BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Arista Anggariawan Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada Tanggal : Susunan Tim Penguji. Anggota Tim Penguji

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan. Silika

02. TEMPERATURE TUJUAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (

FISIKA TERMAL Bagian I

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Energi. Energi kinetic; energy yang dihasilkan oleh benda bergerak. Energi radiasi : energy matahari.

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto

TERMOKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

Diagram Fasa. Latar Belakang Taufiqurrahman 1 LOGAM. Pemaduan logam

BAB 7 ANALISA TERMAL

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN

WEEK 8,9 & 10 (Energi & Perubahan Energi) TERMOKIMIA

KARAKTERISASI SIFAT TERMAL PADUAN AlFe(2,5%)Ni(1,5%) DAN AlFe(2,5%)Ni(1,5%)Mg(1%) UNTUK KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

12/3/2013 FISIKA THERMAL I

BAB II LANDASAN TEORI

Kekekalan Energi energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan

Xpedia Fisika. Soal Zat dan Kalor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

KALOR DAN KALOR REAKSI

III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE)

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENENTUAN KODUKTIVITAS PANAS KOMPOSIT MATRIKS KERAMIK SILIKON KARBIDA MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL SCANNING CALORIMETRY

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL PERCOBAAN TERMOKIMIA

Gambar 4. Pengaruh kondisi ph medium terhadap ionisasi polimer dan pembentukan kompleks poliion (3).

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

ANALISIS TERMAL GARAM CAMPURAN MgCl 2 -NaCl

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

LEMBARAN SOAL 5. Pilih satu jawaban yang benar!

LKS XI MIA KELOMPOK :... ANGGOTA :

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN IX ENTALPI DAN ENTROPI PELEBURAN

Energetika dalam sistem kimia

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Background 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

BAB II LANDASAN TEORI

TRANSFORMASI FASA PADA LOGAM

KALOR. hogasaragih.wordpress.com

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

Kalor dan Hukum Termodinamika

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil pengujian dan analisa limbah plastik PP (Polypropyline).

TERMODINAMIKA (I) Dr. Ifa Puspasari

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

Penggunaan Data Karakteristik Minyak Sawit Kasar untuk Pengembangan Transportasi Moda Pipa

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang

Termodinamika dan Kesetimbangan Kimia

KALOR. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan

MENYARING DAN MENDEKANTASI

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan T akan dihasilkan

Sebutkan data pada kalor yang diserap atau dikeluarkan pada sistem reaksi!

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II TERMOKIMIA. Rabu, 2-April-2014 DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1:

ANALISA KONDUKTIVITAS THERMAL MATERIAL KOMPOSIT SERAT AMPAS TEBU DENGAN STYROFOAM SEBAGAI MATRIKS. Hafid Al Imam, Burmawi, Kaidir*

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

BAB III METODE PENELITIAN

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL

PERMASALAHAN. Cara kerja evaporator mesin pendingin absorpsi difusi amonia-air

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

BAB IV TERMOKIMIA A. PENGERTIAN KALOR REAKSI

1 Universitas Indonesia

Horizontal. Kedalaman. Laut. Lintang. Permukaan. Suhu. Temperatur. Vertikal

Titik Leleh dan Titik Didih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN

STUDY PERSYARATAN FISIK ASPAL MODIFIKASI DENGAN PEMANFAATAN KARET ALAM SIKLIK (CYCLIC NATURAL RUBBER) Oleh: ABSTRAK

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Percobaan L-2 Hukum Joule Uraian singkat : Dasar teori:

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

PENGARUH UNSUR Zr PADA PADUAN U-Zr DAN INTERAKSINYA DENGAN LOGAM Al TERHADAP PEMBENTUKAN FASA

Gambar 4.7. SEM Gelas BG-2 setelah perendaman di dalam SBF Ringer

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Pengujian Termal Pada pengujian termal menggunakan metode DSC, ABS Original + ABS Recycle mendapatkan hasil yang bervariasi pada nilai Tg dan nilai Tm. Didapatkannya Tg dan Tm yang bervariasi pada pengujian termal tersebut disebabkan karena kondisi material yang bervariasi pula. Tabel 4.1 Kondisi Uji Pada Sample No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian 1. ABS Original 2. ABS Original 85% +ABS Recycle 15% Nama Sample 3. ABS Original 70% +ABS Recycle 30% 4. ABS Original 55% Analisa +ABS Recycle 45% Glass Transition Berat Sample 5.4 7.2 mg 1 Temperature (Tg) dan Melting Temperature (Tm) DSC Heating-cooling-heating Heating : 50 o C 150 o C Program Temperatur Cooling : 150 o C - -100 o C Hold : -100 o C (4 menit) Heating : -100 o C 150 o C Pure Gas N2 (20 ml/menit) 29

30 Keterangan tabel : Pada pengujian ABS original, akan dianalisa temperatur glass temperature (Tg) dan melting temperature (Tm). Proses pengujian merujuk ke standart ASTM D3418-15 yang mana proses penentuan Tg dan Tm sudah dituliskan pada bab sebelumnya (BAB III, sub bab 3.4.3). Temperatur diatur 3 tahap yaitu pemanasan pertama, pendinginan, dan pemanasan kedua. Pemanasan kedua dilakukan untuk menghilangkan thermal history. Thermal history adalah perjalanan termal yang pernah dialami material pada saat dipanaskan. Thermal history dapat dihilangkan dengan memanaskan material sedikit di atas suhu leleh dan kemudian didinginkan secara cepat ke bawah suhu transisi gelasnya. 4.1.1 Hasil pengujian ABS original Tabel 4.1.1 Kondisi uji pada sample ABS Original No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian Nama Sample ABS Original Berat Sample 5.4 7.2 mg Heating-cooling-heating 1 Analisa Glass Transition Temperature (Tg) dan Melting Temperature (Tm) DSC Program Temperatur Heating : 50 o C 150 o C Cooling : 150 o C - -100 o C Hold : -100 o C (4 menit) Heating : -100 o C 150 o C Pure Gas N2 (20 ml/menit)

Heat flow endo down (m/w) 31 Temperatur ( o C) Gambar 4.1.1 Termogram DSC ABS original Interpretasi : Pada pengujian DSC dengan menggunakan ABS original yang mana ini sebagai referensi material pada penelitian kali ini didapatkan nilai glass transition temperature (Tg) sebesar 105 o C dan nilai melting point (Tm) sebesar 133.05 o C. Kedua nilai tersebut dapat dilihat langsung pada termogram DSC untuk material ABS original diatas. Area dibawah kurva (yang diarsir) merupakan proses pelelehan material. Proses pelelehan ini merupakan proses endotermik karena energi yang dikeluarkan oleh tungku yang terdapat dalam mesin DSC diserap oleh material. Ketika sebuah material mulai meleleh, ikatan antar molekulnya menyerap energi dan mulai melonggar yang kemudian ikatan antar molekul tersebut lepas. Karena pencairan melibatkan penyerapan energi, maka pada kurva DSC sebagai penurunan aliran

32 panas yang besar dan sementara. Setelah material benar-benar meleleh, aliran panas kembali ke nilai awal aslinya. Bentuk dari kurva ini tergantung seberapa besar dan seberapa lama material membutuhkan energi untuk melepaskan ikatan antar molekulnya. ΔH pada termogram DSC material ABS original merupakan perubahan entalpi yang sudah dihitung oleh software dari mesin DSC. Entalpi merupakan energi yang dilepas atau diserap pada saat berlangsungnya suatu reaksi, entalpi tidak dapat dihitung, tetapi perubahan entalpi ΔH dapat dihitung dengan menetapkan titik referensi. Nilai ΔH yang positif merupakan reaksi endoterm, jika nilai ΔH negatif, maka terjadi reaksi eksoterm. Pada termogram DSC untuk material ABS original, area dibawah kurva menunjukkan nilai 8.178 mj dengan ΔH sebesar 1.2026 J/g. Nilai area dan ΔH berbanding lurus, semakin besar area maka nilai ΔH semakin besar pula. 4.1.2 Hasil pengujian ABS original 85% + ABS recycle 15% Tabel 4.1.2 Kondisi uji pada sample ABS Original 85% + ABS Recycle 15% No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian Nama Sample ABS Original 85% + ABS Recycle 15% Berat Sample 5.4 7.2 mg Analisa Heating-cooling-heating 1 Heating : 50 o C 150 o C Glass Transition Temperature (Tg) DSC Program Cooling : 150 o C - -100 o C dan Melting Temperatur Temperature (Tm) Hold : -100 o C (4 menit) Heating : -100 o C 150 o C Pure Gas N2 (20 ml/menit)

Heat flow endo down (m/w) 33 Temperatur ( o C) Gambar 4.1.2 Termogram DSC ABS original 85% + ABS Recycle 15% Interpretasi : Pada pengujian DSC dengan menggunakan ABS original 85% + ABS recycle 15% didapatkan nilai glass temperature (Tg) sebesar 104.08 o C dan nilai melting point (Tm) sebesar 139.60 o C. Kedua nilai tersebut dapat dilihat langsung pada termogram DSC untuk material ABS original di atas. Pada termogram DSC untuk material ABS original, area di bawah kurva menunjukkan nilai 13.532 mj dengan ΔH sebesar 2.0196 J/g. Nilai area dan ΔH berbanding lurus, semakin besar area maka nilai ΔH semakin besar pula.

Heat flow endo down (m/w) 34 4.1.3 Hasil pengujian ABS original 70% + ABS recycle 30% Tabel 4.1.3 Kondisi uji pada sample ABS Original 70% + ABS Recycle 30% No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian Nama Sample ABS Original + ABS Recycle 30% Berat Sample 5.4 7.2 mg 1 Heating-cooling-heating Analisa Heating : 50 o C 150 o C Glass Transition Temperature (Tg) DSC Program Cooling : 150 o C - -100 o C dan Melting Temperatur Temperature (Tm) Hold : -100 o C (4 menit) Heating : -100 o C 150 o C Pure Gas N2 (20 ml/menit) Temperatur ( o C) Gambar 4.1.3 Termogram DSC ABS original 70% + ABS Recycle 30%

35 Interpretasi : Pada pengujian DSC dengan menggunakan ABS original 70% + ABS recycle 30% didapatkan nilai glass temperature (Tg) sebesar 104.63 o C dan nilai melting point (Tm) sebesar 139.72 o C. Kedua nilai tersebut dapat dilihat langsung pada termogram DSC untuk material ABS original di atas. Pada termogram DSC untuk material ABS original, area di bawah kurva menunjukkan nilai 10.500 mj dengan ΔH sebesar 1.4583 J/g. Nilai area dan ΔH berbanding lurus, semakin besar area maka nilai ΔH semakin besar pula. 4.1.3 Hasil pengujian ABS original 70% + ABS recycle 30% Tabel 4.1.4 Kondisi uji pada sample ABS Original 55% + ABS Recycle 45% No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian Nama Sample ABS Original 55% + ABS Recycle 45% Berat Sample 5.4 7.2 mg Analisa Heating-cooling-heating 1 Heating : 50 o C 150 o C Glass Transition Temperature (Tg) DSC Program Cooling : 150 o C - -100 o C dan Melting Temperatur Temperature (Tm) Hold : -100 o C (4 menit) Heating : -100 o C 150 o C Pure Gas N2 (20 ml/menit)

Heat flow endo down (m/w) 36 Temperatur ( o C) Gambar 4.1.4 Termogram DSC ABS original 55% + ABS Recycle 45% Interpretasi : Pada pengujian DSC dengan menggunakan ABS original 55% + ABS recycle 45% didapatkan nilai glass temperature (Tg) sebesar 105.46 o C dan nilai melting point (Tm) sebesar 132.17 o C. Kedua nilai tersebut dapat dilihat langsung pada termogram DSC untuk material ABS original di atas. Pada termogram DSC untuk material ABS original, area di bawah kurva menunjukkan nilai 9.182 mj dengan ΔH sebesar 1.4346 J/g. Nilai area dan ΔH berbanding lurus, semakin besar area maka nilai ΔH semakin besar pula.

Temperatur 37 4.2 Pembahasan 120 100 105.49 104.08 104.63 105.46 80 60 40 20 0 ABS original ABS original 85% + ABS recycle 15% Nama Sample ABS original 70% + ABS recycle 30% ABS original 55% + ABS recycle 45% Gambar 4.2.1 Grafik Nilai Tg Analisa : Pada grafik perbandingan nilai Tg dapat dilihat bahwa nilai Tg dari ABS original dalam hal ini sebagai referensi utama terlihat mempunyai nilai Tg paling besar. Untuk nilai ABS original yang dicampur dengan ABS recycle, semakin banyak perbandingan bahan recycle, nilai Tg nya akan sedikit mengalami perubahan. Nilai Tg bergantung pada pengolahan material, begitu pula karakteristik alami material seperti struktur, ikatan, dan berat molekul. Mengacu pada pengertian Tg dan dengan melihat kondisi yang ada pada grafik, bertambahnya persentase campuran recycle akan menaikkan ikatan dan berat molekul, sehingga nilai Tg akan semakin naik pula. Nilai Tg dari ABS original 85% + ABS recycle 15% dan ABS original 70% + ABS recycle 30% mempunyai nilai yang hampir sama, nilai ABS original dengan ABS original + ABS recycle 45% mempunyai nilai yang hampir sama pula. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ikatan dan berat molekul dari ABS original + ABS recycle 15% dan ABS original + ABS recycle 30% hampir sama

Temperatur 38 dan ABS original mempunyai ikatan dan berat molekul yang sama dengan ABS original + ABS recycle 45%. Menurut (Zenkiewicz et. al., 2009), nilai Tg pada material ABS tidak berubah secara signifikan walaupun material ABS sudah di recycle secara berulang. Pada penelitian ini, perubahan nilai dari Tg tidak signifikan dikarenakan nilai Tg pada material ABS tidak begitu terpengaruh dengan kondisi material recycle. Penyebab nilai Tg pada ABS original 85% + ABS recycle 15% dan ABS original 70% + ABS recycle 30% dibawah nilai Tg dari ABS original dan ABS original 55% + ABS recycle 45% dikarenakan pada saat pencampuran material ABS original dan material ABS recycle tidak terjadi campuran yang homogen. Nilai Tg dari ketiga sample ABS campuran semuanya masih berada diantara nilai Tg ABS original, yang mana nilai Tg ABS original sebesar 105.49 o C. Dari hasil pengujian termal untuk variabel Tg, material ABS original dicampur dengan ABS recycle dengan perbandingan 85% : 15%, 70% : 30%, dan 55% : 45% dapat digunakan. 150 135 120 133.05 139.6 139.72 132.17 105 90 75 60 45 30 15 0 ABS original ABS original 85% + ABS recycle 15% Nama Sample ABS original 70% + ABS recycle 30% ABS original 55% + ABS recycle 45% Gambar 4.2.2 Grafik Nilai Tm

39 Analisa : Pada grafik perbandingan nilai Tm terlihat nilai Tm dari ABS original maupun ABS yang dicampur dengan recycle mempinyai nilai Tm yang bervariasi. Nilai Tm tertinggi terdapat pada sample ABS original 70% + ABS recycle 30% yaitu sebesar 139.72 o C. Nilai Tm terendah yaitu terdapat pada sampel ABS original 55% + ABS recycle 45% yaitu sebesar 450 o C. terbalik Menurut ( Araújo et. al. 2010) Nilai kemurnian dari material berbanding degan melting temperature. Semakin tinggi melting temperature mengindikasikan smakin banyak pengotor dalam material tersebut karena pengotor mempunyai ukuran kristal yang lebih besar. Pada penelitian pencampuran ABS original + ABS recycle terutama pada bagian kurva melting point yang mempunyai dua puncak, puncak pertama merupakan melting point dari material ABS sedangkan puncak melting point yang kedua merupakan melting point dari pengotor. Pengotor ini kemungkinan terdapat pada material recycle. Menurut (Gregorova, 2013) dalam penentuan puncak pada termogram DSC yang mempunyai dua titik puncak, yaitu dipilih puncak tertinggi yang terdapat pada kurva melting temperature. Nilai Tm pada suatu material tinggi karena ikatan antar molekulnya kuat sehingga energi panas yang dibutuhkan untuk melepaskan ikatan antar molekul tersebut besar. Bahan penyusun dalam material yang mempunyai ketahanan panas yang baik juga akan menaikkan nilai dari Tm. Material yang memiliki ikatan antar molekul tidak terlalu kuat maka lebih mudah terlepas apabila ada energi panas yang masuk. Pada gambar diatas, nilai Tm dari ABS original 85% + ABS recycle 15% dan ABS original 70% + ABS recycle 30% mempunyai nilai Tm yang tinggi dibandingkan dengan nilai Tm ABS original yaitu sebesar 139.6 o C dan 139.72 o C. Nilai Tm pada ABS original 85% + ABS recycle 15% dan ABS original 70% + ABS recycle 30% tinggi karena yang terdeteksi oleh mesin DSC merupakan Tm dari pengotor. Nilai Tm material ABS terdapat pada kurva yang pertama yaitu berkisar 130 o C-132 o C. Pada hasil ini relevan pada penelitian yang dilakukan oleh Żenkiewicz et. al., yang mana penambahan material recycle menurunkan nilai Tm tetapi tidak terlalu besar.

mj 40 15 13.532 10 8.178 10.5 9.182 5 0 ABS original ABS original 85% + ABS recycle 15% Nama Sample ABS original 70% + ABS recycle 30% ABS original 55% + ABS recycle 45% Gambar 4.2.3 Grafik Nilai Area di Bawah Kurva Interpretasi : Pada gambar diatas dapat dilihat nilai dari area yang terbentuk dibawah kurva. Nilai area tertinggi berada pada ABS original 85% + ABS recycle 15% dengan nilai 13.532 mj. Nilai area terendah terdapat pada ABS original yaitu dengan nilai 8.178 mj. Nilai area ini terbentuk dari energi yang dibutuhkan untuk melepaskan ikatan suatu material sampai material benar-benar terlepas dari ikatan molekulnya, nilai area berbanding lurus dengan nilai ΔH. Yang mempengaruhi besar atau kecil nilai area pada suatu material yaitu terdapat pada material penyusunnya dan kuat atau lemahnya ikatan antar molekul pada material tersebut. Semakin kuat ikatan antar molekul maka nilai area akan semakin besar. Semakin besar energi yang dapat diserap oleh material penyusun pada suatu material, ini juga akan menambah

41 besar nilai dari area. Pada gambar diatas terlihat nilai area pada ABS original yang dicampur dengan ABS recycle mempunyai nilai area yang lebih besar daripada nilai area dari ABS original. Dengan demikian, penambahan material ABS recycle akan menaikkan nilai dari area. ABS Original ABS Original 85% + ABS Recycle 15% ABS Original 70% ABS Original 55% + ABS Recycle 30% + ABS Recycle 45% Gambar 4.2.4 Area di Bawah Kurva

42 Analisa : Pada ABS original, area dibawah kurva terbentuk dari satu titik puncak. Kurva ini terbentuk karena material ABS original menyerap energi panas secara konstan. Penyerapan energi panas secara kontan ini terjadi karena pada proses pembentukan material ABS original hanya ada satu bahan yaitu biji plastik ABS original. Pada ABS original dan ABS recycle 15%, 30%, dan 45% Kurva ini terbentuk karena proses penyerapan energi panas terjadi dua kali. Penyerapan panas terjadi dua kali karena pada material ABS campuran terdiri dari dua material penyusun yaitu ABS original dan ABS recycle. Penyebab kurva mempunyai dua puncak yaitu disebabkan oleh fenomena bersamaan dari pencairan dan rekristalisasi yang diikuti pelelehan akhir pada suhu yang lebih tinggi. Proses ini merupakan konsekuensi dari distribusi ukuran kristal, dan suhu leleh berbanding lurus dengan ukuran kristal. Pada kurva, puncak yang pertama menunjukkan nilai Tm dari ABS sedangkan puncak yang kedua merupakan Tm dari pengotor. Material pengotor ini dapat berupa minyak ataupun sisa mold release yang terdapat pada material recycle (Fabri 1997). Nilai area ini terbentuk dari energi yang dibutuhkan untuk melepaskan ikatan suatu material sampai material benar-benar terlepas dari ikatan molekulnya, nilai area berbanding lurus dengan nilai ΔH. Pada material campuran terutama pada perbandingan 15% : 85% dan 30% : 70%, mempunyai nilai area yang besar, ini terjadi karena energi yang dibutuhkan untuk melepaskan ikatan antar molekul pada perbandingan tersebut cukup besar (Fabri, 1997).