II. TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq ) adalah tumbuhan tropis

dokumen-dokumen yang mirip
BUDIDAYA KELAPA SAWIT

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan tanaman yang

PRODUKTIVITAS SUMBER PERTUMBUHAN MINYAK SAWIT YANG BERKELANJUTAN

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit AGRO INOVASI

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri manufaktur dan sebagai sumber devisa negara. Pengembangan

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. yang terkait dengan proses belajar mengajar yang berdasarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

Teknis Penanaman Baru dan Replanting. PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo

I. PENDAHULUAN. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

Oleh Prof. Dr. Bungaran Saragih, MEc

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gambar 1 Produksi dan ekspor CPO tahun 2011 (Malaysian Palm Oil Board (MPOB))

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN DAN PEMBIAYAAN PERBANKAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

n. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tumbuhan yang termasuk family

I. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA

BAB I PENDAHULUAN. pada 2020 dan berdasarkan data forecasting World Bank diperlukan lahan seluas

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KARET. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

BAB I PENDAHULUAN. sangat diunggulkan, baik di pasar dalam negeri maupun di pasar ekspor. Kelapa

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Tanaman kelapa sawit mulai dibudayakan secara komersial pada tahun 1911.

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, Mei 2011

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq ) adalah tumbuhan tropis berasal dari Afrika Barat, tergolong kedalam famili Palmae, sub famili Cocoidea. Syarat pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah memiliki Iklim dengan lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat yang ideal antara 1 500 m dpl. Kecepatan angin 5 6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Media Tanam kelapa sawit adalah tanah yang mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), ph tanah 4 6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit. Teknis budidaya tanaman kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara III dapat diurai sebagai berikut : A. Pembibitan 1. Penyemaian Sebelum disemai tanah di persemaian semprotkan dengan larutan pupuk hayati pada media persemaian. Setelah berkecambah, dimasukkan dalam polibag. Setelah berumur 3 4 bulan dan berdaun 4 5 helai bibit dipindah tanamkan. 6

2. Pemeliharaan Pembibitan Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2 3 kali sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan. B. Teknik Penanaman 1. Penentuan Pola Tanaman Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Penanaman tanaman kacang kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai. 2. Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50x40 cm sedalam 40 cm. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng. 3. Cara Penanaman(Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur), 4. Pemeliharaan Tanaman, dengan melakukan Penyulaman dan Penjarangan (Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10 14 bulan), Penyiangan, Pemupukan 5. Kerapatan tanaman per hektar Kerapatan Tanam (Phn / Ha) Tabel 1. Kerapatan Pohon per Hektar Kelapa Sawit Jarak Tanam Antar Pohon / Segi Tiga Sama Sisi (Meter) Sumber : Publikasi PPKS, Tahun 2005. Jarak Tegak Lurus Antar Baris (Meter) 128 9.50 8.23 130 9.40 8.14 136 9.20 7.97 143 9.00 7.79 148 8.80 7.62 160 8.50 7.36 7

C. Pemeliharaan Tanaman 1. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Tujuan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan diantaranya agar tanaman tumbuh cepat, sehat dan dapat memasuki periode tanman menghasilkan (TM) lebih awal dengan biaya pemeliharaan yang rasional. Pemeliharaan TBM meliputi konsolidasi/penyisipan, mengendalikan hama dan penyakit, menyiang, memupuk, merawat jalan, jembatan dan system drainase. 2. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan ( TM ) Tanaman menghasilkan merupakan tanaman kelapa sawit dengan kondisi lebih dari 25 % sudah mulai menghasilkan TBS dengan berat lebih dari 3 kg. Sasaran pemeliharaan TM diantaranya memacu pertumbuhan daun dan buah yang seimbang, mempertahankan buah agar mencapai kematangan yang maksimal dan menjaga kesehatan tanaman kelapa sawit. D. Panen Panen merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kualitas dan kuantitas produksi. Tanaman kelapa sawit umumnya sudah mulai dipanen pada umur 3 tahun di kebun. Pekerjaan panen meliputi pemotongan tandan buah masak, pengutipan berondolan dan pengangkutan ke TPH. Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh jenis tanaman elapa sawit. Produktivitas dan rendemen minyak jenis tenera. Selain itu, potensi produksi juga ditentuka oleh faktor pemeliharaan. Tanaman kelapa sawit yang dipelihara lebih sempurna akan menghasilkan produksi lebih tinggi. 8

Produktivitas tanaman dipengaruhi oleh umur tanaman. Tanaman tua berumur lebih 15 tahun memiliki tandan yang lebih berat dibandingkan dengan tanaman yang muda. Di atas 10 tahun, berat tandan rata-rata sama untuk setiap tahunnya. Produktivitas tanaman kelapa sawit yang ditanam di tanah subur (kandungan unsur hara tinggi) umumnya tinggi. Berbeda dengan yang ditanam di tanah yang miskin unsur hara, produktivitasnya akan rendah. Lahan yang tergolong ke dalam kelas S1, produktivitasnya akan optimal karena lahan S1 memiliki faktor pembatas yang sedikit. Selain itu, potensi produksi tanaman juga ditentukan oleh jumlah curah hujan dalam setahun. Jika terjadi kemarau panjang, akan menyebabkan gagalnya pembentukan bakal bunga 19-21 bulan berikutnya (abortus bunga) dan keguguran buah 5-6 bulan berikutnya. 2.2. Perkembangan Kelapa Sawit di Indonesia Pengembangan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) di Indonesia diawali pada tahun 1848 dibawa oleh Gubernur Jenderal Inggris Sir Thomas Stanford Raffles sebagai salah satu koleksi sekaligus tanaman hias pada kebun raya Bogor. Lubis (1992), dan mulai dikembangkan dalam bentuk industri minyak sawit pada tahun 1911 di Tanah Itam Ulu oleh maskapai Oliepalmen Cultuur dan di Pulau Raja oleh maskapai Huileries de Sumatera, yang kemudian diikuti oleh berbagai perusahaan lainnya. Usaha perkebunan kelapa sawit sampai dengan tahun 70-an hanya diusahakan sebagai usaha perkebunan besar. Sejak pertengahan tahun 70-an mulai dirancang model-model pengembangan perkebunan rakyat di wilayah 9

perkebunan yang sudah ada maupun pada wilayah bukaan baru, yang ditempuh dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan PTPN sebagai perusahaan inti pengembangan perkebunan pola PIR. Disamping pengembangan perkebunan rakyat melalui Pola PIR, secara simultan juga difasilitasi pembangunan perkebunan besar swasta melalui fasilitasi kredit Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN). Sejak tahun 1980, terjadi pertumbuhan yang cukup menonjol pada perkebunan rakyat dan perkebunan besar swasta. Dibandingkan dengan Malaysia, pada tahun 2004 luas areal perkebunan kelapa sawit Malaysia seluas 3.790 ribu hektar dan Indonesia telah melampaui yaitu 5.285 ribu hektar. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi areal perkebunan kelapa sawit Indonesia menduduki urutan pertama di dunia. Dalam perkembangannya, kelapa sawit terbukti telah memberikan peranan yang sangat penting bagi pembangunan nasional, antara lain sebagai sumber devisa dari komoditi non migas, penyedia bahan baku industri minyak goreng dalam negeri, sumber PDRB dan mata pencaharian utama bagi petani di beberapa propinsi penghasil kelapa sawit. Berdasarkan laporan Ditjenbun (2007), ekspor CPO tahun 2006 mencapai 12.101 juta ton senilai US $ 4,8 milyar. Dari total produksi kelapa sawit dunia yang mencapai 50.129 ribu ton tahun 2011, sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1 berikut, Indonesia memberikan kontribusi sebesar 47,68 persen yang merupakan peringkat pertama di dunia. 10

Tabel 2. Perkembangan Produksi Minyak Sawit Dunia Menurut Negara Produsen Utama, 2008-2011 NO NEGARA TAHUN (RIBU TON) PRODUSEN 2008 2009 2010 2011 1 2 3 4 5 6 7 Indonesia Malaysia Thailand Nigeria Colombia Equador Lainnya 19.200 17.735 1.300 830 778 418 3.045 21.000 17.566 1.310 870 802 448 3.107 22.100 16.993 1.380 885 753 380 3.367 23.900 18.880 1.830 900 765 460 4.159 Jumlah 43.306 45.102 45.858 50.129 Sumber : Oil World Annual (2008 2011), Malaysia Palm Oil Dari peningkatan gambaran posisi kelapa sawit Indonesia di pasar dunia dapat disampaikan bahwa kelapa sawit Indonesia mempunyai prospek yang sangat luas tidak saja untuk pemenuhan kebutuhan minyak goreng tetapi juga kebutuhan produk-produk turunannya. Beberapa faktor internal seperti ketersediaan lahan yang cukup memadai, jumlah tenaga kerja dan tingkat upah yang kompetitif, penggunaan bahan tanaman kelapa sawit yang toleran terhadap hama penyakit (khususnya terhadap Ganoderma) dan bernilai gizi tinggi, serta berbagai kebijakan deregulasi yang secara terus menerus digulirkan pemerintah dapat meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional. Demikian juga faktor eksternal terutama dengan pemberlakuan liberalisasi perdagangan dan kecenderungan peningkatan permintaan produk sawit dari negara-negara maju terutama dengan akan diterapkannya kebijaksanaan di beberapa negara Eropa dan Jepang untuk menggunakan renewable energi dan ramah lingkungan. Dari segi daya saing, minyak kelapa sawit mempunyai kemampuan daya saing yang cukup tinggi dibandingkan minyak nabati lainnya, karena : produktivitas per hektar cukup tinggi, merupakan tanaman tahunan yang cukup 11

handal terhadap berbagai perubahan agroklimat dan ditinjau dari aspek gizi, minyak kelapa sawit tidak terbukti sebagai penyebab meningkatnya kadar kolesterol bahkan mengandung beta karoten sebagai pro vitamin A. Untuk memacu daya saing kelapa sawit di pasar internasional perlu diperhatikan berbagai macam tantangan yang apabila tidak dapat ditangani dengan baik akan sangat berdampak terhadap pengembangan kelapa sawit ke depan. Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pengembangan agribisnis kelapa sawit adalah sebagai berikut : a) Penerapan konsep pembangunan berkelanjutan yang intinya adalah layak secara ekonomi, layak secara sosial dan ramah lingkungan, dalam pengembangan dan pengelolaan kelapa sawit oleh pelaku usaha perkebunan masih rendah. b) Penerapan prinsip dan kriteria Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan penggunaan minyak sawit lestari, masih sulit untuk dilaksanakan. c) Kampanye negatif kelapa sawit (Negative Campaign Palm Oil) yang disebarkan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) khususnya di pasar internasional yang diantaranya adalah pengembangan kelapa sawit telah mengakibatkan kerusakan lingkungan dan hutan, kerusakan keragaman hayati serta berkurangnya habitat orang utan. d) Berkembangnya rencana ketentuan Pemerintah Uni Eropa dan Amerika memberlakukan sustainable bio-fuel yang berpotensi menghambat ekspor minyak sawit ke Eropa, dimana minyak sawit merupakan salah satu bahan baku bio-fuel. 12

2.3. Strategi dan Kebijakan Pengembangan Kelapa Sawit Mempertimbangkan manfaat, potensi, tantangan, peluang dan prospek usaha serta berkembangnya tuntutan penerapan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan, maka Ditjenbun (2007) dalam Rancangan Road Map Kelapa Sawit telah menetapkan proyeksi sasaran produksi kelapa sawit Indonesia Jangka Menengah (tahun 2006 2010) yaitu peningkatan produksi akan mencapai 20,4 juta ton minyak sawit/cpo dengan produktivitas rata-rata kelapa sawit meningkat menjadi 20 ton TBS/ha/tahun dengan rendeman minyak sawit 22 % dan inti sawit 5 %, mampu menyerap tenaga kerja di on farm 4 juta tenaga kerja (asumsi rasio 0,5 TK/Ha, termasuk sektor pendukung), belum termasuk tenaga kerja yang terserap pada off farm dan jasa lainnya, serta pendapatan petani pekebun mencapai US $ 2.000 2.500/KK/tahun (asumsi kepemilikkan kebun seluas 2 ha/kk). Sedangkan sasaran umum pembangunan kelapa sawit Jangka Panjang pada tahun 2025 adalah produksi kelapa sawit Indonesia akan mencapai 29,5 juta ton minyak sawit/cpo dan menjadi produsen utama CPO, produktivitas rata-rata kelapa sawit meningkat menjadi 24 ton TBS/ha/tahun, dengan rendeman minyak sawit 24 %, inti sawit 6 %, mampu menyerap tenaga kerja di on farm 4,5 juta tenaga kerja (asumsi rasio 0,5 TK/ha termasuk sektor pendukung), belum termasuk tenaga kerja yang terserap pada off farm dan jasa lainnya, pendapatan petani mencapai US$ 3.000 4.000/KK/tahun (asumsi kepemilikan kebun seluas 2 4 ha/kk). Untuk memanfaatkan peluang dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara penghasil CPO terbesar dunia, perlu didukung dengan kebijakan yang tepat di bidang pengembangan usaha agribisnis kelapa sawit ke depan. 13

Untuk mencapai sasaran tersebut, maka arah kebijakan pelaksanaan pengembangan agribisnis kelapa sawit adalah : a) Kebijakan pengembangan usaha; dalam rangka meningkatkan kesempatan berusaha, arah pendekatan yang ditempuh adalah : (i) peningkatan kemampuan pelayanan terhadap minat investasi sektor dunia usaha di segala tingkatan; (ii) menyediakan akses kesempatan petani memiliki kebun; dan (iii) membuka akses kesempatan berusaha kepada usaha kecil, menengah dan koperasi untuk pembangunan kebun skala kecil menengah (tidak harus terkait dengan unit pengolahan); serta (iv) kesempatan usaha terkait. b) Kebijakan Pengembangan Perkebunan Rakyat melalui Program Revitalisasi Perkebunan; dalam rangka memfasilitasi terwujudnya pengembangan usaha perkebunan rakyat, baik untuk pengembangan baru/perluasan dan peremajaan, maka arah pendekatan yang ditempuh; (i) mendorong usaha perkebunan besar untuk melakukan kerjasama dengan masyarakat sekitar/petani untuk pengembangan perkebunan rakyat dalam wadah pola kemitraan; (ii) untuk mendukung pendanaan, disediakan sumber pembiayaan bagi pembangunan kebun petani melalui program revitalisasi perkebunan; dan (iii) untuk membantu petani sehari-hari dalam kegiatan pengembangan usahataninya disediakan petugas pendamping. c) Kebijakan Pengembangan Produktivitas; mengupayakan dan melembagakan agar upaya peningkatan produktivitas menjadi bagian integral dari pengembangan perkebunan kelapa sawit, dengan cara ; (i) penyempurnaan dan penyesuaian berbagai pedoman teknis pengembangan perkebunan kelapa sawit; (ii) sosialisasi prinsip-prinsip penerapan Good Agriculture Practices 14

(GAP); (iii) bimbingan fasilitasi dan advokasi penerapan GAP; (iv) pemantapan kemitraan, dan (v) pengembangan layanan penunjang agribisnis kelapa sawit, seperti sarana produksi, alsintan, dan teknologi. d) Kebijakan Penggunaan dan Penyebaran Bahan Tanaman Unggul; Meningkatkan kecukupan dan kemantapan dukungan sumber benih unggul bermutu serta ketersediaan pada tingkat petani, dengan cara ; (i) membina dan mengembangkan sumber benih; (ii) memantapkan tata cara pemesanan dan mekanisme distribusinya; dan (iii) meningkatkan kemampuan pengawasan. e) Kebijakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Terpadu; di samping penerapan pengendalian OPT kelapa sawit sebagai bagian dari sistem usahataninya, dalam rangka menuju penerapan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan, akan terus dilanjutkan pemasyarakatan dan pelembagaan pengendalian OPT terpadu serta penyediaan pedoman penerapan agen hayati untuk pengendalian OPT kelapa sawit. f) Kebijakan Pemanfaatan Potensi dan Peluang; Dalam rangka turut memecahkan peningkatan produksi komoditi strategis hasil pertanian, sekaligus meningkatkan produktivitas usaha kelapa sawit, maka akan didorong tumbuhnya inovasi untuk pemanfaatan potensi lestari dalam pengembangan kelapa sawit, yaitu limbah dan hasil samping serta pengembangan tanaman pangan intensif pengganti tanaman penutup tanah. Untuk maksud tersebut akan didorong : (i). Pemanfaatan Limbah Kayu Batang Kelapa Sawit; Mengupayakan bersama instansi terkait pengkajian pemanfaatan limbah kayu batang 15

kelapa sawit tua dari hasil kegiatan peremajaan sebagai pengganti bahan baku industri perkayuan yang selama ini memanfaatkan kayu hasil hutan. (ii). Pemanfaatan Hasil Samping dan Limbah Untuk Pakan Ternak; Mengupayakan bersama instansi terkait pemanfaatan limbah dan hasil samping perkebunan kelapa sawit sebagai bahan pakan pengembangan ternak integrasi dengan perkebunan kelapa sawit. (iii). Pengembangan Tanaman Tumpangsari; Dengan patokan tanaman kelapa sawit setelah berumur 25 tahun perlu diremajakan, maka pada saat peremajaan terdapat potensi lahan lestari yang dapat dikaji kemungkinan pemanfaatannya untuk pengembangan tanaman tumpangsari pangan/jagung sebagai pengganti tanaman penutup tanah. g) Kebijakan Penerapan Pembanguan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan; Dalam rangka melanjutkan dan meningkatkan upaya penerapan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan, akan ditempuh proses penyelesaian, sosialisasi, penerapan dan sanksi kaidah-kaidah pembangunan perkebunan berkelanjutan. h) Kebijakan Pengembangan Infrastruktur; Dalam rangka peningkatan efisiensi usaha perkebunan kelapa sawit, dengan mengacu kemampuan anggaran, maka akan terus dilakukan pengembangan infrastruktur sesuai kebutuhan, khususnya jalan kebun, jalan akses dan pelabuhan ekspor, melalui konsultasi dan koordinasi dengan berbagai unit fungsional terkait disetiap tingkatan. i) Kebijakan Pengembangan Kemitraan Usaha; Dalam rangka memfasilitasi berkembangnya proses kegiatan usaha antara perusahaan mitra dan petani, akan dilakukan bimbingan dan pendampingan untuk : (i). Fasilitasi penumbuhan kelembagaan ekonomi petani, yang prosesnya tumbuh dari 16

bawah dan mampu mewakili kepentingan para anggotanya; (ii). Melakukan pendampingan dan advokasi tumbuhnya kemitraan kegiatan usaha, yang saling menguntungkan. j) Kebijakan Pengembangan Dukungan Sumber Daya Manusia (SDM); Dalam rangka peningkatan kemampuan SDM untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit akan dikembangkan upaya : a. Peningkatan ketrampilan petani ; akan diusahakan berbagai pelatihan, studi banding, magang, kunjungan lapang dan berbagai kegiatan sejenis lainnya; b. Peningkatan kemampuan karyawan perusahaan ; bersama berbagai pemangku kepentingan, mengembangkan upaya untuk memperoleh kemudahan dalam ketersediaan tenaga kerja sesuai tingkat kebutuhan, rekruitmen karyawan dan berbagai pelatihan penjenjangan ; c. Peningkatan kompetensi petugas pelayanan ; akan dilakukan berbagai upaya dalam berbagai bentuk kegiatan untuk meningkatkan kompetensi pelayanan di semua tingkatan. k) Kebijakan Pengembangan Sistem Informasi ; dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan data dan informasi tentang usaha perkebunan kelapa sawit sebagai komoditi strategis, dengan pengguna yang cukup luas, akan terus dikembangkan ketersediaan data dan informasi tentang agribisnis kelapa sawit yang lengkap, terkini, dinamis dan mudah diakses oleh semua pemangku kepentingan. 17