PENGEMBANGAN ARSITEKTUR LANSEKAP KOTA KEDIRI STUDI KASUS: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU JALUR JALAN UTAMA KOTA

dokumen-dokumen yang mirip
MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) WILAYAH PERKOTAAN

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO

Sekretariat : BAPPEDA KOTA BOGOR, Lantai 3 Jl. Kapten Muslihat No Bogor

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau ( RTH )di permukiman Kota

: JONIGIUS DONUATA : : PERHUTANAN KOTA PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING

BUPATI BANGKA TENGAH

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

BAB II TINJAUAN TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

JURNAL. Diajukan oleh : DIYANA NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup FAKULTAS HUKUM

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH ILMU HUTAN KOTA LANJUTAN

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG

III PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH PERKOTAAN MASTERPLAN RTH

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 60 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN RUANG TERBUKA HIJAU

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

STUDI PENENTUAN FUNGSI SABUK HIJAU KOTA DALAM MASALAH PEMBANGUNAN LINGKUNGAN PERKOTAAN DI SURAKARTA. Eny Krisnawati. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBUATAN JALUR HIJAU DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOMPLEKS PERUMAHAN BUMI PERMATA SUDIANG KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kota pada Kawasan Padat, Studi Kasus di Wilayah Tegallega, Bandung

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUTAN DIKLAT RUMPIN SEBAGAI SALAH SATU RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh FADELIA DAMAYANTI

EVALUASI KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOMPLEKS PERUMAHAN BUMI PERMATA SUDIANG KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

ANALISA PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PERKOTAAN, STUDI KASUS KOTA MARTAPURA

WALIKOTA PALANGKA RAYA

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kota dan Permukiman

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEBUN RAYA KUNINGAN

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

PENGEMBANGAN ARSITEKTUR LANSEKAP KOTA KEDIRI STUDI KASUS: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU JALUR JALAN UTAMA KOTA Suryo Tri Harjanto 1), Sigmawan Tri Pamungkas 2), Bambang Joko Wiji Utomo 3) 1),3 ) Teknik Arsitektur, Institut Teknologi Nasional Malang Jl. Sigura-gura 2 Malang 2) Universitas Brawijaya Malang Email : suryoteha@yahoo.com Abstrak. Kota Kediri memiliki kecenderungan pembangunan fisik yang semakin pesat, dimana hal tersebut akan merubah keberadaan ruang terbuka menjadi ruang terbangun. Menyadari bahwa lahan ruang terbuka hijau di Kota Kediri dari tahun ke tahun semakin berkurang akibat pembangunan fisik, maka diperlukan tindakan yang serius dalam penanganan lingkungan, khususnya arsitektur lansekap kota. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengembangkan ruang terbuka hijau jalur jalan sebagai salah satu ruang terbuka hijau kota di wilayah Kota Kediri dengan mengidentifikasi dan menganalisis tanaman penghijauan jalur jalan dalam upaya mempertahankan, melestarikan, dan mendaya-gunakan elemen lansekap kota, serta mencari bentuk pengembangan dalam aspek sosial-budaya, ekologis, dan arsitektural. Hal tersebut perlu dilakukan untuk memenuhi amanat dari UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang mensyaratkan luas ruang terbuka hijau minimal sebesar 30% dari luas wilayah perkotaan yang dibagi menjadi RTH publik minimal 20% dan RTH privat minimal 10%. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun konsep dan strategi pengembangan arsitektur lansekap Kota Kediri berupa penataan ruang terbuka hijau jalur jalan di sepanjang 7 (tujuh) jalur jalan utama Kota Kediri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis elemen lansekap ruang terbuka hijau yang meliputi urgensitas, kesesuaian lahan, dan arsitektural sesuai dengan perkembangan aktivitas yang terjadi di sepanjang jalur jalan utama kota. Hal tersebut dilakukan melalui pendekatan urban landscape ecology yang komprehensif dan pendekatan berkelanjutan untuk menemu-kali bentuk pengembangan elemen lansekap ruang terbuka hijau jalur jalan yang lebih terpadu dan berkesinambungan (sustainability development). Hasil akhir penelitian ini adalah: (a) konsep arahan pemanfaatan lahan ruang terbuka hijau jalur jalan terkait dengan optimalisasi pemanfaatan proporsi ruang secara arsitektural, dan (b) rancangan bentukan sistem ruang terbuka hijau jalur jalan sesuai dengan kondisi, potensi, dan kebutuhan kawasan. Kata kunci: Arsitektur Lansekap, Ruang Terbuka Hijau Jalur Jalan, Kota Kediri. 1. Pendahuluan Lahan ruang terbuka hijau, terutama di Kota Kediri, dari tahun ke tahun semakin berkurang akibat pembangunan fisik, maka diperlukan tindakan yang serius dalam penanganan lingkungan, khususnya pengelolaan penghijauan ruang kota. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengembangkan ruang terbuka hijau jalur jalan sebagai salah satu ruang terbuka hijau kota di wilayah Kota Kediri dengan mengidentifikasi dan menganalisis tanaman penghijauan jalur jalan dalam upaya mempertahankan, melestarikan dan mendaya-gunakan penghijauan kota, serta mencari bentuk pengembangan dalam aspek sosial-budaya, ekologis, dan arsitektural. Obyek studi adalah ruang terbuka hijau yang berada di sepanjang jalur jalan utama Kota Kediri. Menurut Saraswati (1999) dan Nurlaelih (2007) di Kota Bogor dan Malang menunjukkan bahwa kondisi fisik pohon tepi jalan sebagai jalur hijau semakin lama semakin memprihatinkan. Faktor utama penyebab kerusakan berbagai jenis pohon tepi jalan yang menjadi komponen lansekap utama ruang terbuka hijau kota adalah faktor teknis dan mekanis berupa umur pohon dan adanya tindakan vandalisme (grafiti, pemakuan, pembakaran dan pemangkasan tanpa tujuan) serta serangan benalu dan serangga. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka bagaimana menyusun konsep dan usulan rancangan penataan penghijauan di Kota Kediri sebagai bagian dari arsitektur lansekap ruang terbuka hijau kawasan perkotaan yang selain memiliki fungsi estetika kota yang beridentitas, juga memiliki fungsi sebagai pengaman, pelindung, dan fungsi ekologi. E.34. 1

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah menyusun konsep usulan rancangan arsitektur lansekap Kota Kediri berupa penataan ruang terbuka hijau jalur jalan di sepanjang jalur jalan utama Kota Kediri. Secara umum ruang terbuka di perkotaan terdiri dari ruang tebuka hijau dan ruang terbuka nonhijau. Ruang terbuka hijau (RTH) kawasan perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) di suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial budaya, dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya. Sementara itu, ruang terbuka nonhijau kawasan perkotaan dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, daerah resapan air, maupun areal yang diperuntukkan khusus sebagai area genangan (retensi/retension basin). Secara ekologis, RTH perkotaan berfungsi untuk meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan menurunkan suhu kota yang panas terik. Bentuk- bentuk RTHnya antara lain meliputi sabuk/jalur hijau kota, taman hutan kota, taman botani, dan jalur sempadan (sungai, rel KA, SUTET). Secara sosial-budaya, RTH kawasan perkotaan berfungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi, dan tetenger (landmark) kota yang beridentitas khas. Bentuknya antara lain taman-taman kota, lapangan olahraga, kebun raya dan tempat pemakaman umum. Sedangkan secara arsitektura,l RTH kawasan perkotaan berfungsi untuk meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui keberadaan taman-taman kota, kebun-kebun bunga, dan jalur-jalur hijau di sepanjang jalan-jalan kota. Sementara itu, RTH kawasan perkotaan juga dapat memiliki fungsi secara ekonomi baik secara langsung, seperti pengusahaan lahan-lahan kosong menjadi lahan yang produktif untuk pertanian/perkebunan (urban agriculture) maupun secara tidak langsung, seperti pengembangan sarana dan prasarana hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan. Secara struktur, RTH kawasan perkotaan dengan konfigurasi ekologis merupakan RTH yang berbasis bentang alam, seperti kawasan lindung, perbukitan, sempadan sungai, sempadan danau, pesisir, dan lain sebagainya, sedangkan yang berkonfigurasi planologis dapat berupa ruang-ruang terbuka yang dibentuk mengikuti pola struktur ruang kota, seperti RTH perumahan, RTH kelurahan, RTH kecamatan, RTH kota, maupun taman regional dan taman nasional. Dari sisi kepemilikan, maka RTH kawasan perkotaan dapat berupa RTH publik yang dimiliki oleh pemerintah kota untuk kepentingan umum dan terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat atau RTH privat (pribadi) yang berupa taman-taman yang berada pada lahan-lahan pribadi milik perseorangan. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007, fungsi ruang terbuka hijau adalah: (1) pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan; (2) pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara; (3) tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati; (4) pengendali tata air; serta (5) sarana estetika kota. Sedangkan manfaat ruang terbuka hijau, menurut Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 adalah: (1) sarana untuk mencerminkan identitas daerah; (2) sarana penelitian, pendidikan, dan penyuluhan; (3) sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial; (4) meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan; (5) menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah; (6) sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa, dan manula; (7) sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat; (8) memperbaiki iklim mikro; serta (9) meningkatkan cadangan oksigen perkotaan. Didalam menyusun rancangan Penataan Pendekatan yang dugunakan meliputi : (1) Pendekatan komprehensif, yaitu pendekatan yang dimulai dengan diagnosis secara umum di wilayah studi melalui pengamatan potensi dan masalah masing-masing kawasan untuk pengembangan arsitektur lansekap kota, ketersediaan dan kemampuan/kualitas daya dukung lahan, kebutuhan elemen lansekap, E.34. 2

dan pengadaan program pembangunan/ pengembangan, (2) Pendekatan yang berkelanjutan dengan prinsip agar didalam pengembangan program menjadi lebih terpadu dan berkesinambungan (sustainability development). Sedangkan analisis data mencakup : (1) Analisis Urgensitas, yaitu meninjau kondisi ruas jalur jalan untuk ditelaah eksistensinya sesuai dengan perkembangan aktivitas yang ada. Selain itu, diperlukan analisis terhadap konteks penetapan elemen-elemen lansekap dalam kaitannya dengan: (a) kekhasan vegetasi untuk memberikan identitas kawasan, (b) identitas taman kota yang menunjukkan karakter dan budaya masyarakat Kota Kediri, serta (c) peningkatan kualitas visual di jalur jalan utama Kota Kediri. (2) Analisis Kesesuaian Lahan, yaitu analisis yang digunakan untuk medukung kehidupan elemen lansekap ruang terbuka hijau jalur jalan, berupa tanaman penghijauan dan tanaman hias, baik dari segi fungsi, kekhasan, kecocokan lokasi dan iklim yang didasarkan atas pertimbangan topografi, geologi, hidrologi serta kesesuaian geometrik jaringan jalan dan pedestrian dengan melihat sistem sirkulasi dan tingkat aksesibilitasnya. (3) Analisis Arsitektural, yaitu analisis arsitektural mencakup kajian terhadap aspek-aspek yang merupakan faktor penentu penataan elemen lansekap tanaman penghijauan dan elemen lansekap lainnya. Aspekaspek ini meliputi: fungsi, pelaku, aktivitas, elemen lansekap (keras dan lunak), serta kualitas visual (struktur ruang, pola tata hijau, sirkulasi, dan preservasi). Keseluruhan aspek fisik tersebut senantiasa dikaitkan dengan kondisi sosial masyarakat di wilayah studi. 2. Analisis Dan Pembahasan Ruang terbuka hijau di wilayah studi meliputi : sepanjang jalur Jalan Dhoho, Jalan Patimura, Jalan HOS Cokroaminoto, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Jenderal Achmad Yani, Jalan Letjen Sutoyo, dan Jalan Wachid Hasyim Kota Kediri. Sedangkan konsep dasar perencanaan tanaman penghijauan di 7 (tujuh) jalur jalan utama Kota Kediri dilakukan dengan mempertimbangkan Peraturan Daerah dan Rencana Tata Ruang Kota Kediri yang terkait dengan penataan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan, serta kondisi dan potensi elemen arsitektur lansekap yang ada di ruang terbuka hijau jalur jalan. Konsep dasar perencanaan dimaksud meliputi: 1. Konsepsi Landmark Kota, adalah salah satu tanda fisik di kawasan perkotaan yang dapat memberikan informasi bagi pengamat pada suatu jarak tertentu. Dengan demikian, terdapat 3 (tiga) unsur penting dalam landmark kota, yaitu: (1) tanda fisik yang merupakan obyek yang dapat ditangkap dan dinikmati dengan indera secara mudah; (2) informasi yang memberikan gambaran dengan cepat dan pasti tentang suatu obyek sehingga dapat memberikan image fisik dan non fisik; serta (3) obyek dapat dikenali dan dilihat dengan nyaman pada suatu jarak tertentu. 2. Konsepsi Kualitas Visual (Vista), adalah mutu baik buruknya suatu obyek yang dinilai dengan penglihatan. Kualitas visual elemen fisik perkotaan ditentukan suatu pengalaman visual terhadap elemen kota yang menampilkan penonjolan kekontrasan fisik dengan lingkungan di sekitarnya. Kontras tersebut dapat dicapai dengan penonjolan obyek terhadap lingkungannya secara background maupun foreground. 3. Konsepsi Tata Hijau (Vegetasi), merupakan fungsi tanaman tidak hanya mengandung nilai estetika saja, namun juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang terkait dengan faktor iklim. Di iklim tropis, seperti Indonesia umumnya dan Kota Kediri pada khususnya, dikenal 2 (dua) macam tanaman ditinjau dari masa daunnya, yaitu: (1) tanaman berdaun gugur (decidous plants) yang berubah bentuk maupun warna daun sesuai dengan musimnya, serta (2) tanaman berdaun hijau sepanjang tahun (evergreen connivers) yang berdaun lebat dan berbunga sepanjang tahun. 4. Konsepsi Pengembangan (Revitalisasi), adalah merevitalisasi elemen-elemen lansekap untuk mencapai kualitas yang dituju. Revitalisasi mengandung 3 (tiga) jenis kegiatan, yaitu: (1) memberi vitalitas baru pada kondisi eksisting; (2) meningkatkan vitalitas yang ada sekarang; dan (3) menghidupkan kembali vitalitas lama yang telah memudar. E.34. 3

3. Simpulan Usulan rancangan bentukan RTH jalur jalan di, Jalan HOS Cokroaminoto, Jalan Letjen Sutoyo, Jalan Jenderal Achmad Yani, Jalan Patimura, Jalan Dhoho, Jalan Panglima Sudirman dan Jalan Wachid Hasyim Kota Kediri dapat dilakukan dengan sketsa-sketsa sebagaimana gambar berikut : Gambar 1. Usulan Rancangan RTH Jl. HOS Cokroaminoto. Gambar 2. Usulan Rancangan RTH Letjen Sutoyo Gambar 3. Usulan Rancangan RTH Jl. Achmad Yani Gambar 4. Usulan Rancangan RTH Jl. Patimura Gambar 5. Usulan Rancangan RTH Jl. Dhoho Gambar 6. Usulan Rancangan RTH Jl. J. Sudirman E.34. 4

Gambar 7. Sketsa Rancangan RTH Jl. Wachid Hasyim Daftar Pustaka [1]. Anonim. 2010. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kediri 2010-2020. Pemerintah Kota Kediri. a. 2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Kediri 2010-2014. Pemerintah Kota Kediri. b. 2013. Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Kediri 2013. Pemerintah Kota Kediri. [2]. Grey, GW. dan FJ. Deneke. 1978. Urban Forestry. New York: John Willey and Sons. [3]. Nurlaelih, Euis E., dkk. 2007. Penilaian Terhadap Kondisi Fisik Pohon Tepi Jalan. Studi Kasus: Jalan Utama [4]. Kota Malang. Jurnal Agrivita. Volume 29 Nomor 1 Pebruari 2007. ISSN 0126-0537. [5]. Rahmy, Widyastri Atsary, dkk. 2012.Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kota pada Kawasan Padat. Studi Kasus: [6]. di Wilayah Tegallega, Bandung. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia. Volume 1 Nomor 1 Juli 2012. Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia. [7]. Saraswati, Atik. 1999. Studi Kondisi Fisik Pohon Tepi Jalan sebagai Jalur Hijau. Studi Kasus: Jalan Protokol di [8]. Kota Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. [9]. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. [10]. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan [11]. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Perkotaan. [12]. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau. [13]. Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 11 Tahun 1993 Tentang Rencana Umum Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau. E.34. 5