ANALISIS KINERJA OPERASIONAL KERETA API SRIWEDARI EKSPRESS JURUSAN SOLO - YOGYA

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) E-1

ANALISIS KINERJA OPERASIONAL KERETA API SRIWEDARI JURUSAN SOLO-YOGYA BAYU ROSIDA SUMANTRI

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL ANGKUTAN KERETA API KAMANDAKA JURUSAN SEMARANG PURWOKERTO

PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN PEDESAAN SEBAGAI PENGUMPAN (FEEDER) DARI KECAMATAN KALIDAWIR MENUJU KOTA TULUNGAGUNG

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA

KINERJA OPERASI KERETA BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KINERJA BUS EKONOMI ANGKUTAN KOTA DALAM PROVINSI (AKDP) TRAYEK PADANG BUKITTINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. trayek Solo-Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut:

ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA

Evaluasi Kinerja Jalan Arteri Primer Jalan Raya Yogya Solo Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI PERMINTAAN DAN PENYEDIAAN (DEMAND AND SUPPLY) ARMADA ANGKUTAN UMUM DI KOTA MALANG (STUDI KASUS : ANGKUTAN UMUM JALUR AG ARJOSARI-GADANG)

STUDI ANALISIS KETERLAMBATAN PERJALANAN KERETA API PARAHYANGAN BANDUNG JAKARTA. Petra Rayu Indrapratama NRP:

BAB III LANDASAN TEORI

Analisis Parkir Kendaraan Mobil Di Ruas Jalan Walikota Mustajab Surabaya

PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KERETA API PRAMEKS

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Jalan Ahmad Yani, frontage road, Jalan layang tol,kinerja, travel time.

BAB III. Landasan Teori Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum

EVALUASI KINERJA TRAYEK LYN BM SURABAYA JURUSAN BRATANG MENANGGAL DISUSUN OLEH : BIMA PUTRA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Tingkat aksesibilitas dapat dikategorikan sebagai aksesibilitas tinggi, karena dari hasil pengolahan data diperoleh :

EVALUASI KINERJA TRANSJAKARTA BUSWAY KORIDOR I RUTE (BLOK M-KOTA) Oleh : ANINDITO PERDANA ( )

Bus Sekolah Sebagai Moda Alternatif untuk Mengurangi Volume Lalulintas Harian di Kota Yogyakarta

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR SURABAYA SIDOARJO ( LEWAT JALAN AHMAD YANI)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terdahulu, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan pembangunan moda transportasi berbasis rel ini untuk

PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM (Studi Kasus : Kereta Api Prambanan Ekspres Solo-Yogyakarta)

ANALISA KINERJA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (STUDI KASUS RUTE : LAWANG ARJOSARI MALANG) TUGAS AKHIR

EVALUASI PERUBAHAN SEGMEN JALUR KERETA API BANGIL- SURABAYA SEBAGAI DAMPAK LUAPAN LUMPUR DI PORONG. Rofi Budi Hamduwibawa ( )

Evaluasi Operasional Angkutan Umum Kota Pariaman

BAB V KESIMPULAN Karakteristik Pengguna Dari Segi Sosial

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA JAMBI STUDI KASUS : RUTE ANGKOT LINE 4C JELUTUNG-PERUMNAS

EVALUASI KINERJA STASIUN PASAR TURI SURABAYA

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI

ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUM PERDESAAAN KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus Trayek Sidoarjo - Krian)

perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI KINERJA BUS PATAS ANTAR KOTA DALAM PROPINSI TRAYEK PROBOLINGGO-MALANG

Arahan Peningkatan Pelayanan Kereta Komuter Surabaya-Lamongan Berdasarkan Preferensi Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari. Dalam kaitannya dengan kehidupan manusia,

STUDI EVALUASI KETERLAMBATAN WAKTU PERJALANAN KERETA API TURANGGA DAN MUTIARA SELATAN BANDUNG SURABAYA p.p.

ANALISIS PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) DENGAN PEMBANGUNAN BUSLANE PARSIAL PADA KORIDOR UTARA-SELATAN KOTA SURABAYA

EVALUASI KINERJA OPERASI BUS KOBUTRI JURUSAN KPAD-ANTAPANI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat

MAHASISWA : DANANG IDETYAWAN DOSEN PEMBIMBING: IR HERA WIDIYASTUTI, MT.PHD ISTIAR, ST.MT

Analisis Pelayanan Penumpang Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) Trayek Yogyakarta - Solo

gerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain.

Evaluasi Kinerja Stasiun Pasar Turi Surabaya

Peningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta)

Nur Safitri Ruchyat Marioen NIM Program Studi Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung ABSTRAK

3.2 Survey Lalu Lintas : Kecepatan dan Pertundaan. Menggunakan Alat Enoscope : (pengamat dalam kondisi tidak bergerak)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

moda udara darat laut

BAB III LANDASAN TEORI

EVALUASI OPERASIONAL ANGKUTAN UMUM PENUMPANG TRAYEK L1 KOTA BANYUWANGI

PENINJAUAN TINGKAT KEHANDALAN LINTAS KERETA API MEDAN - RANTAU PARAPAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS WAKTU TEMPUH ANGKUTAN PERKOTAAN TERMINAL AMPLAS TERMINAL SAMBU DI KOTA MEDAN

1. Pendahuluan MODEL PENENTUAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN KOTA YANG OPTIMAL DI KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan lain sebagainya. Sementara dari sisi masyarakat,

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL JALUR GANDA KERETA API ANTARA BOJONEGORO SURABAYA PASARTURI

KAJIAN KELAYAKAN TARIF KERETA API KELAS EKONOMI

ANALISA KINERJA OPERASIONAL KERETA API PENATARAN JURUSAN SURABAYA GUBENG MALANG BLITAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. (Hazian,2008) Transportasi dapat diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

Kajian Lalu Lintas Persimpangan Tak Sebidang di Bundaran Satelit Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

STUDI KINERJA OPERASI DAMRI DI KOTA BANDUNG Disusun oleh: Render bakti Diputra Dosen pembimbing: Ir. Budi Hartanto Susilo, M.Sc

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-4 1

BAB II. Lintas dan Angkutan Kota (1998) dapat dijabarkan sebagai berikut :

TINJAUAN KINERJA OPERASI KENDARAAN ANGKUTAN UMUM DI BANDAR LAMPUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang

Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Angkutan jalan

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1 ANALISIS KINERJA OPERASIONAL KERETA API SRIWEDARI EKSPRESS JURUSAN SOLO - YOGYA Bayu Rosida Sumantri dan Ir. Wahju Herijanto, MT Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 bayu.rosida@gmail.com; wahjoesoeprapto@gmail.com Abstrak Pada bulan Nopember 2012 PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta mengoperasikan Kereta Api Sriwedari Ekspress dengan rute perjalanan Yogya Solo, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan penumpang akibat pemangkasan rute perjalanan Kereta Api Prambanan Ekspress dari tiga belas kali perjalanan menjadi enam kali perjalanan. Menurut Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta, dibukanya rute baru Kereta Api Sriwedari Ekspress yang melayani delapan kali perjalanan hanya dengan rute Yogya Solo saja diharapkan kereta ini dapat memfasilitasi pergerakan penumpang antar dua daerah tersebut. Namun untuk mengetahui kinerja dari kereta api ini sesuai dengan Surat Keterangan Dirjen Perhubungan Darat No. 687 Tahun 2002, perlu ditinjau dari segi faktor muat, jumlah penumpang yang diangkut, waktu tunggu penumpang, ketepatan waktu kedatangan dan keberangkatan kereta dan kenyamanan penumpang. Dalam penelitian digunakan metode survey untuk mendapatkan nilai nilai dari kinerja kereta api Sriwedari berupa survey observasi atau pengamatan lapangan. Adapun analisis yang digunakan untuk perhitungan waktu tempuh, waktu henti dan waktu tunda menggunakan uji hipotesis 1 sample t-test, karena uji ini paling memenuhi untuk melihat diterima atau tidaknya keterlambatan dari waktu kereta. Sedangkan untuk perhitungan load factor dan kenyamanan duduk dan berdiri berdasarkan perhitungan kapasitas dari Vukan R. Vuchic. Dari hasil analisis didapatkan waktu tempuh rata-rata untuk arah Yogyakarta selama 1 jam 14 menit dan untuk arah Solo selama 1 jam 12 menit. Waktu henti yang didapat dari seluruh jadwal perjalanan kereta arah Yogyakarta sebesar 3 menit, untuk arah Solo sebesar 5 menit. Waktu tunda dari seluruh perjalanan kereta Api Sriwedari untuk arah Yogyakarta didapat nilai waktu tunda kedatangan sebesar 22 menit dan nilai waktu tunda keberangkatan sebesar 20 menit, untuk arah Solo didapat nilai waktu tunda kedatangan sebesar 34 menit dan nilai waktu tunda keberangkatan sebesar 39 menit. Angka kenyamanan untuk ruang berdiri sebesar 0,25 m 2 /space, dan angka kenyamanan ruang duduk 0,203 m 2 /space. Kapasitas kereta api sebesar 680 penumpang. Load factor per kereta tertinggi untuk arah Solo terdapat pada nomor seri kereta 208 dengan load factor sebesar 57%, untuk arah Yogyakarta load factor tertinggi terdapat pada kereta dengan nomor seri 225 dengan load factor sebesar 55%. Load factor per ruas tertinggi arah Solo terdapat pada ruas Yogyakarta - Klaten sebesar 44%, sedangkan arah Yogya terdapat pada ruas Solo Klaten sebesar 46%. Kata kunci : Kinerja, Load factor, Sriwedari Ekspress, Waktu tempuh, Waktu tunda. I. PENDAHULUAN ropinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kotamadya PSurakarta atau yang lebih dikenal dengan kota Solo merupakan dua daerah penting di Jawa Tengah. Selain memiliki hubungan kebudayaan yang kental, letaknya yang berdekatan juga membuat pergerakan masyarakat dari Yogya menuju Solo maupun sebaliknya cukup tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan moda transportasi yang dapat menunjang pergerakan masyarakat tersebut. Pada bulan Nopember 2012 PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta mengoperasikan Kereta Api Sriwedari Ekspress dengan rute perjalanan Yogya Solo, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan penumpang akibat pemangkasan rute perjalanan Kereta Api Prambanan Ekspress dari tiga belas kali perjalanan menjadi enam kali perjalanan (Wikipedia.org). Menurut Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta, dibukanya rute baru Kereta Api Sriwedari Ekspress yang melayani delapan kali perjalanan hanya dengan rute Yogya Solo saja diharapkan kereta ini dapat memfasilitasi pergerakan penumpang antar dua daerah tersebut. Namun untuk mengetahui kinerja dari kereta api ini sesuai dengan harapan, perlu ditinjau dari segi ketepatan waktu kedatangan dan keberangkatan kereta yang sesuai jadwal dan kapasitas kereta yang berpengaruh terhadap kenyamanan penumpang. Menurut jadwal pengoperasian kereta api Sriwedari Ekspress yang telah ditetapkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta sebanyak delapan kali perjalanan dalam sehari dengan travel time rata-rata 75 menit untuk satu kali perjalanan dan kecepatan 50 km/jam sampai dengan 100 km/jam. Tidak diketahui nya demand untuk kereta api Sriwedari Ekspress dan perbedaan bentuk tempat duduk yang dimiliki Kereta Api Sriwedari Ekspress dengan kereta komuter pada umumnya yang menggunakan tipe tempat duduk memanjang di sisi kanan dan kiri kereta, sedangkan Kereta Api Sriwedari Ekspress memiliki tipe tempat duduk seperti kereta ekonomi jarak jauh, memungkinkan terjadinya perbedaan nilai angka kenyamanan tempat duduk dan tempat berdiri pada kereta ini. Oleh karena beberapa perbedaan Kereta Api

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 2 Sriwedari Ekspress dengan Kereta Api Komuter sebelumnya yang melayani wilayah Solo dan Yogya, perlu dilakukan peninjauan lebih lanjut mengenai kinerja kereta ini. Jenis kereta yang digunakan adalah kereta tipe KRD-E (Kereta Api Diesel Elektrik) yang terdiri dari 5 gerbong dengan kapasitas 462 penumpang. Dengan begitu besar nya pergerakan masyarakat dari Solo ke Yogya maupun sebaliknya dan besarnya minat masyarakat terhadap moda transportasi kereta api, diharapkan kereta ini mampu melayani pergerakan masyarakat tersebut. Studi ini hanya mencakup kinerja Kereta Api Sriwedari dari segi operasional dan dalam kapasitasnya melayani penumpang dari Solo ke Yogya dan sebaliknya, tetapi tidak mengulas lebih lanjut mengenai tingkat kepuasan penumpang terhadap kinerja kereta ini. II. METODOLOGI Diagram alir penelitian ditampilan pada gambar 1 sebagai berikut Gambar 2. Diagram Alir Penelitian (lanjutan) III. HASIL PENELITIAN Gambar 1. Diagram Alir Penelitian A. Waktu Tempuh Waktu tempuh adalah waktu yang diperlukan kereta dalam menempuh satu siklus rute perjalanan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti rata-rata waktu tempuh antar stasiun, waktu berhenti pada setiap stasiun, dan waktu tunda. Berdasarkan jadwal pengoperasian kereta api Sriwedari Ekspress yang telah ditetapkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta waktu satu kali tempuh Kereta Api Sriwedari dalam satu kali perjalanan adalah 75 menit. Survey untuk waktu tempuh dilakukan bersamaan dengan survey waktu tunda, dan selisih waktu kedatangan dan keberangkatan aktual. Survey dilakukan pada hari Rabu dan hari Sabtu. Berdasarkan hasil survey, waktu tempuh arah Yogya paling lama terjadi pada KA dengan No. Seri 213 pada hari libur, dengan lama waktu tempuh 1 jam 16 menit. sedangkan untuk arah Solo waktu tempuh paling lama terjadi pada KA dengan No. Seri 224 pada hari kerja, dengan lama waktu tempuh 1 jam 15 menit.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 3 waktu tempuh (menit) waktu tempuh (menit) 01.20 01.14 01.10 00.60 00.50 00.40 00.36 00.30 00.20 00.10 00.07 00.00 2.84 27.87 21.26 6.09 1.34 jarak (km) Gambar 3. Grafik Kecepatan Rencana dan Kecepatan Riil Kereta Api Sriwedari Arah Yogyakarta 01.20 01.12 01.10 01.08 00.60 00.50 00.40 00.39 00.30 00.20 00.16 00.10 00.06 00.00 6.09 21.26 27.87 2.84 1.34 jarak (km) Gambar 4. Grafik Kecepatan Rencana dan Kecepatan Riil Kereta Api Sriwedari Arah Solo B. Waktu Henti Kec. Kereta Kec. Rencana kereta dari PT. KAI (50-100 km/jam) Kec. Rencana Regional Rail (Vukan R. Vuchic) (40-70 km/jam) Kec. Kereta Kec. Rencana kereta dari PT. KAI (50-100 km/jam) Kec. Rencana Regional Rail (Vukan R. Vuchic) (40-70 km/jam) Waktu henti merupakan selisih dari waktu kedatangan dengan waktu keberangkatan aktual tiap-tiap stasiun yang dilalui kereta api sriwedari. Dalam penelitian ini waktu henti didapat dari hasil survey waktu aktual yang dilaksanakan sama dengan survey waktu tempuh. Berdasarkan hasil survey, waktu henti yang didapat dari keseluruhan perjalanan kereta untuk arah Yogya sebesar 3 menit dan untuk arah Solo sebesar 5 menit. Hasil ini kemudian dilakukan uji hipotesis 1-sample t- test guna menguji apakah waktu henti yang terjadi masih dalam batas penerimaan. Berdasarkan hasil uji hipotesis 1- sample t-test, waktu henti yang terjadi masih dalam batas penerimaan sehingga tidak diperlukan pergantian jadwal perjalanan. C. Waktu Tunda Waktu tunda adalah selisih dari waktu kedatangan dan keberangkatan terjadwal dengan aktual yang terjadi di lapangan. Hasil dari penelitian ini berupa penilaian ketepatan waktu kereta api Sriwedari terhadap jadwal yang ditentukan. Diterima tidak nya waktu keterlambatan yang terjadi dapat dilihat melalui uji hipotesis 1 sample t-test. Untuk perjalanan kereta arah Yogya didapat waktu tunda kedatangan sebesar 22 menit dan waktu tunda keberangkatan sebesar 20 menit. Sedangakan untuk arah Solo didapat waktu tunda kedatangan sebesar 34 menit dan waktu tunda keberangkatan sebesar 39 menit. Berdasarkan hasil uji hipotesis 1-sample t-test, waktu tunda yang terjadi masih dalam batas penerimaan sehingga tidak diperlukan pergantian jadwal perjalanan. D. Kenyamanan Ruang Duduk dan Berdiri 0.4500 2.7600 0.9000 1.4000 0.6000 0.6000 1.4000 0.5500 16.9100 0.2050 1.4000 Gambar 5. Dimensi Gerbong Kereta Api Sriwedari Salah satu paramater kinerja angkutan umum Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 9 Tahun 2011 adalah tersedianya tempat duduk dan tempat berdiri yang sesuai dengan standar kenyamanan tempat duduk dan berdiri yaitu r (kenyamanan tempat duduk) 0,3-0,55 m 2 /space dan σ (kenyamanan tempat berdiri ) 0,15-0,25 m 2 /space. Jumlah tempat duduk Kereta Api Sriwedari seperti yang tercantum pada plakat kapasitas penumpang yang ada di dalam kereta yaitu 68 penumpang. sedangkan tempat berdiri yang disediakan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Sarana yaitu 25 penumpang. dari luasan pada Gambar 4.8 dan data kapasitas penumpang duduk dan berdiri dapat dicari nilai kenyamanan untuk tempat duduk dan berdiri Kereta Api Sriwedari dengan perhitungan sebagai berikut : Ad r m 0,9 0,45 34 0,203 m 2 /space 68 1.4500 WC WC 0.8000 Bordes / sambungan antar gerbong 0.7800

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 4 Dari perhitungan di atas didapat nilai untuk kenyamanan duduk adalah 0,203 m 2 /space nilai ini masih kurang memenuhi dari standar kenyamanan tempat duduk yaitu 0,3-0,55 m 2 /space. Untuk angka kenyamanan berdiri ditetapkan nilai 0,25 m 2 /space, kemudian dicari jumlah penumpang berdiri maksimum yang dapat ditampung oleh Kereta Api Sriwedari dengan membagi luasan berdiri pada satu gerbong dengan standar minimum berdiri seperti pada perhitungan berikut : Ab 16,9 0,55 1,4 2,76 1,4 2,76 m' 0,25 m ' = 68 penumpang Berdasarkan perhitungan di atas, didapat jumlah maksimum penumpang berdiri yang dapat ditampung adalah 68 penumpang, Kemudian dapat dihitung kapasitas kereta dengan perhitungan sebagai berikut : Gambar 6. Volume rata-rata harian Kereta Api Sriwedari arah Solo Kapasitas 1 gerbong = m + m Keterangan : m = jumlah tempat duduk m = jumlah tempat berdiri Kapasitas 1 gerbong = 68 + 68 = 136 penumpang Kapasitas 5 gerbong = 680 penumpang Berdasarkan jarak tempuh nya, kereta api Sriwedari dianggap kereta suburban yaitu kereta yang menghubungkan satu kota dengan kota lain yang cukup jauh. Oleh karena itu sebaiknya dalam kereta suburban tidak ada penumpang yang berdiri, yang berarti seluruh penumpang yang naik ke kereta harus duduk. Dilakukan rekayasa perhitungan apabila seluruh penumpang duduk apabila kereta api Sriwedari mengangkut penumpang berdasarkan kapasitasnya yaitu 680 penumpang. dengan kapasitas duduk masing-masing gerbong adalah 68 penumpang, maka sisa penumpang berdiri yang harus duduk sebanyak 340 penumpang. Untuk menampung penumpang duduk yang tersisa dapat dilakukan beberapa alternatif. Yang pertama adalah menambah gerbong pada kereta api Sriwedari yaitu sebanyak 2 gerbong, yang kedua adalah menambah jadwal perjalanan kereta api Sriwedari. Akan tetapi untuk menambah jadwal perjalanan perlu dilakukan kajian lebih untuk mengetahui waktu yang tepat untuk penambahan jadwal perjalanan tersebut. Gambar 7. Volume rata-rata harian Kereta Api Sriwedari arah Yogyakarta Tabel 1. Perhitungan Load factor per kereta arah Solo Data PT. Kereta Api Indonesia Hasil Survey Arah Solo 208 212 218 224 208 212 218 224 Volume ratarata/hari 352 206 173 335 385 250 230 310 Kapasitas 680 680 LF 0,52 0,30 0,25 0,49 0,57 0,37 0,34 0,46 E. Load factor 1. Load factor per kereta Load factor atau faktor muat adalah perbandingan dari jumlah penumpang terangkut dengan kapasitas angkut yang tersedia pada Kereta Api Sriwedari. Pada penelitian ini load factor yang diperhitungkan berdasarkan data survey dan data sekunder yang didapat dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Gambar 8. Load Factor Kereta Api Sriwedari arah Solo

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 5 Tabel 2. Perhitungan Load factor per kereta arah Yogya Arah Yogya 209 Data PT. Kereta Api Indonesia 213 219 225 209 Hasil Survey 213 219 225 Volume ratarata/hari 371 208 196 377 350 230 210 360 Kapasitas 680 680 LF 0,55 0,31 0,29 0,55 0,51 0,34 0,31 0,53 Model Matriks Asal Tujuan YK LPY MGW KLT PRW SLO Naik YK 170 170 153 115 65 170 LPY 125 112 84 48 125 MGW 35 26 15 35 KLT 55 31 55 PRW 0 0 SLO - Turun 0 0 30 75 120 160 170 295 300 280 160 Rasio 0 0,10 0,25 0,43 1,00 YK LPY MGW KLT PRW SLO Naik YK 0 17 38 49 65 170 LPY 13 28 36 48 125 Gambar 9. Load Factor Kereta Api Sriwedari arah Yogya 2. Load Factor per ruas stasiun Load factor tiap stasiun dihitung berdasarkan hasil survey naik dan turun penumpang pada salah satu gerbong Kereta Api Sriwedari. Perhitungan load factor tiap stasiun menggunakan Matriks Asal Tujuan dengan Metode Analogi Fluida untuk mengetahui volume penumpang pada ruas-ruas stasiun yang dilewati oleh PT. Kereta Api Sriwedari. Diambil contoh perhitungan pada KA No. 208 dengan kereta tujuan Solo. Diketahui : Tabel 3. Hasil Survey Naik dan Turun Penumpang KA Sriwedari 208 Stasiun Naik Yogyakarta 170 Lempuyangan 125 Turun 208 208 Maguwo 35 30 Klaten 55 75 Purwosari 120 Solo Balapan 160 MGW 9 11 15 35 KLT 24 31 55 PRW 0 0 SLO - Turun - 0 30 75 120 160 Dari/Ke YK LPY MGW KLT PRW SLO YK 0 YK 17 17 YK 38 38 38 YK 49 49 49 49 YK 65 65 65 65 65 LPY 13 LPY 28 28 LPY 36 36 36 LPY 48 48 48 48 MGW 9 MGW 11 11 MGW 15 15 15 KLT 24 KLT 31 31 PRW 0 SLO Total Vol. Pnp 0 170 295 300 280 160 Vol. Maks Pnp 300 Gambar 10. Distribusi Pembebanan Volume Penumpang Per Stasiun Perhitungan volume penumpang pada tiap ruas dilakukan terhadap semua No. Kereta Api Sriwedari dari arah Solo maupun Yogya sehingga dapat dihitung load factor untuk masing-masing ruas stasiun yang dilalui Kereta Api Sriwedari

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 6 dengan membagi volume tiap ruas dengan kapasitas Kereta yaitu 680 penumpang. Gambar 11. Load Factor Kereta Api Sriwedari per ruas stasiun arah Solo Gambar 12. Load Factor Kereta Api Sriwedari per ruas stasiun arah Yogya A. KESIMPULAN IV. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian dan analisis data dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Waktu Tempuh Waktu tempuh dalam 1 kali perjalanan Kereta Api Sriwedari berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan didapat waktu tempuh menuju Yogya dengan rata-rata 1 jam 14 menit sedangkan untuk arah Solo sebesar 1 jam 12 menit. Waktu tempuh tersebut masih dalam batas yang ditentukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yaitu rata-rata 75 menit. 2. Waktu Henti Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan waktu tunda didapat waktu henti rata-rata dari seluruh jadwal Kereta Api Sriwedari yang menuju Yogya sebesar 0,05 jam dan untuk arah Solo sebesar 0,083 jam. Nilai ini kemudian dilakukan pengujian hipotesis stastistik 1-sample t-test, untuk mengetahui diterima atau tidaknya waktu henti tersebut dan hasilnya waktu henti masih diterima karena berada di dalam batas penerimaan uji hipotesis. 3. Waktu Tunda Perhitungan diterima atau tidaknya ketidaktepatan waktu berangkat dan datang dari jadwal ditentukan dengan uji hipotesis yang sama seperti waktu henti, yaitu uji hipotesis dengan 1-sample t-test, perhitungan dilakukan pada masing-masing waktu datang dan berangkat. Waktu tunda datang rata-rata untuk arah Yogya sebesar 0,4167 jam dan Waktu tunda berangkat sebesar 0,3 jam. Sedangkan untuk arah Solo waktu tunda datang rata-rata sebesar 0,533 jam dan waktu tunda berangkat sebesar 0,633 jam. Nilai tersebut kemudian dimasukkan kedalam perhitungan uji hipotesis 1-sample t-test dan didapatkan untuk semua waktu tunda kedatangan dan keberangkatan aktual dan terjadwal Kereta Api Sriwedari arah Solo dan Yogya masih dalam batas penerimaan sehingga tidak diperlukan pergantian jadwal. 4. Kenyamanan Ruang Duduk dan Berdiri Berdasarkan hasil survey pada dimensi Kereta Api Sriwedari didapat nilai untuk kenyamanan tempat duduk sebesar 0, 405 m 2 /space, nilai ini masih berada di dalam standar kenyamanan tempat duduk yaitu 0,3-0,55 m 2 /space. Kenyamanan tempat berdiri yang didapat berdasakan hasil survey adalah 0,68 m 2 /space, nilai ini lebih besar dari standar kenyamanan yang ditetapkan yaitu 0,15-0,25 m 2 /space. 5. Load factor Berdasarkan data volume penumpang yang didapat dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan data survey penumpang serta kapasitas angkut Kereta Api Sriwedari sebesar 680 penumpang, didapat nilai load factor tertinggi untuk arah Solo sebesar 52% pada Kereta dengan nomor seri 208 dan untuk arah Yogya sebesar 55% pada Kereta dengan nomor seri 225. Sedangkan untuk load factor pada tiap ruas antar stasiun didapat load factor tertinggi untuk arah Solo sebesar 44% pada ruas Maguwo Klaten. Untuk arah Yogya didapat load factor tertinggi sebesar 46% pada ruas Purwosari Klaten. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, saran-saran untuk kinerja operasional Kereta Api Sriwedari adalah :

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 7 1. Ketepatan waktu yang dipertahankan dan ditingkatkan sehingga dapat memaksimalkan pelayanan pengangkutan penumpang dari Solo ke Yogya dan sebaliknya 2. Perawatan yang berkala untuk Kereta Api sehingga tidak terjadi pembatalan keberangkatan akibat gangguan teknis. 3. Penambahan gerbong atau penambahan jadwal perjalanan sehingga seluruh penumpang Kereta Api Sriwedari dapat duduk dan tidak berdiri. V. DAFTAR PUSTAKA [1] Darmawan, 2001. Teknologi Jalan Rel. Bandung. [2] Dhanisworo, Radityo. 2008, Analisa Kinerja Kereta Api Komuter Surabaya Porong. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. [3] Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2002. Surat Keterangan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap Dan Teratur. Jakarta. [4] Haan, Charles T, 1979, Statistical Methods in Hidrology. Second Edition. Ames: Iowa State University Press. [5] Handbook of Transportation Engineering. 2004. USA: McGraw Hill. [6] Kementrian Perhubungan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan No. 9 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api. Jakarta. [7] Morlok, E.K. 2000. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. [8] Pambudi, Risma. 2010. Analisa Kinerja Kereta Api Komuter Surabaya-Lamongan. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember [9] Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta [10] Tika, Moh. Pabundu. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: Bumi Aksara. [11] Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perliku Organisasi. Jakarta: Gramedia [12] Vuchic, Vukan R. 1981. Urban Public Transportation System and Technology. University of Pensylvania [13] Walpole, Ronald E, 1995. Pengantar Statistika Edisi Ke-3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama [14] Warpani, Suwardjoko P. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung: ITB