Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Model Kooperatif Learning Tipe STAD di Kelas 3 SD Inpres 1 Siney

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh : SUGIYATMI NIM. A54A100088

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran PKn Di SDK Lengaruh

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Tema Lingkungan di Kelas 1 SD Negeri 10 Tolitoli

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Khususnya Materi Energi dan Perubahannya Melalui Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas V SDN Inpres Matamaling

Sarina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB III METODE PENELITIAN

Elistina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Kelas V Melalui Model Kooperatif Tipe STAD di SD Inpres 1 Ongka

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang selanjutnya akan

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. PSKGJ - Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievment Division

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4)

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiri di Kelas IV SD Inpres 4 Kasimbar

Ai Rosliyani 1, Nurdinah Hanifah 2, Riana Irawati 3

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Agusnoto. SD Negeri Ketitangkidul, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi Panas di Kelas IV SD Inpres Siuna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Kemampuan Siswa Mengelompokan Hewan Berdasarkan Makanannya Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD Negeri 2 Wombo

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI Melalui Pemelajaran Kooperatif Model Problem Posing Pada Mata Pelajaran IPS di SDN I Dadakitan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

= = 7.6 dibulatkan menjadi = 8

Almiati SMK Negeri 8 Semarang. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas IV SD Inpres Koyoan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDK Ogomojolo Pada Materi Perjuangan Bangsa Indonesia Sebelum Kemerdekaan Melalui Metode Resitasi

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERBANDINGAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS- ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD)

758 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

17 Media Bina Ilmiah ISSN No

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN No. 1 Enu Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelompok

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kelas V SDN Tatarandang Pada Materi FPB Dan KPK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014. Dengan jumlah siswa 36 anak, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki

5. Siswa menerangkan kembali penjelasan kelompoknya kepada teman yang belum memahami materi 6. Guru meminta siswa mengerjakan latihan-latihan yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Pemberian Tugas di SDN Silampayang

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 8 ISSN X. Budianti, Vanny Maria, dan Ratman

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GLOBALISASI DI KELAS IV SDN NO.

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran (Sanjaya: 2009: 59). Pada penelitian tindakan kelas ini

Penerapan Metode Penugasan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Wujud Benda dalam Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 21 Ampana

Rosita, Achmad Ramadhan, dan Ratman. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP GAYA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bersifat reflektif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 2 Ogowele Pada Pokok Bahasan Perkembangbiakan Pada Hewan Melalui Penerapan LKS Bergambar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SDN KEBUN BUNGA 6 BANJARMASIN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya

Anna Hartati MTs Negeri Barabai Abstract

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini yaitu siswa kelas X-2 dengan jumlah siswa 25 orang terdiri dari 10

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pengamat maupun dari peneliti sendiri berdasarkan fokus penelitian

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tilka Masoyang, Bonifasius Saneba, dan Anthonius Palimbong. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku, hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

Penerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains (Sifat Benda) di Kelas IV SDN 2 Karamat

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

Transkripsi:

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas V SDN 20 Tolitoli pada mata pelajaran IPA. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka peneliti menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam mengajarkan IPA di kelas V SDN 20 Tolitoli. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dua siklus dengan jumlah siswa 23 orang, setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Dari hasil tindakan siklus I diperoleh ketuntasan belajar yang mendapatkan nilai lebih dari 65 sebanyak 16 siswa atau sebesar 69,6 % dari 23 siswa dengan nilai rata-rata 67,3, sedangkan 7 siswa memperoleh nilai kurang dari 65 atau sebesar 30,4% dari 23 siswa. Hasil tindakan siklus II diperoleh ketuntasan belajar yang mendapatkan nilai lebih dari 65 sebanyak 21 siswa atau sebesar 91,1% dari 23 siswa dengan nilai rata-rata 83,3, sedangkan 2 siswa memperoleh nilai kurang dari 65 atau sebesar 8,9% dari 23 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 20 Tolitoli. Kata Kunci: Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD), Hasil Belajar, Cahaya. I. PENDAHULUAN Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh sekelompok manusia atas sekelompok manusia lain, dengan tujuan untuk membebaskan manusia yang lain itu dari kegelapan ketidaktahuan yang menyelimutinya. Namun demikian, terkadang bahwa tujuan mulia belum dapat mencapai tujuan sebagaimana harapan yang dibangunnya. Hal ini lebih banyak diakibatkan karena proses mendidik melalui proses belajar mengajar masih didominasi dengan pendekatan satu arah, dimana guru disebut-sebut sebagai pusat informasi, guru dianggap sebagai pusat kebenaran. Akibatnya siswa dikondisikan untuk harus mendengar dan patuh sepenuhnya apa kata guru. Akibat dari pola 186

pembelajaran seperti ini, hasil motivasi belajar siswa menjadi rendah, karena siswa dikondisikan menjadi pasif dan hanya menjadi pendengar. Guru menjadi satu-satunya sumber informasi dan pengetahuan bagi siswa. Kenyataan tersebut juga terjadi pada proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA di SDN 20 Tolitoli. Pada pelaksanaan pembelajaran IPA di SDN 20 Tolitoli kelas V penulis melihat proses pembelajarannya masih menggunakan sistem pembelajaran yang bersifat teacher centered, yaitu sistem yang pembelajarannya yang masih berpusat kepada guru, dalam hal ini guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa, dan dalam pelaksanaannya juga guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam mengajar. Hal ini membuat siswa tidak termovitasi seperti merasa mengantuk dan malas untuk mendengarkan, juga siswa merasa jenuh mengikuti proses pembelajaran IPA. Guru kurang menggunakan media pembelajaran yang bervariasi dan dapat menarik perhatian siswa, sehingga dalam mengikuti pembelajaran, siswa merasa malas, dan kurang memperhatikan dan pada akhirnya ketika diberikan tugas, siswa tidak memahami sehingga memperoleh nilai yang rendah atas pekerjaan tugasnya. Rendahnya motivasi yang berimplikasi pada hasil belajar dapat dilihat ketika kondisi awal sebelum diberikan perlakuan, siswa diberikan evaluasi berbentuk tes untuk mengukur hasil belajarnya pada mata pelajaran IPA. Setelah dilakukan evaluasi dalam bentuk tes pada siswa kelas V SDN 20 Tolitoli, ditemukan bahwa ketuntasan klasikal siswa kelas V pada mata pelajaran IPA hanya 56.5% dengan nilai rata-rata kelas hanya 60,8. Ketuntasan belajar siswa sebelum diadakan tindakan yaitu hanya 13 siswa yang tuntas belajarnya dan 10 lainnya tidak tuntas belajarnya. Terlihat pula ketimpangan perolehan nilai, dimana nilai tertinggi dicapai dengan nilai 77, sementara terendah dicapai hanya 45,2. Hal ini tidak seperti yang diharapkan yakni siswa jarang diberikan kesempatan untuk bertanya, guru yang terus-menerus mendominasi pembelajaran dengan memberikan ceramah kepada siswa, sehingga saat dilakukan diskusi dan siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat, siswa menjadi tidak 187

berani untuk menyampaikan pendapatnya, sebab siswa telah terkondisi untuk menjadi pasif dan bukan aktif dalam pembelajaran IPA. Akibatnya, siswa tidak terlatih memahami isi pelajaran IPA dan menjadi mudah melupakan materi pelajaran tersebut. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA kelas V SDN 20 Tolitoli adalah 65. Melihat data ketuntasan minimal dan nilai rata-rata siswa kelas V SDN 20 Tolitoli, masih di bawah standar kelulusan. Sehingga, tugas guru untuk mewujudkan pencapaian tujuan pendidikan nasional yang diharapkan belum tercapai. Melihat kondisi demikian, penelitian ini dilakukan dalam maksud untuk melihat apakah dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda, dapat memiliki pengaruh khususnya dalam membangkitkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Dalam hal ini, penulis menawarkan suatu metode pembelajaran yang berbeda dari metode pembelajaran yang umumnya diberikan guru kepada siswa pada mata pelajaran IPA. Melalui penelitian ini, penulis menawarkan metode cooperative learning tipe STAD. Model pembelajaran ini menekankan bagaimana siswa belajar secara tim, tetapi juga belajar secara mandiri sebagai individu. Sebagai tim, siswa dapat saling belajar dari sesama temannya, dan secara mandiri, siswa dapat secara aktif untuk belajar terstruktur, sehingga siswa tidak hanya bergantung dari satu sumber informasi saja yaitu guru. Artinya, melalui model pembelajaran ini penulis membangun dugaan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 20 Tolitoli, pada mata pelajaran IPA. Stundent Teams Achievement Divisions atau STAD merupakan salah satu dari beberapa jenis pembelajaran kooperatif. Dalam STAD siswa akan dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil, terdiri dari individu-individu yang mempunyai latar belakang berbeda-beda baik dari tingkat prestasi, jenis kelamin maupun suku. Pada kelompok tersebut, siswa akan belajar bekerjasama. Seperti dipaparkan oleh Nurhadi (2004) bahwa cooperative learning tipe STAD merupakan model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yang memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, sedang). Tiap anggota tim menggunakan 188

lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. Dari paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksudkan dengan cooperative learning tipe STAD adalah salah satu dari beberapa jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa akan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen; dimana setelah pembagian kelompok tersebut, guru memberikan materi dan meminta siswa bekerjasama dengan cara berdiskusi dan bertanya jawab dengan anggota dalam satu kelompok; selanjutnya siswa diminta untuk mengerjakan soal yang diberikan guru. Siswa yang mendapat poin adalah siswa yang mampu menyamai atau melampaui skor yang telah diperoleh sebelumnya. Menurut Slavin (2009) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima langkah, yaitu: penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor, perkembangan individu dan penghargaan kelompok. Joko Susilo (2009) mengatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Dalam pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, satu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan penguasaan dan latihan, melainkan perubahan kelakuan. Menurut Omar Hamalik (2002), belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Hilgard dan Bower (Purwanto 2002), mengatakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungannnya berupa respon bawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang. Beberapa pendapat di atas tersebut menegaskan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman berulang-ulang. Sudjana (2002) menjelaskan bahwa hasil belajar sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Masih menurut Sudjana (2002) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. 189

Bloom (dalam Sudjana, 2002) membagi hasil belajar dalam tiga ranah yaitu hasil belajar pada ranah kognitif, hasil belajar pada ranah afektif, dan hasil belajar pada ranah psikomotor. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa karena memiliki pengalaman belajar, dimana hasilnya dapat dilihat pada perubahan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Meskipun demikian, dalam penelitian ini hasil belajar lebih dimaksudkan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa karena telah memiliki pengalaman belajar pada mata pelajaran IPA, dimana perubahannya lebih dibatasi hanya pada ranah kognitif. II. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menhasilkan data secara tertulis maupun lisan dari aktifitas atau perilaku subjek yang diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini akan digunakan rancangan tindakan dengan bentuk penelitian tindakan kelas. Peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan akhir penelitian yang berupa laporan hasil penelitian. Rancangan penelitian ini mengacu pada model penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart dalam Sukardi (2003) yang masing-masing siklus terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 20 Tolitoli dengan subjek penelitian adalah kelas V, berjumlah 23 siswa, terdiri dari 10 siswa perempuan dan 13 laki-laki. Tahap-Tahap Penelitian Siklus 1 meliputi: 1) Tahap pra tindakan, 2) Tahap pelaksanaan tindakan, 3) Perencanaan, 4) Pelaksanaan tindakan, 5) Observasi, 6) Refleksi Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif sebagai berikut: 1) data kuantitatif yaitu berupa kemampuan siswa menyelesaikan 190

soal tes setiap akhir tindakan, 2) data kualitatif yaitu data aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran IPA pada pokok pembahasan cahaya. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1) Pemberian tes setiap akhir tindakan, 2) Observasi, 3) Catatan lapangan. Catatan ini bersifat lebih umum, yang menyangkut tempat penelitian, baik jumlah siswa, guru, maupun sarana dan prasarana. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dari seluruh data yang tersedia. dengan tahap-tahap pengelolahan data sebagai berikut: a) Mereduksi data, b) Penyajian data, c) Verifikasi data. Pengelolahan data kualitatif diambil dat data hasil aktivitas siswa dan guru yang diperoleh melalui lembar observasi. Data hasil observasi pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003): Nilai = skor yang diperoleh skor maksimal x 100 Dengan kriteria nilai sebagai berikut: >86% = baik sekali 70 85% = baik 55 69% = cukup baik <54% = kurang Data kualitatif diperoleh dari hail evaluasi tes akhir siklus 1 dan siklus 2. Data tersebut diolah dan dinyatakan dalam bentuk persentase yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Nilai = skor yang diperoleh skor maksimal x 100 Nilai ketuntasan belajar = siswa yang tuntas jumlah siswa x 100 Dengan kriteria: > 90% = Baik Sekali 80 90% = Baik 70 79% = Cukup baik 60 69% = Kurang < 59% = Sangat Kurang 191

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah apabila hasil belajar siswa kelas V SDN 20 Tolitoli selama proses pembelajaran setiap siklus mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini ditandai dengan ketuntasan belajar klasikal mencapai minimal 80% dari jumlah siswa yang ada. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tindakan Siklus I Tahap perencanaan ini adalah memilih materi yang akan disampaikan dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berkolaborasi dengan guru kelas, serta menyiapkan lembar observasi kegiatan dan terakhir menyiapkan tes akhir tiap siklus dengan materi yang akan diberikan. Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, adapun materi pelajaran IPA kelas V pada semester II adalah sifat-sifat cahaya. Hasil pengamatan guru di siklus I berada pada kategori cukup baik dengan presentase nilai rata-rata 61 %. Aspek yang masih perlu ditingkatkan oleh guru dalam proses pembelajaran pada siklus I adalah lebih ditingkatkan memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran belum tercapai, dalam membentuk kelompok masih terlalu berkumpul dengan teman-teman dekatnya, siswa belum ada yang mau bertanya dan melakukan sanggahan, kurangnya minat siswa yang mau melakukan presentase. Hasil pengamatan observasi siswa di siklus I berada pada kategori cukup dengan presentase nilai 62,5%. Hal ini terjadi karena pada siklus I siswa belum terlalu baik dalam hal mendengarkan penjelasan guru, mengemukakan gagasan sendiri, bertanya, melakukan diskusi, dan melakukan presentasi. Nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 69,6 dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan rata-rata pra siklus 60,8. Jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I meningkat 16 siswa, sedangkan pada pra siklus hanya 13 siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus I sudah ada yang mencapai nilai maksimum yaitu 87, dengan nilai terendah 50. Perolehan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 20 Tolitoli, melalui pembelajaran dengan model pembelajaran 192

kooperatif tipe STAD yang nilainya > 70 dan berada pada kategori 70 79% dan dikatakan cukup baik. Siswa yang tuntas pada siklus I mencapai 69,6%, sedangkan siswa yang belum tuntas hasil belajarnya 30,.4% meningkat dibandingkan dengan pra siklus. Namun demikian, hasil yang diperoleh pada siklus I belum mencapai standar yang ditetapkan pada indikator kinerja pada penelitian ini. Indikator keberhasilan penelitian ini dianggap berhasil bila mencapai ketuntasan klasikal sebanyak 80%. Berdasarkan pada data ini, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan yang dilakukan pada siklus II. Sebelum melakukan tindakan pada siklus II, diadakan refleksi proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus I. Refleksi dilakukan dengan melibatkan rekan sebagai pembanding. Kegiatan refleksi bertujuan untuk mendapatkan kritik dan saran dari rekan selaku observer, agar pada siklus II hasil evaluasi pembelajaran mencapai target yang telah ditentukan. Hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut: Pada siklus I terlihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD masih kurang baik. Salah satu penyebabnya adalah karena guru belum pernah menerapkan model pembelajaran itu pada pembelajaran sebelumnya. Akibatnya, pengorganisir siswa yang dibagi dalam kelompok-kelompok menjadi agak terganggu karena siswa yang ramai dan akhirnya mengganggu siswa lainnya. Akhirnya masih banyak kegiatan yang direncanakan masih belum dilakukan. Sehingga, pada siklus II peneliti harus berusaha melakukan semua kegiatan. Hasil Tindakan Siklus II Hasil refleksi pada siklus I menjadi salah satu pertimbangan untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih baik pada siklus II. Tindakan awal perencanaan pada siklus II yaitu: (1) membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2) menyiapkan lembar observasi (3) lembar evaluasi yang diberikan pada akhir pertemuan siklus. Seperti halnya pada tindakan siklus I, pada siklus II kegiatan observasi dilakukan oleh observer yang sama. Dari hasil aktivitas guru pada siklus II berada 193

pada kategori sangat baik yaitu 100%. Dalam proses pembelajaran pada siklus II, kegiatan guru telah menunjukkan semua aspek berada pada kategori sangat baik. Berdasarkan perolehan pada siklus II kegiatan observasi yang dilakukan oleh observer dengan menggunakan metode STAD pada materi cahaya telah mencapai hasil 90,7% berada pada kategori sangat baik. Sedangkan dalam proses pembelajaran pada siklus II, kegiatan siswa telah menunjukan semua aspek berada pada kategori sangat baik pula. Hasil aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus II telah berada pada kategori sangat baik dengan presentase 92,2%. Telah terjadi peningkatan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Siswa yang tuntas pada siklus I mencapai 69,6%, sedangkan siswa yang belum tuntas hasil belajarnya 30,4%. Pada siklus II terjadi peningkatan lebih baik lagi dimana siswa yang tuntas mencapai 91,1%, dan yang tidak tuntas hanya 8,9 %. Dengan demikian, hasil belajar pada siklus II dianggap berhasil karena mencapai mencapai ketuntasan klasikal sebanyak 80%. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berhasil dilakukan pada siklus II. Pada akhir siklus II, diadakan refleksi proses pembelajaran yang telah dilakukan. Seperti pada siklus I, refleksi dilakukan dengan melibatkan rekan selaku observer. Hasil dari refleksi tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II sudah baik sekali. Pada siklus II guru dapat dikatakan berhasil, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang tuntas belajar sekaligus meningkatnya prosentase tuntas belajar yaitu sebanyak 91,1%, dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I yaitu sebesar 69.6%. Pembahasan Pemberian tindakan dalam penelitian ini berlangsung selama dua siklus. Pada siklus pertama diberikan materi sifat-sifat cahaya. Dari pengamatan hasil proses pembelajaran, persoalan yang ditemukan antara lain bahwa siswa kurang mengerti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini disebabkan karena guru sendiri baru pertama kali menggunakan model 194

pembelajaran ini, dan belum pernah menggunakan model pembelajaran ini sebelumnya. Akhirnya, yang terjadi adalah ketika melakukan pengorgansasian siswa, masih banyak siswa yang ramai dan membuat keributan di kelas, sehingga mengganggu siswa yang lain. Pada siklus pertama ini, ditemukan masih banyak siswa yang diam, dan hanya beberapa yang mengajukan pertanyaan. Mengacu pada permasalahan-permasalahan pada siklus I, kemudian dibuat perencanaan untuk dilaksanakan pada siklus II, dan ditemui bahwa dalam pelaksanaan tindakan, masalah-masalah yang dihadapi pada siklus I menjadi berkurang. Pada siklus II, terlihat bahwa motivasi siswa untuk belajar IPA menjadi meningkat, hal ini ditunjukkan antara lain, bahwa siswa aktif berdiskusi dengan teman-teman kelompoknya, kemudian aktif bertanya pada hal-hal yang belum diketahui, termasuk aktif dalam memberikan tanggapan pada presentasi dari kelompok yang berbeda. Dari hasil pengamatan pada siklus I dan siklus II secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SDN 20 Tolitoli, terjadi peningkatan dengan baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Meskipun demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran ini ada beberapa faktor yang menjadi penghambat terlaksananya kegiatan pembelajran ini. Pertama, kurang maksimalnya guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode cooperative learning tipe STAD, karena metode pembelajaran ini juga baru pertama kali dilaksanakan. Kedua, pada pertemuan pertama siklus I, banyak siswa yang memilih untuk berkelompok dengan temannya sendiri, sehingga banyak siswa yang kurang berprestasi akhirnya harus berkelompok dengan siswa yang kurang berprestasi juga. Ketiga, dalam presentasi kelompok, siswa yang berprestasi masih dominan dalam menjawab atau memberikan pertanyaan, namun guru belum dapat mengatasi hal tersebut, sehingga presentasi dan tanya jawab menjadi didominasi oleh siswa yang berprestasi. Keempat, waktu. Karena kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan bertepatan dengan jam 195

pelajaran, dan akan pergantian jam pelajaran berikutnya, guru terkesan memberikan materi secara terburu-buru, sehingga guru tidak mengeksplorasi materi lebih jauh dan dalam. Meskipun terdapat beberapa hambatan seperti yang diungkapkan di depan, tetapi jika diamati, ada faktor yang juga menunjang keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan metode cooperative learning tipe STAD ini. Pertama, ketegasan guru. Setelah melihat kondisi pada pertemuan pertama siklus I, dimana siswa berkelompok hanya dengan temannya, guru mengambil inisiatif untuk membagi siswa dalam kelompok heterogen. Kedua, untuk mengatasi keributan selama proses pembagian kelompok, guru membacakan nama dan meminta siswa satu persatu untuk bergabung dengan kelompoknya, sehingga tidak lagi terjadi kegaduhan seperti pada pertemuan 1 siklus I. Kedua, kesediaan siswa yang berprestasi dan aktif untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang kurang berprestasi dan pasif untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, juga menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain. Ketiga, motivasi yang diberikan guru, dengan memberikan kesempatan serta kepercayaan kepada siswa yang pasif dan kurang berprestasi untuk dapat mempersentasikan serta mengajukan pertanyaan juga menjawab pertanyaan, membuat suasana kelas lebih bervariasi dan tidak lagi didominasi hanya oleh siswa yang berprestasi. Berdasarkan nilai rata-rata tes siswa mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II terjadi peningkatan rata-rata nilai tes, sebelum dilakukan tindakan rata-rata nilai sebesar 60,8 setelah dilakukan tindakan terjadi peningkatan, dapat dilihat pada siklus I rata-rata nilai sebesar 67,3, pada siklus II terjadi peningkatan lagi sebesar 81,1. Ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan persentase ketuntasan dan nilai rata-rata tes siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan setelah dilaksanakan pembelajaran. Mengacu pada hasil tersebut, maka dapat disarankan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD perlu diberlakukan pada siswa SDN 20 Tolitoli. Dari hasil ini juga, kemudian menajwab hipotesis tindakan yang didesain, bahwa ada peningkatan motivasi 196

belajar IPA dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SDN 20 Tolitoli tahun pelajaran 2013/2014. IV. PENUTUP Kesimpulan Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SDN 20 Tolitoli, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya ketuntasan klasikal hasil belajar IPA. Sebelum diberikan tindakan, ketuntasan belajar siswa adalah sebesar 56.5%. Setelah tindakan pada siklus I terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar dengan prosentase sebesar 69.6%. Pada siklus II, terjadi lagi peningkatan ketuntasan hasil belajar dengan mencapai prosentase sebesar 91.1% atau sebanyak 21 siswa dari 23 siswa. Saran Diharapkan kepada guru Sekolah Dasar agar mempertimbangkan penggunaan model cooperative learning tipe student teams achievment divisions (STAD) dalam pembelajaran IPA, karena telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Guru kelas SD/MI. Jakarta: Drijen Dikti. Hilgard dan Bower (Purwanto 2002: 84), Pendidikan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Dirjen Dikti. Joko, S.M. 2009. Sukses dengan Gaya Belajar. Yogyakarta: Pinus. Kemmis (dalam Rochiati, 2008) pengertian tentang sebuah bentuk inquiri reflektif. Jakarta erllanga. Nurhadi (2004) Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Proses Belajar Mengajar Biologi SMA. Surabaya: PPS IKIP Surabaya. 197

Omar Hamalik (2002:154), Perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Bandung: Nusa Media. Slavin, R. E. 2009. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Second Edition. Boston: Allyn and Bacon. Sudjana, N. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. 198