BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK AL-KARIMAH DI LINGKUNGAN KELUARGA TIDAK MAMPU DESA BULAKPELEM KEC. SRAGI KAB.

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisis Tata Tertib Pondok Pesantren Al Masyhad Mamba ul. Fallah Sampangan Pekalongan. Dalam menyusun tata tertib pondok pesantren, secara asasi

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SMP WAHID HASYIM PEKALONGAN

BAB I Tinjauan Umum Etika

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata

BAB V FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT INTERNALISASI NILAI- NILAI AGAMA DALAM MENINGKATKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA DI SMP NEGERI 26 SURABAYA.

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I)

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK PADA KELUARGA BURUH BATIK DI DESA SEPACAR KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA. A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

Pengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dengan melaksanakan shalat,

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

Seorang wanita memiliki kesempatan dan potensi yang lebih. besar untuk berperan secara langsung dalam pendidikan anak, terlebih

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

BAB IV ANALISIS PERANAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN PENGAMALAN IBADAH ANAK DALAM KELUARGA DI DESA KEMASAN KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB I LATAR BELAKANG A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB I PEDAHULUAN. Pendidikan juga mengarahkan pada penyempurnaan potensi-potensi yang

BAB IV ANALISIS. ersepsi Ulama terhadap Akhlak Remaja di Desa Sungai Lulut Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan hukuman menurut konsep ini, disiplin digunakan hanya bila anak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan agama anak di sekolah. Hal ini sesuai dengan pemikiran jalaluddin

BAB IV ANALISIS PERSEPSI REMAJA TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DI DESA PEGUNDAN KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG

RPP PPKn Kurikulum 2013 Kelas VII

HERU SASONGKO, S.FARM.,APT.

BAB I PENDAHULUAN. keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. menetap dari hasil interaksi dan pengalaman lingkungan yang melibatkan proses

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari penjelasan dan analisis penelitian tersebut, maka dapat ditarik. suatu kesimpulan antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SASTRODIRJAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Pengalaman-pengalaman yang didapat anak pada masa ini

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor yang penting dalam membentuk akhlak sejak anak usia dini.

BAB V PEMBAHASAN. A. Prestasi Belajar Siswa dengan Pola Asuh Otoriter. Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa yang mengalami

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlak karimah. terhadap Allah SWT di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. karakter agar terwujud mahasiswa yang berkarakter, berbudaya dan

PERTEMUAN KE 7 POKOK BAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Penjas menekankan adanya realisasi nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis profil keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-islam. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia prasekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sudahnya. Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personilpersonilnya. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan dimana sikap, sifat, watak serta kepribadian seseorang terbentuk dan akan menjadi dasar karakter yang akan dibawa di kehihupan masyarakat. Peranan keluarga dalam membangun akhlak, karena dimana seorang anak apabila didik dengan baik oleh keluarganya maka tidak mustahil seorang anak akan berkelakuan baik,

tetapi juga sebaliknya apabila keluarga tidak pernah atau jarang mendapat pendidikan moral dari keluarga atau keluarga hanya membiarkan saja pola tingkah anak maka tidak mustahil anak akan mempunyai sifat yang buruk. Sifat seseorang tidak akan jauh dari sifat keluarganya, dikarenakan keluarga merupakan pihak yang pertama yang mengajarkan segala sesuatu dalam kehidupan masyarakat kelak. Setiap keluarga pasti menginginkan anak turunya mempunyai sifat serta kelakuan yang baik tidak terkecuali di Dusun Katibayan, keluarga sudah berusaha semaksimal mungkin dengan berbagai cara mendidik anak supaya bersifat akhlaqul karimah. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, peranan keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan dalam mendidik anak sudah dapat dikatakan cukup baik. Mereka mengajarkan tutur kata yang sopan, memerintahkan anak supaya ikut TPQ, menyuruh anak supaya ikut ngaji sama Pak Kyai, mengajarkan anak-anak selalu mengerjakan sholat. Tapi dapat disayangkan mereka tidak membatasi pergaulan anak mereka cenderung membiarkan pergaulan anak, hal yang paling mengkhawatirkan adalah dimana pergaulan dapat merubah karakter anak yang dibangun oleh keluarga. Peran serta keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan dalam menjaga akhlak anak tidak terbatas hanya ketika masih anak, ketika anak menginjak remaja pun seharusnya keluarga selalu mengawasi dan membimbing anak, keluarga harus bisa mempunyai ketegasan

dalam mengingatkan apabila anak melakukan tindakan yang menyimpang dari kaedah agama dan bermasyarakat. Kesibukan orang tua bukan alasan untuk memberikan pendidikan akhlak kepada anak, perhatian kepada anak merupakan hal yang paling dibutuhkan oleh anak, tetapi perhatian yang berlebihan juga tidak baik untuk anak, karena dapat memberikan tekanan tersendiri bagi anak. Komunikasi sangatlah penting karena dengan komunikasi segala yang terjadi pada anak dapat diutarakan dengan terbuka. Orang tua merupakan orang yang paling utama yang dikenal oleh anak dimana orang tua harus ada setiap anak membutuhkannya. Keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan senantiasa membimbing setiap tingkah laku, sikap dan sikap yang baik kepada anak, selalu mengawasi pergaulan anak menjadi hal yang wajib apabila keluarga menginginkan anaknya memiliki akhlak yang karimah. Sebab dalam berinteraksi sosial dalam masyarakat seseorang akan mudah mengikuti apa yang telah menjadi keseharian dalam masyarakat tersebut, apabila tidak dibekali keimanan maka seseorang dengan mudah akan mengikuti hal-hal yang buruk dalam pergaulan di masyarakat. Bagi keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan, penanaman agama sejak usia dini sangatlah penting, dimana agama dapat membentengi diri dari perbuatan-perbuatan yang berbau maksiat yang merusak moral di masyarakat, dengan penanaman agama yang kuat seseorang tidak akan mudah untuk tertarik dalam pergaulan yang

menyesatkan. Penurunan akhlak lebih disebabkan karena penanaman agama oleh keluarga sangat kurang karena orang tua di dukuh katibayan sering tidak memperhatikan masalah agama, mereka hanya memberikan dan memberi pengarahan agama kepada anak hanya sekedar anak untuk mengikuti TPQ setiap sore hari dan mengikuti ngaji sama Pak Kyai tiap habis sholat maghrib. Pengaruh lingkungan yang sangat begitu besar, lingkungan buruh dan pegawai yang menjadi karakter sikap dan sifat di keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan, kebiasaan baik seperti mengaji, shalawat, berzanji, dan tadarus, menjadi ciri khas sebagian besar keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan yang sebagian besar berprofesi sebagai buruh dan pegawai sehingga mengikuti perbuatan-perbuatan tersebut. Hal ini juga yang menjadi ciri keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan sehingga dalam membentuk akhlaqul karimah yang sebenar-benarnya adalah hal yang mudah, karena sikap dan perbuatan agamis yang melekat sejak dini pada anak, sebagian besar keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan masih mengikuti sikap dan sifat yang diturunkan oleh nenek moyang mereka dan condong menginginkan akan perubahan sikap dan sifat yang baik sesuai dengan syariat islam.

Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa berdasarkan observasi dan interview pada bab sebelumnya didapatkan informasi tentang profil keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Melihat kehidupan sehari-hari dari keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan maka peneliti dapat mengatakan bahwa kehidupan keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan bersifat agamis dan sederhana. Namun untuk masalah pergaulan mereka sedikit tertutup, artinya bahwa keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan lebih mementingkan untuk bergaul dengan lingkungan intern (dalam kelompok mereka saja) ketimbang bergaul dengan masyarakat luar. Hal ini dapat dilihat dari kepribadian dan tingkah laku mereka sehari-hari serta dari cara berpenampilan mereka yang suka menggunakan kain tapeh atau sarung dan baju kebaya. B. Analisis pola pendidikan keagamaan anak di keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Manusia merupakan makhluk sosial yang secara langsung maupun tidak langsung membutuhkan orang lain, tidak terkecuali adalah penanaman akhlak seseorang, meskipun pendidikan yang diberikan keluarga baik tidak jarang setelah bergaul dengan masyarakat menjadi buruk dan hal itu tidak bisa dihindarkan dalam kehidupan bermasyarakat. Perubahan sifat, karakter anak dengan mudah akan berubah apabila keluarga membiarkan saja pola tingkah

anak dalam mengenal lingkungan masyarakat yang homogen, karena sifat dasar anak adalah rasa penasaran ingin mencoba, melakukan apa yang dilihat dan didengar oleh anak. Sifat dan sikap lingkungan keluarga secara langsung maupun tidak langsung merupakan warisan terdahulu mereka, apabila lingkungannya buruk misal lingkungan sering mabuk-mabukan maka generasi mereka juga akan ikut mabuk-mabukan tanpa harus diajari, dan juga sebaliknya apabila lingkungan agamis maka generasi mereka akan menjadi lingkungan agamis pula. Di lingkungan keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan tidak ada yang suka mabuk-mabukan, bicara kasar, bicara kotor, dan lain sebagainya. Akan tetapi di lingkungan keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan memegang teguh syari at Islam, bahkan untuk masalah pergaulan mereka cenderung tertutup dan lebih mementingkan pergaulan intern. Dari hasil observasi didapatkan informasi bahwa faktor yang mempengaruhi pola pendidikan keagamaan anak di keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan yang agamis antara lain: 1. Faktor intern Faktor intern atau sering disebut juga faktor dari dalam, disini faktor intern yaitu faktor dari dalam keluarga. Keluarga sangatlah besar peranannya dimana keluarga merupakan cikal bakal terbentuknya akhlak yang dimiliki oleh seseorang. Keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan

Kedungwuni Kabupaten Pekalongan memberikan pemahaman agama dan akhlak yang baik kepada anak sehingga anak mengerti mana perbuatan baik dan mana perbuatan yang tidak baik. Mereka tidak hanya sekedar memberi peringatan kepada anak apabila anak melakukan perbuatan yang tidak baik namun juga memberi pengarahan dan meluruskan perbuatan yang tidak baik. Keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan mempunyai peranan yang sangat penting untuk membatasi pergaulan yang tidak baik yang menyimpang dari akidah agama Islam, keluarga merupakan tempat seorang anak mendapat perlindungan dan pengararah yang baik, apabila keluarga tidak membatasi pergaulan yang kurang baik maka secara langsung tingkah laku anak akan jauh dari perbuatan yang akhlaqul karimah. Akhlaqul karimah tidak akan terbentuk bila tidak ada peranan dari pihak keluarga. Dasar dari pembentukan akhlaqul karimah yakni bagaimana peranan keluarga dalam memberi bimbingan perbuatan yang baik, pergaulan yang buruk dapat dihindari apabila keluarga dapat memberikan bimbingan yang benar dan terus membatasi pergaulan anak. 2. Faktor ekstern Faktor yang juga membentuk akhlak seseorang yaitu lingkungan masyarakat, lingkungan masyarakat turut andil dalam membentuk akhlak seseorang, karena manusia adalah mahluk sosial maka manusia membutuhkan orang lain. Peran serta masyarakat dalam perubahan

akhlak tidak dapat dipungkiri, apabila seseorang terjun dalam masyarakat maka akan condong akan mengikuti adat dan tradisi yang ada di masyarakat. Tingkah laku dalam masyarakat pasti akan ditiru dan akan digunakan dalam adab pergaulan di masyarakat tersebut. Keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan tidak membiarkan pergaulan anak-anaknya mengikuti tradisi masyarakat yang kurang baik tanpa adanya pembatasan dalam pergaulan anak, karena disebabkan kurangnya pemahaman serta kesadaran masyarakat terhadap akhlaqul karimah dan dasar agama yang kuat. Sebaliknya keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan lebih bersifat tertutup dan otoriter dalam memberikan pendidikan keagamaan kepada anak mereka. Berdasarkan penjelasna di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pendekatan pola asuh yang diterapkan di keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan adalah otoriter. Pola asuh otoriter merupakan kegiatan mendidik atau membimbing dengan cara keras, tegas dan harus dilakukan oleh anak setelah diperintah oleh kedua orang tuanya. Tindakan pola pendidikan dan bimbingan ini dipengaruhi oleh adat istiadat, agama dan norma atau lingkungan keluarga yang menerapkan sistem militer. Tujuan dari pola semacam ini adalah supaya anak menjadi menurut, disiplin, tertib dan tidak banyak kemauan atau melawan. Model disiplin ini yaitu orang tua atau guru memberikan anak peraturan-peraturan dan anak harus mematuhinya. Tidak ada penjelasan pada anak mengapa ia

harus mematuhi, dan anak tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang aturan itu. Anak harus mentaati peraturan itu, jika tidak mau dihukum. Hukuman yang diberikan pun sedikit keras, karena dianggap merupakan cara terbaik agar anak tidak melakukan pelanggaran lagi di kemudian hari. Karakter atau penandaan terhadap pola asuh otoriter yang menunjukkan pada cara pengasuhan anak dengan aturan-aturan yang begitu banyak dan ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua). Kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan orang tuanya. Orang tua menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anak. Pola asuh semacam ini juga ditandai dengan hukuman yang keras atau tindakan fisik. Jika anak mempunyai suatu keinginan yang sebenarnya baik tetapi orang tuanya tidak setuju, maka anak terpaksa harus mengurungkan keinginannya dan mengikuti perintah orang tua. anak dianggap tidak mampu dalam segala hal. Orang tua yang otoriter menganggap dirinya memiliki kekuasaan yang absolut dalam keluarganya, terutama dalam memimpin anak-anaknya. Orang tua dengan mudah menyuruh atau memerintahkan kepada anak atas segala apa yang menjadi keinginan, tanpa memperhatikan apakah yang diperintahkan itu sesuai dengan kemuan anaknya. Anak hampir tidak dapat memberi suara dalam keputusan-keputusan yang menyangkut tentang dirinya dan keluarga. Sedikit sekali kesempatan yang diberikan orang tua untuk saling

mengomunikasikan keinginan-keinginan anak, karena dari anak-anak hanya dituntut bahwa mereka harus melakukan apa yang dikatakan oleh orang tuanya. Orang tua yakin bahwa dengan ketaatan semua akan menjadi beres atau berhasil. Pola asuh atau pendidikan orang tua yang bersifat otoriter kepada anak-anaknya secara umum tidak menghasilkan hal-hal yang positif, tetapi seringkali membawa pada akibat atau dampak negatif. Pola pendidikan otoriter boleh dilakukan hanya pada hal-hal tertentu semisal dalam hal pendidikan agama agar anak menghindari perbuatan keji dan kemungkaran. Pendidikan secara otoriter hanya akan menghambat kesehatan jiwa anak sehingga anak menjadi pribadi yang lemah setelah ia menjadi dewasa. Dengan demikian pola asuh otoriter merupakan salah satu cara mendidik anak dengan model anak harus mengikuti apa yang menjadi kehendak orang tua, kemampuan anak seringkali terabaikan dan anak seringkali dianggap tidak memiliki kemapuan apapun.