PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

DISINFEKSI DAN NETRALISASI

Metodologi Penelitian

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

PENENTUAN KADAR KLORIDA

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODE PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

r = pengulangan/replikasi 15 faktor nilai derajat kebebasan Penurunan bilangan peroksida pada minyak jelantah.

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

Pelaksanaan Persiapan Instruktur melakukan pengecekan kelengkapan sarana-prasarana sebelum praktikum dimulai, meliputi:

Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

Basic laboratory skills terampil menggunakan alat dasar

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen


LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

2. Eveline Fauziah. 3. Fadil Hardian. 4. Fajar Nugraha

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Ke III. Olimpiade Kimia Indonesia. Kimia UJIAN PRAKTEK

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN A ANALISA MINYAK

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

MODUL I Pembuatan Larutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri.

Penentuan Kesadahan Dalam Air

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar.

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

Titrasi Volumetri. Modul 1 PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian deskriptif.

LAMPIRAN. Data Hasil Penelitian dan Perhitungan

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB V METODOLOGI. Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf

Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Teknofisikokimia Puslitbang. Indonesia Batang Jawa Tengah, yaitu limbah cair tekstil

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

PEMERIKSAAN KADAR KLORIN PADA AIR PDAM TIRTA GALUH CABANG CIAMIS. Rohayati*, Euis Safarin, Galih Rizky Puji Mega Lestari ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

Laporan Praktikum KI1212. Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS DENGAN METODE KOMPLEKSOMETRI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

ISSN No Media Bina Ilmiah 1

MODUL 2 PENENTUAN KADAR ASAM ASKORBAT DALAM YOU C Kurnia Sandwika Henry Liyanto Ignatio Glory

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

Transkripsi:

PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI A. PRAKTIKAN Nama : CHICI WULANDARI NIM : P07 134 012 007 B. PELAKSANAAN PRAKTIKUM a. Tujuan : Menghitung Jumlah Sisa Klor dalam Air PAM b. Waktu : Senin, 6 Januari 2014 c. Tempat : Laboratorium Kimia Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Mataram. I. DASAR TEORI Senyawa Klor dapat mematikan mikrorganisme dalam air. Karena oksigen yang terbebaskan dari senyawa asam hypochlorous mengoksidasi beberapa bagian yang penting dari sel bakteri sehingga menjadi rusak. Bermacam-macam zat kimia seperti ozon (O 3 ), klor (Cl 2 ), klor dioksida (ClO 2 ) dan proses fisik seperti penyinaran dengan ultraviolet, pemanasan, dan lain-lain, digunakan untuk disinfeksi air. Dari bermacam-macam zat kimia yang disebutkan di atas, klor adalah zat kimia yang sering dipakai karena harganya murah dan masih mempunyai daya disinfeksi sampai beberapa jam setelah pembubuhannya (residu klor). Selain dapat membasmi bakteri dan mikroorganisme seperti amoeba, ganggang, dan lainlain, klor dapat mengoksidasi ion-ion logam seperti Fe 2+, Mn 2+, menjadi Fe 3+, Mn 4+, dan memecah molekul organis seperti warna. Selama proses tersebut, klor sendiri direduksi sampai menjadi klorida (Cl - ) yang tidak mempunyai daya disinfeksi. Di samping ini klor juga bereaksi dengan amoniak. Klor berasal dari gas klor Cl 2, NaOCl, Ca (OCl) 2 (kaporit) atau larutan HOCl (asam hipoklorit). Breakpoint chlorination (klorinasi titik retak) adalah jumlah klor yang dibutuhkan sehingga : a. Semua zat yang dapat dioksidasi teroksidasi b. Amoniak hilang sebagai gas N 2 1

c. Masih ada residu klor aktif terlarut yang konsentrasinya dianggap perlu untuk pembasmian kuman-kuman Untuk setiap unsure klor aktif seperti klor tersedia bebas dan klor tersedia terikat tersedia analisa-analisa khusus. Namun untuk praktikum biasa hanya klor aktif (residu) ditentukan melalui suatu analisa ; klor tersedia bebas dan klor tersedia terikat didapatkan melalui grafik klorinasi breakpoint. Klor aktif dapat dianalisa melalui titrasi iodometris atau melalui titrasi kolorimetris dengan DPD. Analisa idiometris agak sederhana dan murah tetapi tidak sepeka metode DPD. Teori lain menyatakan bahwa proses pembunuhan bakteri oleh senyawa klor itu selain oksigen bebas juga disebabkan oleh pengaruh langsung senyawa klor bereaksi dengan protoplasma. Beberapa percobaan juga menyebutkan bahwa kematian mikroorganisme disebabkan reaksi kima antara asam hipochlorus dengan enzim pada sel bakteri sehingga metabolismenya terganggu. Senyawa klor yang sering digunakan untuk proses desinfeksi adalah Hipoklorit dari kalsium dan natrium. Kloramin, Klordioksida, dan senya komplek dari klor. A.2. Klor aktif (sisa klor) dengan metode iodometri Klor aktif akan membebaskan iodine I 2 dari larutan kaliumiodida KI jika ph < 8 (terbaik adalah ph < 3 atau 4), sesuai reaksi i dan ii. Sebagai indicator digunakan kanji yang merubah warna sesuai larutan yang mengandung iodine menjadi biru. Untuk menentukan jumlah klor aktif, iodine yang telah dibebaskan oleh klor aktif tersebut dititrasikan dengan larutan standar natriumtiosulfat, sesuai rekasi iii. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dari larutan. Asam asetik HAs (CH 3 COOH) harus digunakan untuk menurunkan ph larutan sampai 3 atau 4. Reaksi-reaksi yang terjadi dalam analisa ini adalah : I. OCl - + 2 KI + 2 HAs I 2 + 2 KAs + Cl - + 2 H 2 O II. NH 2 Cl + 2 KI + 2 HAs I 2 + KAs + KCl + NH 4 As III. I 2 + kanji warna biru IV. I 2 + 2 Na 2 S 2 O 3 Na 2 S 4 O 6 + 2 NaI Dengan demikian hubungan antara jumlah klor dan jumlah titran adalah sebagai berikut : 2

A.3. Gangguan Gangguan pada analisa klor aktif terutama disebabkan oleh ion logam yang teroksidasi seperti Mn 4+, Fe 3+, dan sebagainya. Juga oleh zat-zat pereduksi seperti S 2- - (sulfide), NO 2 (nitrit), dan sebagainya. A.4. Ketelitian Batas kepekaan adalah kira-kira 20 µg Cl 2 / l. Batas deteksi (konsentrasi terendah) adalah 0,5 mg Cl 2 / l. Hasil selalu sebagai mg Cl 2 / l, walaupun juga termasuk unsur-unsur klor aktif yang lain. A.5. Pengawetan sampel Klor tidak stabil bila terlarut dalam air, dan kadarnya akan turun dengan cepat. Sinar matahari atau lampu, dan pengocokan sampel akan mempercepat penurunannya. Oleh karena itu analisa klor aktif harus dilakukan paling lambat 2 jam setelah pengambilan sampel. Larutan dengan kadar klor yang lebih tinggi adalah lebih stabil, tetapi sebaiknya disimpan di tempat gelap atau di botol kaca coklat. II. PRINSIP KERJA Klor aktif akan membebaskan I 2 dari larutan. KI pada ph 3-4, dititrasi dengan larutan Na 2 S 2 O 3 menggunakan indikator amylum 1 % Reaksi : OCl - + 2 KI + 2 HAs I 2 + 2 KAs + Cl - + 2 H 2 O NH 2 Cl + 2 KI + 2 HAs I 2 + KAs + KCl + NH 4 As I 2 + kanji warna biru I 2 + 2 Na 2 S 2 O 3 Na 2 S 4 O 6 + 2 NaI Dengan demikian hubungan antara jumlah klor dan jumlah titran adalah sebagai berikut : III. ALAT DAN REAGENSIA 3

a. Alat-Alat : 1. Neraca Analitik merck Sartorius atau Mettler 2. Buret dan stand 3. Labu Erlenmeyer 4. Gelas beaker 5. Pipet Volumetrik 6. Gelas Ukur 7. Pipet Tetes 8. Labu Ukur 9. Corong 10. Gelas Arloji 11. Kertas Timbang 12. Botol Semprot 13. Batang Pengaduk 14. Tissue 15. Pipet ukur 16. Botol timba 17. Botol wrinkler b. Reagensia : 1. Aquades 2. Larutan Kalium Yodida (KI 10 %) 3. Larutan Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O 4. Indicator Amilum 1 % 5. Asam Sulfate (H 2 SO 4 6 N) 6. Kalium Iodate (KIO 3 ) ) 0,1000 N 7. KI bubuk IV. CARA KERJA 1. Disiapkan alat-alat yang diperlukan 2. Persiapan titran a. Dibilas buret dengan aquadest b. Dibilas buret dengan Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O 4

c. Ditambahkan Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O N ke dalam buret gunakan corong, hingga tanda batas, usahakan tidak ada gelembung d. Diletakkan kertas putih dibawah erlenmeyer untuk mempermudah mengetahui warna titrasi e. Diletakkan erlenmeyer yang telah siap di bawah buret f. Dititrasi 3. Standarisasi larutan Natrium Thiosulfate dengan Kalium Iodat 0.1000 N a. Dipipet 10.0 ml larutan Kalium Iodat 0.1000 N b. Dimasukkan ke Labu Erlenmeyer tutup asah volume 300 ml c. Ditambahkan 25 ml aquadest dan 5 ml H 2 SO 4 6.000 N dan 5 ml KI 10 % d. Dititrasi dengan larutan Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O sampai larutan kuning muda/ kuning jerami e. Ditambahkan 1 ml larutan amilum 1 % (warna larutan biru tua) f. Dititrasi kembali sampai warna biru hilang. 4. Penetapan kadar Sample Air PAM a. Pemeriksaan sample di laboratorium Diisi buret dengan larutan Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O Dipipet 100,0 ml sample masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml Ditambahkan 5 ml asam asetat glasial ph3-4 dan 1 gram KI (kuning) Titrasi dengan larutan Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O sampai warna kuning jerami Ditambahkan 1 ml indikator amilum 1 % (warna biru) Dititrasi hingga warna biru hilang V. RUMUS PERHITUNGAN Normalitas baku primer KIO 3 (N 1 ) = Setelah titrasi : Normalitas Na.Thiosulfate : N Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O = Keterangan : o BE o BP o W o N 1 : Berat Ekivalen : Baku Primer : Penimbangan BP : Normalitas larutan baku primer 5

o V 1 : Volume larutan baku primer yang dipipet o Vt : Volume titrasi larutan baku sekunder (Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O) o N 2 : Normalitas Baku Sekunder (Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O) o V : Volume baku primer yang dibuat Cl - = mg/l VI. DATA PERCOBAAN a. Data penimbangan : 1. Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O = 0,1000 N 2. KIO 3 Berat Wadah = 0,4704 gram Berat Zat = 0,8900 gram W+ Zat = 1,3604 gram W + Zat Setelah Penimbangan = 1,3928 gram W + Sisa Setelah Penimbangan = 0,4783 gram Berat zat sebenarnya = 0,9145 gram b. Data Standarisasi Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O No. Volume KIO 3 yang ditetes Pembacaan Buret Volume Titran (Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O) 1. 10,0 ml 0,00 ml - 11,70 ml 11,70 ml 2. 10,0 ml 11,70 ml- 23,50 ml 11,80 ml 3. 10,0 ml 23,50 ml 35,40 ml 11,90 ml c. Data Penetapan Kadar Cl - Sample Air PAM No. Volume Sample yang ditetes Pembacaan Buret Volume Titran (Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O) 1. 100,0 ml 0,00 ml 0,90 ml 0,90 ml 2. 100,0 ml 0,90 ml 1,90 ml 1,00 ml 3. 100,0 ml 1,90 ml 2,90 ml 1,00 ml 6

VII. PERHITUNGAN Sebelum titrasi : Diketahui : Normalitas KIO 3 Volume Aquades BM KIO 3 Penyelesaian : Massa KIO 3 = 0,1000 N = 250,0 ml = 214,0 gram/ mol BE = BM/6 = 35,6 gram/mol = 0,1000 N x 0,250 ml x 35,6 gr/mol = 0,8900 gr Normalitas (N) Baku Primer NaCl Diketahui: Massa (w) KIO 3 = 0,9145 gr massa setelah ditimbang Volume (ml) KIO 3 = 250,0 ml BM KIO 3 = 214,0 gr/mol BE = 35,6 gram/mol Penyelesaian : Normalitas (N) KIO 3 = 0,9145 gr 35,6 gr/mol x 0,250 L = 0,1027 N a. Standarisasi Normalitas (N) Baku Sekunder Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O setelah titrasi dengan KIO 3 1. Diketahui: KIO 3 = 0,1027 N Volume rata-rata Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O = = 11,80 ml 2. Diketahui: Normalitas Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O = = 0,0870 N b. Penghitungan Kadar Kadar Cl - Air PAM 1. Diketahui: 7

Normalitas KIO 3 = 0,0870 N Volume rata-rata Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O = = 0,96 ml a. Kadar Cl - dalam Air PAM = 1000 x 0,96 ml x 0,0870 N x 35,45 gr/mol 100,0 ml = 29,607 ppm Catatan : PERMENKES No : 492 /Menkes/Per/IV/2010 sisa klor : 0,2 0,5 ppm VIII. HASIL PERCOBAAN dan KESIMPULAN C. Hasil Percobaan Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh hasil : 1. Normalitas Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O setelah dilakukan standarisasi yakni 0,0870 N 2. Kadar Cl - sisa dalam air PAM yang diperiksa sebesar 29,607 ppm D. Kesimpulan 1. Penentuan kadar Klor dalam air PAM menggunakan titrasi metode Yodometri 2. Berdasarkan hasil praktikum kadar Cl - sisa dalam air PAM yang diperiksa sebesar 29,607 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa kadar tersebut melebihi standar yang ditetapkan oleh PERMENKES No : 492 /Menkes/Per/IV/2010 yakni dengan rentang 0,2-0,5 ppm. Sehingga sisa klor yang diperiksa 29,607 ppm > 0,5 ppm. IX. PEMBAHASAN Praktikum ini bertujuan untuk menghitung sisa klor yang ada di dalam sample air PAM yang diperiksa. Penentuan klor dilakukan dengan titrimetri metode iodometri. Seperti yang diketahui klor ini digunakan untuk membasmi bakteri dan mikroorganisme seperti amoeba, ganggang, dan lain-lain, klor dapat mengoksidasi ion-ion logam seperti Fe 2+, Mn 2+, menjadi Fe 3+, Mn 4+, dan memecah molekul organis seperti warna. Selama proses tersebut, klor sendiri direduksi sampai menjadi klorida (Cl - ) yang tidak mempunyai daya disinfeksi. Di samping ini klor juga bereaksi dengan amoniak. Prinsipnya Klor aktif akan membebaskan iodine I 2 dari larutan kaliumiodida KI jika ph < 8 (terbaik adalah ph < 3 atau 4) karena menggunakan ph 3-4 maka digunakanlah asam asetat glasial karena sesuai dengan ph tersebut. Sebagai indicator digunakan kanji atau amilum yang 8

merubah warna sesuai larutan yang mengandung iodine menjadi biru. Untuk menentukan jumlah klor aktif, iodine yang telah dibebaskan oleh klor aktif tersebut dititrasikan dengan larutan standar Natriumtiosulfat. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dari larutan. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh Normalitas Natrium Thiosulfat sebesar 0,0870 N. Normalitas kemudian digunakan untuk menghitung kadar sisa klor dalam sample. Setelah dilakukan perhitungan kadar klor dam sample yakni sebesar 29,607 ppm. Dari hasil ini dapat diambil kesimpulan kadar sisa klor dalam sample tersebut melebihi kadar yang telah ditetapkan oleh PERMENKES No : 492 /Menkes/Per/IV/2010 yakni dengan rentang 0,2-0,5 ppm. Sehingga sisa klor yang diperiksa 29,607 ppm > 0,5 ppm. Gangguan pada analisa klor aktif terutama disebabkan oleh ion logam yang teroksidasi seperti Mn 4+, Fe 3+, dan sebagainya. Juga oleh zat-zat pereduksi seperti S 2- - (sulfide), NO 2 (nitrit), dan sebagainya. Klor tidak stabil bila terlarut dalam air, dan kadarnya akan turun dengan cepat. Sinar matahari atau lampu, dan pengocokan sampel akan mempercepat penurunannya. Oleh karena itu analisa klor aktif harus dilakukan paling lambat 2 jam setelah pengambilan sampel. Larutan dengan kadar klor yang lebih tinggi adalah lebih stabil, tetapi sebaiknya disimpan di tempat gelap atau di botol kaca coklat. s X. CATATAN dan DOKUMENTASI A. Catatan : 1. Penimbangan : gunakan sendok untuk mengambil zat yang akan ditimbang. Akan lebih baik gunakan timbangan dengan neraca analitik. Jangan menimbang zat melebihi kapasitas maksimal timbangan yang digunakan. Untuk zat higroskopis, sebaiknya melebihi perhitungan zat sebenarnya apabila dibandingkan dengan kurang dari masa perhitungannya. Apabila menggunakan neraca sartorius, ketika penimbangan dilakukan tutup kaca timbangan agar masa udara yang masuk kedalam timbangan tidak bercampur dengan zat yang akan dihitung. Setelah penimbangan selesai dilakukan apabila masih terdapat zat sisa bilas wadah tersebut dengan aquades yang akan digunakan. 2. Pengukuran : pengukuran larutan bisa menggunakan gelas ukur, pipet volum, dan labu ukur, sesuai dengan kapasitasnya. Namun apabila terdapat suatu pernyataan pipet 10,0 ml atau ukur 10,0 ml dimaksudkan bahwa pengukuran harus dilakukan 9

dengan saksama, berarti pengukuran volume harus dengan memakai alat yang sesuai dengan standar. Misalnya dengan menggunakan pipet volum atau labu ukur. 3. Penggunaan buret : o Sebelum melakukan titrasi periksa terlebih dahulu buret yang akan digunakan apakah ada kebocoran atau bagian yang pecah. o Apabila keran buret susah diputar atur sedemikian rupa atau dengan pemberian vaselin pada kranagar pengaturan penetesan mudah dilakukan. o Bersihkan buret sebelum digunakan dengan air, lalu bilas buret dengan zat kimia yang akan dimasukkan ke dalamnya. o Masukkan zat kimia yang akan digunakan ke dalam buret tersebut dengan menggunakan corong. Lakukan pengisian sampai seluruh bagian buret terisi dan tidak terdapat gelembung gas pada buret. o Cara titrasi o Kertas putih untuk alas digunakan untuk mempermudah melihat titik akhir titrasi. o Pembacaan volume titrasi. Mata harus sejajar dengan miniskus, miniskus bawah digunakan untuk larutan dalam buret yang tidak berwarna, sedangkan miniskus atas digunakan untuk larutan berwarna. 4. Penulisan angka : o untuk penulisan angka normalitas dengan batas 4 angka dibelakang koma. Misalnya, NaOH 0,1 N ditulis menjadi NaOH 0,1000 N. 10

o Untuk penulisan angka di buret dengan batas 2 angka dibelakang koma. Misalnya, volume NaOH yang terukur yakni 10,5 ml maka ditulis menjadi 10, 50 ml. 5. Dalam mengisi larutan ke dalam labu erlenmeyer dengan pipet misal pipet volum, labu erlenmeyer harus dimiringkan dan pipet posisinya vertikal dan tegak lurus dengan dinding labu erlenmeyer. 6. Penambahan aquades ke dalam beaker glass, batang pengduk yang digunakan tadi dibilas dengan aquades tersebut. Batang pengaduk tersebut jangan sampai terkena larutan lagi ketika dibilas. E. Dokumentasi Di lembar berikutnya 11

B. Dokumentasi Standarisasi larutan KIO 3 10,0 ml, 0,1000 N + 5 ml H 2 SO 4 6 N + 5 ml KI 10 %. Sebelum titrasi Warna Coklat titrasi ke-1 sebelum penambahan indikator larutan KIO 3 10,0 ml, 0,1000 N + 5 ml H 2 SO 4 6 N + 5 ml KI 10 % + beberapa ml Na 2 S 2 O 3 Kuning jerami Penambahan indikator sebelum titrasi ke 2 larutan KIO 3 10,0 ml, 0,1000 N + 5 ml H 2 SO 4 6 N + 5 ml KI 10 % + beberapa ml Na 2 S 2 O 3 + 1 ml amylum Biru Gelap Setelah titrasi 12 larutan KIO 3 10,0 ml, 0,1000 N + 5 ml H 2 SO 4 6 N + 5 ml KI 10 % + beberapa ml Na 2 S 2 O 3 + 1 ml amylum Tidak berwarna

Penetapan kadar Sebelum titrasi Sebelum penambahan indikator 100,0 ml Sample + 5 ml Asam Asetat Glasial + 1 gr KI (kuning) kuning jerami Sebelum titrasi Setelah penambahan indikator 100,0 ml Sample + 5 ml Asam Asetat Glasial + 1 gr KI (kuning) + 1 ml amylum biru tua (donker) Setelah titrasi 100,0 ml Sample + 5 ml Asam Asetat Glasial + 1 gr KI (kuning) + 1 ml amylum + beberapa ml Na 2 S 2 O 3 biru tua (donker) Mataram, 8 Januari 2014 Praktikan Dosen Pembimbing Praktikum Chici Wulandari Haerul Anam, SKM 13