BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan sekuritas di Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

(Data Mentah) Data Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, Jumlah Kunjunga Wisatawan dan Jumlah Objek Wisata

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

Lampiran 2 Penduduk Menurut Status Pekerjaan Utama (jiwa)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan data dari tiga variabel independen serta dua

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Data Penyerapan Tenaga Kerja, PDRB, Pengeluaran Pemerintah, dan Upah Riil Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat tahun

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman

Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kredit (Y) Pendapatan (x1) Usia (x3) Modal Kerja (x2) Universitas Sumatera Utara

Produktivitas Padi, Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang,

RISET ITU MUDAH. Salah satu contoh pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah:

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Lampiran 1. Data Regresi. 71 Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel

BAB IV HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah indeks harga saham gabungan

Lampiran 1. Penawaran Bawang Merah di Sumatera Utara Tahun (Ton) Januari Februari

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER

Lampiran 1 Daftar Populasi Sampel Penelitian

BAB 1V HASIL DAN ANALISIS

LAMPIRAN 1 TABEL RESPONDEN No. y x1 x2 x

BAB IV. Analisis Data. 4.1 Gambaran Umum dan Depskriptif Obyek Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan uji hipotesis untuk membuktikan adanya

PENGARUH PERUBAHAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP HARGA SAHAM PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP. sejenis yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian ini.

HASIL ANALISA DATA ROE LDA DA SDA SG SIZE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. standar deviasi suatu data. Hasil analisis deskiptif didapatkan dengan. Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

REGRESI LINIER SEDERHANA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Deskriptif Rata-rata Standar Deviasi

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pusat Statistik. Adapun data yang telah di olah terdapat terdapat pada tabel 6.1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. dilakukan untuk mengetahui seberapa pengaruh variabel-variabel independen

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan perekonomian baik yang

METODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, kurtosis. dan skewness (kemencengan distribusi).

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Data dan Deskripsi Variabel. Tabel 4.1 Deskripsi Variabel

BAB IV HASIL PENELITIAN. (ISSI). Dimana ISSI adalah indeks yang diterbitkan oleh Bapepam-LK dan

Penentu Posisi Cadangan Devisa di Indonesia; Inflasi, Ekspor, Ataukah Utang Luar Negeri

BAB V PENUTUP. Peningkatan Jumlah Uang yang Beredar (M1) dan Harga Premium Bersubsidi

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data peneltian untuk masing masing variabel, baik variabel bebas ( independent) maupun

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Desember 2009 dalam kondisi jangka pendek.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

akan di gunakan berbentuk linier atau log linier. Maka dalam penelitian ini

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 5 ANALISA MODEL PERSAMAAN REKURSIF FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN EKSPOR CPO INDONESIA

BAB V PENUTUP. singkat yang didapat dari hasil penelitian. Saran dibuat berdasarkan pengetahuan

BAB V PEMBAHASAN. heteroskedastisitas, uji autokorelasi, uji normalitas dan uji multikolinearitas.

BAB IV STUDI KASUS. Indeks merupakan daftar harga sekarang dibandingkan dengan

BAB IV ANALISIS DATA & PEMBAHASAN. Dari analisis deskriptif menggunakan program SPSS 12.0 For Windows didapatkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yakni sebesar 33,03% diterangkan di luar model dari penelitian ini. Dengan

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

BAB V KESIMPULAN DAN SAAN. Berikut ini akan diuraikan secara rinci: terhadap IHSG pada periode Januari 2004 Desember 2008.

DAFTAR PUSTAKA. Halim Abdul, (2002). Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat, Jakarta.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 PENUTUP. tingkat suku bunga SBI, harga emas dunia, harga crude oil, nilai kurs Dollar

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

PENGARUH NILAI DAN RATING PENERBITAN OBLIGASI SYARIAH (SUKUK) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MENERBITKAN OBLIGASI SYARIAH

Lampiran 1. Hasil Analisa Laboratorium Kualitas Air Sungai

Lampiran-Lampiran ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG SEKTOR INFORMAL KUISIONER. ( Pedagang di Kawasan Pasar Buah Berastagi )

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan uji stasioneritas dengan uji akar-akar unit (unit roots test).

BAB IV HASIL PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM SYARIAH DI PT. UNILEVER, TBK

BULAN

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%)

BAB XII INTERPRETASI HASIL OLAH DATA

PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. estimasi yang terbaik, terlebih dahulu data sekunder tersebut harus dilakukan

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Skripsi ini meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun

BAB V PENUTUP , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Objek Penelitian Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan sekuritas di Indonesia. Dahulu terdapat dua bursa efek di Indonesia, yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Bursa Efek Jakarta didirikan oleh pemodal Belanda pada tanggal 14 Desember 1912 dengan nama Vereneging Voor de Effectenhandel dengan tujuan untuk menghimpun dana guna menunjang ekspansi usaha perkebunan milik orang-orang Belanda di Indonesia. Perkembangan pasar modal di Indonesia pada waktu itu cukup menggembirakan sehingga pemerintah Kolonial Belanda terdorong untuk membuka bursa efek di kota lain, yaitu di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Namun karena gejolak politik yang terjadi di negara-negara Eropa yang mempengaruhi perdagangan efek di Indonesia, bursa efek di Surabaya dan Semarang ditutup, dan perdagangan efek dipusatkan di Jakarta. Karena Perang Dunia II pada akhirnya Bursa Efek Jakarta ditutup pada tanggal 10 Mei 1940. Dengan penutupan ketiga bursa efek tersebut maka kegiatan perdagangan efek di Indonesia terhenti dan baru diaktifkan kembali pada tanggal 10 Agustus 1977. Sejak diaktifkannya kembal pasar modal pada tahun 1977, pemerintah melakukan serangkaian kebijakan dan deregulasi yang mendorong perkembangan pasar modal. Perkembangan pasar modal di Indonesia semakin pesat sejak diterapkannya Paket Desember 1987 (Pakdes '87) dan Paket Oktober 1988 (Pakto '88), yang tercermin dengan peningkatan gairah pelaku bisnis di pasar modal Indonesia. Secara umum isi Pakdes '87 dan Pakto '88 adalah : 1) dikenakannya pajak sebesar 15% atas bunga deposito dan 2) diijinkannya pemodal asing untuk membeli 56 sahamsaham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Bursa Efek Indonesia merupakan penggabungan antara bursa efek Jakarta dengan bursa Efek Surabaya pada tanggal 1 Desember 2007. Penggabungan tersebut diikuti dengan kehadiran entitas baru yang mencerminkan kepentingan pasar modal secara nasional yaitu Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange). Bursa Efek Indonesia memfasilitasi perdagangan saham (equity), surat utang (fixed income), maupun perdagangan derivatif (derivative instruments). Hadirnya bursa tunggal ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi industri pasar modal di Indonesia dan menambah daya tarik untuk berinvestasi. Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, di dalam penelitian ini peneliti ingin menguji apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel Tingkat Suku Bunga SBI, Kurs Rupiah, Harga Minyak Dunia dan Indeks Dow Jones terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Maka dari itu, berikut ini adalah data-data yang mendukung didalam pembuatan penelitian ini : Tabel 3 Data perkembangan IHSG, Tingkat Suku Bunga SBI, Kurs Rupiah, Harga Minyak Dunia dan Indeks Dow Jones Bulan/Tahun IHSG SBI Kurs Rupiah Harga Minyak Dunia Indeks Dow Jones Januari 2005 1,045.44 7.42 9165 48.20 10,489.94 Februari 2005 1,073.83 7.43 9260 51.75 10,766.23 Maret 2005 1,080.17 7.44 9480 55.40 10,503.23 April 2005 1,029.61 7.7 9570 49.72 10,192.51 Mei 2005 1,088.17 7.95 9495 51.97 10,467.48 Juni 2005 1,122.38 8.25 9713 56.50 10,274.97 July 2005 1,182.3 8.50 9819 60.57 10,640.91 Agustus 2005 1,050.09 8.75 10240 68.94 10,481.60 September 2005 1,079.28 10.00 10310 66.24 10,568.80 Oktober 2005 1,066.22 11.00 10090 59.76 10,440.07 November 2005 1,096.64 12.25 10035 57.32 10,805.87 Desember 2005 1,162.64 12.75 9830 61.04 10,717.50 Januari 2006 1,232.32 12.75 9395 67.92 10,864.86 Februari 2006 1,230.66 12.75 9230 61.41 10,993.41

Maret 2006 1,322.97 12.75 9075 66.63 11,109.32 April 2006 1,464.41 12.75 8775 71.88 11,367.14 Mei 2006 1,330 12.50 9220 71.29 11,168.31 Juni 2006 1,310.26 12.50 9300 73.93 11,150.22 July 2006 1,351.65 12.25 9070 74.40 11,185.68 Agustus 2006 1,431.26 11.75 9100 70.26 11,381.15 September 2006 1,534.61 11.25 9235 62.91 11,679.07 Oktober 2006 1,582.63 10.75 9110 58.72 12,080.73 November 2006 1,718.96 10.25 9165 63.13 12,221.93 Desember 2006 1,805.52 9.75 9020 61.05 12,463.15 Januari 2007 1,757.26 9.50 9090 58.14 12,621.69 Februari 2007 1,740.97 9.25 9160 61.79 12,268.63 Maret 2007 1,830.92 9.00 9118 65.87 12,354.35 April 2007 1,999.17 9.00 9083 65.71 13,062.91 Mei 2007 2,084.32 8.75 8828 64.01 13,627.64 Juni 2007 2,139.28 8.50 9054 70.68 13,408.62 July 2007 2,348.67 8.25 9186 78.21 13,211.99 Agustus 2007 2,194.34 8.25 9410 74.04 13,357.74 September 2007 2,359.21 8.25 9137 81.66 13,895.63 Oktober 2007 2,643.49 8.25 9103 94.53 13,930.01 November 2007 2,688.33 8.25 9376 88.71 13,371.72 Desember 2007 2,745.83 8.00 9419 95.98 13,264.82 Januari 2008 2,627.25 8.00 9291 91.75 12,650.36 Februari 2008 2,721.94 8.00 9051 101.84 12,266.39 Maret 2008 2,447.30 8.00 9217 101.58 12,262.89 April 2008 2,304.52 8.00 9234 113.46 12,820.13 Mei 2008 2,444.35 8.25 9318 127.35 12,638.32 Juni 2008 2,349.10 8.50 9225 140.00 11,350.01 July 2008 2,304.51 8.75 9118 124.08 11,378.02 Agustus 2008 2,165.94 9.00 9153 115.46 11,543.55 September 2008 1,832.51 9.25 9378 100.64 10,850.66 Oktober 2008 1,256.70 9.50 10995 67.81 9,325.01 November 2008 1,241.54 9.50 12151 53.43 8,829.04 Desember 2008 1,355.41 9.25 10950 44.60 8,776.39 Januari 2009 1,332.67 8.75 11355 41.68 8,000.86 Februari 2009 1,285.48 8.25 11980 44.76 7,062.93 Maret 2009 1,434.07 7.75 11575 49.66 7,608.92 April 2009 1,722.77 7.50 10713 51.12 8,168.12 Mei 2009 1,916.83 7.25 10340 66.31 8,500.33 Juni 2009 2,026.78 7.00 10225 69.89 8,447 July 2009 2,323.24 6.75 9920 69.45 9,171.61 Agustus 2009 2,341.54 6.50 10060 69.96 9,496.28 September 2009 2,467.59 6.50 9681 70.61 9,712.28 Oktober 2009 2,367.70 6.50 9545 77.00 9,712.73 November 2009 2,415.84 6.50 9480 77.28 10,334.84

Desember 2009 2,534.36 6.50 9400 79.36 10,428.05 Januari 2010 2,610.80 6.50 9365 72.89 10,067.33 Februari 2010 2,549.04 6.50 9335 79.66 10,325.26 Maret 2010 2,777.31 6.50 9115 83.76 10,856.63 April 2010 2,971.26 6.50 9012 86.15 11,008.61 Mei 2010 2,796.96 6.50 9180 73.97 10,258 Juni 2010 2,913.69 6.50 9083 75.63 9,774.02 July 2010 3,069.28 6.50 8952 78.95 10,465.94 Agustus 2010 3,081.89 6.50 9041 71.92 10,014.72 September 2010 3,501.30 6.50 8924 79.97 10,788.05 Oktober 2010 3,635.33 6.50 8928 81.43 11,118.49 November 2010 3,531.22 6.50 9013 84.11 11,006.02 Desember 2010 3,703.52 6.50 8991 91.38 11,577.51 Januari 2011 3,409.17 6.50 9057 92.19 11,891.93 Februari 2011 3,470.35 6.75 8823 96.97 12,226.34 Maret 2011 3,678.68 6.75 8709 106.72 12,319.73 April 2011 3,819.62 6.75 8574 113.93 12,810.54 Mei 2011 3,836.97 6.75 8537 102.70 12,569.79 Juni 2011 3,888.57 6.75 8597 95.42 12,414.34 July 2011 4,130.80 6.75 8508 95.70 12,143.24 Agustus 2011 3,841.74 6.75 8578 88.81 11,613.53 September 2011 3,549.04 6.75 8823 79.20 10,913.38 Oktober 2011 3,790.85 6.50 8835 93.19 11,955.01 Sumber : CEIC Bank Indonesia dan Bloomberg bank Indonesia 4.1.1 Deskripsi Variabel Dependen Pada penelitian ini yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah IHSG. IHSG merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEJ. Hari dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham. Dari data di atas dengan jumlah pengamatan selama 82 bulan dimulai dari bulan Januari tahun 2005 hingga bulan Oktober tahun 2011, dapat dilihat bahwa nilai terendah IHSG adalah 1.029,61 yang terjadi pada bulan April tahun 2005, sementara nilai tertinggi IHSG

adalah 4.130,80 yang terjadi pada bulan July tahun 2011. Dengan melihat fluktuasi nilai IHSG yang cukup besar ini menandakan bahwa nilai IHSG berfluktuasi tajam. Berikut dapat dilihat pergerakan IHSG dalam grafik : Gambar 3 Pergerakan IHSG 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 IHSG Sumber : CEIC Bank Indonesia (telah diolah menggunakan eviews) Selama periode pengamatan, nilai IHSG selalu bergerak naik dengan perkecualian adalah pada periode tahun 2008 dimana IHSG mengalami penurunan. Merosotnya IHSG secara tajam pada tahun 2008 disebabkan oleh terjadinya krisis ekonomi dunia yang mengakibatkan indeks harga saham diseluruh dunia merosot tajam (http://www.bi.go.id/nr/rdonlyres/d39bc89a- 1079-47E3-9803- BF9CC812E89D/16508/Bab3KrisisEkonomiGlobaldanDampaknyaterhadapPerekon.pdf). Meskipun sempat mengalami penurunan yang cukup tajam pada tahun 2008. IHSG akhirnya kembali berada pada level sebelum krisis di kisaran 2400-2500 pada akhir tahun 2009, yang pada

akhirnya setelah krisis tersebut IHSG mampu kembali meningkat yakni berada pada level kisaran 3.790,85 pada Oktober 2011. Hal ini tentu dapat menggambarkan pula kondisi perekonomian Indonesia yang sedang menggairahkan. 4.1.2 Deskripsi Variabel Independen Pada bagian ini akan disajikan deskripsi dari variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel tersebut adalah Tingkat Suku Bunga SBI, Kurs Rupiah, Inflasi, Harga Minyak Dunia dan Indeks Dow Jones. 4.1.2.1 Tingkat Suku Bunga (SBI) Tingkat Suku Bunga SBI adalah tingkat suku bunga dari surat berharga pengakuan utang berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Tingkat Suku Bunga SBI selalu berfluktuasi sesuai dengan kebijakan Dewan Gubernur Bank Indonesia yang disesuaikan dengan keadaan perekonomian Indonesia. Dari data di atas dengan jumlah pengamatan selama 82 bulan dimulai dari bulan Januari tahun 2005 hingga bulan Oktober tahun 2011, dapat dilihat bahwa nilai tertinggi adalah sebesar 12,75% pada bulan Desember tahun 2005 sampai bulan April tahun 2006. Sementara nilai terendah adalah sebesar 6,50% pada bulan Agustus 2009-Januari 2011 dan pada bulan Oktober 2011. Berikut dapat dilihat pergerakan Tingkat Suku Bunga SBI dalam grafik : Gambar 4 Pergerakan Tingkat Suku Bunga SBI

13 12 11 10 9 8 7 6 2006 2007 2008 2009 2010 2011 SBI Sumber : CEIC Bank Indonesia (telah diolah menggunakan eviews) Tingkat suku bunga SBI secara umum menunjukkan penurunan, hal ini tentunya sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada bab II dimana penurunan tingkat suku bunga SBI akan mendorong kenaikan IHSG. Tingkat suku bunga SBI mengalami kenaikan cukup tajam pada periode tahun 2005, dimana kenaikan harga minyak dunia mendorong kenaikan harga minyak domestik (baik BBM bersubsidi maupun non bersubsidi). Kenaikan ini mendorong tingkat inflasi cukup tinggi sehingga mengakibatkan Bank Indonesia harus menyesuaikan tingkat suku bunga SBI untuk mengendalikan inflasi. 4.1.2.2 Nilai Tukar (Kurs Rupiah) Kurs Rupiah adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Kurs yang digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

Dari data di atas dengan jumlah pengamatan selama 82 bulan dimulai dari bulan Januari tahun 2005 hingga bulan Oktober tahun 2011, dapat dilihat bahwa nilai terendah kurs rupiah adalah sebesar Rp. 8.508 per dollar Amerika Serikat yang terjadi pada bulan July tahun 2011. Sementara nilai tertinggi kurs rupiah adalah sebesar Rp. 12.151 per dollar Amerika Serikat yang terjadi pada bulan November tahun 2008. Yang dalam hal ini menandakan bahwa selama periode pengamatan nilai kurs rupiah cenderung stabil dan tidak terlalu berfluktuasi. Berikut dapat dilihat pergerakan Kurs Rupiah dalam grafik : Gambar 5 13000 12000 11000 10000 9000 8000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pergerakan Kurs Rupiah KURS

Sumber : CEIC Bank Indonesia (telah diolah menggunakan eviews) Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah relatif stabil, kecuali pada periode tahun 2008 pergerakan kurs rupiah begitu tinggi. Meskipun pada tahun 2008 tersebut pergerakan kurs begitu tinggi, namun pergerakan kurs dapat kembali pada vase normal yakni dari periode akhir tahunn 2008 sampai dengan Oktober 2011. Hal ini tentu dapat menggambarkan kinerja dari Bank Indonesia selaku otoritas moneter Indonesia mampu menjaga dengan baik nilai kurs rupiah. Pada tahun 2008 ketika nilai kurs melonjak tajam, nilai IHSG turun dari tingkat 2400 ke tingkat 1000. Ini sesuai dengan apa yang telah diuraikan di tinjauan bahwa kurs memiliki hubungan negatif dengan IHSG. 4.1.2.3 Harga Minyak Dunia Harga minyak dunia yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga minyak dunia yang terbentuk di pasar spot minyak Texas (West Texas Intermediate). Pemilihan ini dilatarbelakangi bahwa harga minyak dunia West Texas Intermediate dijadikan standar harga minyak seluruh dunia karena kualitasnya yang paling baik (http://useconomy.about.com/od/economicindicators/p/crude_oil.htm). Dari data di atas dengan jumlah pengamatan selama 82 bulan dimulai dari bulan Januari tahun 2005 hingga bulan Oktober tahun 2011, bahwa harga minyak dunia dengan harga tertinggi sebesar $140.00 yang terjadi pada bulan Juni tahun 2008, sementara harga terendah terjadi pada bulan Januari tahun 2009 yaitu sebesar $41.68. Berikut dapat dilihat pergerakan Harga Minyak Dunia dalam grafik : Gambar 6

160 140 120 100 80 60 40 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pergerakan Harga Minyak Dun MINYAK Sumber : Bloomberg Bank Indonesia (telah diolah menggunakan eviews) Dari data yang telah diperoleh diatas, dapat Secara umum harga minyak dunia selama periode pengamatan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kenaikan harga minyak dunia ini dilatarbelakangi oleh kenaikan konsumsi minyak dunia (http://financeroll.co.id/uncategorized/19545/harga-minyak). Meningkatnya konsumsi didasarkan pada tingginya laju konsumsi di China dan India yang terus meroket dan disertai dengan melemahnya dollar AS ikut memicu kenaikan harga. Selain itu juga banyak yang menuding pemicu kenaikan minyak global adalah ketegangan di perbatasan Turki dan Irak karena kebijakan Turki yang akan menggunakan seluruh kekuatan militernya guna menghadapi separatis Kurdi di Irak (http://website.mudrajad.com/). Karena kenaikan harga minyak didasarkan pada meningkatnya permintaan tersebut, maka kenaikan harga minyak sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung mendorong kenaikan IHSG. Ini dapat dilihat bahwa selama periode pengamatan, pergerakan IHSG dan harga minyak dunia searah. 4.1.2.4 Indeks Asing (Indeks Dow Jones)

Indeks Dow Jones merupakan indeks yang dapat digunakan untuk mengukur performa kinerja perusahaan yang bergerak di sector industri di Amerika Serikat. Indeks Dow Jones terdiri atas 30 perusahaan besar dan terkemuka di Amerika Serikat. Dari data di atas dengan jumlah pengamatan selama 82 bulan dimulai dari bulan Januari tahun 2005 hingga bulan Oktober tahun 2011, bahwa nilai terendah adalah sebesar 7.062,93 yang terjadi pada bulan Februari 2009. Sementara nilai tertinggi adalah sebesar 13.930,01 yang terjadi pada bulan Oktober 2007. Ini menunjukkan bahwa Indeks Dow Jones cenderung berfluktuasi naik. Berikut dapat dilihat pergerakan Indeks Dow Jones dalam grafik : Gambar 7 14000 13000 12000 11000 10000 9000 8000 7000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pergerakan Indeks Dow Jones IDJ Sumber : CEIC Bank Indonesia (telah diolah menggunakan eviews) Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa secara umum Indeks Dow Jones selama periode pengamatan mengalami peningkatan. Perkecualian terjadi pada periode awal tahun 2009 dimana Indeks Dow Jones turun drastis. Hal ini disebabkan bahwa pada tahun 2008 krisis ekonomi Amerika Serikat mengalami puncaknya yang mengakibatkan penurunan seluruh indeks

indeks dunia (http://pasardana.com/tag/sp-500/) termasuk Indeks Dow Jones, sehingga pada Februari 2009 Indeks Dow Jones berada pada level terendahnya yaitu sebesar Rp. 7.062,93 per lembar saham. Untuk secara umum bila dilihat dari grafik pergerakan Indeks Dow Jones searah dengan IHSG. Namun di dalam penelitian ini Indeks DowJones tidak mendukung hipotesis yang telah diuraikan pada bab II, karena menurut hasil penelitian Indeks Dow Jones memiliki hubungan yang tidak searah dengan IHSG. 4.2 Analisis Data Model yang digunakan di dalam penelitian, yaitu : IHSG = f (SBI, KURS, MINYAK, IDJ) Tabel 4 Hasil Regresi Awal Dependent Variable: IHSG Method: Least Squares Date: 02/08/12 Time: 16:43 Sample: 2005M01 2011M10 Included observations: 82 Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C 6873.280 1470.813 4.673117 0.0000 SBI -249.4097 28.83090-8.650776 0.0000 KURS -0.387199 0.107356-3.606698 0.0005 MINYAK 14.83050 3.196656 4.639378 0.0000 IDJ -0.004563 0.054262-0.084091 0.9332 R-squared 0.753412 Mean dependent var 2203.672 Adjusted R-squared 0.740603 S.D. dependent var 896.7069 S.E. of regression 456.7023 Akaike info criterion 15.14498 Sum squared resid 16060430 Schwarz criterion 15.29173 Log likelihood -615.9441 Hannan-Quinn criter. 15.20390 F-statistic 58.81558 Durbin-Watson stat 0.148191 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Data telah diolah menggunakan Eviews7 Persamaan regresi : IHSG = 6873.280-249.4097 SBI - 0.387199 KURS + 14.83050 MINYAK 0.004563 IDJ

Setelah dilakukannya Uji Asumsi Klasik menggunakan regresi awal, ternyata mendapatkan hasil bahwa dinyatakan lolos untuk uji normalitas dan uji heteroskedastisitas. Tetapi terdapat autokorelasi dan multikolinearitas dengan menggunakan regresi awal tersebut. Untuk penanggulangan tersebut, khususnya penanggulangan multikolinearitas digunakan log-lin yang dimana merupakan syarat untuk melihat variabel mana yang akan dibuang antara variabel Kurs ataukah Indeks Dow Jones. Ternyata dari hasil log-lin tersebut menyimpulkan bahwa Indeks Dow Joneslah yang paling tidak signifikan diantara variabel yang memiliki multikolinearitas tersebut (Indeks Dow Jones dan Kurs). Setelah itu dilakukan uji wald untuk mengambil keputusan apakah variabel Indeks Dow Jones yang akan dibuang tersebut diperbolehkan atau tidak. Berikut ini adalah hasil dari regresi log-lin tersebut : Dependent Variable: LOGIHSG Method: Least Squares Date: 03/12/12 Time: 18:47 Sample: 2005M01 2011M10 Included observations: 82 Tabel 5 Hasil Regresi Akhir Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C 9.262424 0.674683 13.72856 0.0000 SBI -0.116808 0.013225-8.832269 0.0000 KURS -0.000146 4.92E-05-2.964267 0.0040 MINYAK 0.007634 0.001466 5.206206 0.0000 IDJ 1.15E-05 2.49E-05 0.460569 0.6464 R-squared 0.763455 Mean dependent var 7.613096 Adjusted R-squared 0.751167 S.D. dependent var 0.419973 S.E. of regression 0.209496 Akaike info criterion -0.229188 Sum squared resid 3.379416 Schwarz criterion -0.082437 Log likelihood 14.39671 Hannan-Quinn criter. -0.170270 F-statistic 62.12992 Durbin-Watson stat 0.122415 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Data telah diolah menggunakan Eviews4

Persamaan regresi : LOGIHSG = 9.262424-0.116808 SBI - 0.000146 KURS + 0.007634 1.2.1 Uji Asumsi Klasik MINYAK + 0.0000115 IDJ Pengujian pelanggaran asumsi klasik untuk model yang digunakan dalam penelitian. Model yang digunakan adalah : LOGIHSG = f (SBI, KURS, MINYAK, IDJ) 1.2.1.1 Uji Normalitas Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas dengan melihat nilai probabilita dari Jarque-Berra Pengujian hipotesis untuk uji normalitas, yaitu : Ho : Ha : Data residual berdistribusi normal Data residual berdistribusi tidak normal Apabila hasil dari probabilita Jarque-Berra > 0.05 maka Ha ditolak yang berarti data residual berdistribusi normal, sedangkan jika hasil dari probabilita Jarque-Berra < 0.05 maka Ha diterima yang berarti data residual berdistribusi tidak normal.

16 14 12 10 8 6 4 2 0 Gambar 8 Hasil Uji Normalitas -1000-800 -600-400 -200 0 200 400 600 800 Series: Residuals Sample 2005M01 2011M10 Observations 82 Mean 5.82e-14 Median 11.06605 Maximum 871.4541 Minimum -1095.507 Std. Dev. 445.2830 Skewness -0.546660 Kurtosis 3.012408 Jarque-Bera 4.084639 Probability 0.129727 Sumber : Data telah diolah menggunakan Eviews7 Dengan melihat hasil output, pengujian normalitas dengan menggunakan Jarque Berra test menghasilkan nilai probabilita dari Jarque-Berra sebesar 0.129727 > 0.05 yang berarti hipotesa null yang menyatakan bahwa distribusi dari error bersifat normal diterima. Dengan demikian asumsi normalitas yang disyaratkan dapat terpenuhi. 1.2.1.2 Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varian dari setiap error bersifat heterogen yang berarti melanggar asumsi klasik yang mensyaratkan bahwa varian dari error harus bersifat homogen. Pengujian hipotesis untuk uji heteroskedastisitas, yaitu : Ho : Ha : Tidak terdapat heteroskedastisitas Terdapat heteroskedastisitas

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji White-test dengan pengambilan keputusan : Jika signifikansi probabilita (Obs*R²) < 0.05, maka Ho ditolak (terdapat heteroskedastisitas) Jika signifikansi probabilita (Obs*R²) > 0.05, maka Ho diterima (tidak terdapat heteroskedastisitas) Hasil pengujian Uji White-test untuk menguji heteroskedastisitas ditunjukkan dalam tabel 6 sebagai berikut : Tabel 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji White) Obs*R-squared Probabilita Kesimpulan 7.031422 0.1342 Tidak Terdapat heteroskedastisitas Sumber : Data telah diolah menggunakan Eviews7 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa signifikansi dari probabilita Obs*R² 0.1342 > 0.05 untuk model regresi yang digunakan. Sehingga hipotesis yang menyatakan tidak adanya heteroskedastisitas diterima. 1.2.1.3 Uji Autokorelasi Autokorelasi menunjukkan bahwa adanya korelasi antara error dengan error periode sebelumnya. Dimana pada asumsi klasik hal ini tidak boleh terjadi. Permasalahan autokorelasi hanya relevan digunakan jika data yang dipakai adalah data time series. Sedangkan untuk data cross section tidak perlu digunakan.

Pengujian hipotesis untuk uji autokorelasi, yaitu: Ho : Ha : Tidak terdapat autokorelasi Terdapat autokorelasi Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji LM-test dengan pengambilan keputusan : Jika signifikansi probabilita (Obs*R²) < 0.05, maka Ho ditolak (terdapat autokorelasi) Jika signifikansi probabilita (Obs*R²) > 0.05, maka Ho diterima (tidak terdapat autokorelasi) Hasil pengujian LM-test untuk menguji autokorelasi ditunjukkan dengan tabel 7 sebagai berikut : Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi (Uji LM-Test) Obs*R-squared Probabilita Kesimpulan 65.51504 0.0000 Terdapat Autokorelasi Sumber : Data telah diolah menggunakan Eviews7 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa signifikansi dari probabilita Obs*R² 0.0000 < 0.05 untuk model regresi yang digunakan. Sehingga hipotesis yang menyatakan adanya autokorelasi diterima atau dengan kata lain model yang digunakan mengandung autokorelasi. Karena model regresi yang digunakan mengandung autokorelasi, maka autokorelasi tersebut harus disembuhkan. Penanggulangan Autokorelasi

Hasil pengujian LM-test setelah penyembuhan autokorelasi dengan cara menambahkan ar (1), ditunjukkan dengan tabel 8 sebagai berikut : Tabel 8 Hasil Uji LM-Test (ar (1)) Obs*R-squared Probabilita Kesimpulan 0.516507 0.4723 Tidak Terdapat Autokorelasi Sumber : Data telah diolah menggunakan Eviews7 Setelah dilakukan penyembuhan autokorelasi, dapat disimpulkan bahwa signifikansi dari Obs*R² 0.4723 > 0.05 untuk model regresi yang digunakan. Sehingga hipotesis yang menyatakan tidak adanya autokorelasi diterima. 1.2.1.4 Uji Multikolinearitas Multikolinearitas menunjukkan bahwa antara variabel independen mempunyai hubungan langsung (berkorelasi). Konsekuensi dari multikolinearitas akan menyebabkan koefisien regresi nilainya kecil, standar error regresi nilainya besar sehingga pengujian individunya menjadi tidak signifikan. Ciri adanya multikolinearitas adalah R-square tinggi, F-test signifikan, namun t- testnya banyak yang tidak signifikan. Pengujian hipotesis untuk uji multikolinearitas, yaitu : Ho : Ha : Tidak terdapat multikolinearitas Terdapat multikolinearitas Pengambilan keputusan : Jika korelasi (r) > 0.7, maka Ha diterima (terdapat multikolinearitas)

Jika korelasi (r) < 0.7, maka Ha ditolak (tidak terdapat multikolinearitas) Tabel 9 Hasil Uji Multikolinearitas (Correlation Matrix) SBI KURS MINYAK IDJ SBI 1.000000 0.121722-0.282477 0.087354 KURS 0.121722 1.000000-0.522331-0.733200 MINYAK -0.282477-0.522331 1.000000 0.500715 IDJ 0.087354-0.733200 0.500715 1.000000 Sumber : Data telah diolah menggunakan Eviews4 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai correlation matrix antar variabel independen (IDJ dan KURS) mengandung multikolinearitas, karena mempunyai angka correlation matrix - 0.733200 > -0.7 yang artinya memiliki hubungan yang kuat dan negatif. Karena nilai correlation matrix yang didapatkan mengandung multikolinearitas, maka multikolinearitas tersebut harus disembuhkan. Penanggulangan Multikolinearitas Penanggulangan untuk uji multikolinearitas yaitu dengan cara menghilangkan satu atau lebih variabel bebas yang mempunyai kolinearitas tinggi (sebelumnya telah dilakukan log-lin pada masing-masing variabel), yang setelah itu diuji dengan menggunakan Uji Wald. Uji Wald ini dilakukan untuk mengambil keputusan apakah variabel yang memiliki kolinearitas tinggi tersebut dapat dihilangkan atau tidak. Berikut ini adalah hasil dari regresi yang telah di log-lin kan, yaitu : Tabel 10 Hasil Regresi Log-lin

Dependent Variable: LOGIHSG Method: Least Squares Date: 03/12/12 Time: 18:47 Sample: 2005M01 2011M10 Included observations: 82 Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C 9.262424 0.674683 13.72856 0.0000 SBI -0.116808 0.013225-8.832269 0.0000 KURS -0.000146 4.92E-05-2.964267 0.0040 MINYAK 0.007634 0.001466 5.206206 0.0000 IDJ 1.15E-05 2.49E-05 0.460569 0.6464 R-squared 0.763455 Mean dependent var 7.613096 Adjusted R-squared 0.751167 S.D. dependent var 0.419973 S.E. of regression 0.209496 Akaike info criterion -0.229188 Sum squared resid 3.379416 Schwarz criterion -0.082437 Log likelihood 14.39671 Hannan-Quinn criter. -0.170270 F-statistic 62.12992 Durbin-Watson stat 0.122415 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Data telah diolah menggunakan Eviews4 Setelah dilakukan transformasi logaritma natural, ternyata hasil dari probabilita IDJ 0.6464 > 0.05 yang artinya Indeks Dow Jones masih belum signifikan. Dalam arti lain, model yang diteliti sudah masih memiliki masalah multikolinearitas. Sehingga penyembuhan multikolinearitas (Uji Wald) perlu dilakukan, agar dapat mengetahui hasil akhir bahwa apakah variabel IDJ tersebut dapat dihilangkan atau tidak. Berikut ini adalah hasil dari uji wald, yaitu : Wald Test: Equation: Untitled Tabel 11 Hasil Uji Wald

Test Statistic Value df Probability F-statistic 0.212124 (1, 77) 0.6464 Chi-square 0.212124 1 0.6451 Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) Value Std. Err. C(5) 1.15E-05 2.49E-05 Restrictions are linear in coefficients. Sumber : Data telah diolah menggunakan Eviews4 Dari hasil uji wald yang telah dilakukan, ternyata probabilita yang didapatkan yaitu sebesar 0.6464 > 0.05 yang berarti bahwa penghilangan variabel IDJ diperbolehkan. Dalam arti lain, menurut hasil dari penelitian ini variabel IDJ tidak terlalu berpengaruh terhadap IHSG. 1.2.2 Uji Hipotesis 1.2.2.1 Uji-t (Uji Signifikansi Individual) Uji test adalah pengujian koefisien regresi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dan untuk menentukan apakah koefisien regresi yang dihasilkan signifikan/tidak (layak dipercaya secara statistik). Pengujian hipotesis untuk uji-t (individu), yaitu : Ho : Ha : Data tidak berpengaruh secara signifikan Data berpengaruh secara signifikan a) Pengambilan keputusan untuk one-tailed : Jika prob/2 < 0.05, maka Ha diterima yang artinya signifikan secara statistik Jika prob/2 > 0.05, maka Ha ditolak yang artinya tidak signifikan secara statistik b) Pengambilan keputusan untuk two-tailed : Jika prob < 0.05, maka Ha diterima yang artinya signifikan secara statistik

Jika prob > 0.05, maka Ha ditolak yang artinya tidak signifikan secara statistik Tabel 12 Hasil Uji-t Variabel Coefficient Std. Error t-statistic t-tabel Prob. Kesimpulan C 9.262424 0.674683 13.72856 1.671 0.0000 Signifikan SBI -0.116808 0.013225-8.832269 1.671 0.0000 Signifikan KURS -0.000146 0.0000492-2.964267 1.671 0.0040 Signifikan MINYAK 0.007634 0.001466 5.206206 1.671 0.0000 Signifikan IDJ 0.0000115 0.0000249 0.460569 1.671 0.6464 Tidak Signifikan Sumber : Data telah diolah menggunakan Eviews4 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa : 1. Probabilita t-βo (C) adalah 0.0000 Berdasarkan hasil pengujian, prob/2 adalah sebesar 0.0000 < 0.05. Maka Ha diterima, yang artinya data berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG 2. Probabilita t-β1 (SBI) adalah 0.0000 Berdasarkan hasil pengujian, prob/2 adalah sebesar 0.0000 < 0.05. Maka Ha diterima, yang artinya data tingkat suku bunga SBI berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. 3. Probabilita t-β2 (KURS) adalah 0.0040 Berdasarkan hasil pengujian, prob/2 adalah sebesar 0.002 < 0.05. Maka Ha diterima, yang artinya data kurs rupiah berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. 4. Probabilita t-β3 MINYAK adalah 0.0000

Berdasarkan hasil pengujian, prob/2 adalah sebesar 0.0000 < 0.05. Maka Ha diterima, yang artinya data harga minyak dunia berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. 5. Probabilita t-β4 (IDJ) adalah 0.6464 Berdasarkan hasil pengujian, prob adalah sebesar 0.6464 > 0.05. Maka Ha ditolak, yang artinya data indeks dow jones tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. 1.2.2.2 Uji F (Uji Serentak) Digunakan untuk menguji apakah secara bersama-sama seluruh variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Pengujian hipotesis untuk uji F (serentak), yaitu : Ho : Secara bersama-sama seluruh variabel independen (tingkat suku bunga SBI, Kurs Rupiah, Harga Minyak Dunia, dan Indeks Dow Jones) tidak mempengaruhi variabel dependen (IHSG) Ha : Secara bersama-sama seluruh variabel independen (tingkat suku bunga SBI, Kurs Rupiah, Harga Minyak Dunia, dan Indeks Dow Jones) mempengaruhi variabel dependen (IHSG) Pengambilan keputusan : Jika sig. F statistik < 0.05, maka Ha diterima yang artinya signifikan secara statistik

Jika sig. F statistik > 0.05, maka Ha ditolak yang artinya tidak signifikan secara statistik Tabel 13 Hasil Uji F F-statistic Prob (F-statistic) Kesimpulan 62.12992 0.000000 Secara bersama-sama variabel independen mempengaruhi variabel dependen Sumber : Data telah diolah menggunakan Eviews4 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai probabilita dari F-statistik adalah 0.000000 < 0.05 maka Ha diterima dan signifikan secara statistik. Atau dengan kata lain, secara bersamasama variabel independen (Tingkat Suku Bunga SBI, Kurs Rupiah, Harga Minyak Dunia, dan Indeks Dow Jones) mempengaruhi variabel dependen (IHSG). 1.2.2.3 Uji Koefisien Determinasi (R²) Hasil estimasi model regresi menghasilkan R² = 0.751167 = 75.1167% yang menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen (Tingkat Suku Bunga SBI, Kurs Rupiah, Harga Minyak Dunia, dan Indeks Dow Jones) untuk menjelaskan variabel dependen (IHSG) sebesar 75.1167%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 24.8833% adalah perilaku dari variabel bebas lain yang mempengaruhi IHSG tetapi tidak dimasukkan dalam model. 1.2.2.4 Interpretasi Data Dari hasil regresi ternyata semua data variabel yaitu SBI, KURS dan MINYAK berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG, sedangkan untuk IDJ tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Maka selanjutnya besaran masing-masing data variabel yang berpengaruh secara signifikan tersebut akan diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Koefisien βo (C) adalah sebesar 9.262424 Artinya jika variabel independen (SBI, KURS, MINYAK, dan IDJ) = 0, maka variabel dependen (IHSG) adalah sebesar Rp. 9.262424 per lembar saham. 2. Koefisien β1 (SBI) adalah -0.116808 Artinya jika variabel tingkat suku bunga SBI naik sebesar 1 persen, maka IHSG akan turun sebesar Rp. 0.116808 per lembar saham. Hal tersebut sesuai dengan teori dan hipotesis yang berarti jika tingkat suku bunga SBI mengalami kenaikan maka IHSG akan mengalami penurunan. 3. Koefisien KURS adalah -0.000146 Artinya jika variabel kurs rupiah naik sebesar Rp.1/USD, maka IHSG akan turun sebesar Rp. 0.000146 per lembar saham. Hal tersebut sesuai dengan teori dan hipotesis yang berarti jika kurs rupiah mengalami kenaikan maka IHSG akan mengalami penurunan. 4. Koefisien MINYAK adalah 0.007634 Artinya jika variabel harga minyak dunia naik sebesar USD1/barel, maka IHSG akan naik sebesar Rp. 0.007634 perlembar saham. Hal tersebut sesuai dengan teori dan hipotesis yang berarti jika harga minyak dunia mengalami kenaikan maka IHSG juga akan mengalami kenaikan. 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1 Hipotesis 1 Hipotesis 1 yang diajukan dalam penelitian ini adalah Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh negatif terhadap IHSG. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa hipotesis 1

terbukti. Hasil ini menunjukkan bahwa penurunan tingkat suku bunga SBI akan mendorong kenaikan IHSG. Selama periode penelitian, situasi perekonomian Indonesia cukup baik. Hal ini dapat dilihat bahwa dari tahun 2005-2011, perekonomian Indonesia rata-rata tumbuh sebesar 5% tiap tahunnya. (http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_06feb12.pdf). Pertumbuhan perekonomian Indonesia ini tidak lepas dari kebijakan Bank Indonesia yang mendorong pemotongan tingkat suku bunga SBI secara berkala untuk meningkatkan penyaluran kredit oleh bank umum kepada masyarakat (http://www.bi.go.id/biweb/utama/publikasi/upload/leaflet-sbi-final.pdf). Investor yang akan berinvestasi di pasar modal Indonesia hendaknya memperhatikan variabel tingkat suku bunga SBI karena memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap IHSG. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sri Maryanti (2009) dan Ardian Agung Witjaksono (2010) yang menunjukkan bahwa tingkat suku bunga memiliki pengaruh yang negatif terhadap indeks harga saham. 4.3.2 Hipotesis 2 Hipotesis 2 yang diajukan dalam penelitian ini adalah Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil bahwa hipotesis 2 terbukti. Hasil ini menunjukkan bahwa ketika nilai kurs rupiah terdepresiasi maka IHSG akan melemah. Bagi investor sendiri, pelemahan nilai kurs rupiah menunjukkan situasi fundamental perekonomian Indonesia dalam kondisi suram. Ketika prospek perekonomian suram, maka investor cenderung melepaskan saham-saham yang dimilikinya untuk menghindari resiko. Aksi jual saham ini tentunya akan mendorong pelemahan IHSG. Selama periode pengamatan sendiri, diperoleh hasil bahwa nilai kurs rupiah dipertahankan oleh Bank Indonesia dalam kisaran Rp 8.500,00 Rp 10.000,00 per dollar Amerika Serikat. Nilai Kurs Rupiah yang relatif stabil ini menunjukkan

bahwa prospek perekonomian Indonesia cukup baik. Hal ini tercermin dari kenaikan IHSG selama periode pengamatan. Hasil dari penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Ardian Agung Witjaksono (2010), Sri Maryanti (2009), dan Bun Lenny dan Sarwo Edy Handoyo (2008) dimana kurs Rupiah memiliki pengaruh yang negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 4.3.3 Hipotesis 3 Hipotesis 3 yang diajukan dalam penelitian ini adalah Harga Minyak Dunia berpengaruh positif terhadap IHSG. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa hipotesis 3 terbukti. Ini disebabkan karena selama periode pengamatan, kenaikan harga minyak disebabkan bukan karena berkurangnya penawaran, tetapi karena meningkatnya permintaan (http://website.mudrajad.com/). Meningkatnya permintaan terhadap minyak ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi dunia. IMF sendiri menemukan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi dunia tumbuh sebesar rata-rata 4,5% (http://www.datacon.co.id/index1ind.html). Di Indonesia sendiri, sejak tahun 2005-2011 produk domestik bruto senantiasa tumbuh sekitar 4,9% -5,3% (http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_06feb12.pdf). Pertumbuhan PDB Indonesia ini sendiri akan tercermin pada IHSG, karena IHSG merupakan salah satu indikator yang perekonomian suatu negara (M.Samsul, 2008). Hasil ini menunjukkan bahwa kenaikan harga minyak dunia akan mendorong kenaikan IHSG. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Agung Witjaksono (2010), dan Bun Lenny dan Sarwo Edy Handoyo (2008) bahwa kenaikan harga minyak akibat meningkatnya permintaan akan mendorong kenaikan indeks harga saham.

4.3.4 Hipotesis 4 Hipotesis 4 yang diajukan dalam penelitian ini adalah Indeks Dow Jones berhubungan dan berpengaruh terhadap IHSG. Dari hasil perhitungan di atas diperoleh hasil bahwa hipotesis 4 tidak terbukti karena menyimpulkan bahwa Indeks Dow Jones berhubungan secara positif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Secara tidak langsung, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari salah satu bursa utama di dunia yang diuji pengaruhnya terhadap IHSG, diperoleh hasil bahwa Indeks Dow Jones tidak mempunyai pengaruh besar terhadap IHSG. Hal ini dilatarbelakangi walaupun IHSG Indonesia terpengaruh oleh pergerakan Indeks Dow Jones, IHSG lebih condong mengikuti pergerakan bursa-bursa saham Asia pada hari yang sama, terutama bursa saham Singapura yang tercermin dari Strait Times Index (STI). Perhatikan juga bahwa BEI buka pada jam 09:30 WIB, setelah bursa-bursa saham Asia lain (Jepang jam 07:00 WIB, Singapura jam 08:00 WIB, Hongkong 08:30 WIB, China 08:30 WIB) buka. Daripada mengikuti Indeks Dow Jones di Amerika Serikat, bisa dikatakan IHSG lebih condong mengekor bursa-bursa regional Asia (http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2011/08/pengaruhgejolka-dow-jones-pada-ihsg.html). Hal ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Bun Lenny dan Sarwo Edy Handoyo (2008) dan Bernd Hayo dan Ali M Kutan (2004) yang dimana menurutnya Indeks Dow Jones berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Tidak mendukung penelitian sebelumnya ini juga bisa terjadi karena jarak waktu dari penelitian. Penelitian sebelumnya lebih panjang periode waktunya, daripada penelitian ini.