BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tampil rapi dan menarik tidak lagi hanya kebutuhan wanita. Kini, para pria juga ingin selalu tapil menawan dalam setiap kesempatan. Banyak hal yang kaum Adam perhatikan terkait penampilannya, salah satunya adalah gaya rambut. Ini membuat kebutuhan akan jasa pangkas rambut atau barbershop terus meningkat. Alhasil usaha barbershop pun semakin menjamur. Usaha barbershop di Indonesia memiliki peluang yang sangat baik, terbukti dengan berdirinya puluhan atau bahkan ratusan barbershop yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Di zaman digital plus metroseksual ini, kian banyak lelaki yang mendambakan penampilan elok dan rapi. Hal ini terbukti dengan membeludaknya salon salon untuk ketampanan para lelakiagar permintaan kaum adam tersebut terpenuhi. Agar tak dikecap feminim, barbershop untuk lelaki didesain dengan nuansa maskulin yang amat kental, mulai dari desain interior yang bertema pria, sumber daya manusia (tukang cukur) yang juga pria, serta hanya melayani pengunjung pria. Di kota kota besar, seperti Jakarta, gerai barbershop bisa dengan mudah ditemui, mulai dari pinggir jalan hingga pusat pusat perbelanjaan. Hal ini tidak lepas dari gencarnya usaha barbershop menawarkan waralaba atau 1
2 kemitraan usaha. Barbershop yang sedang naik daun saat ini adalah Lanang Barbershop. Lanang Barbershop merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa yang telah berdiri 8 tahun lalu tepatnya pada bulan desember 2007 yang didirikan oleh Bapak Nurtjahjono dan para mitra-mitranya. Outlate Lanang Barbershop pertama kali buka bertempat di Jl. Hj Tasyir Kemanggisan dekat Binus University. Awal mula Bapak mendirikan perusahaan karena faktor kebutuhan pribadi, karena di era globalisasi ini fashion hair style laki-laki sangat penting dalam hal nya kehidupan sehari-hari dan sebelumnya pun telah melakukan observasi kepada para mahasiswa yang kuliah di Binus Uneversity, Kemanggisan, Jakarta Barat. Ternyata respon dari para mahasiswa terutama laki-laki positif sehingga Bapak memberanikan diri untuk menyewa tempat dan membuka barbershop dengan target pasar utama laki-laki. Meskipun Bapak lulusan sarjana teknik kimia dari Institut Teknologi Indonesia, ia tidak ingin Lanang Barbershop seperti yang ada pada umumnya, ia sangat menekankan tentang kebersihan yang notabence tidak terdapat pada pangkas rambut lain. Disamping itu pelayanannya cukup cepat dan simple, setelah selesai rambut dipotong rambut biasanya dikeramasi, tetatpi Lanang Barbershop menggunakan Vacuum untuk membersihkan sisa-sisa potongan rambut. Dengan kelebihan-kelebihannya dalam pelayanan, usaha yang dibangun terbukti dalam kurun waktu 6 bulan kemudian, jasa pangkas rambut ini
3 akhirnya berdirilah outlate kedua dan ketiga yang bertempat di daerah Jelambar dan Rawabelong, Jakarta Barat dan setelah membuka cabang kelima sekitar tahun 2010, Lanang Barbershop menawarkan kemitraan. Hingga saat ini pada bulan september 2015 tercatat telah berjumlah 81 outlet Lanang Barbershop di JABODETABEK. Dimana owner memiliki 15 outlet dan 66 outlate milik para investor. Pada tahun 2014 lalu Lanang Barbershop berhasil mendapatkan penghargaan sebagai The Winner of Franchise Market Leader and Fastest Growing 2014 Category Barbershop by AFI & Majalah Info Franchise. Keberhasilan Lanang Barbershop dalam meraih prestasi, tidak lupa karena kerja keras dan integritas dari para karyawan atau stylist yang ada di Lanang Barbershop. Akan tetapi, saat ini kinerja para stylist mengalami penurunan sehingga omzet tidak sesuai dengan yang diharapkan. Untuk memastikan lebih lanjut, peneliti melakukan wawancara pada tanggal 11 September 2015 terhadap pemilik atau founder dari Lanang Barbershop yaitu Bapak. Berikut adalah rangkuman alur Q&A wawancaranya : :Bagaimana perasaan Bapak, ketika tahu bahwa Lanang Barbershop dinobatkan sebagai Franchise Market Leader & Fastest Growing 2014 untuk kategori Bisnis Barbershop? : Saya tidak menyangka kalau Lanang Barbershop akan meraih penghargaan. Tapi, saya senang. Karena kerja keras kami
4 (saya dan tim saya) bisa membuahkan hasil yang menakjubkan. : Apa visi misi dari Lanang Barbershop? : Visinya adalah menjadikan Lanang Barbershop sebagai usaha untuk merek global dan misinya adalah meningkatkan taraf hidup tukang cukur yang ada di Indonesia. : Bagaimana dengan budaya organisasi yang bapak terapkan di usaha ini? : Budaya organisasi yang saya terapkan adalah kekeluargaan, kepercayaan, dan kejujuran. : Apa rahasia dari Bapak sendiri untuk bisa membuahkan hasil yang menakjubkan? : Sebenarnya, untuk saat ini tidak ada lagi rahasia untuk setiap kesuksesan. Kerja keras dan integritas yang tinggi dalam tim adalah kuncinya. : Lalu, bagaimana langkah bapak selanjutnya untuk ke depan agar bisa mempertahankan dan bisa lebih berprestasi? : Menjaga apa yang sudah baik dan tetap melakukan inovasi dan pengembangan atau ekspansi di setiap wilayah. : Apakah sejauh ini bapak menemui kendala? : Sejauh ini, kendala saya adalah para stylist yang bekerja. Mereka kurang bisa budaya organisasi yang saya terapkan, sehingga mereka bekerja dengan tidak jujur.
5 : Apakah para karyawan bekerja dengan sistem kontrak? : Tidak. :Jika mereka pekerja lepas, apakah sering terjadi keluar masuknya karyawan? : Sejauh ini, kurang lebih dalam setahun jumlah karyawan yang keluar adalah 60 orang dari jumlah seluruh karyawan, yaitu; 210 orang. Banyaknya karyawan yang keluar, sebagian dikarenakan ada yang pulang kampung dan tidak kembali lagi. : Bagaimana sistem gaji dan kompensasi untuk para stylist? : Setiap karyawan mendapatkan komisi 30% dari harga cukur yang diminta pelanggan. Sebagai contoh; pelanggan meminta cukur harga 25 ribu. Jadi, stylist akan mendapatkan komisi sebesar delapan ribu rupiah. Dan jika pelanggan puas dengan pelayan stylist, biasanya stylist akan mendapatkan tip dari pelanggan. Selain itu, ada reward setiap tahunnya untuk mereka yang kinerjanya paling baik. Meski begitu, sebagian besar karyawan masih mengeluhkan sistem gaji dan kompensasi yang saya terapkan. : Baik. Itu saja Pak. Terima kasih atas waktunya. : Sama sama. Dari wawancara peneliti dengan pemiliki Lanang Barbershop, peneliti mengambil kesimpulan bahwa fenomena yang terjadi pada Lanang
6 Barbershop adalah keinginan owner Lanang Barbershop untuk berkembang yang belum didukung oleh sejumlah stylist yang ada. Hal ini disebabkan, karena gaji dan kompensasi karyawan yang kurang terpenuhi dan budaya organisasi yang belum dipahami penuh oleh karyawan, sehingga mereka kurang termotivasi dalam bekerja. Berikut adalah grafik keluar masuk karyawan Lanang Barbershop dalam satu tahun terakhir; 250 200 150 100 karyawan yang keluar karyawan yang bekerja 50 0 Kuarter I Kuarter 2 Kuarter 3 Kuarter 4 Sumber : Data Observasi Langsung Lapangan September 2015 Dari grafik di atas, terlihat bahwa jumlah karyawan yang keluar semakin meningkat setiap tiga bulannya. Untuk itu, pihak Lanang Barbershop harus segera merancang sistem pengupahan terbaru agar para karyawan mau bertahan. Selain itu, peneliti juga melakukan survey terhadap barbershop pesaing terkait perbandingan harga jasa dan sistem pengupahannya. Berikut adalah tabelnya
7 Table 1.1 Data Perbandingan Harga Jasa dan Sitem Kompensasi Barbershop LANANG (JABODETABEK) GANTLEMAN (MERUYA SELATAN, JAKARTA BARAT) BIG DADDY (MERUYA SELATAN, JAKARTA BARAT) MOHAWK (MERUYA SELATAN, JAKARTA BARAT) ARGON (MENCONG, CILEDUG) ABANG (MENCONG, CILEDUG) Harga potong rambut Harga shaving (cukur bewok, kumis & jenggot) Tatto skin rambut Sisem pengupahan / kompensasi Rp 25.000 Rp 8.000 Rp 100.000 70% Perusahaan & 30% karyawan 8000 upah Rp 50.000 Rp 15.000 Rp 120.000 Gaji pokok perbulan Rp 2.1jt / karyawan Rp 25.000 Rp 15.000 Rp 100.000 60% Perusahaan & 40% karyawan 9000 upah Rp 30.000 Rp 10.000 Rp 100.000 65% 35% karyawan 10.000 upah Rp 25.000 Rp 15.000 Rp 50.000 70% 30% karyawan 8.000 upah Rp 15.000 Rp 8.000 Rp 30.000 60% 40% karyawan 6.000 upah
8 D MENS (CIPONDOH, TANGERANG) GANG S TOWN (CIPONDOH, TANGERANG) BAMBINO (PORIS, TANGERANG) Rp 20.000 Rp 10.000 Rp 50.000 60% 40% karyawan 8.000 upah Rp 50.000 Rp 35.000 Rp 120.000 70% 30% karyawan 15.000 upah Rp 35.000 Rp 10.000 Rp 50.000 65% 35 karyawan 14.000 upah Sumber : Data Observasi Langsung Lapangan September 2015 Dari tabel di atas, Gentleman menggunakan sistem gaji pokok untuk pengupahannya, sehingga turn over karyawannya relatif rendah. Sedangkan, Lanang menggunakan sistem bagi hasil, sehingga turn over karyawannya relatif tinggi. Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti mengangkat penelitian ini dengan judul PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI KERJA SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA STYLIST LANANG.
9 B. Rumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah Kompensasi berpegaruh positif dan signifkan terhadap Motivasi Kerja? 2. Apakah Budaya organisasi berpegaruh positif dan signifkan terhadap MOtivasi Kerja? 3. Apakah Motivasi Kerja berpegaruh positif dan signifkan terhadap Kinerja Karyawan? 4. Apakah Kompensasi berpegaruh positif dan signifkan terhadap Kinerja Karyawan? 5. Apakah Budaya Organisasi berpegaruh positif dan signifkan terhadap Kinerja Karyawan? C. Batasan Masalah Untuk mempermudah dalam pemahaman skripsi ini, maka penulis memberikan batasan masalah dari penelitian ini adalah para stylist yang bekerja di Lanang Barbershop. D. Tujuan dan Kontribusi an 1. Tujuan an Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
10 1. Mengetahui pengaruh Sistem Kompensasi terhadap Motivasi Kerja 2. Mengetahui pengaruh Budaya Organisasi terhadap Motivasi Kerja 3. Mengetahui pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan 4. Mengetahui pengaruh Sistem Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan 5. Mengetahui pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan 2. Kontribusi an Pada hakekatnya suatu penelitian yang dilaksanakan oleh penulis diharapkan akan mendapatkan manfaat bagi penulis dan perusahaan Begitu pula dengan penelitian ini diharapkan mendatangkan manfaat antara lain : 2.1 Manfaat Praktis a. Bagi perusahaan an ini berguna sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil, guna melihat apakah budaya organisasi dan sistem kompensasi berpengaruh terhadap motivasi kerja dan bagaimana dampaknya terhadap kinerja karyawan. b. Bagi penelitian sejenis an ini dapat dijadikan sebagai bahan perbaandingan bagi penelitian yang mengadakan penelitian dengan judul yang sama.
11 2.2 Manfaat Teoritis Adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut: 1. an ini untuk menambah pengetahuan baik teori maupun praktek di bidang manajemen sumber daya manusia dan menambah kemampuan penulis dalam mengahadapi dan menganalisa masalah yang ada.