BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 2 PEMBUATAN LARUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta ala dalam Al-Qur an Surat Al-

OPTIMASI PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

KAJIAN PENAMBAHAN RAGI ROTI DAN PERBANDINGAN VOLUME STARTER DENGAN SUBSTRAT TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU VIRGIN COCONUT OIL (VCO) ABSTRAK

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanah pekarangan (tanah pategalan). Sedangkan daerah yang jarang. dibuat perkebunan kelapa (Warisno, 2003).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH WAKTU SENTRIFUGASI KRIM SANTAN TERHADAP KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) (Susanti, N. M. P., Widjaja, I N. K., dan Dewi, N. M. A. P.

PENGARUH SUHU DAN WAKTU INKUBASI PADA PEMBUATAN VCO DENGAN METODA ENZIMATIS DAN PENGASAMAN. Siti Miskah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil dan Pembahasan

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

ANGKA PEROKSIDA PADA MINYAK KELAPA HASIL OLAHAN TRADISIONAL DAN HASIL OLAHAN DENGAN PENAMBAHAN BUAH NANAS MUDA

OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

PEMANFAATAN EKSTRAK BATANG BUAH NENAS UNTUK KUALITAS MINYAK KELAPA. Meiske S. Sangi 1)

EFEKTIVITAS AIR PERASAN BUAH NANAS (Ananas comocus) PADA PENINGKATAN NILAI MUTU MINYAK KELAPA (Coconus nucifera)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar. Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

KIMIA ORGANIK (Kode : E-11) STUDI PRODUKSI MINYAK KELAPA MURNI (VIRGIN COCONAT OIL) DENGAN CARA FERMENTASI MENGGUNAKAN Rhizopus oligosporus

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Pengambilan Minyak Kelapa dengan Menggunakan Enzim Papain

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

III. METODE PENELITIAN

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN BERAT BONGGOL NANAS PADA PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN MINYAK KELAPA DENGAN PENAMBAHAN BUAH NANAS MUDA (THE MAKING OF PALM OIL WITH YOUNG FRUIT PINEAPPLE ADDITION)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

PENGARUH PENAMBAHAN GETAH PEPAYA TERHADAP KUALITAS MINYAK KELAPA MURNI YANG DIPEROLEH DARI METODE BASAH

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

BAB I PENDAHULUAN. fosfor, besi atau mineral lain. Protein disusun dari 23 atau lebih unit yang

Pengaruh Penambahan Buah Naga Merah (Hylocereus undatus) terhadap Kualitas Virgin Coconut Oil

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Minyak dan Lemak 1.1 TUJUAN PERCOBAAN. Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak

OPTIMASI PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO) DENGAN PENAMBAHAN RAGI ROTI (Saccharomyces cerevisiae) DAN LAMA FERMENTASI DENGAN VCO PANCINGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Indonesian Journal of Chemical Science OPTIMALISASI PENGGUNAAN ENZIM BROMELIN DARI SARI BONGGOL NANAS DALAM PEMBUATAN MINYAK KELAPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS JENIS DAN KONSENTRASI ENZIM TERHADAP DAYA SIMPAN VCO (VIRGIN COCONUT OIL)

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL DARI BEBERAPA METODE PEMBUATAN

BAB I PENDAHULUAN. dan Nigeria sering menggunakan kombinasi obat herbal karena dipercaya

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

OPTIMATION OF THE INCUBATION TIME FOR ENZYMATIC PRODUCTION OF COCONUT OIL USING THE FRUIT S LATEX OF Carica papaya L

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

Biochemical Analysis Of Free Fatty Acid Levels And Cholesterol Of Coconut Oil Were Made At Biology Education Program Fkip University Siliwangi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN DAN WAKTU PENDIAMAN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK KELAPA MURNI (VCO)

Pengaruh Dosis Enzim Papain terhadap Rendemen dan Kualitas Virgin Coconut Oil (VCO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau santan dalam sayur-sayuran. Minyak kelapa murni mengandung asam laurat

BAB I PENDAHULUAN. Protease adalah enzim yang memiliki daya katalitik yang spesifik dan

MINYAK KELAPA DAN VCO. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Pembahasan Degumming

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

Penentuan Sifat Minyak dan Lemak. Angka penyabunan Angka Iod Angka Reichert-Meissl Angka ester Angka Polenske Titik cair BJ Indeks bias

4. Hasil dan Pembahasan

TUGAS ANALISIS AIR, MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS LEMAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VOLUME O2, No : 01. Februari 2013 ISSN :

I. PENDAHULUAN. dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Minyak goreng berfungsi

Deskripsi ASAM LAURAT DARI BUAH KELAPA SEBAGAI ANTI BAKTERI HASIL HIDROLISIS ENZIMATIS MENGGUNAKAN LIPASE

Transkripsi:

49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Determinasi Tanaman Bahan baku utama dalam pembuatan VC pada penelitian ini adalah buah kelapa tua dan buah nanas muda. Untuk mengetahui bahan baku yang digunakan adalah benar buah kelapa dan buah nanas maka dilakukan determinasi tanaman. Determinasi tanaman digunakan untuk menentukan nama/jenis tumbuhan secara spesifik. Determinasi bertujuan untuk mendapatkan suatu spesies se-spesifik mungkin dan tepat sasaran, karena dalam proses pemanfaatannya, tumbuhan memiliki berbagai jenis varietas yang kadang membingungkan untuk digunakan dalam penelitian. Untuk itulah, dibutuhkan suatu acuan yang mendetail untuk menentukan se spesifik mungkin suatu tumbuhan, agar tepat sasaran dalam pemanfaatannya (Rifai,1976). Determinasi tanaman buah kelapa dan buah nanas dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Sampel yang di determinasi adalah buah kelapa tua dan buah nanas muda yang berasal dari daerah Desa Kalimeneng, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Hasil determinasi menyebutkan bahwa buah kelapa termasuk ke dalam jenis Cocos nucifera L. dengan nama suku Arecaceae. Untuk buah nanas muda termasuk dalam jenis Ananas comosus (L.)Merr. Dengan nama suku 49

50 Bromeliaceae. Hasil determinasi buah kelapa dan buah nanas dapat dilihat pada Lampiran 1. 2. Analisa Hasil Penelitian Penelitian telah dilakukan pada bulan September sampai bulan Desember 2016 di laboratorium Teknologi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Virgin Coconut il (VC) dibuat dengan metode enzimatis, dimana enzim yang digunakan berasal dari perasan buah nanas muda yang diduga mengandung enzim bromelin. Penelitian ini dilakukan tiga kali replikasi. Dimana pada masing-masing replikasi diberi perlakuan sama dengan menimbang satu killogram parutan kelapa ditambah tiga liter air bersih menghasilkan santan sebanyak 3.700 ml untuk replikasi pertama, 3.683 ml untuk replikasi ke dua, dan 3.691 ml untuk replikasi ke tiga. Santan tersebut selanjutnya diendapkan selama 6 jam dan menghasilkan krim santan sebanyak 730 ml untuk replikasi pertama, 723 ml untuk krim santan pada replikasi ke dua, dan 727 ml krim santan untuk replikasi ke tiga. Kemudian krim dibagi ke dalam tujuh kelompok perlakuan dalam wadah terpisah dengan masing-masing wadah berisi 100 ml krim santan. Selanjutnya krim santan ditambah dengan variasi konsentrasi perasan buah nanas muda yang berbeda. a. Hasil Rendemen Perbedaan pada konsentrasi perasan buah nanas muda yang ditambahkan pada krim santan hingga menghasilkan rendemen VC dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

51 Tabel 7. Hasil perolehan rendemen VC dengan penambahan variasi konsentrasi perasan buah nanas muda. Kel. Per Krim (ml) Hasil rendemen Perasan Nanas (ml) Rep 1 (ml) Rep 2 (ml) Rep 3 (ml) 1 100 0 17,0 16,9 17,2 17,03 2 100 5 17,5 17,5 17,6 17,53 3 100 10 20,0 19,8 21,4 20,4 4 100 15 22,5 22,3 22,5 22,43 5 100 20 24,0 23,9 23,7 23,86 6 100 25 24,2 24,1 23,9 24,06 7 100 30 24,3 24,2 24, 3 24,26 Keterangan : Kel. Per = Kelompok Perlakuan Rata-rata Rendemen (%) Rep = Replikasi Hasil rendemen perolehan VC dapat dihitung menggunakan persamaan 1 pada BAB II. Perolehan rendemen VC terbanyak ditunjukkan pada kelompok perlakuan ketujuh. Rendemen VC terbanyak kemudian dihitung kadar air, bilangan asam lemak bebas, dan bilangan penyabunan untuk mengetahui kualitas VC yang dihasilkan. Selain itu ditentukan pula berapa konsentrasi optimum perasan buah nanas yang digunakan untuk menghasilkan volume VC optimum dengan menggunakan grafik persamaan regresi linear.

Rata-rata volume perolehan VC (ml) 52 30 y = 0.2729x + 17.273 R² = 0.9079 25 20 15 10 5 0 0 10 20 30 40 Volume Perasan Nanas (ml) rata-rata rendemen VC vs Perasan Nanas Linear (rata-rata rendemen VC vs Perasan Nanas) Gambar 8. Grafik hubungan rata-rata volume perolehan VC pada kelompok perlakuan kesatu sampai ketujuh dengan volume perasaan nanas. Gambar 8 menunjukkan bahwa penambahan perasan buah nanas pada konsentrasi 0 ml - 20 ml menunjukkan peningkatan yang berarti pada volume VC yang dihasilkan. Pada penambahan perasan buah nanas lebih dari 20 ml tidak memberikan peningkatan yang berarti pada volume VC yang dihasilkan (peningkatan hanya sebesar 0,2 ml). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa konsentrasi 20 ml perasan buah nanas untuk 100 ml krim santan adalah konsentrasi yang optimal untuk menghasilkan VC yang optimal volumenya.

Rata-rata volume perolehan VC (ml) 53 30 25 20 15 10 y = 0.3712x + 16.538 R² = 0.9683 y = 0.04x + 23.06 R² = 1 5 0 0 5 10 15 20 25 30 35 Volume Perasan Nanas (ml) Gambar 9. Perbandingan rata-rata volume VC yang dihasilkan pada kelompok perlakuan kesatu sampai ketujuh dengan volume perasaan nanas. Berdasarkan profil pembentukan VC dari santan kelapa dengan adanya perasan buah nanas, kecepatan pembentukan VC dapat ditentukan dengan analisis regresi linier pada grafik yang ditunjukkan oleh Gambar 9. Pada Gambar 9 ditunjukkan dua buah persamaan yang mewakili hubungan volume VC yang dihasilkan dengan penambahan perasan buah nanas muda pada perlakukan kesatu sampai kelima dan perlakuan kelima sampai ketujuh. Persamaan pertama yaitu y= 0,3712x + 16,53 dengan nilai R² = 0,968 dan persamaan kedua yaitu y = 0.04x + 23.06 dengan nilai R 2 = 1. Nilai R² yang mendekati 1 menunjukkan persamaan linear (konstan) yang berarti bahwa peningkatan konsentrasi perasan buah nanas muda yang ditambahkan pada krim santan akan meningkatkan volume VC yang dihasilkan secara linier. Pada kelompok

54 perlakuan kelima sampai ketujuh menunjukkan nilai slope yang jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai slope pada kelompok perlakuan kesatu sampai kelima. Ini menandakan bahwa pengaruh pemberian perasan buah nanas pada kelompok perlakuan kelima sampai ketujuh akan menghasilkan VC dengan peningkatan yang tidak signifikan karena dianggap pada kelompok perlakuan kelima penambahan perasan buah nanas sebanyak 20 ml telah mencapai titik optimum untuk dapat menghasilkan VC yang optimum. Kecepatan optimum pembentukan VC diperoleh pada penambahan perasan buah nanas sebanyak 20 ml, dengan kecepatan sebesar 0,016 ml menit -1. Kecepatan pembentukan VC dapat menggunakan persamaan 5 berikut. Kecepatan pembentukan VC = volume VC pada perlakuan kelima 24 jam x 60 menit = 23,86 ml 24 jam x 60 menit = 0,016 ml menit -1 Keterangan : Kecepatan Pembentukan VC (ml menit -1 ). Perolehan volume VC pada kelompok perlakuan kelima (ml). Untuk nilai kecepatan setiap menit pembentukan VC pada masing-masing penambahan perasan buah nanas dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

55 Tabel 8. Kecepatan pembentukan VC pada masing-masing penambahan perasan buah nanas setiap menit. Kelompok Perlakuan Volume Perasan Nanas (ml) Volume VC (ml) Lama Perlakuan (menit) Kecepatan (ml menit -1) 1 0 17,03 1440 0,011 2 5 17,53 1440 0,012 3 10 20,4 1440 0,014 4 15 22,43 1440 0,015 5 20 23,86 1440 0,016 6 25 24,06 1440 0,016 7 30 24,26 1440 0,016 Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat kecepatan pembentukan VC mulai konstan pada perlakuan kelima, keenam dan ketujuh. b. Kadar Air Analisis kadar air digunakan untuk mengetahui apakah VC dapat disimpan lama atau tidak. Hasil VC yang diuji pada kelompok perlakuan ke tujuh menggunakan metode oven dengan suhu 115 o C selama 5 jam. Diperoleh rata-rata kadar air sebesar 0,34%. Hasil kadar air pada VC baik karena telah sesuai dengan ketetapan standar Codex Stan yaitu antara 0,1-0,5% dan dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 4.

56 Tabel 9. Perolehan kadar air pada kelompok perlakuan ketujuh. Replikasi Bobot VC sebelum di oven (gram) Bobot VC setelah di oven (gram) Kadar Air (%) 1 5,09 5,07 0,25 2 5,14 5,12 0,39 3 5,22 5,20 0,38 Rata-rata 0,34 c. Bilangan Asam Lemak Bebas (%FFA) Hasil analisis bilangan asam lemak bebas yang dihasilkan oleh Virgin Coconut il (VC) pada kelompok perlakuan ke tujuh dapat dilihat pada Tabel 10 berikut. Tabel 10. Hasil bilangan asam lemak bebas pada kelompok perlakuan ketujuh. Replikasi Bilangan Asam Lemak Bebas VC (%) Rata-rata (%) 1 0,26 2 0,30 0,29 3 0,31 Dari hasil tabel diatas, didapat rata-rata bilangan asam lemak bebas pada kelompok perlakuan ke tujuh adalah 0,29%. Hasil bilangan asam lemak bebas menunjukkan hasil yang baik karena masuk dalam standar yang telah ditetapkan oleh Codex Stan yaitu tidak boleh lebih dari 0,5%.

57 d. Bilangan Penyabunan Hasil analisis bilangan penyabunan yang dihasilkan oleh pada kelompok perlakuan ke tujuh dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Hasil bilangan penyabunan pada kelompok perlakuan ketujuh. Replikasi Vol HCl Blanko (ml) Massa VC (gram) Vol HCl Sampel (ml) Bilangan Penyabunan 1 22 2,0132 3,00 264,77 2 22 2,0174 3,00 264,22 3 22 2,0112 3,20 262,25 Rata-rata 263,75 Dari hasil bilangan penyabunan pada Tabel 11, didapatkan ratarata bilangan penyabunan yang dihasilkan pada kelompok perlakuan ke tujuh adalah 263,75. Hasil penelitian analisis bilangan penyabunan melebihi standar bilangan penyabunan yang telah ditetapkan oleh Codex Stan yaitu 250-260. B. Pembahasan Determinasi tanaman buah kelapa dan buah nanas dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada mulai dari tanggal 6 Februari 2017 28 Februari 2017. Sampel yang di determinasi adalah buah kelapa tua dan buah nanas muda yang berasal dari Desa Kalimeneng, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

58 Hasil determinasi menyebutkan bahwa buah kelapa yang digunakan pada penelititan ini termasuk ke dalam jenis Cocos nucifera L. dengan nama suku Arecaceae. Untuk buah nanas muda termasuk dalam jenis Ananas comosus (L.)Merr. Dengan nama suku Bromeliaceae. Pada penelitian ini, pembuatan VC dihasilkan dari buah kelapa yang sudah tua dengan menggunakan metode enzimatis. Perasan buah nanas muda diduga mengandung enzim bromelin. Kambey (2006) menjelaskan bahwa kandungan enzim bromelin yang terdapat pada buah nanas muda paling banyak yaitu 62,5 U/mg sedangkan pada batang buah nanas mengandung enzim bromelin sebanyak 27,3 U/mg dan pada kulit buah nanas 32,2 U/mg. Maka dari itu peneliti menggunakan buah nanas muda dalam penelitian ini karena dilaporkan paling banyak mengandungan enzim bromelin. Enzim bromelin merupakan enzim protease yang dapat menghidrolisis ikatan protein dari suatu emulgator pada krim santan, sehingga merusak sistem emulsi dari krim santan. Emulsi pada krim santan sendiri terdiri dari fase minyak dan fase air yang bercampur karena adanya emulgator seperti protein. Dengan adanya enzim bromelin pada krim santan akan merusak emulgator tersebut sehingga ikatan protein dalam emulgator menjadi pecah dan sistem emulsi menjadi tidak stabil lagi sehingga terjadi pemisahan antara minyak dan air (Winarno, 2004). Berikut gambar reaksi pemecahan protein oleh enzim bromelin yang mengandung gugus samping SH (sulfihidril).

59 R R NH 2 Enzim SH + C = Enzim S - C = + R' N R' H H 2 Enzim bebas Peptida (substrat) Enzim S H + R C = H (Ketaren, 1986) Gambar 10. Mekanisme enzimatis untuk hidrolisis peptida Pada penelitian ini dilakukan perhitungan rendemen VC terhadap persentase perbandingan jumlah VC yang dihasilkan dengan jumlah krim santan. Kemudian VC pada kelompok perlakuan dengan hasil rendemen terbanyak dianalisis kualitasnya. 1. Rendemen Rendemen adalah perbandingan jumlah (kuantitas) minyak yang dihasilkan dengan bahan baku yang digunakan dengan satuan persen (%). Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan minyak yang dihasilkan semakin banyak (Ketaren, 1996). Perhitungan rendemen dilakukan dengan menggunakan persamaan 1 pada Bab II. Dari kelompok perlakuan ke satu sampai ke tujuh baik replikasi ke satu, replikasi ke dua dan replikasi ke tiga perolehan rendemen VC

60 terbanyak ditunjukkan pada kelompok perlakuan ke tujuh dengan pemberian perasaan buah nanas muda sebanyak 30 ml untuk replikasi 1 sebanyak 24,3%, replikasi 2 sebanyak 24,2%, replikasi 3 sebanyak 24,3% dengan rata-rata hasil rendemen sebanyak 24,26%. Untuk lebih jelasnya hasil rendemen VC dapat dilihat pada Bab Hasil Penelitian pada Tabel 7. Menurut Girindra (1993) perolehan rendemen dipengaruhi oleh volume perasan buah nanas muda karena semakin banyak volume perasan buah nanas muda yang ditambahkan ke dalam krim santan maka akan menghasilkan rendemen yang banyak. Hal ini disebabkan semakin banyak perasan buah nanas maka semakin banyak pula enzim bromelin yang akan memecah ikatan protein pada emulsi krim santan, sehingga sistem emulsi pun menjadi tidak stabil dan terjadi pemisahan yang bagus antara fase minyak dan air. Enzim berfungsi sebagai katalisator dapat mempengaruhi kecepatan dari suatu reaksi, jadi jika substrat yang dibentuk banyak maka akan sesuai dengan tingginya konsentrasi substrat yang digunakan. Teori ini sesuai dengan hasil penelitian dimana kelompok perlakuan ketujuh dengan volume perasan buah nanas sebanyak 30 ml menghasilkan rendemen terbanyak. Berdasarkan grafik persamaan regresi linear pada Gambar 8 dan Gambar 9, bahwa pada kelompok perlakuan kelima dengan pemberian perasan buah nanas muda sebanyak 20 ml merupakan pemberian perasan nanas yang paling optimum untuk mendapat jumlah rendemen

61 optimal. Setelah penambahan perasan buah nanas diatas 20 ml, pembentukan VC tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada kelompok perlakuan kelima sampai ketujuh menunjukkan nilai slope yang jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai slope pada kelompok perlakuan kesatu sampai kelima. Ini menandakan bahwa pengaruh pemberian perasan buah nanas pada kelompok perlakuan kelima sampai ketujuh akan menghasilkan volume VC dengan peningkatan yang tidak signifikan karena dianggap pada kelompok perlakuan kelima penambahan perasan buah nanas sebanyak 20 ml telah mencapai titik optimum untuk dapat menghasilkan volume VC yang optimum. Kecepatan optimum pembentukan VC diperoleh pada penambahan perasan buah nanas sebanyak 20 ml, dengan kecepatan sebesar 0,016 ml menit -1. Hasil VC pada kelompok perlakuan kelima, keenam dan ketujuh menunjukkan tidak terjadi peningkatan yang signifikan dapat diartikan apabila kecepatan reaksi enzimatis sudah mencapai titik yang maksimal, maka kecepatannya akan konstan, walaupun jumlah dari enzim terus ditambah. Ini disebabkan karena semua substrat sudah bereaksi dengan enzimnya (Bennion, 1998). Pada kelompok perlakuan kelima menunjukkan pada pemberian perasan buah nanas optimum sebanyak 20 ml akan menghasilkan VC yang optimum juga. Hal ini berarti dengan pemberian perasan buah nanas muda pada kelompok perlakuan kelima untuk menghasilkan

62 rendemen VC optimum lebih irit 5 ml dan 10 ml apabila dibandingkan dengan kelompok perlakuan keenam dan ketujuh. Peningkatan hasil rendemen VC dari kelompok perlakuan kelima menuju kelompok perlakuan keenam dan ketujuh hanya meningkat 0,2 ml, peningkatan perolehan VC tidak terlalu signifikan. Kecepatan suatu enzim mengikat substrat dan menjadi suatu produk dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya suhu, derajat keasaman (ph), konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat yang diberikan (Poedjiadi, 1994). Setiap enzim akan bekerja secara efektif pada suhu tertentu. Dan aktifitas kerja enzim akan berkurang jika enzim berada pada suhu dibawah atau diatas titik tersebut. Pada suhu lebih dari 50 o C enzim akan berkurang aktifitasnya bahkan rusak oleh suhu tersebut dan pada suhu rendah enzim menjadi tidak aktif. Suhu yang tidak sesuai dengan lingkungan enzim akan merubah bentuk sisi aktif enzim. Sifat enzim yang tidak tahan terhadap panas atau dapat mengalami perubahan karena adanya pengaruh suhu disebut termolabil. Selain itu enzim juga harus berada dalam lingkungan ph yang netral (ph = 7), agar kerja enzim dapat optimal akan tetapi tidak banyak enzim yang tahan akan adanya suasana asam dan basa. Pada ph tertentu enzim akan mengubah substrat menjadi hasil akhir, namun apabila ph diubah maka enzim dapat mengubah kembali hasil akhir menjadi substrat (Poedjiadi, 1994).

63 Kadar enzim yang tinggi akan sangat berpengaruh pada kecepatan reaksi secara linear (kecepatan bertambah konstan). Hubungan antara kecepatan enzim dengan kecepatan reaksi enzimatis berbanding lurus. Kecepatan reaksi enzim satu dengan yang lainnya berbeda-beda walau diberikan dengan konsentrasi enzim yang sama. Konsentrasi enzim yang tinggi dalam sistem yang kompleks akan mempengaruhi kecepatan reaksi. Selain itu pada konsentrasi substrat yang rendah, kenaikan substrat akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis hampir linear. Sebaliknya jika konsentrasi dari suatu substratnya tinggi, maka peningkatan kecepatan reaksi enzimatis akan menurun sejalan dengan peningkatan dari suatu jumlah substratnya. Kecepatan maksimum suatu reaksi enzimatis (V maks) ditunjukkan pada garis mendatar yang menggambarkan peningkatan kecepatan yang rendah seiring penambahan konsentrasi substrat dan hal yang berkaitan dengan seberapa cepat enzim bekerja inilah yang disebut dengan kinetika enzim (Poedjiadi, 1994). 2. Kadar Air Analisis kadar air sendiri merupakan jumlah bahan (dalam satuan %) yang menguap pada proses pemanasan menggunakan oven dengan suhu dan waktu tertentu. Analisis kadar air berguna untuk mengetahui kandungan air di dalam VC. Semakin banyak kadar air yang terkandung di dalam VC, maka akan mempercepat reaksi hidrolisis pada minyak sehingga dapat

64 menyebabkan VC berbau tengik. Keadaan ini dapat menurunkan kualitas mutu dari VC sehingga berefek pada penyimpanan VC menjadi tidak lama (Sudarmadji, dkk, 1997). VC yang mengalami reaksi hidrolisis disebabkan karena banyak mengandung air sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan bereaksi lebih lanjut menjadi aldehid dan keton yang menyebabkan proses terjadinya rancidity (ketengikan) pada VC (Ketaren, 1986). Berikut merupakan gambar reaksi hidrolisis dari minyak pada Gambar 11. CH 2 C R 1 CH 2 H CH C R 2 + 3H 2 CH H + 3R C H CH 2 C R 3 CH 2 H Trigliserida Air Gliserol Asam Lemak (Ketaren, 1986) Gambar 11. Reaksi hidrolisis minyak Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan tiga kali replikasi pembuatan VC diperoleh kadar air yang terkandung di dalam VC untuk replikasi 1 sebanyak 0,25%, replikasi 2 sebanyak 0,39%, replikasi 3 sebanyak 0,38% dan rata-rata kadar air VC sebanyak 0,34%. Hasil kadar air menunjukkan bahwa VC yang dihasilkan pada penelitian ini masuk dalam standar yang telah ditetapkan oleh Codex

65 Stan yaitu antara 0,1% 0,5%. VC yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki kualitas yang sesuai standar nilai kadar air yang telah ditetapkan 3. Bilangan Asam Lemak Bebas Bilangan asam lemak bebas disebut juga Free Fatty Acid (FFA). Analisis bilangan asam lemak bebas sangat penting dilakukan untuk mengetahui derajat kerusakan dari minyak. Asam lemak bebas adalah asam lemak yang tidak berikatan dengan gliserol. Keadaan ini terbentuk selama proses pengolahan atau selama waktu penyimpanan. Kualitas VC sangat dipengaruhi oleh asam lemak bebas. Asam lemak bebas dipengaruhi oleh banyaknya kadar air yang terkandung di dalam VC. Semakin banyak kadar air yang terkandung di dalam VC maka semakin tinggi asam lemak yang terbentuk. Asam lemak juga bisa terbentuk oleh proses hidrolisis dan oksidasi (Winarno, 2004). Dari penelitian yang dilakukan sebanyak tiga kali replikasi diperoleh bilangan asam lemak bebas pada VC yaitu untuk replikasi 1 sebesar 0,26%, replikasi 2 sebesar 0,30%, replikasi 3 sebesar 0,31% dan rata-rata hasil bilangan asam lemak bebas dari ke tiga replikasi sebesar 0,29%. Dari hasil penelitian ini diperoleh bilangan asam lemak bebas telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Codex Stan yaitu tidak melebihi 0,5%. Nilai asam lemak bebas berkaitan erat dengan hasil nilai dari analisis kadar air. Kadar air yang dihasilkan juga masuk dalam standar yang ditetapkan oleh Codex Stan. Hal ini sesuai dengan pendapat

66 Susanto (1999) bahwa asam lemak bebas merupakan hasil proses hidrolisis pada minyak atau lemak, disamping gliserol. Proses hidrolisis dapat menyebakan kerusakan pada minyak, keadaan ini disebabkan karena kandungan air yang terdapat dalam minyak cukup banyak. Semakin banyak air yang terkandung didalam minyak akan berpengaruh dengan asam lemak bebas. 4. Bilangan Penyabunan Bilangan penyabunan adalah jumlah mg KH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak atau lemak. Bilangan penyabunan ini menjelaskan banyaknya asam lemak yang terikat sebagai trigliserida maupun asam lemak bebasnya dalam minyak. Angka penyabunan dapat digunakan untuk menentukan berat molekul minyak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon pendek berarti mempunyai berat molekul relative kecil akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan dengan berat molekul besar mempunyai angka penyabunan yang relative kecil (Ketaren, 1986). Reaksi Penyabunan dapat dilihat pada Gambar 12 berikut.

67 CH 2 C R 1 CH 2 H R 1 C K CH C R 2 + 3KH CH H + R 2 C K CH 2 C R 3 CH 2 H R 3 C K Trigliserida Basa Gliserol Sabun (Lemak/minyak) (Sudarmadji dkk, 1997). Gambar 12. Reaksi penyabunan pada minyak Untuk menentukan bilangan penyabunan penelitian ini dilakukan dengan menitrasi KH dengan asam klorida (HCl). Hasil bilangan penyabunan dapat dilihat pada Tabel 11. Hasil rata-rata analisis bilangan penyabunan yang diperoleh pada penelitian ini adalah 263,75. Hasil nilai bilangan penyabunan yang diperoleh melebihi rentang yang ditetapkan oleh Codex Stan yaitu antara 250-260. Perolehan bilangan penyabunan yang besar disebabkan karena VC memiliki rantai karbon sedang (MCFA) yang tinggi akan asam laurat, asam laurat ini sangat mempengaruhi angka penyabunan yang dihasilkan sehingga angka penyabunan pada penelitian ini relative besar (Ketaren, 1986). Hasil VC pada penelitian ini masih dapat dijual, walaupun hasil bilangan penyabunan sedikit lebih besar dari standar yang ditetapkan oleh Codex Stan. Karena melihat VC memiliki rantai karbon

68 sedang yang tinggi akan asam laurat cenderung menghasilkan hasil bilangan penyabunan yang sedikit tinggi dari standar ketetapan.