III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di Laboratorium Rekayasa

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2014 di

MEMPELAJARI LAJU PENGERINGAN DAN SIFAT FISIK MIE KERING BERBAHAN CAMPURAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG TAPIOKA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2014, bertempat di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. METODOLOGI. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan September - November 2012 di Laboratorium

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN B. BAHAN DAN ALAT 1. BAHAN 2. ALAT C. TAHAPAN PENELITIAN 1. PENELITIAN PENDAHULUAN III.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2015 di Laboratorium

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

III. METODOLOGI PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

METODOLOGI PENELITIAN

METODE. Materi. Rancangan

III.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014

PENGARUH TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU TERHADAP SIFAT FISIK MIE HERBAL BASAH

METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi gula fruktosa dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga Januari

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. bahan tambahan. Bahan utama yaitu daging sapi bagian paha belakang (silverside)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daging paha Ayam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama bulan Juni Agustus 2014 di Laboratorium

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kadar air, total mikroba dan kesukaan telur

III. METODE PENELITIAN

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Permen Jelly Dari Karagenan dan Konjak BAB III METODOLOGI

BAB III METODE PELAKSANAAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Ransum terhadap Sifat Fisik Daging Puyuh Jantan dilaksanakan bulan Juni

BAB III METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat

denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Cobb umur 55 minggu yang di ambil bagian dadanya dan dipisahkan dari

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Standar Nasional Indonesia mendefinisikan tepung terigu sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014, bertempat di

Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film. Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

METODE. Waktu dan Tempat

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

III. METODE PENELITIAN

MATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan produk merupakan proses pembuatan material produk

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam

PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

METODE. Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN. laboraturium Nutrisi Peternakan, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April Pelaksanaan penelitian

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur afkir yang digunakan pada penelitian ini berasal dari peternakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven listrik, timbangan digital, timbangan mekanik, thermometer, rheometer (Compac 100 II), stopwatch, kaliper digital, kompor, panci, mistar, gelas ukur, blander, plastik transparan, mangkuk, loyang, nampan, lap, sendok makan, piring, pisau stainless dan pencetak mie (Nagako ALT 150 & pastabike). Bahan yang digunakan adalah tepung terigu (kandungan protein 20%), tepung tapioka, garam, garam alkali, air, CMC (Carboxy Methyl Cellulose), telur dan bayam. 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Pembuatan bubur bayam Bubur bayam digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan mie sehat kering. Selain digunakan untuk menambah nilai gizi pada mie, penambahan

15 bayam juga sebagai zat pewarna mie kering sehat. Bayam memberikan pengaruh warna hijau pada mie. Hal ini karena bayam mengandung klorofil. Klorofil merupakan pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam kloroplas bersama dengan karoten dan xantofil. Menurut Winarno (1991), klorofil yang terkandung dalam bayam dapat berubah menjadi hijau kecoklatan atau bahkan menjadi warna cokelat. Hal ini disebabkan substitusi magnesium oleh hidrogen yang membentuk feoftin. Bubur bayam dibuat hanya menggunakan batang muda dan daun bayam. Kemudian bayam dicuci hingga bersih menggunakan air mengalir. Bayam ditiriskan hingga permukaan bayam tidak terlalu basah. Selanjutnya menimbang bayam sebanyak 30 g untuk setiap perlakuan. Menurut Rustandi (2011), bayam yang digunakan dalam pembuatan mie sehat sebanyak 10% dari bobot total tepung yang digunakan. Setelah menimbang bayam kemudian bayam direbus selama 2 menit, fungsi perebusan adalah menghindari perubahan warna hijau menjadi kecoklatan pada bayam. Bayam matang kemudian diblander dengan menambahkan air sebanyak 60 ml sampai menjadi bubur.

16 Gambar 1. Diagram pembuatan bubur bayam 3.3.2 Prosedur pembuatan mie Pembuatan mie diawali dengan menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Bahan yang akan digunakan untuk pembuatan mie seperti tepung terigu, tepung tapioka, telur, garam, garam alkali, CMC (Carboxy Methyl Cellulose), dan bubur bayam sebagai bahan tambahan. Prosedur pembuatan mie yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. menimbang bahan yang akan digunakan seperti tepung terigu, tepung tapioka, garam, garam alkali, CMC dan telur; b. mengaduk bahan seperti tepung, garam, garam alkali, dan CMC selama 5 menit sampai rata;

17 c. memasukan jus bayam dan telur dalam adonan sedikit demi sedikit; d. mencampur adonan hingga kalis selama ±25 menit sampai adonan tidak lengket di tangan; e. mendiamkan adonan selama 10 menit dan menutup adonanmenggunakan lap bersih; f. mengepres adonan menggunakan rol menjadi lembaran dengan ketebalan sekitar 5 mm. Pengepresan adonan dilakukan 4 kali pada ketebalan 7 mm dan 3 kali pada ketebalan 5 mm; g. mencetak lembaran adonan menjadi mie; h. selanjutnya mengukus mie dengan suhu selama 5 menit; i. menata mie pada loyang atau cawan; j. mengeringkan mie menggunakan oven dengan suhu Komposisi tepung tapioka dan tepung terigu yang akan digunakan adalah: C 0 = Komposisi tepung tapioka 0% C 10 = Komposisi tepung tapioka 10% C 20 = Komposisi tepung tapioka 20% C 30 = Komposisi tepung tapioka 30%

Gambar 2. Diagram pembuatan mie kering 18

19 Berikut adalah komposisi yang akan digunakan dalam penelitian kali ini: Tabel 1. Komposisi miesehat kering Bahan Substitusi 0% 10% 20% 30% Tepung terigu (g) 300 270 240 210 Tepung tapioka (g) - 30 60 90 Garam (g) 6 6 6 6 Garam alkali (g) 3 3 3 3 CMC (g) 3 3 3 3 Air (ml) 60 60 60 60 Bayam (g) 30 30 30 30 Telur (g) 12 12 12 12 3.3.3 Prosedur Pengeringan Suhu pengering ditetapkan. Adapun prosedur pengeringan secara mekanis adalah sebagai berikut: a. menyiapkan mie yang akan dikeringkan; b. menimbang mie + cawan atau loyang sebagai data bobot awal bahan sebelum proses pengeringan; c. memasukan mie ke dalam oven dengan suhu d. menimbang mie setiap 15 menit; e. pengeringan untuk laju pengeringan berlangsung hingga bobot mie stabil; f. pengeringan dilanjutkan menggunakan suhu 150 C selama 17 jam setelah bobot mie stabil; g. menimbang mie + cawan atau loyang setelah pengeringan.

20 3.4 Parameter pengukuran a. Laju pengeringan Laju pengeringan dihitung dengan menyiapkan mie yang telah diletakkan dalam cawan yang telah diketahui bobotnya. Sampel untuk setiap periode pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Mie dikeringkan dalam oven dengan suhu sampai bobot mie konstan. Setiap 15 menit mie ditimbang untuk mengetahui susut bobot bahan. Setelah bobot mie konstan pengeringan dilakukan selama 15 jam pada suhu 105 C. Laju pengeringan dihitung dengan rumus: =... (1) Keterangan: M 0 = Kadar air awal (%) M = Kadar air pada waktu ke-t (%) M e = Kadar air setimbang pada saat pengeringan (%) k t = Konstanta laju pengeringan = Waktu pengeringan (menit) b. Kadar air metode oven Pengukuran kadar air dilakukan dengan menyiapkan mie yang telah diletakkan dalam cawan. Timbang mie dalam cawan dan diulang masingmasing sebanyak tiga kali pengulangan untuk setiap perlakuan. Mie kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 105 C selama 17 jam. Bahan kemudian didinginkan di dalam desikator selama ± 15 menit.

21 Setelah dingin, bahan kemudian ditimbang. Kadar air bahan dapat dihitung dengan rumus: M (%bk) = 100%... (2) Keterangan:M (%bk) = kadar air bahan basis kering (%) m awal m akhir = bobot sampel bahan sebelum pengeringan (g) = bobot sampel bahan setelah pengeringan (g) c. Kehilangan padatan akibat pemasakan (KPAP) Penentuan KPAP dilakukan dengan cara merebus mie dengan bobot ratarata 13 g dalam 150 ml air selama waktu optimum perebusan dengan lima kali ulangan. Waktu perebusan optimum dapat dilihat dengan mengamati mie selama proses perebusan. Kematangan mie dapat dilihat dengan cara sampel miediamati setiap setengah menit sekali dalam proses perebusan dan dilihat keadaannya. Mie sudah lunak dan tidak tersisa tepung yang mentah sampai ke bagian dalam maka mie sudah dapat dikatakan matang. Mie kemudian ditimbang dan dikeringkan pada suhu 105 C sampai bobotnya konstan, lalu ditimbang kembali. KPAP dihitung dengan rumus berikut: KPAP = 1 x 100%...(3) Nilai KPAP yang dihasilkan dalam pengujian akan dibandingkan dengan hasil pengujian dari mie kering sampel yang diperoleh dari pasaran (komersial). Perbandingan ini bertujuan untuk membandingkan mie kering sehat yang dihasilkan sudah sesuai dengan mie yang telah diterima konsumen dipasaran atau tidak.

22 d. Kekuatan tarik (tensile strength) Tensile strength atau kekuatan tarik mie merupakan nilai gaya yang mampu memutus mie. Kekuatan tarik digunakan sebagai parameter kekuatan mie. Semakin rendah gaya (N) yang diperoleh menunjukkan mie semakin mudah putus. Pada prosedur percobaan kekuatan tarik ini menggunakan alat yaitu penjepit mie dan rheometer. Rheometer merupakan alat yang digunakan untuk menentukan sifat rheologi suatu bahan. Alat penjepit berfungsi untuk memegang mie pada kedua ujungnya, dimanaalat penjepit terpasang pada rheometer. Satu ujung statis sedang ujung yang lainnya bergerak naik atau turun dengan kecepetan sesuai setting pengujian. Sampel mie yang akan diuji adalah mie yang telah mengalami proses pemasakan dari mie kering. Panjang sampel mie untuk pengujian kekuatan tarik yaitu 3 cm. Rheometer diset pada mode 20 (kecepatan probe 60 mm/s, maksimal gaya 20 N) dan mode gaya tarik. Nilai maksimal yang dihasilkan oleh rheometer kemudian dicatat. Pada setiap perlakuan komposisi mie pengujian dilakukan sebanyak lima kali pengulangan. Dengan metode yang sama, pengujian dilakukan untuk sampel mie yang sudah ada di pasaran. Nilai kekuatan tarik yang dihasilkan dalam pengujian, selanjutnya dibandingkan dengan hasil pengujian dari mie kering sampel yang diperoleh dari pasaran. Perbandingan ini bertujuan

23 untuk membandingkan mie kering sehat yang dihasilkan sudah sesuai dengan mie yang telah diterima konsumen. e. Daya serap air (DSA) Pengukuran daya serap air mie sehat kering didasarkan pada data kadar air. Sampel ditimbang dengan bobot untuk setiap pengujian kurang lebih 13 g. Pada setiap perlakuan, pengujian dilakukan 5 kali ulangan. Sampel mie direbus selama waktu perebusan optimum pada suhu 90-100 C. Mie ditiriskan dan timbang (m A ). Mie yang telah ditimbang dimasukan dalam oven dengan suhu 105 C sampai diperoleh bobot konstan (m B ). Daya serap air dihitung menggunakan rumus: DSA = x 100%...(4) Keterangan : M bahan m awal : kadar air mie kering (%bk) : bobot mie kering (g) Dengan metode yang sama, pengujian dilakukan untuk sampel mie yang sudah ada di pasaran. Nilai uji daya serap air yang dihasilkan dalam pengujian selanjutnya dibandingkan dengan hasil pengujian dari mie kering sampel yang diperoleh dari pasaran. Perbandingan ini bertujuan untuk membandingkan mie kering sehat yang dihasilkan sudah sesuai dengan mie yang telah diterima konsumen di pasaran.

24 h. Uji pengembangan mie Pengukuran daya pengembangan mie dilakukan dengan menyiapkan sampeldengan bobot 3g untuk setiap perlakuan. Dari setiap sampel diambil mie secara acak untuk menghitung diameter awal (d 0 ). Pada setiap perlakuan dilakukan pengujian dilakukan sebanyak lima kali ulangan. Kemudian merebus mie selama waktu optimum perebusan pada suhu 90-100 0 C. Setelah matang mie kemudian ditiriskan. Dari setiap sampel diambil mie secara acak untuk menghitung diameter akhir (d 1 ). Daya pengembangan mie dihitung dengan rumus: Daya Pengembangan =...(5) Keterangan : d 1 = rata-rata diameter akhir sesudah direbus (mm) d 0 = rata-rata diameter awal sebelum direbus (mm) Dengan metode yang sama, pengujian dilakukan untuk sampel mie yang sudah ada dipasaran. Nilai uji daya pengembangan mie yang dihasilkan dalam pengujian akan dibandingkan dengan hasil pengujian dari mie kering sampel yang diperoleh dari pasaran. Perbandingan ini bertujuan untuk membandingkan mie kering sehat yang dihasilkan sudah sesuai dengan mie yang telah diterima konsumen. 3.5 Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor (C 0, C 10, C 20, dan C 30 ). RAL dapat didefinsikan sebgai rancangan dengan

25 beberapa perlakuan yang disusun secara random untuk seluruh percobaan. RAL digunakan untuk analisis data khusus pengujian KPAP, tensile strength, DSA, dan uji pengembangan mie. Analisis data dilakukan menggunakan paket program statistik SAS agar perhitungan lebih efisien. Model linier RAL yang akan digunakan adalah sebagai berikut: Y ij = µ + τ i + ԑ ij...(6) Keterangan: µ = Rata-rata umum (mean populasi) τ i ԑ ij = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i = Galat percobaan atau pengaruh acak dari perlakuan ke-i Tabel 2. Matrik Tabulasi Data ulangan ke-j Ulangan Perlakuan C 0 C 10 C 20 C 30 1 Y 01 Y 11 Y 21 Y 31 2 Y 02 Y 12 Y 22 Y 32 3 Y 03 Y 13 Y 23 Y 33 4 Y 04 Y 14 Y 24 Y 34 5 Y 05 Y 15 Y 25 Y 35

Gambar 3. Diagram alir percobaan 26