BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon Respon berasal dari kata response yang berarti tanggapan atau balasan.respon merupakan istilah psikologi yang digunakan untuk menyebutkan reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh panca indera. Dalam menanggapi suatu respon seseorang akan muncul respon positif dan negatif. Respon positif, yakni menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek, sedangkan respon negatif, yakni apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau menjadi menghindar dan membenci objek tertentu (Walgito, 2000: 23). Secara teoritis respon adalah sikap atau perilaku seseorang dalam proses komunikasi ketika menerima suatu pesan yang ditujukan padanya. Respon yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian pesan dari reaksi komunikan. Penelitian ini menggunakan Hypodermic Needle Theoryatau Teori S-R (stimulusrespon) atau disebut juga sebagai teori rangsang-balas. Dalam teori ini setiap stimulus (rangsangan) akan menghasilkan respon (tanggapan) secara spontan dan otomatis bagaikan gerak refleks. Adapun unsur-unsur dalam model ini adalah pesan (Stimulus atau S), komunikan (Organism atau O) dan efek (Responses atau R). Stimulus yang disampaikan kepada masyarakat mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari masyarakat itu sendiri. Proses berikutnya adalah masyarakat mengerti stimulus yang menerpa dirinya, kemampuan masyarakat akan berlanjut pada proses berikutnya. 10
Setelah masyarakat mengolah dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan masyarakat untuk mengubah sikap (Effendy, 2003: 254). Secara umum, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu: 1. Diri orang yang bersangkutan, apalagi seseorang melihat dan berusaha memberikan interprestasi tentang apayang dilihatnya dan dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut terpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan, melihat penyaluran dan harapannya. 2. Sasaran respon tersebut, sasaran itu berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang yang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindak-tanduk dan ciriciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang. 3. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara karteksual yang berarti situasi dimana respon itu timbul, perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang (Hamijoyo, 2002:46). Dalam pembahasan, teori respon tidak terlepas dari pembahasan proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Caffe, respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a. Kognitif Yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak. 11
b. Afektif Yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang terhadap sesuatu.respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu. c. Konatif Yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan.skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus/rangsangan dari luar (Hasan, 2012). Dari uraian tentang konsep respon diatas, maka peneliti akan melihat, mengamati, mencari informasi dan mencoba mengungkapkan bagaimana respon masyarakat dalam pelaksanaan program Family Development Session (FDS) di kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas yang mencakup 3 hal, yaitu kognitif, afektif dan konatif. 2.2. Teori Belajar Behavioristik Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristikdengan model hubungan stimulusresponnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan 12
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman (Wikipedia, 2015). Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Dalam hal ini, para pendamping memberikan gambaran tentang pentingnya kegiatan pembelajaran melalui program FDS dan juga memberikan motivasi dalam setiap pertemuan, sehingga akan menimbulkan kesadaraan tersendiri dari masyarakat miskin tentang pentingnya mengikuti kegiatan yang sudah terjadwalkan tersebut. Stimulus adalah apa saja yang diberikan pengajar kepada pelajar, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh pengajar tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh pengajar (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Kegiatan pendampingan Family Development Session (FDS) ini dapat dilihat dari perubahan perilaku peserta yang semakin berinisiatif secara mandiri untuk mengikuti program pendampingan tersebut. Kondisi ini bisa dilihat dari semakin menurunnya/meningkatnya jumlah peserta dalam setiap pertemuan. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan 13
(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat (Wikipedia, 2015). Hal tersebut terbukti dari tingkat kepercayaan diri para peserta kegiatan Family Development Session (FDS) semakin meningkat. Peserta yang sebelumnya hanya pasif, pemalu, dan merasa kurang percaya diri, bisa berubah menjadi pribadi yang lebih berani mengutarakan pendapat, lebih percaya diri dalam bermasyarakat dan lebih aktif dalam bertanya jawab, baik dengan kelompoknya maupun dengan masyarakat sekitar. 2.3 Masyarakat 2.3.1 Pengertian Masyarakat Kata masyarakat berasal dari dari bahasa Arab, yaitu musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Menurut Mac Iver dan Page dalam Soekanto masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan dan pengawasan tingkah laku serta kebebasankebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah (Soekanto, 2007: 22). 2.3.2 Golongan Masyarakat Masyarakat dibagi dalam 3 golongan, yaitu: a. Masyarakat Tradisional Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Jadi, masyarakat tradisional dalam melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya. Kehidupan mereka belum terlalu 14
dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya. Masyarakat ini dapat juga disebut masyarakat pedesaan atau masyarakat desa. Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup bersama, bekerja sama, dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam. b. Masyarakat Modern Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. Perubahan-perubahan itu terjadi sebagai akibat masuknya pengaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Bagi negara-negara sedang berkembang seperti halnya Indonesia, pada umumnya masyarakat modern ini disebut juga masyarakat perkotaan atau masyarakat kota. c. Masyarakat Transisi Masyarakat transisi ialah masyarakat yang mengalami perubahan dari suatu masyarakat ke masyarakat yang lainnya. Misalnya masyarakat pedesaan yang mengalami transisi kearah kebiasaan kota, yaitu pergeseran tenaga kerja dari pertanian dan mulai masuk ke sektor industri. Ciri-ciri masyarakat transisi adalah adanya pergeseran dalam bidang pekerjaan, adanya pergeseran pada tingkat pendidikan, mengalami perubahan ke arah kemajuan, masyarakat sudah mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan zaman, tingkat tinggi dan biasanya terjadi pada masyarakat yang sudah memiliki akses ke kota misalnya jalan raya (Zulfaidah, 2013). 15
2.4 Kebijakan Sosial 2.4.1 Definisi dan Ruang Lingkup Kebijakan Sosial Secara harfiah, kebijakan sosial merupakan perangkat perundangundangan yang berfungsi sebagai landasan hukum dan pedoman dasar gerak operasional dalam segala upaya dan kegiatan kesejahteraan sosial. Dengan demikian kebijakan sosial memberikan asas legalitas bagi bergeraknya usaha kesejahteraan sosial dan asas aksebilitas bagi setiap penerima pelayanan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan sosialnya. Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik yang merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan masyarakat banyak (Suharto, 2008:10). Kebijakan sosial memiliki fungsi antara lain: 1. Fungsi preventif (pencegahan) mencegah terjadinya masalah sosial 2. Fungsi kuratif ( penyembuhan) mengatasi masalah sosial 3. Fungsi developmental (pengembangan) mempromosikan kesejahteraan sebagai wujud kewajiban negara dalam memenuhi hak-hak sosial warganya. Negara perlu melakukan intervensi dengan membuat ketetapan pemerintah. Peranan pemerintah dibidang kesejahteraan sosial melalui kebijakan sosial sebetulnya dimaksudkan untuk mengusahakan adanya kesetaraan diantara warga masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraannya. Perbedaan latar belakang antar warga masyarakat seringkali mengakibatkan posisi dan kesempatan mereka menjadi tidak sama. Hal ini dapat mengakibatkan warga masyarakat yang posisinya tidak menguntungkan akan termarginalisasi dan mengalami masalah dalam 16
mewujudkan kesejahteraannya, bahkan untuk sekadar memenuhi kebutuhan dasarnya sekalipun. Dalam menangani masalah sosial yang ada, maka kebijakan sosial harus dilakukan secara terencana, terpadu, konsisten dan berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu ditelaah secara singkat mengenai beberapa isu kebijakan sosial yang mungkin timbul dan perlu dipertimbangkan dalam proses dan mekanisme perumusan kebijakan sosial. Pada dasarnya Pemerintah memiliki peran yang besar dalam perumusan kebijakan sosial tersebut. Usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan masyarakat diharapkan bukan hanya sekedar usaha belas kasihan pemerintah terhadap masyarakat miskin. Oleh karena itu diperlukan kerangka makro perencanaan dan kebijakan umum di bidang ekonomi dan sosial yang diarahkan secara sengaja untuk investasi di bidang peningkatan kesejahteraan rakyat, sehingga upaya mewujudkan kesejahteraan sosial bukan hanya wacana atau angan-angan belaka. 2.4.2 Analisis Kebijakan Sosial Analisis kebijakan sosial adalah ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan argumentasi untuk menghasilkan informasi yang relevan dalam menganalisis masalah-masalah sosial yang mungkin timbul akibat diterapkannnya suatu kebijakan (Dunn, dalam Suharto, 2008).Ada tiga model analisis kebijakan sosial, yaitu model prospektif, retrospektif dan model integratif. 1. Model prospektif adalah bentuk analisis kebijakan yang mengarahkan kajiannya pada konsekuensi kebijakan sebelum suatu kebijakan diterapkan. 17
Model ini dapat disebut sebagai model prediktif karena seringkali melibatkan teknik-teknik peramalan (forecasting). 2. Model retrospektif adalah analisis kebijakan yang dilakukan terhadap akibat kebijakan setelah suatu kebijakan diimplementasikan. Model ini biasanya disebut sebagai model evaluatif karena banyak melibatkan pendekatan evaluasi terhadap dampak kebijakan yang sedang atau telah diterapkan. 3. Model integratif adalah model perpaduan antara kedua model diatas. Model ini kerap disebut sebagai model komprehensif atau model holistik karena analisis dilakukan terhadap konsekuensi kebijakan yang mungkin timbul, baik sebelum maupun sesudah suatu kebijakan dioperasikan. Model analisis kebijakan ini biasanya melihat teknik peramalan dan evaluasi secara terintegrasi (Dunn, dalam Suharto, 2008). 2.4.3 Program Keluarga Harapan (PKH) 2.4.3.1 Pengertian PKH Salah satu kebijakan sosial yang dikembangkan oleh pemerintah adalah Program Keluarga Harapan (PKH). Program Keluarga Harapan adalah program perlindungan sosial melalui pemberian uang tunai kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM), selama keluarga tersebut memnuhi kewajibannya. Tujuan dari PKH, yaitu membantu keluarga sangat miskin untuk memastikan generasi berikutnya sehat dan menyelesaikan pendidikan dasar (Kemensos, 2015). Program Keluarga Harapan merupakan program perlindungan sosial yang termasuk dalam klaster pertama bagi strategi penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Kesinambungan dari program ini akan memberikan kontribusi dalam 18
mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals). Ada lima komponen tujuan MDGs yang didukung melalui PKH, yaitu: 1. Penanggulangan kemiskinan ekstrim dan kelaparan. 2. Pencapaian pendidikan dasar. 3. Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. 4. Pengurangan angka kematian anak. 5. Peningkatan kesehatan ibu (Kemensos, 2013:1). 2.4.3.2 Hak Peserta PKH Adapun hak peserta PKH antara lain sebagai berikut: 1. Menerima bantuan uang tunai. 2. Menerima pelayanan kesehatan (ibu dan bayi) di Puskemas, Posyandu, Polindes, dan lain-lain sesuai ketentuan yang berlaku. 3. Menerima pelayanan pendidikan bagi anak usia wajib belajar Pendidikan Dasar 9 tahun sesuai ketentuan yang berlaku (Kemensos, 2013:2). Dalam memperoleh bantuan tunai, peserta PKH diwajibkan memenuhi persyaratan dan komitmen untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan pendidikan anak dan kesehatan keluarga, terutama ibu dan anak. Apabila tidak memenuhi kewajiban, maka jumlah bantuan yang diterima akan dikurangi bahkan bantuan dapat dihentikan. 2.4.3.3 Transformasi Kepesertaan PKH Program Keluarga Harapan termasuk program jangka panjang, namun kepesertaan PKH tidak akan bersifat permanen. PKH dirancang untuk diberikan secara temporer atau maksimal selama 6 tahun. Masa kepesertaan PKH dapat berakhir sebelum 6 tahun apablila keluarga penerima PKH sudah tidak lagi 19
memenuhi persyaratan program, yang disebut dengan graduasi alamiah (natural exit). Graduasi alamiah terjadi ketika keluarga penerima PKH tidak lagi memiliki wanita hamil, anak balita atau anak berumur di bawah 21 tahun yang masih bersekolah di bangku pendidikan dasar (SD, SMP, SMA). Setelah melewati enam tahun kepesertaan, penerima bantuan PKH diberi peluang untuk lulus (graduasi) dari PKH dengan didukung lebih lanjut oleh program lainnya. Untuk peserta PKH yang tidak keluar alamiah setelah enam tahun, diharapkan terjadi perubahan perilaku terhadap peserta PKH dalam bidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan status sosial ekonomi. Adapun strategi transformasi kepesertaan PKH memiliki tujuan untuk: 1. Meminimalisir dampak psikologis (shock atau retrieval syndrome) peserta setelah tidak lagi menerima bantuan. 2. Memastikan aspek keberlanjutan akan perubahan perilaku positif dalam bidang pendidikan dan kesehatan. 3. Memastikan terjadi peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi keluarga secara berkelanjutan. Dalam strategi transformasi kepesertaan PKH, penerima bantuan didukung lebih lanjut melalui berbagai program lainnya, agar dapat mengakumulasi aset dan mengalokasikannya untuk aktivitas yang lebih produktif sehuingga dapat keluar dari jebakan kemiskinan (Kemensos, 2016). 2.5 Program Family Development Session (FDS) 2.5.1 Pengertian FDS Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau lebih dikenal dengan Family Development Session (FDS) merupakan proses belajar peserta PKH 20
berupa pemberian dan pembahasan informasi praktis di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan kesejahteran keluarga yang disampaikan melalui peretemuan kelompok bulanan (Kemensos, 2013:28). FDS merupakan program pengembangan dari PKH yang nantinya diharapkan dapat membantu pendamping PKH dalam meningkatkan kapasitas diri dan mengubah pola hidup keluarga yang miskin menjadi keluarga yang mapan. Program FDS ini adalah pemberdayaan masyarakat melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran memang seringkali berlangsung lambat, tetapi perubahan yang terjadi akan bertahan lama. Proses belajar dalam pemberdayaan bukanlah proses menggurui, melainkan menumbuhkan semangat belajar bersama yang mandiri dan partisipatif (Mead, dalam Mardikanto & Soebiato, 2013:68-69). 2.5.2 Tujuan Program FDS Setiap program mempunya tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan dari FDS antara lain: 1. Meningkatkan pengetahuan praktis mengenai kesehatan, pola asuh dalam keluarga, ekonomi, dan kesejahteraan keluarga. 2. Meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dengan memberikan kontribusi perubahan kepada masyarakat (empowerment). 3. Menjaga dan memperkuat perubahan perilaku positif terkait pendidikan, kesehatan dan kesadaran dalam pertemuan kelompok peserta PKH. 4. Meningkatkan keterampilan orangtua dalam pola pengasuhan anak. 5. Meningkatkan kemampuan peserta untuk mengenali potensi yang ada pada dirinya dan lingkungannya agar dapat digunakan dalam peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. 21
6. Memberikan pemahaman kepada peserta untuk menemukan potensi lokal agar dapat dikembangkan secara ekonomi (Kemensos, 2013:28-29). 2.5.3 Mekanisme Pelaksanaan FDS Program FDS menggunakan strategi pelaksanaan kegiatan secara partisipatif. Strategi ini bertujuan agar peserta dapat mengetahui teknik-teknik partisipasi dalam menyelenggarakan pertemuan, kegiatan ataupun musyawarah warga guna memaksimalkan penyerapan materi demi hasil yang disasar dalam kegiatan FDS. Adapun mekanisme pelaksanaan FDS antara lain: a. Program FDS ini ditujukan kepada para peserta PKH yang memasuki masa transisi dan dapat dimungkinkan untuk graduasi. b. Setiap kelompok diskusi FDS dapat berjumlah 10-15 rumah tangga anggota PKH yang tempat tinggalnya berdekatan. c. Fasilitator dalam kegiatan FDS, yaitu pendamping PKH. Sebelum melakukan fasilitasi FDS, pendamping PKH harus mengikuti diklat FDS terlebih dahulu. d. Waktu dan lokasi pembelajaran ditentukan oleh kesepakatan antara pendamping dan peserta PKH. Setiap pembelajaran memiliki durasi 120 menit dengan agenda pembukaan, ulasan materi sebelumnya, penyampaian materi dan tanya jawab. Lokasi pembelajaran dapat dilakukan secara bergantian dari satu rumah ke rumah peserta PKH lainnya (Kemensos, 2013:1-2). 2.5.4 Materi Pembelajaran FDS 2.5.4.1 Modul Pengasuhan dan Pendidikan Anak Modul ini berisikan materi pengasuhan anak secara sederhana yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan standar pengasuhan anak. Pada modul ini, KSM 22
akan diberikan materi bagaimana cara mengasuh anak yang benar agar nantinya anaknya dapat berkembang dengan baik dan bisa berprestasi (Kemensos, 2014). Modul pengasuhan dan pendidikan ini memiliki tujuan umum antara lain: a. Meningkatkan pemahaman orangtua akan pentingnya masa usia dini bagi kesejahteraan dan kesuksesan anak di masa depan. b. Meningkatkan kualitas pengasuhan anak sehari-hari, kualitas interaksi antara orangtua dan anak di rumah. c. Meningkatkan kesadaran orangtua akan hak anak terhadap pendidikan dan pentingnya hadir di sekolah serta sukses bersekolah (Kemensos, 2014). Modul ini membahas 4 sesi, yaitu: 1. Menjadi orangtua yang lebih baik Ada 2 pesan utama yang ingin disampaikan dalam modul ini. Pertama, orangtua merupakan panutan bagi anak. Poin pelajaran yang ingin disampaikan adalah orangtua memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perilaku anak sehingga diperlukan pemahaman tentang perilaku mendidik serta konsekuensi dari perilaku positif dan negatif dari orangtua. Orangtua perlu menyadari bahwa status miskin bukan berarti tidak bisa memiliki kemampuan mengasuh anak dengan baik. Kedua, pentingnya kerjasama kedua orangtua dalam mengasuh anak. Meskipun ayah dan ibu memiliki peran yang berbeda dalam pengasuhan, namun tanggung jawab ayah dan ibu adalah sama. Peserta akan belajar berbagai macam cara untuk menjadi lebih kompak sebagai orangtua, menghindari konflik dihadapan anak, termasuk secara khusus mendikusikan bagaimana melibatkan ayah agar dapat membantu ibu dalam pengasuhan sehari-hari. 23
2. Memahami perilaku anak Ada 2 pesan utama yang ingin disampaikan dalam modul ini. Pertama, yaitu meningkatkan perilaku baik anak. Dalam meningkatkan perilaku baik anak, orangtua harus dapat mengidentifikasi kelebihan anak, kemudian memahami kekuatan pujian dan apresiasi atas perilaku baik anak. Kedua, yaitu mengurangi perilaku buruk anak. Dalam mengurangi perilaku buruk anak, orangtua harus memahami efek negatif dari menggunakan hukuman fisik. Strategi untuk mengurangi perilaku buruk pada anak dapat diganti dengan menetapkan aturan bersama anak, menjelaskan konsekuensi yang masuk akal kepada anak, memberikan waktu menangkan diri dan mengabaikan perilaku anak yang tidak berbahaya dan ditujukan untuk mencari perhatian. 3. Memahami cara anak usia dini belajar Ada 2 pesan utama yang dalam modul ini. Pertama, yaitu bermain sebagai cara anak belajar. Orangtua akan mempelajari apa itu permainan dan bagaimana bermain sesuai dengan tahapan usia anak, serta cara menggabungkan permainan ke dalam kegiatan sehari-hari. Kedua, yaitu membahas berbagai kegiatan bermain untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak. Secara khusus orangtua akan belajar pentingnya kemampuan bahasa bagi anak dan berbagai jenis permainan untuk menstimulasi perkembangan bahasa anak. 4. Membantu anak sukses di sekolah Ada 2 pesan utama yang disampaikan modul ini. Pertama, yaitu pentingnya pendidikan anak sejak usia dini. Anak yang ikut dalam program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) akan memiliki tingkat kesiapan bersekolah dijenjang pendidikan selanjutnya dibandingkan anak yang tidak mengikuti program PAUD. Orangtua akan belajar manfaat lainnya dari program PAUD. Kedua, yaitu cara membantu anak sukses di sekolah. Orangtua juga akan belajar berbagai cara untuk membantu anak 24
agar sukses di sekolah, membantu anak mengatasi masalah yang mungkin muncul ketika di sekolah dan diharapkan agar orangtua terdorong untuk menjalin komunikasi dengan pihak sekolah demi kepentingan pendidikan anak (Kemensos, 2014: 3-4). Pemberian modul ini disampaikan kepada KSM dikarenakan banyak ditemukan di lapangan bahwa keluarga KSM masih lalai dalam menerapkan pengasuhan anak. Akibatnya banyak anak-anak KSM mengalami pola asuh yang salah dan membuat anak-anak menjadi agresif, suka berbuat kekerasan dan juga terganggu prestasi belajarnya di sekolah. Padahal fokus bantuan PKH adalah anak sebagai aset yang berharga bagi KSM untuk melepaskan diri dari belenggu kemiskinan. 2.5.4.2 Modul Pengelolaan Keuangan dan Perencanaan Usaha Modul ini berisikan materi tentang pengelolaan keuangan rumah tangga yang baik dan juga berisikan materi bagaiamana merencanakan usaha yang bisa menjadi pendapatan pokok bagi KSM. Pada modul ini KSM akan mengetahui tata kelola keuangan serta tata rencana untuk melaksanakan usaha. Modul ini ditujukan kepada rumah tangga miskin untuk memberikan pengetahuan dasar dan mengasah keterampilan dalam mengelola pendapatan dan pengeluaran, serta merencanakan usaha (Kemensos, 2014:2).Modul ini membahas 3 sesi, yaitu: 1. Mengelola keuangan keluarga Pada sesi ini KSM akan diajarkan bagaimana mengatur pendapatan dan pengeluaran keuangan yang seimbang dengan cara mampu memisahkan antara kebutuhan dan keinginan. KSM juga diberikan pengetahuan untuk menyusun anggaran rumah tangga yang seimbang seperti menghitung rata-rata pendapatan dan pengeluaran bulanan, membuat anggaran bulanan berdasarkan prioritas pengeluaran dan mengendalikan pengeluaran sesuai anggaran tersebut. 25
2. Cermat meminjam dan menabung Pada sesi ini KSM akan diberikan materi bagaimana cermat meminjam untuk kebutuhan bukan untuk keinginan. Disamping itu KSM juga dimotivasi untuk mau merencanakan tabungan untuk kebutuhan masa depannya. Membangun keterampilan meminjam uang secara terencana dan hati-hati agar tidak terus terjebak utang. Selain membuat pertimbangan sebelum berutang dan memilih tempat meminjam yang tepat, sesi ini juga berusaha membangkitkan kesadaran peserta akan pentingnya menabung secara rutin dan disiplin sebagai salah satu cara untuk mengurangi kemungkinan berutang kembali. 3. Memulai usaha Pada sesi ini KSM mulai diajarkan dan dikenalkan untuk membangun usaha mandiri. Disini KSM didorong untuk mau menentukan ide usaha dengan benar dan tidan merugikan perekonomian bagi KSM. Dengan pola usaha yang benar, maka diharapkan KSM akan dapat membuka jalan rezeki yang sesuai dengan kebutuhan daerahnya dan mampu menjadi sumber pendapatan lainya. Sesi ini membantu peserta memahami dasar-dasar untuk memulai, mengembangkan dan memantau keberlanjutan usahanya agar dapat menjadi sumber pendapatan keluarga. Adapun langkah perencanaan usaha yang akan dipelajari meliputi: mengidentifikasi, mengembangkan dan menilai kelayakan ide usaha; merencanakan keuangan dan pemasaran usaha sertamengelola keuangan usaha (Kemensos, 2014:2). Maka dari itu ketiga sesi ini dimaksudkan agar KSM mampu mengendalikan keuangan keluarganya, kemudian mau menabung dan dengan hasilnya mampu membuka usaha secara mandiri sebagai tambahan pendapatan bagi KSM. Perlu dipahami bahwa pengetahuan dasar yang diberikan tidak akan menyelesaikan semua masalah keuangan yang dihadapi peserta, namun membantu mereka untuk 26
menguranginya secara bertahap. Diharapkan dengan materi ini lambat laun perekonomian KSM akan meningkat dari hari kehari. Dengan pola usaha yang benar, maka diharapkan KSM akan dapat membuka jalan rezeki yang sesuai dengan kebutuhan daerahnya dan kemampuanya serta mampu menjadi sumber pendapatan lainya. 2.5.4.3 Modul Kesehatan dan Gizi Pada modul ini KSM akan diberikan materi tentang pola hidup asupan gizi yang baik. Modul ini ditujukan kepada KSM agar mengetahui pola asupan gizi yang baik untuk mendukung proses pelaksanaan fase transisi KSM. Filosofi model kesehatan ini bahwa dengan anak yang sehat akan membawa si anak tersebut sukses dalam bidang pendidikan maupun sosialisasinya (Kemensos, 2014). Modul ini membahas 8 sesi, yaitu: 1. 1000 hari kehidupan pertama. 2. Gizi ibu hamil 3. Pelayanan ibu hamil 4. Persalinan dan masa nifas 5. Air Susu Ibu 6. Makanan pendamping ASI 7. BAB di jamban dan cuci tangan menggunakan sabun 8. Kesakitan pada anak Dengan materi ini KSM akan memahami tentang perilaku-perilaku sehat yang bukan hanya untuk kalangan ekonomi atas, akan tetapi bisa digunakan oleh kalangan ekonomi menengah kebawah. Jadi sehat itu bisa dinikmati oleh KSM. 27
2.5.4.4 Modul Perlindungan Anak Modul ini diberikan pada KSM agar mau merubah sikapnya terhadap anakanaknya. Dengan pengetahuan ini pula KSM akan bisa melakukan kontrol dalam memperlakukan anak sesuai porsi haknya. Modul ini membahas 3 sesi, yaitu: 1. Pencegahan kekerasan terhadap anak. 2. Pencegahan penelantaran terhadap anak. 3. Pencegahan eksploitasi terhadap anak. Materi ini disampaikan karena masih banyak KSM yang melakukan tindakantindakan tersebut dengan alasan untuk membantu perekonomian keluarganya. Padahal tindakan tersebut jelas melanggar Undang-undang perlindungan anak serta dapat mengganggu perkembangan anak dan anak akan kehilangan hak-hak dasarnya yang nantinya menimbulkan kegagalan dalam pendidikan dan masa depannya. Apabila hal ini tetap dilakukan maka akan menimbulkan rantai kemiskinan pada KSM. Oleh karena itu dengan program ini, sumber daya manusia kita akan berkembang karena Ibu-ibu akan mengandung bayi yang sehat, dapat melahirkan dengan selamat dan balita mendapat imunisasi yang lengkap sehingga angka kematian Ibu dan anak akan turun dengan signifikan. Demikian juga tingkat drop-out akan menurun dan pastisipasi sekolah anak akan naik. Semua itu akan bermuara pada meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia Indonesia di masa depan. Disisi lain, KSM juga akan memiliki pengetahuan model pengasuhan anak yang standar sehingga dapat meningkatkan prestasi anak (Kemensos, 2014). 28
2.6 Kerangka Pemikiran Pendidikan untuk peserta PKH sangat dibutuhkan dalam rangka mengatasi permasalahan kemiskinan yang berkaitan dengan pola pikir. Berkenaan dengan hal tersebut, pemerintah telah mencanangkan pendekatan multidimensional, yaitu kolaborasi antara PKH dengan pendidikan untuk keluarga, yaitu Family Development Session (FDS). Konsep FDS ini akan menjadi program baru Kementerian Sosial yang bekerja sama dengan World Bank dan Unicef untuk memberikan pelatihan kepada KSM melalui pendampingan agar KSM tersebut mengerti tentang pola hidup yang sederhanan dan mapan. KSM akan memngimplementasikan materi-materi FDS tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga masalah-masalah sosial yang membelitnya bisa teratasi dan dapat menjalani pola hidup yang terus maju untuk terlepas dari garis kemiskinan. Adapun materi FDS yang diberikan pada KSM meliputi 4 topik, yaitu bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial. Dalam kajian pustaka sebelumnya dapat diketahui bahwa respon masyarakat diukur dengan kognitif, afektif dan konatif. Kita dapat memahami dan menilai bagaimana respon masyarakat apakah bersifat positif atau negatif dalam menerima/menolak maupun mengharapkan/menghindari serta ikut serta atau tidak dalam suatu program yang telah dilaksanakan sehingga dapat diketahui respon masyarakat terhadap program tersebut apakah positif, netral ataupun negatif. Ada beberapa indikator dari kognitif, afektif dan konatif masyarakat dalam pelaksanaan program FDS di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas, yaitu: 29
1. Kognitif, mencakup bagaimana pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai pelaksanaan program FDS, seperti tujuan, manfaat dan lain sebagainya yang berhubungan dengan program FDS. 2. Afektif, mencakup bagaimana penilaian masyarakat saat menjalani program FDS, apakah masyarakat menerima atau menolak program ini. 3. Konatif, mencakup bagaimana perilaku masyarakat dalam menerima program FDS, apakah mendukung netral ataupun menolak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon peserta program FDS, khususnya masyarakat di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas dalam pelaksanaan program Family Development Session(FDS). Program yang diterima dengan baik oleh peserta mencerminkan adanya manfaat dari program tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk pengambilan kebijakan selanjutnya perihal penyelenggaraan program Family Development Session (FDS). Adapun skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan pada bagan sebagai berikut: 30
Bagan 2.1 Bagan Alur Pikiran Program Family Development Session (FDS) oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia Masyarakat di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas RESPON (Positif, Netral, Negatif) Respon Kognitif: Bagaimana pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai pelaksanaan program FDS, seperti tujuan, manfaat dan lain sebagainya yang berhubungan dengan program FDS tersebut. Respon Afektif: Bagaimana penilaian masyarakat saat menjalani program FDS, apakah masyarakat menerima atau menolak program ini. Respon Konatif: Bagaimana perilaku masyarakat dalam menerima program FDS, apakah mendukung netral ataupun menolak. 31
2.7 Definisi Konsep Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:138). Dalam hal ini, peneliti ingin menegaskan dan membatasi makna-makna konsep yang diteliti. Adapun batasan konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Respon diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. 2. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berlineryang menjelaskan tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. 3. Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik yang merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. 4. Family Development Session (FDS) merupakan proses belajar peserta PKHberupa pemberian dan pembahasan informasi praktis di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan kesejahteran keluarga yang disampaikan melalui peretemuan kelompok bulanan. 32
2.8 Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variabel tersebut. Definisi operasional akan mempermudah peneliti dalam melakukan pengukuran (Sarwono, 2006: 27). Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka dapat diukur melalui indikator-indikator atas dasar respon masyarakat dalam pelaksanaan program Family Development Session (FDS) meliputi: a. Kognitif masyarakat dalam pelaksanaan program Family Development Session (FDS) di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas mengenai pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan tujuan, manfaat dan lain sebagainya yang berhubungan dengan program FDS. b. Afektif masyarakat dalam pelaksanaan program Family Development Session (FDS) di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas mengenai penilaian masyarakat saat menjalani program FDS, apakah masyarakat menerima atau menolak program ini. c. Konatif masyarakat dalam pelaksanaan program Family Development Session (FDS) di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas mengenai perilaku masyarakat dalam menerima program FDS, apakah mendukung netral ataupun menolak. 33