HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DARI KUALITAS MAKANAN RUMAH SAKIT DENGAN SISA MAKANAN DI RSUD KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan gizi ruang rawat inap adalah rangkaian kegiatan mulai dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk mencapai pemulihan penderita dalam waktu singkat. Upayaupaya

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi sangat berpengaruh pada proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan berfungsi kuratif dan rehabilitatif yang menyelaraskan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan. pencatatan, pelaporan serta evaluasi (PGRS, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah pelayanan gizi, dalam standar profesi Gizi, dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian. kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang


BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan mulai dari penetapan peraturan pemberian makan di rumah sakit,

GAMBARAN SISA MAKANAN BIASA YANG DISAJIKAN DI RUANG MAWAR RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

THE RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION TOWARDS STAY LENGTH AND PATIENT NUTRITIONAL STATUS BY RICE DIET IN PKU MIHAMMADIYAH HOSPITAL OF YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi pada berbagai keadaan sakit secara langsung maupun tidak


HUBUNGAN VARIASI MENU, BESAR PORSI, SISA MAKANAN DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN PADA MAKANAN LUNAK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG

reporsitory.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Standar akreditasi rumah sakit menyebutkan bahwa pelayanan gizi. metabolisme manusia untuk pemulihan dan mengoreksi kelainan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sumber energi, pertumbuhan dan perkembangan, pengganti sel-sel yang rusak,

BAB V PEMBAHASAN. Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung mempunyai siklus menu 10 hari

Indikator pelayanan makanan : Waktu Daya terima /kepuasan. BAB II Penampilan makan. Keramahan pramusaji Kebersihan alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM STUDI SI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ruang perawatan kelas III, dan data-data terkait antara lain standar

BAB I PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif dan promotif. Ada 4 kegiatan pokok PGRS yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan yang meliputi upaya peningkatan

PERBEDAAN DAYA TERIMA, SISA DAN ASUPAN MAKANAN PADA PASIEN DENGAN MENU PILIHAN DAN MENU STANDAR DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KONDISI PSIKOLOGIS DAN PENAMPILAN MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pelayanan gizi yang bermutu terutama dalam menyediakan makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. antara lain melalui kegiatan pengamanan makanan dan minuman, kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk. aktifitas fisik maupun biologis dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, administrasi umum dan keuangan. (2) sakit dalam melayani pasien. Makanan yang disediakan oleh Instalasi

ANALISIS SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN DAYATERIMA MENU (PERSEPSI) YANG DISAJIKAN DI LAPAS KELAS II B TASIKMALAYA.

FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN SISA MAKANAN BIASA PASIEN BANGSAL RAWAT INAP RSUD SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian

ANALISIS ZAT GIZI DAN BIAYA SISA MAKANAN PADA PASIEN DENGAN MAKANAN BIASA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan

ABSTRAK PENILAIAN MENGENAI SISA MAKANAN PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SWASTA AL-ARIF CIAMIS TAHUN 2013.

PENGARUH VARIASI BENTUK LAUK NABATI TERHADAP DAYA TERIMA PADA PASIEN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi keluarga, nusa dan bangsa. Untuk mewujudkan impian akan anak


NASKAH PUBLIKASI PENGARUH MODIFIKASI ALAT SAJI MAKANAN TERHADAP SISA MAKANAN DIIT NASI BIASA PADA PASIEN KELAS III DI RSUD WONOSARI

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan strategi dalam peperangan. Menurut Anwar (1989) makanan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KETEPATAN WAKTU PENYAJIAN DAN MUTU MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN PASIEN DEWASA NON DIET DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

ABSTRACT. Objective: To find out association between timelines in food distribution and food intake of patients on rice diet at Atambua Hospital.

BAB I PENDAHULUAN. gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak),

GAMBARAN SISA MAKANAN DAN MUTU MAKANAN YANG DISEDIAKAN INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. KARIADI SEMARANG

HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DAYA TERIMA MAKANAN DIET PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

PENDAHULUAN INTISARI MUFLIH

Iswanelly Mourbas, M. Husni Thamrin, Ayu Restika (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting

MUTU PELAYANAN GIZI DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN. Iin Rachmawati*, Wiwik Afridah** UNUSA, FKK, Prodi SI Keperawatan, Jl.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termaktub dalam UUD 1945 (Depkes RI, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

PEDOMAN PELAYANAN GIZI

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH MODIFIKASI RESEP LAUK NABATI TEMPE TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DAN SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III RSUD WONOSARI

KUESIONER PENYELENGGARAAN MAKANAN

Hubungan Tingkat Kepuasan Pasien Terdapat Pelayanan Gizi dengan Sisa Makanan Pasien VIP di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SENSORIK MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN BIASA PADA PASIEN RAWAT INAP RSUD DR. SOERATNO, GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care). (Depkes RI, 2005).

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN GIZI DENGAN SISA MAKANAN PASIEN DI RUANG VIP RS PANTI RAPIH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, dengan

Mutu Makanan Instalasi Gizi Untuk Memuaskan Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul. Hariza Adnani 1 1 STIKES Surya Global Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya rumah sakit merupakan tempat pemenuhan kebutuhan dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah observasional deskriptif yaitu

BAB I PENDAHULUAN. saja membuat RS mampu untuk bersaing dan tetap exist di masyarakat. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. pada kesembuhan pasien, dalam berkomunikasi dengan pasien. dokter dan perawat menjadikan dirinya secara terapeutik dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROGRAM KERJA INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

HUBUNGAN KOMUNIKASI DOKTER DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM (RSU) ANUTAPURA PALU

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Sisa Makanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum

Transkripsi:

ILMU GIZI INDONESIA pissn 2580-491X Vol. 01, No. 01, Agustus 2017 HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DARI KUALITAS MAKANAN RUMAH SAKIT DENGAN SISA MAKANAN DI RSUD KOTA SEMARANG Angelina Swaninda Nareswara * Abstrak Latar Belakang : Makanan yang disajikan oleh rumah sakit merupakan salah satu komponen untuk kesembuhan pasien. Makanan dikatakan bermutu baik bila memiliki cita rasa, penampilan dan penyajian yang baik. Tinginya sisa makanan dan kepuasan pasien yang kurang, dapat disebabkan oleh variasi menu makanan, cara penyajian makanan, ketepatan waktu menghidangkan makanan, keadaan tempat makan, kebersihan makanan, serta sikap dan perilaku petugas penghidang makanan yang masih kurang. Tujuan : Mengetahui hubungan antara kepuasan pasien dari aspek kualitas makanan, yaitu rasa, penampilan dan variasi menu, dengan sisa makanan di RSUD Kota Semarang. Metode : Jenis penelitian ini adalah analitik diskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di semua bangsal RSUD Kota Semarang. Data sisa makanan diambil menggunakan Visual Comstock, untuk menu siang hari. Tingkat kepuasan pasien terhadap rasa, penampilan dan variasi makanan menggunakan skala likert. Analisi data menggunakan Chi Square dan Fisher Exact. Hasil : Sebanyak 92,6% responden tidak puas dengan rasa makanan; 53,7% tidak puas dengan penampilan makanan, dan 81,5% tidak puas dengan variasi menu. Sebanyak 57,4% termasuk kategori banyak sisa dan 42,6% sedikit sisa. Tidak ada hubungan antara kepuasan pasien terhadap rasa dan sisa makanan (p=0,127). Ada hubungan antara kepuasan pasien terhadap penampilan makanan dengan sisa makanan (p=0,044). Tidak ada hubungan antara kepuasan pasien terhadap variasi makanan dengan sisa makanan (p=0,728). Kesimpulan : Ada hubungan antara kepuasan pasien terhadap penampilan makanan dengan sisa makanan. Tidak ada hubungan antara kepuasan pasien terhadap rasa dan variasi menu dengan sisa makanan. Kata Kunci : Kepuasan; Rasa Makanan; Penampilan Makanan; Variasi Menu; Sisa Makanan PENDAHULUAN Pelayanan rumah sakit yang baik dan bermutu diperlukan untuk memenuhi ke butuh an dan tuntutan pemakai jasa pe la ya nan kesehatan. Apabila hal ini dipenuhi, maka akan menimbulkan rasa puas. Semakin tinggi kepuasan, semakin baik mutu pelayanan kesehatan. Meningkatnya pola pikir masyarakat menyebabkan masyarakat lebih kritis me nen tukan pilihan dalam memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan untuk memperoleh kepuasan maksimal (1). * Korespondensi : Prodi S-1 Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta. Jalan Raya Tajem km. 1,5 Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta. Email: swa_9nda@yahoo.com 34

Pelayanan makanan di rumah sakit merupakan bagian dari komponen penunjang medik yang hasil layanannya tidak terlepas dari komponen lainnya, yaitu : komponen pelayanan medik (dokter), paramedik (perawat) dan penunjang medik, serta pelayanan obat dan makanan. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit, pelayanan gizi merupakan bentuk pelayanan yang harus ada di rumah sakit (2). Mutu pelayanan rumah sakit dan pelayanan gizi merupakan bentuk pelayanan yang harus ada di rumah sakit. Makanan yang disajikan oleh rumah sakit berfungsi sebagai salah satu komponen kegiatan dalam rangka kesembuhan pasien (3). Mutu makanan yang dihasilkan, diharapkan dapat mempercepat kesembuhan penyakit. Makanan yang disajikan dikatakan bermutu baik jika maka nan tersebut mempunyai cita rasa yang tinggi, penampilan, dan penyajian yang menarik sehingga mendorong pasien untuk meng habis kan makanannya dan memperceat proses penyembuhan (2). Upaya peningkatan mutu makanan dan mutu pelayanan rumah sakit hingga saat ini, terkesan belum terlaksana secara maksimal, 15,4% pasien yang dirawat di RS Hasan Sadikin Bandung meninggalkan sisa makanan antara 25%-50% (4). Pada tahun 2005, di RS DR. Sardjito, prosentase sisa makanan terbesar terdapat pada sayur yaitu 23,1%, sedangkan pada tahun 2006, di RSUD Kota Salatiga, prosentase sisa makanan terbesar ada pada lauk nabati yaitu 40%. Hasil survei pendahuluan di RSUD Kota Semarang menunjukkan bahwa tingkat kepuasan terhadap variasi menu manakan, cara penyajian, ketepatan waktu meng hidang kan, keadaan tempat makan, dan sikap serta perilaku petugas masih kurang. Latar belakang diatas yang menjadi landasan peneliti untuk melakukan penelitan di RSUD Kota Semarang. METODE Jenis penelitian ini adalah diskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di semua bangsal RSUD Kota Semarang pada bulan Desember 2010. Total responden dalam penelitian ini sebanyak 54 orang dengan proporsi : kelas 1 = 8, kelas 2 = 22, kelas 3 = 24. Pemilihan responden dilakukan secara acak dengan kriteria pasien yang mendapatkan diit makanan biasa. Variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu : tingkat kepuasan pasien terhadap rasa makanan, tingkat kepuasan pasien terhadap penampilan makanan, dan tingkat kepuasan pasien terhadap variasi menu. Variabel terikatnya adalah sisa makanan. Pengumpulan data yang dilakukan meliputi : (1) identitas responden, (2) data tingkat kepuasan pasien mengenai rasa, penam pilan, dan variasi makanan, (3) data sisa makanan. Data sisa makanan diperoleh dengan metode Visual Comstock pada makanan yang disajikan siang hari (nasi, lauk hewani, lauk nabati dan sayur). Tingkat kepuasan pasien terhadap rasa, penampilan, danvariasi makanan mengguna kan pengukuran dengan skala likert dimana responden diminta menjawab sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (1). Setelah itu, dimana setiap komponen dihitung rata-ratanya, untuk kom ponen pembentuk rasa, yaitu: aroma, bumbu, tingkat kematangan dan rasa itu sendiri, dikategorikan puas apabila skor 37,6, dan tidak puas 17-42,5. Komponen variasi menu, yaitu variasi bahan dan masakan, dikategorikan puas apabila 15,01 dan tidak puas 6-15. Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan variabel kepuasan pasien terhadap rasa, penampilan, variasi makanan. Uji chi square digunakan untuk menguji hubungan antara kepuasan pasien terhadap penampilan makanan dengan sisa makanan. Uji Fisher Exact digunakan untuk menguji Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017 35

hubungan antara kepuasan pasien dengan rasa makanan dan sisa makanan dan hubungan antara kepuasan pasien dengan variasi menu dan sisa makanan. HASIL Penilaian rasa makanan menunjukkan bahwa sebagian besar responden (92,6%) menyatakan tidak puas terhadap rasa makanan yang disajikan. Hasil wawancara dengan responden dapat disimpulkan bahwa makanan disajikan sudah dingin, sehingga aroma kurang tercium, bumbu yang tidak merasuk, dan lauk hewani yang masih keras. Penilaian penampilan makanan me nunjukkan bahwa sebagian responden (53,7%) menyatakan tidak puas terhadap penampilan makanan yang disajikan. Sebagian responden mengatakan penyajian yang kurang menarik, dan beberapa mengatakan sikap dan penampilan petugas yang terkadang kurang ramah. Warna dari perpaduan hidangan yang disajikan terkadang tampak pucat, dan perpaduan antara lauk hewani dan nabati, serta sayur yang kurang pas. Penilaian variasi menu menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa tidak puas (81,5%). Banyak pasien yang sudah lebih dari satu minggu ada di rumah sakit yang merasakan hal ini, dan perpaduan menu yang tidak pas. Sisa makanan dilihat dari nasi, lauk newani, lauk nabati, dan sayur. Pasien menyisakan makanan yang disajikan sebagian besar ¼ porsi (25%) dari yang disediakan, dimana nasi (31,5%), lauk nabati (35,2%), dan sayur (33,3%). Sebagian besar responden meng habiskan lauk hewani (31,5%). Kesimpu lan dari sisa makanan tersebut adalah se bagian besar pasien mempunyai sisa makanan banyak (57,4%). Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kepuasan pasien terhadap rasa makanan dengan sisa makanan (p=0,127). Ada hubungan antara kepuasan pasien terhadap penampilan makanan dengan sisa makanan (p=0.044). Ada hubungan antara kepuasan pasien terhadap variasi menu dengan sisa makanan (p=0,728). Sisa Makanan Konsumsi makanan pasien (sisa maka nannya sedikit) sangat dipengaruhi oleh keadaan pasien itu sendiri yang selanjutnya timbul rasa puas. Kepuasan pasien meliputi tidak hanya hasil dari penyelenggaraan makanan rumah sakit dalam bentuk makanan habis dimakan oleh pasien, tetapi juga masukan berupa bahan makanan yang diproses mulai dari pene rimaan sampai dihidangkan dan keluaran yang memuaskan pasien (6). Penelitian ini menunjukkan bahwa prosen tase sisa yang palig banyak adalah pada lauk nabati (35,2%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta mengenai hasil penentuan sisa makanan terhadap nasi, lauk hewani, lauk nabati, dan sayur dengan menggunakan taksiran visual Comstock 6 point. Hasilnya menunjukkan bahwa presentase sisa yang paling banyak adalah lauk nabati (35,2%) (7). Kepuasan Pasien terhadap Rasa Makanan Sebagian besar responden menyatakan tidak puas terhadap komponen dari rasa, yang meliputi: aroma, bumbu, tingkat kematangan, dan rasa makanan yang disajikan. Ketidaksukaan sampel terhadap komponen rasa berdasarkan wawancara sebagian besar menyatakan tidak enak. Hal ini disebabkan oleh penggunaan bumbu masakan yang kurang tepat, sehingga menghasilkan rasa yang kurang dapat diterima. Dalam proses pengolahan perlu perbandingan bumbu yang tepat agar masakan menjadi enak (6). Aspek utama dalam makanan adalah penampilan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan saat dimakan. Kedua aspek tersebut sama pentingnya untuk diperhatikan 36 Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017

agar betul-betul dapat menghsilkan makanan yang memuaskan (8). Kepuasan Pasien terhadap Penampilan Makanan Ketidakpuasan sampel terhadap komponen penampilan meliputi: warna, bentuk, porsi, tekstur, dan penyajian makanan. Penampilan makanan merupakan faktor utama kepuasan pasien. Meskipun makanan diolah dengan cita rasa yang tinggi, tetapi bila penyajiannya tidak dilakukan dengan baik, maka nilai dari makanan tersebut menjadi tidak berarti dikarenakan makanan yang ditampilkan waktu disajikan akan merangsang indra penglihatan, sehingga menimbulkan selera dan rasa puas akan hidangan yang disajikan. Penampilan makanan dalam penye lenggaraan makanan merupakan faktor penentu kepuasan pasien. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian makanan, yaitu alat yang digunakan harus sesuai dengan volume makanan yang disajikan, cara menyusun makanan dalam tempat penyajian, dan garnis yang digunakan sebagai penghias (8). Kepuasan Pasien terhadap Variasi Menu Variasi menu yang ada di rumah sakit tidak membuat pasien merasa puas, ditunjukkan dari sebagian besar pasien merasa tidak puas akan variasi menu. Makanan yang kurang bervariasi menyebabkan pasien tidak berselera untuk mengkonsumsinya (9). PEMBAHASAN Instalasi Gizi RSUD Kota Semarang adalah salah satu bidang pelayanan dibawah penunjang medis yang dipimpin oleh kepala instalasi gizi. Pertanggungjawabannya mengacu pada direktur yang membawahi logistic/ administrasi. Pelayanan gizi bertujuan untuk memberikan pelayanan makanan, penyuluhan, konsultasi, serta rujukan gizi yang dapat memuaskan bagi penderita dengan manfaat yang optimal. Dalam pelayanan gizi, pihak instalasi menyediakan makanan sesuai dengan jumlah dan macam zat gizi yang diperlukan pasien. Standar makanan untuk pasien rawat inap di RSUD Kota Semarang mengacu pada penuntun diit yang terdiri atas makanan biasa, lunak, saring, cair, dan makanan lewat pipa dengan siklus menu 10 hari. Distribusi makanan dilakukan secara sentral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kepuasan pasien terhadap rasa dengan sisa makanan (p=0,127). Untuk menghasilkan masakan yang berkualitas baik, maka bahan makanan perlu disiapkan dan diolah dengan cara yang tepat (10). Hasil penelitian ini tidak sejalan denga dengan teori sebelumnya yang menya takan bahwa rasa makanan merupakan faktor yang menentukan cita rasa dan mampu membangkitkan selera. Timbulnya selera karena aroma yang dihasilkan masakan (11). Penelitian inipun senada dengan penelitian di RSU. Panti Waluyo, Surakarta yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara rasa makanan dengan sisa makanan (12). Penampilan makanan pada menu makan siang, meliputi warna, porsi, bentuk, tekstur, alat yang digunakan, dan cara penyusunan makanan, menunjukkan adanya hubungan dengan sisa makanan (p=0,044). Hasil ini senada dengan penelitian di RSUD Kajen, Pekalongan, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara penampilan dengan sisa makanan (13). Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Fakfak juga menyatakan bahwa ada hubungan antara penampilan makanan dengan sisa makanan (14). Variasi menu makan siang meliputi variasi bahan dan variasi makanan. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara variasi makanan yang disajikan di RSUD Kota Semarang dengan sisa makanan (p=0,728). Penelitian ini tidak sejalan dengan teori bahwa susunan golongan bahan makanan yang terdapat dalam satu Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017 37

hidangan berada dalam tiap kali penyajian. Suatu jenis makanan dan bahan yang dihidangkan berkali-kali dalam waktu lama, akan membosankan pasien (15). Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar alasan pasien karena variasi antar jenis masakan kurang sesuai. Hal ini bisa saja berhubungan dengan motivasi pasien untuk sembuh (16). KESIMPULAN DAN SARAN Penilaian rasa, penampilan, dan variasi menu yang disajikan oleh pihak rumah sakit menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa tidak puas. Hal ini ditunjukkan dengan sisa makanan yang ada adalah banyak (57,4%). Keadaan ini dapat terjadi salah satunya karena keadaan sakit yang diderita oleh pasien. Tidak adanya hubungan antara kepuasan pasien terhadap rasa dengan sisa makanan. Tidak adanya hubungan antara kepuasan pasien terhadap variasi menu dengan sisa makanan. Akan tetapi, ada hubungan antara kepuasan pasien terhadap penampilan makanan dengan sisa makanan. Perlu diadakannya pelatihan lebih lanjut kepada pegawai rumah sakit, untuk meningkatkan kemampuan memasak dan teknik pengo lahan serta penataan makanan. Hal ini di karenakan apabila pasien merasa puas dengan sajian makanan rumah sakit, akan membuat pasien lebih cepat melalui proses pemulihan. DAFTAR PUSTAKA 1. Sulastomo. Manajeman Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama; 2000. 2. Yos E. S. Peranan Pelayanan Non Profesi Kesehatan di Rumah Sakit. Majalah Cermin Dunia Kesehatan Edisi Khusus No.71. 1996. 3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat; 2003. 4. Djuariah. Evaluasi Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Rawat Inap di RSUP Hasan Sadikin Bandung. Jakarta: Prosiding KPIGK VII; 2004. 5. Moehji, S. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Bhratara. 1992alam Penyelenggaraan Rumah Sakit. Bandung: Prisiding Kongres Persagi X; 1995. 6. Somali L. Total Quality Manajemen dalam Penyelenggaraan Rumah Sakit. Bandung: Prosiding Kongres Persagi X; 1995. 7. Murwani R. Sisa Makanan Pasien Rawat Inap dengan Metode Taksiran Visual Comstock di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. [Tesis]. Yogyakarta; Universitas Gajah Mada. 2001. 8. Moehji S. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Bhratara; 1992. 9. Mukrie, A Nursiah. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Gizi Pusat Bekerjasama Dengan Akademi Gizi Depkes RI; 1990. 10. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta; 1991. 11. Moehji S. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Bharata; 1996. 12. Andi YP. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sisa Makanan Biasa pada Menu Makan Siang Kelas I dan VIP di Rumah Sakit Umum Panti Waluyo Surakarta [Artikel Penelitian]. Semarang: Poloteknik Kesehatan Kemenkes Semarang Jurusan Gizi, 2010 13. Fitrohtun S. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Sisa Makanan Biasa pada Pasien Rawat Inap di RSUD Kajen, Kabupaten Pekalongan [Arikel 38 Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017

Penelitian]. Semarang: Poloteknik Kesehatan Kemenkes Semarang Jurusan Gizi. 2008. 14. Alzubaidy, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sisa Makanan Biasa pada Pasien Rawat Inap di RSUD Kabupaten Fakfak. Jurnal Nutrisia, Vol.11. No.1.2009. 15. Departemen Kesehatan RI. Pedoman PGRS. Jakarta: Dikerktorat Gizi Masyarakat; 2005. 16. Smet B. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo; 1994. Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017 39