BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

dokumen-dokumen yang mirip
II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Evaluasi semen segar yang telah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi perkawinan silang dengan kambing kacang. Masyarakat menyebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inseminasi Buatan (IB)

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu jenis bangsa sapi asli Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

PEMBEKUAN VITRIFIKASI SEMEN KAMBING BOER DENGAN TINGKAT GLISEROL BERBEDA

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara kambing Kacang dengan kambing etawah. Spesifikasi dari

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

PENGARUH SUHU DAN LAMA SIMPAN SEMEN SEGAR TERHADAP MOTILITAS DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)

Tatap mukake 8&9. Universitas Gadjah Mada

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Brahman merupakan sapi yang berasal dari India yang merupakan keturunan

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA. domestik dari banteng ( Bibos banteng) adalah jenis sapi yang unik. Sapi asli

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Semen Spermatozoa

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

PENGARUH AIR KELAPA MERAH YANG MUDA DAN TUA SEBAGAI PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA PENYIMPANAN DINGIN

SKRIPSI. Oleh FINNY PURWO NEGORO. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tatap muka ke 4&5 PENILAIAN ATAU EVALUASI SPERMA

Pengaruh Pengencer Kombinasi Sari Kedelai dan Tris terhadap Kualitas Mikroskopis Spermatozoa Pejantan Sapi PO Kebumen

I. PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan daging di

BAB III MATERI DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2014), Volume 1, No. 1: ISSN :

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dapat menghasilkan wol

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Simmental adalah bangsa Bos taurus yang berasal dari daerah Simme di

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi Friesian Holstein. Sapi Friesian Holstein (FH) berasal dari Belanda yaitu dari Provinsi North

HASIL DAN PEMBAHASAN

MOTILITAS DAN VIABILITAS SEMEN SEGAR KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DENGAN MENGGUNAKAN PENGENCER CAUDA EPIDIDYMAL PLASMA

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

PENGGUNAAN KATALASE DALAM PRODUKSI SEMEN DINGIN SAPI

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Tris-Sitrat... Muthia Utami Islamiati

PENGARUH BOBOT BADAN TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL THE EFFECT OF WEIGHT ON SIMMENTAL CATTLE SEMEN QUALITY AND QUANTITY

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

MATERI DAN METODE. Materi

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

SKRIPSI OLEH SARI WAHDINI

Penambahan Sari Kacang Hijau pada Tris sebagai Bahan Pengencer terhadap Motilitas, Daya Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Sapi Kebumen

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL DENGAN PERSENTASE YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA EKOR TIPIS SKRIPSI. Oleh DIAN DWI ASTUTI

I. TINJAUAN PUSTAKA. kingdomanimalia, kelas:mammalia, subklas:ungulata, ordo: Artiodactila, sub

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Domba Ekor Tipis Domba ekor tipis merupakan domba yang bersifat profilik yaitu mampu mengatur jumlah anak yang akan dilahirkan sesuai dengan ketersediaan pakan yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat domba yaitu 0,2-1,2 ml. Semen domba memiliki konsistensi yang kental karena volume ejakulat yang rendah namun konsentrasi spermatozoa yang tinggi (Hafez dan Hafez, 2000). Kandungan semen domba yaitu fruktosa, sorbitol, asam sitrat, air, natrium, kalium, kalsium, magnesium, glycerylphosphorylcholine (GPC), protein, chlorida, insitol, ergothioneine dan plasmalogen. Semen domba memiliki kandungan GPC dan plasmalogen yang banyak dibandingkan dengan ternak lain yaitu memiliki kandungan GPC sebanyak 1650 mg/100 ml semen dan plasmalogen sebanyak 380 mg/100 ml semen (Toelihere, 1993). Plasmalogen atau lemak terdapat pada leher, badan dan ekor sperma. Plasmalogen berfungsi sebagai sarana respirasi bagi sperma dan ditutup oleh selubung protein berbentuk keratin (Salisbury dan VanDenmark, 1985). 2.2. Semen Beku Semen beku adalah semen yang telah diencerkan dan dibekukan, serta umumnya disimpan di dalam container nitrogen cair pada suhu -196 0 C (Rizal

5 dan Herdis, 2008). Keuntungan dari semen beku adalah semen dari pejantanpejantan unggul, baik yang masih sehat maupun yang cacat, tua, pincang dapat dipakai secara efisien sepanjang tahun serta dapat menyediakan kapan dan dimana saja bibit pejantan yang tertinggi kualitas genetik dalam sifat-sifat produksi tertentu (Toelihere, 1993). 2.3. Pengencer Semen Semen yang telah ditampung harus segera mungkin untuk diencerkan dengan pengencer semen karena semen yang dibiarkan pada suhu ruang tanpa diencerkan akan menyebabkan kematian pada spermatozoa dengan cepat hanya dalam kurun waktu sekitar kurang dari 2 jam (Rizal dan Herdis, 2008). Syarat dari pengencer yang digunakan yaitu bahan tidak bersifat toksik terhadap spermatozoa, mengandung sumber energi, bersifat isotonis, mengandung buffer, melindungi dari pengaruh pendinginan secara cepat, menghambat pertumbuhan bakteri, meningkatkan volume sehingga bisa digunakan beberapa kali inseminasi buatan dan dapat melindungi spermatozoa dari semen beku. Pengenceran semen dapat dilakukan dengan menambahan bahan-bahan tertentu yang mampu memberikan makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa dan dapat memperpanjang daya hidup spermatozoa di luar tubuh (Rosmaidar et al., 2013). Bahan-bahan yang ada dalam pengencer adalah gula sederhana (misal glukosa, laktosa atau rafinosa) sebagai sumber energi bagi spermatozoa. Kuning telur digunakan untuk melindungi dari cold shock. Pada saat pendinginan dari suhu tubuh sampai dengan 5 0 C, substansi tersebut juga digunakan sebagai nutrisi

6 spermatozoa (Susilawati, 2011). Pengencer Tris dipilih karena terdiri dari bahan seperti fruktosa sebagai penghasil energi paling besar, asam sitrat sebagai penyangga seperti Tris (hydroxymethyl) aminomethane (C 4 H 11 NO 3 ) dan antibiotik untuk mencegah perkembangan mikroorganisme (Rizal dan Herdis, 2008). Hasil penelitian Solihati et al. (2008) menunjukkan bahwa pengencer Tris kuning telur memiliki persentase hidup spermatozoa cukup tinggi yaitu 57% selama 3 hari penyimpanan, karena sumber energi tertinggi dihasilkan oleh fruktosa yang cukup menyebabkan spermatozoa tetap bergerak, karena fruktosa berperan menghasilkan energi berupa ATP yang mengandung fosfat organik kaya energi dan akan digunakan untuk kontraksi fibril-fibril serta menghasilkan gerak spermatozoa. Hartanti et al. (2012) menambahkan bahwa persentase daya hidup spermatozoa menggunakan pengencer Tris kuning telur lebih tinggi walaupun dalam berbagai interval pengamatan setelah pengenceran, karena pengencer Tris kuning telur dapat mengendalikan larutan penyanggah dalam mempertahankan ph larutan sehingga kondisi sperma tidak dalam keadaan asam akibat adanya asam laktat dari hasil proses metabolisme sel dalam jangka waktu penyimpanan yang lama. 2.4. Krioprotektan Krioprotektan adalah zat kimia non elektrolit yang berfungsi mereduksi pengaruh letal selama proses kriopreservasi sel, diantaranya baik yang berupa efek larutan maupun pembentukan kristal es ekstra atau intraseluler sehingga dapat menjaga viabilitas sel setelah kriopreservasi (Supriatna dan Pasaribu, 1992).

7 Krioprotektan dibagi menjadi dua yaitu krioprotektan ekstraseluler (sukrosa, laktosa, protein, lipoprotein, kuning telur, susu) dan krioprotektan intraseluler (gliserol, etilen glikol). Krioprotektan ekstraseluler adalah krioprotektan yang tidak dapat menembus membran plasma sel karena memliki berat molekul yang besar sedangkan krioprotektan intraseluler yaitu krioprotektan yang dapat menembus membran plasma karena memiliki sifat mudah larut dalam lemak (Rizal dan Herdis, 2008). 2.5. Gliserol Gliserol merupakan komponen utama lipid yang mengandung 3 atom karbon (C) dan 3 gugus OH. Gliserol mempunyai sifat yang larut dalam lemak, sehingga dapat langsung masuk ke sel menembus membran plasma (Rizal dan Herdis, 2008). Gliserol dapat masuk ke dalam sel spermatozoa untuk mengikat sebagian air bebas, sehingga kristal-kristal es yang terbentuk di dalam medium pengencer pada waktu pembekuan dapat dicegah (Azizah dan Arifiantini, 2009). Gliserol juga menjaga keseimbangan elektrolit intra dan ekstraseluler sehingga proses biokimia yang terjadi di dalam sel spermatozoa tetap berlangsung dan mengurangi kematian sel spermatozoa yang berlebihan (Tambing et al., 2000). Konsentrasi gliserol yang dimasukkan kedalam pengencer untuk pembekuan semen domba dibatasi oleh sifat toksiknya. Gliserol juga dapat merusak struktur membran spermatozoa selama proses pembekuan, menyebabkan cekaman osmotik dan menimbulkan efek negatif terhadap antibiotik di dalam pengencer (Toelihere, 1993).

8 Penambahan gliserol ke dalam pengencer adalah esensial untuk pembekuan semen. Gliserol dapat berdifusi ke dalam sel spermatozoa dan dapat dimetabolisier dalam proses-proses yang menghasilkan energi dan membentuk fruktosa. Gliserol akan memasuki siklus perombakan fruktosa pada triosa fosfat dan selanjutnya akan dirombak menjadi asam laktat untuk dioksidasi lebih lanjut. Fruktosa yang tersedia ini akan menyebabkan spermatozoa tetap bergerak, karena fruktosa berperan menghasilkan energi berupa ATP yang mengandung fosfat anorganik (Pi) kaya energi dan akan digunakan untuk kontraksi fibril-fibril serta menghasilkan gerak spermatozoa (Toelihere,1993). Penambahan gliserol 5% pada domba Garut dapat memperbaiki kualitas sperma setelah pembekuan dibandingkan dengan konsentrasi 3% dan 7% (Rizal et al., 2002). Berdasarkan hasil penelitian Tambing et al. (2000) bahwa penambahan gliserol 6% dalam pengencer Tris berhasil melindungi spermatozoa dari berbagai cekaman dingin ( cold shock) selama proses kriopreservasi semen, sehingga mampu mempertahankan kualitas semen beku (motilitas, daya hidup, membran plasma utuh dan tudung akrosom utuh spermatozoa) dibandingkan pemberian 5% dan 7% gliserol pada kambing peranakan etawah. Sari et al. (2014) menambahkan bahwa penambahan gliserol 7% dalam pengencer CEP-D paling baik dalam mempertahankan motilitas spermatozoa sapi brahman dengan nilai motilitas sebesar 38,75% dibandingkan dengan konsentrasi 0%, 3%, 5% dan 6% yang masing-masing memiliki motilitas 3%; 25%; 26,25% dan 32,50%. Mumu (2009) berpendapat bahwa pada perlakuan kadar gliserol sebagai krioprotektan dalam pengencer Tris-kuning telur pada konsentrasi 3%, 5 %, dan 7% masih dapat

9 melindungi sperma selama proses pembekuan dan mampu mempertahankan kualitas spermatozoa berupa persentase motilitas maupun persentase hidup spermatozoa pada sapi simental. 2.6. Uji Kualitas Semen Kualitas semen dapat diukur secara makroskopik maupun mikroskopik. Evaluasi makroskopis meliputi volume, warna, bau, kekentalan dan ph semen. Evaluasi mikroskopis meliputi gerakan massa, motilitas spermatozoa, konsentrasi, persentase hidup dan mati spermatozoa dan abnormalitas spermatozoa (Susilawati, 2011). 2.6.1. Pemeriksaan makroskopis semen. Pemeriksaan makroskopis meliputi volume, warna, bau, kekentalan dan ph 2.6.1.1. Volume, volume semen dapat dinilai dengan melihat skala pada tabung penampung semen (Arifiantini, 2012). Volume semen domba dewasa berkisar antara 0,5-2 ml, sedangkan yang masih muda berkisar antara 0,5-0,7 ml (Susilawati, 2011). Volume semen dipengaruhi oleh bangsa, ukuran badan, umur ternak, pakan, frekuensi penampungan semen dan lain-lain (Rizal dan Herdis, 2008). Menurut hasil penelitian Ihsan (2011) bahwa setiap ejakulat pada ternak kambing mampu mengeluarkan semen sebesar 0,6 ml 1,5 ml atau sekitar 0,95 ml untuk setiap ejakulasi. Rizal et al. (2012) menambahkan bahwa volume semen pada domba Garut memiliki rata-rata volume semen segar sebesar 0,77 ml. Pada

10 jenis domba yang lain dilaporkan volume semen segar rata-rata 1,66 ml pada domba St. Croix (Feradis, 1999). 2.6.1.2. Warna, warna semen domba yang normal adalah krem atau putih susu. Warna semen yang kekuningan disebabkan oleh pigmen riboflavin yang dibawa oleh suatu gen autosomal resesif dan tidak berpengaruh terhadap fertilitas. Warna merah biasanya disebakan karena semen tercampur dengan darah akibat adanya perlakuan pada saluran reproduksi pejantan (Rizal dan Herdis, 2008). Warna semen dipengaruhi oleh sekresi kelenjar aksesoris, terutama dari kelenjar vesikularis. Warna semen juga dipengaruhi oleh pakan (Arifiantini, 2012). Menurut penelitian Tambing et al. (2000) bahwa semen kambing peranakan etawah yang baik memliki warna putih sampai krem. Hasil penelitian Feradis (1999) pada domba St.Croix didapatkan warna semen rata-rata krem, konsistensi kental dan konsentrasi 3.785 juta/ml. Rizal et al. (2012) menambahkan bahwa warna semen pada domba Garut yaitu putih susu. 2.6.1.3. Bau, bau dapat dinilai dengan cara mengibaskan tangan di atas tabung penampung (Arifiantini, 2012). Umumnya bau semen dikategorikan sebagai bau khas (Rizal dan Herdis, 2008). 2.6.1.4. Konsistensi, konsistensi dikatakan encer apabila semen segera kembali ke dasar tabung, konsistensi sedang apabila semen segera kembali ke dasar tabung dengan kecepatan yang lebih lambat dibandingkan yang pertama dan konsistensi kental apabila semen kembali ke dasar tabung secara perlahan dan menyisakan sebagian semen di pinggiran tabung (Arifiantini, 2012). Semen yang digolongkan

11 baik adalah yang memiliki konsistensi antara sedang dan kental (Rizal dan Herdis, 2008). Menurut penelitian Sujoko et al. (2009) umumnya konsistensi semen domba yaitu kental. 2.6.1.5. ph, nilai ph semen yang normal adalah sekitar 7 (netral). ph dipengaruhi oleh konsentrasi spermatozoa yang terkandung didalamnya. Semakin tinggi konsentrasi spermatozoa, semakin rendah ph semen (Rizal dan Herdis, 2008). Terjadinya penurunan dan kenaikan ph disebabkan oleh akumulasi asam laktat, sedangkan peningkatan ph dapat disebabkan oleh banyaknya spermatozoa yang mati sehingga membentuk amoniak (Handarini, 2005). Sujoko et al. (2009) menegaskan dari hasil penelitian-penelitian terdahulu bahwa ph normal semen segar domba yaitu 6,73. 2.6.2. Pemeriksaan mikroskopis Pemeriksaan makroskopis meliputi gerakan massa, motilitas spermatozoa, konsentrasi, persentase hidup spermatozoa dan abnormalitas spermatozoa. 2.6.2.1. Gerakan massa, gerakan massa digolongkan sangat baik (+++) jika terlihat adanya gelombang besar, banyak, gelap, tebal dan aktif seperti gumpalan awan hitam dekat waktu hujan yang bergerak secara cepat berpindah-pindah tempat, baik (++) bila terapat gelombang -gelombang kecil tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak lamban, kurang baik (+) jika tidak terlihat gelombang melainkan gerakan-gerakan individual aktif progresif dan buruk (0) bila hanya sedikit ada gerakan-gerakan individual (Arifiantini, 2012). Gerak massa

12 spermatozoa dikatakan sangat baik apabila terlihat adanya gelombang besar, tebal dan aktif (Susilawati, 2011). Menurut penelitian Tambing et al. (2000) bahwa pada semen segar kambing peranakan etawah memiliki gerakan massa +++. 2.6.2.2. Motilitas, gerakan individu adalah penilaian gerakan spermatozoa secara individual, baik kecepatan atau perbandingan antara yang berferak aktif progresif dengan gerakan-gerakan spermatozoa yang lainnya (Arifiantini, 2012). Gerakan individu spermatozoa yaitu progresif atau gerak maju yang merupakan gerak terbaik, gerak mundur dan gerak melingkar sering merupakan tanda-tanda cold shock, gerakan berayun atau berputar-putar ditempat sering terlihat pada semen yang tua dan berhenti bergerak atau mati (Susilawati, 2011). Semen segar yang baik dan memenuhi syarat untuk diproses menjadi semen beku harus memenuhi persentase spermatozoa motil minimum 65-70% (Rizal dan Herdis, 2008). Menurut penelitian Tambing et al. (2000) bahwa pada semen segar kambing peranakan etawah memiliki motilitas sebesar 74,29%. 2.6.2.3. Konsentrasi, konsentrasi spermatozoa adalah jumlah sel spermatozoa yang terdapat di dalam satu milliliter semen (R izal dan Herdis, 2008). Penilaian konsentrasi spermatozoa tiap milliliter semen sangat penting, karena faktor ini dipakai sebagai kriteria penentu kualitas semen dan menentukan tingkat pengencerannya. Konsentrasi normal domba berkisar antara 3,5 x 10 9 6 x 10 9 spermatozoa/ml (Susilawati, 2011). Dalam penelitian Tambing et al. (2000) bahwa pada semen segar kambing peranakan etawah memiliki konsentrasi sebesar 2,80 x 10 9.

13 2.6.2.4. Persentase hidup, persentase hidup ditandai oleh kepala berwarna putih (tidak menyerap zat warna) sedangkan yang mati kepalanya berwarna merah atau merah muda karena menyerap zat pewarna (Rizal dan Herdis, 2008). Viabilitas semen segar domba sebesar 84,5±2,74% (Herdis, 2005). Menurut penelitian Akhdiat (2012) bahwa persentase hidup spermatozoa domba yaitu 87,96%, hasil tersebut dipertegas oleh penelitian dan Ariantie et al. (2014) yaitu 85,37%. Umumnya semen segar yang telah ditambahkan pengencer akan mengalami penurunan secara perlahan. Menurut penelitian Susilawati et al. (2002) bahwa persentase hidup spermatozoa yang ditambahkan Tris Aminomethan kuning telur dan disimpan dalam waktu yang lama dapat mencapai 76,84%, hasil tersebut kemudian dipertegas oleh penelitian Akhdiat (2012) bahwa persentase hidup spermatozoa yaitu 63,25%, ternyata dapat digunakan untuk IB. 2.6.2.5. Abnormalitas, kelainan morfologi spermatozoa digolongkan sebagai abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer disebabkan oleh ketiaksempurnaan proses produksi spermatozoa di dalam tubuli seminiferi dan proses pematangan di dalam epididimis sedangkan abnormalitas sekunder disebabkan oleh kerusakan pada saat penampungan dan evaluasi semen (Rizal dan Herdis, 2008). Semen domba yang fertil secara normal tidak boleh mengandung lebih dari 15% spermatozoa abnormal (Ax et al., 2000). Abnormalitas spermatozoa dipengaruhi oleh stress panas, temperatur dan kelembaban (Susilawati, 2011). Ariantie et al. (2014) menegaskan persentase abnormalitas spermatozoa domba yaitu 6,40%.