUAN. Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia

RESPON PETANI PADI TERHADAP PROGRAM GP-PTT DI KABUPATEN OKI SUMATERA SELATAN

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN HASIL JUDUL KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN GOWA. Andi Ella, dkk

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Padi merupakan komoditas yang sangat penting, karena saat ini beras

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INOVASI T PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG MELALUI DEMONSTRASI TEKNOLOGI DI KABUPATEN LUWU

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

POTENSI PENGEMBANGAN PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MELALUI PENERAPAN KOMPONEN TEKNOLOGI PTT DI SULAWESI TENGGARA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

Transkripsi:

Volume 16, Nomor 1, Hal. 45-52 Januari Juni 2014 ISSN:0852-8349 PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PADI MELALUI PENDEKATAN PTT DI LAHAN LEBAK KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN Sri Ratmini dan Herwenita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan Jl. Kol. H. Barlian No. 83 Km. 6 Palembang ABSTRAK Pengembangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan terutama padi melalui dukungan inovasi teknologi yang kemudian dikembangkan menjadi SL-PTT. Penelitian dilakukan pada tahun 2010 pada 30 petani kooperator agroekosistem sawah lebak. Data yang dikumpulkan berupa data primer yang dianalisis deskriptif dengan menggunakan nilai rata-rata serta analisis finansial, sedangkan data sekunder diperoleh dari petugas instansi terkait dan studi literatur. Rata-rata produksi riil per hektar yang diperoleh petani LL yaitu 5,25 dan petani SL-PTT sebesar 4,16 ton atau lebih besar 64% dan 30,9% dibanding dengan rata-rata produksi petani non SL-PTT yaitu 3 ton. Peningkatan produksi ini mendorong peningkatan pendapatan dan keuntungan bagi petani yang mengikuti SL-PTT. Keuntungan yang diperoleh oleh petani LL per hektar meningkat 85,91% dan petani SL-PTT meningkat 37,13% dibanding dengan petani yang tidak mengikuti SL-PTT Padi. Kata Kunci : padi, produktivitas, pendapatan dan lebak PENDAHULUAN Komoditas tanaman pangan memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang cenderung meningkat tiap tahunnya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Berbagai upaya dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan nasional yaitu dengan pemanfaatan lahan-lahan sub optimal salah satunya lahan lebak. Di Sumatera Selatan luas lahan lebak mencapai 2,98 juta ha, sekitar 117.000 ha yang berpotensi untuk sawah. Dari luasan tersebut yang sudah dimanfaatkan untuk tanaman padi seluas 368.690 ha, yang terdiri dari 70.908 ha lebak dangkal; 129.103 ha lebak tengahan dan 168,679 ha lebak dalam ( Fakultas Pertanian Unsri, 1997; Proyek Swamps II, 1991; Puslitbangtannak 2002; dan Widjaja- Adhi et al., 1992). Pemanfaatan lebak sebagai lahan pertanian memiliki berbagai kendala yang dihadapi baik fisik maupun sosial ekonomi. Kendala utama yang dijumpai pada lahan lebak adalah kebanjiran di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau. Selain itu kondisi tergenang yang cukup lama akan berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah baik fisik, kimia dan biologi tanah mapun sosial ekonomi dan kelembagaan (Djafar, 1986; Djafar 1992; Subagio dan Supraptohardjo, 1978;, Swarno dan Ismail, 1992; Zahri, 1994). Upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan terutama padi, memerlukan dukungan inovasi teknologi. Badan Penelitian dan Pengembangan ( Badan Litbang) 45

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains Pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas padi, diantaranya varietas unggul, benih berkualitas dan teknologi budidaya lainnya. Badan Litbang juga telah mengembangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas padi dan efisiensi input produksi. Dalam pengembangan PTT secara nasional, Departemen Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT sejak tahun 2008 yang secara berjenjang pelaksanaannya dikoordinasikan langsung oleh Ditjen Tanaman Pangan. SL-PTT padi di Sumatera Selatan dilaksanakan di 11 kabupaten dengan total luasan 110.000 ha dengan jumlah LL 4400 unit. Pendampingan SL-PTT padi yang didampingi oleh BPTP Sumatera Selatan pada tahun 2010 berjumlah 2526 ha /unit dari 58 % total 4400 unit LL (Tabel 1). Tabel 1. Lokasi Pendampingan SL-PTT di Kecamatan Indralaya Tahun 2010 No Kabupaten/ Komoditas Luas SL- PTT Padi Lua s LL (unit ) LL yang didam pingi (unit) I. Padi Nonhibrida 1. Banyuasin 20.000 800 550 2. OKU Selatan 5000 200 58 3. OKU Timur 20000 800 389 4. Musi Rawas 7500 300 198 5. Lahat 7500 300 176 6. Musi Banyuasin 10000 400 260 7. Ogan Ilir 7500 300 130 8. Ogan Komering Ulu 2500 100 60 9. Empat Lawang 2500 100 42 10. Ogan Komering Ilir 20000 800 480 1 Muara Enim 7500 300 183 Jumlah 110.000 4400 2526 Sumber : Laporan Akhir SL-PTT Padi BPTP Sumsel TA. 2010 Kegiatan pendampingan SL-PTT padi yang dilakukan adalah mendampingi pelaksanaan kegiatan SL-PTT Padi meliputi: (1) Memberikan informasi PTT dalam bentuk bahan cetakan kepada petugas lapang, (2) Pembuatan demo-plot PTT di masing-masing kabupaten, (3) Sosialisasi varietas VUB pada lahan Laboratorium Lapang (LL), (4) Menjadi nara sumber pada saat pelatihan di tingkat kabupaten dan BPP, dan (5) Menjadi nara sumber dan supervisi teknologi pada saat pertemuan petugas lapangan dan petani. METODE PENELITIAN Karateristik Lebak Pada musim hujan genangan air dapat mencapai tinggi antara 4-7 meter, tetapi pada musim kemarau lahan dalam keadaan kering, kecuali dasar atau wilayah paling bawah. Pada musim kemarau muka air tanah di lahan rawa lebak dangkal dapat mencapai > 1 meter sehingga lebih menyerupai lahan kering (upland). Lahan rawa lebak dipengaruhi oleh iklim tropika basah dengan curah hujan antara 2.000-3.000 mm per tahun dengan 6-7 bulan basah (bulan basah = bulan yang mempunyai curah hujan bulanan > 200 mm) atau antara 3-4 bulan kering (bulan kering = bulan yang mempunyai curah hujan bulanan <100 mm). Bulan basah jatuh pada bulan Oktober/November sampai Maret/April, sedangkan bulan kering jatuh antara bulan Juli sampai September. Berdasarkan tipe genangannya maka lahan lebak dapat digolongkan menjadi tiga tipologi yaitu lebak pematang atau lebak dangkal, lebak tengahan, dan lebak dalam. 52

Sri Ratmini., dkk: Peningkatan Pendapatan Petani Padi Melalui Pendekatan PTT di Lahan Lebak di Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan Lokasi dan Teknik Pengumpulan Data Kegiatan dilakukan pada kelompok tani lokasi pelaksana SLPTT di akhir musim tanam MK 2010, Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir (OI) dengan metode survai pada 30 petani kooperator LL dengan agroekosistem sawah lebak. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan sebelumnya, Sedangkan Data sekunder diperoleh dari penyuluh pertanian, pemerintah desa, dan instansi terkait serta studi literatur. Data primer yang diliput yaitu; tingkat produksi, Input dan output yang digunakan, serta analisis finansial. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan nilai rata-rata. Peningkatan pendapatan dan keuntungan dari pelaksanaan SL- PTT dilihat melalui analisis finansial dan disajikan dalam bentuk tabulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Potensi Wilayah Kabupaten Ogan Ilir terbentuk pada tahun 2003, merupakan kabupaten baru hasil pemekaran Kabupaten Ogan Komering Ilir yang memiliki luas wilayah 266.607 Ha. Kabupaten Ogan Ilir merupakan daerah yang mempunyai Iklim Tropis Basah (Type B) dengan musim kemarau antara bulan Mei - bulan Oktober, sedangkan musim hujan antara bulan November April, namun pada tahun 2011 iklim di Kabupaten Ogan Ilir telah mengalami pergeseran sehingga musim hujan terjadi sepanjang tahun. Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Ogan Ilir tahun 2010 terdiri dari lahan yang sudah diusahakan mencapai 222.147 hektar atau 83,32 %, belum diusahakan sebanyak 15,60 % dan tanah lainnya sebesar 3,08 %. Pembagian penggunaan lahan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2010. No Jenis Penggunaan Lahan Luas Penggunaan Lahan (Ha) % I. Sudah diusahakan 222.147 83,32 1. Perkampungan/ pemukiman 5.334 2,00 2. Sawah Irigasi (1 x 1) 31.567 11,84 3. Sawah Lebak 24.721 9,27 4. Tegalan 78.404 29,41 5. Kebun Campuran 20.556 7,71 6. Perkebunan Besar 22.241 8,34 7. Perkebunan Rakyat 39.324 14,75 II. Belum diusahakan 36.237 13,59 1. Hutan Belukar 32.183 12,07 2. Semak dan Alang-alang 4.054 1,52 III. Tanah Lainnya 8.223 3,08 1. Danau, Rawa, Polder 5.750 2,16 2. Sungai, Jalan 2.473 0,93 Jumlah 266.607 100,00 Sumber : http://www.oganilirkab.go.id Pada tahun 2008 luas panen padi di Kabupaten OI mencapai 49.253 hektar dengan produksi 191.752 ton GKG, dan tahun 2009 masih dapat ditingkatkan menjadi 205.585 ton GKG dengan luas panen yang juga mengalami peningkatan menjadi 50.963 hektar namun luas panen padi sedikit mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 49.108 ha. Walaupun terjadi penurunan luas panen, Kabupaten OI masih dapat mempertahankan swasembada beras dengan pencapaian 51

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains produksi padi 201.270 ton GKG dari sasaran produksi 190.740 ton GKG. B. Penerapan Teknologi Peningkatan produksi padi di suatu wilayah tidak dapat dipisahkan dengan penerapan teknologi. Penerapan teknologi sebaiknya berdasarkan kebutuhan wilayah masing-masing, yang biasa dikenal dengan istilah teknologi spesifik lokasi. Penerapan teknologi spesifik lokasi dapat menurunkan nilai masukkan untuk mendapatkan produksi yang optimum. Dari hasil wawancara di lokasi kajian diketahui bahwa pemakaian sarana produksi terutama pupuk menunjukkan bahwa petani telah mulai mengenal dan memanfaatkan pupuk untuk meningkatkan produksi, namun belum tepat (dosis, waktu dan cara pemberian). Umumnya petani di Indralaya menggunakan pupuk tunggal (urea dan SP 36), namun belum ada yang menggunakan KCl. Dosis rata-rata pupuk urea yang diterapkan adalah urea 116 kg, dan 194. Selain pupuk tunggal pupuk majemuk yang digunakan sebagian petani adalah pupuk phonska dengan dosis 273 kg/ha. Waktu pemberian pupuk urea dilakukan sebnyak tiga kali yaitu pada saat tanam, umur 10 HST dan 20 HST (Tabel 3). Tabel 3. Penerapan teknologi oleh petani lebak di Indralaya tahun 2010 Teknologi penerapan Nilai (%) Urea (kg) 116 96. 77 SP 36 (kg) 194 61 Ponska (kg) Organik (kg) 273 35 Pengolahan tanah 218 87 penggunaan bibit 1-3 ya 93.55 Penggunaan bibit muda ya 22.58 Jarwo tidak 0 panen tepat waktu ya 16,13 Pengolahan tanah dan penerapan bibit muda tingkat adopsinya masih dih sangat rendah, hal ini disebabkan karena masalah genangan air di lahan lebak. Teknologi jajar legowo masih belum diadopsi oleh petani disin, hal ini disebabkan karena kebutuhan tenaga kerja dan petani belum familiar dengan sistem tanaman jajar legowo. Permasalahan panen tepat waktu belum banyak dilakukan pada musim tanam 2010, hal ini disebabkan karena pada saat waktu panen padi terendam banjir. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas gabah dan produksi yang dicapai. C. Produksi Padi Produksi Padi rata-rata per hektar yang dicapai petani di lokasi LL, SL- PTT dan non SL-PTT disajikan pada Gambar 1. Rata-rata Produksi (Ton) 6 5 4 3 2 1 0 LL SLPTT Non SLPTT Gambar1. Hasil evaluasi dari perkembangan produktivitas SL-PTT padi di Kecamatan Inderalaya Tahun 2010. Dari gambar ini terlihat bahwa terjadi perbedaan yang signifikan terhadap produksi yang diperoleh antara LL, SL-PTT dan non SL-PTT. Rata-rata produksi riil per hektar yang diperoleh petani LL yaitu 5,25 ton atau lebih besar 64% dibanding dengan rata-rata produksi petani non SL-PTT yaitu 3 52

Sri Ratmini., dkk: Peningkatan Pendapatan Petani Padi Melalui Pendekatan PTT di Lahan Lebak di Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan ton. Sedangkan rata-rata produksi padi yang diperoleh petani dari lahan SL- PTT yaitu 4,16 ton atau meningkat 30,9% dibanding dengan petani non SL- PTT. Perbedaan ini dikarenakan pada lahan SL-PTT dan LL petani telah menerapkan teknologi spesifik lokasi. Pada lahan LL, hasil yang diperoleh paling tinggi dikarenakan selain petani menerapkan komponen teknologi yang sesuai, pengamatan dan pengelolaan juga lebih intensif dilakukan. Sedangkan pada lahan non SL-PTT tidak menerapkan teknologi serta pengamatan dan pengelolaan dengan baik dan tidak dilakukan secara intensif. Inovasi teknologi yang diterapkan secara spesifik adalah pemakaian varietas yang bermutu dan pemupukan sesuai SK Permentan dan pengendalian OPT. Untuk persiapan lahan dan pengolahan tanah masih menggunakan teknologi setempat. Hasil evaluasi dari perkembangan produktivitas padi di Kecamatan Inderalaya pada lahan Laboratorium Lapang, SL-PTT dan Non SL-PTT. D. Pendapatan dan Keuntungan Usaha Tani. Penerapan teknologi PTT di lahan lebak mampu meningkatkan produktivitas padi yang berdampak pada peningkatan pendapatan dan keuntungan usaha tani. Tingkat pendapatan yang diperoleh petani pada lahan Laboratorium Lapang sebesar Rp. 14.700.000,- per hektar atau lebih tinggi 75% dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh petani non SL-PTT yaitu Rp. 8.400.000,-. Sedangkan tingkat keuntungan yang diperoleh pada Laboratorium Lapang yaitu Rp. 10.679.000,- lebih tinggi 85,91% dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh petani sebelum melaksanakan SL-PTT yaitu sebesar Rp. 5.744.000,- (Tabel 4). Tabel 4. Perbandingan Analisa Usaha tani Padi Antara Petani Lahan LL dengan Non SL-PTT No Uraian 1. a. Biaya Saprodi b. Ongkos tenaga kerja 2. Rata-rata pengelua ran 3. Rata-rata Penerima an 4. Rata-rata Keuntun gan Petani LL (Rp.) Non SL- PTT (Rp.) Penin gkata n (%) 1.496.000 366.000 308,74 2.525.000 2.290.000 10,26 4.021.000 2.656.000 51,39 14.700.00 0 10.679.00 0 8.400.000 75 5.744.000 85,91 Peningkatan keuntungan petani lahan Laboratorium Lapang yang mencapai hampir dua kali lipatnya dikarenakan petani secara intensif telah menerapkan PTT dengan komponen teknologi yang sesuai dengan kondisi lahan (teknologi spesifik lokasi) sehingga walaupun dengan biaya produksi yang relatif lebih tinggi namun dapat memperoleh hasil produksi secara maksimal. Tingkat pendapatan yang diperoleh oleh petani pada lahan SL-PTT sebesar Rp. 11.648.000,- per hektar atau lebih tinggi 38,67% dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh petani non SL-PTT yaitu Rp. 8.400.000,-. Sedangkan tingkat keuntungan yang diperoleh pada lahan SL-PTT yaitu Rp. 7.877.500,- lebih tinggi 37,13% dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh petani non SL-PTT yaitu sebesar Rp. 5.744.000,- (Tabel 5). Tabel 5. Perbandingan Analisa Usahatani Padi Petani SL-PTT dan Non SL-PTT di Kecamatan Indralaya tahun 2010 51

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains No Uraian Petani SL- PTT (Rp.) Petani Non SL- PTT (Rp.) Pening katan (%) 1. a. Biaya Saprodi 1.376.000 366.000 275,96 b. Ongkos tenaga kerja 2.395.000 2.290.000 4,59 2. Rata-rata pengeluar an 3.771.000 2.656.000 41,98 3. Rata-rata Penerima an 4. Rata-rata Keuntung an 11.648.000 8.400.000 38,67 7.877.500 5.744.000 37,13 Petani non SL-PTT juga ikut menerapkan PTT dengan mencontoh lahan SL-PTT namun teknologi yang diterapkan tidak seintensif lahan SL- PTT, menyebabkan kurang maksimalnya produksi yang dihasilkan sehingga pendapatan juga tidak maksimal. Perbandingan persentase tingkat keuntungan dengan pendapatan terjadi perbedaan. Hal ini dikarenakan biaya input usaha tani padi tidak sama untuk masing-masing perlakuan. Biaya sarana produksi untuk petani yang tidak mengikuti SL-PTT yaitu Rp. 366.000,- terlihat paling rendah dibanding dengan petani lahan LL yaitu Rp. 1.496.000,- (- 308,74%) dan lahan SL-PTT yaitu Rp. 1.376.000,- (-275,96%). Rendahnya biaya sarana produksi ini dikarenakan petani tidak menggunakan pupuk dan benih unggul, sehingga biayanya relatif murah. Sedangkan biaya tenaga kerja petani non SL-PTT relatif sama dengan petani lahan SL-PTT atau selisih 4,56%. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja baik pada lahan LL, SL-PTT dan non SL-PTT adalah sama yaitu banyak digunakan untuk penanaman, yang membedakannya adalah pada pengendalian organisme pengganggu tanaman. KESIMPULAN SL-PTT memberikan dampak yang baik untuk petani padi. Terbukti dari hasil penelitian ini yang menunjukkan dengan adanya penerapan teknologi PTT, produksi padi dapat ditingkatkan dan memberikan keuntungan yang signifikan terhadap petani. Rata-rata produksi riil per hektar yang diperoleh petani Laboratorium Lapang yaitu 5,25 ton dan petani SL-PTT sebesar 4,16 ton atau lebih besar 64% dan 30,9% dibanding dengan rata-rata produksi petani non SL-PTT yaitu 3 ton. Peningkatan produksi ini mendorong peningkatan pendapatan dan keuntungan bagi petani yang mengikuti SL-PTT. Keuntungan yang diperoleh oleh petani LL per hektar meningkat 85,91% dan petani SL-PTT meningkat 37,13% dibanding dengan petani yang tidak mengikuti SL-PTT Padi. DAFTAR PUSTAKA Djafar, Z.R. 1986. Pengembangan Lahan Lebak dalam Menunjang Peningkatan Produksi Pangan di Sumatera Selatan. Makalah pada Lokakarya Penyususnan Repelita V Sub-sektor Pertanian Tanaman Pangan. Palembang 28-29 Maret 1989. Djafar, Z.R. 1992. Potensi Lahan Lebak untuk Pencapaian dan Pelestarian Swasembada Pangan. Dalam Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan Potensi Lahan Rawa untuk Pencapaian dan Pelestarian Swasembada Pangan, Palembang 23-24 Oktober 1991. Fakultas Pertanian Unsri. 1997. Kajian Peningkatan mutu Intensifikasi Pertanian Tanaman Pangan di 52

Sri Ratmini., dkk: Peningkatan Pendapatan Petani Padi Melalui Pendekatan PTT di Lahan Lebak di Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan Sumatera Selatan. Kanwil Departemen Pertanian Sumatera Selatan.Jamal, E. 2009. Telaah Penggunaan Pendekatan Sekolah Lapang Dalam Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi: Kasus di Kabupaten Blitar dan Kediri, Jawa Timur. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 7 No. 4, Desember 2009 : 337-349. Handoko dan Rika Asnita. 2010. Peningkatan Keuntungan Usaha Tani Kedelai Melalui PTT di Bojonegoro. BPTP Jawa Timur. Malang. Proyek Swamps II. 1991. Laporan Tahunan 1991. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian Puslitbangtanak. 2002. Anomali iklim. Evaluasi dampak, peramalan dan teknologi antisipasinya. Untuk menekan resiko penurunan produksi. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Subagio dan M. Supraptohadjo. 1978. Beberapa Catatan Tentang Potensi/Aspek Tanah Daerah Lebak/Rawa di Sumatera Selatan. Makalah pada Synmposium Pemanfaatan potensi Daerah Lebak. Palembang, 26-28 September 1978. Wijaya Adhi et al, IPG., Nugroho, dan A. Syarifuddin K. 1992. Sumber Daya Lahan Rawa; Potensi, Keterbatasan dan Pemanfaatan, p.19-38. Puslitbangtan, Badan Litbang.Departemen Pertanian. Zahri, I. 1994. Determinan Pengembangan Diversifikasi Pertanian Pertanian Rawa Lebak Kabupaten Ogan Komering Ilir. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang. 51

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains 52