VII. PENUTUP. 7.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil pembahasan kajian dapat disimpulkan sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

KABUPATEN GRESIK RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017

IV. EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA Tahun Anggaran 2013

BAB IV PENUTUP. di Provinsi Riau dalam mengikuti e-procurement pada tahun yaitu

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi 10. URUSAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

13 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

BAB I PENDUHULUAN Latar Belakang

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA Tahun Anggaran 2017

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPPA SKPD )

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH. Disampaikan pada acara : Sosialisasi Juknis OVOP Surabaya, April 2017

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

KABUPATEN GRESIK RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman

PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA MUNAS IWAPI KE - VIII JAKARTA, 16 SEPTEMBER 2015

PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

URUSAN WAJIB KOPERASI & USAHA KECIL MENENGAH. Hal Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN KONDISI UMUM

BAB VI Indikator Kinerja yang Mengaeu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

RINGKASAN LAPORAN TAHUNAN TAHUN ANGGARAN 2012 DINAS KOPERASI UKM PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN A. SUMBER DANA APBD KABUPATEN BANDUNG

lampiran 2 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PERANAN PERGURUAN TINGGI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAN KELEMBAGAAN POSYANTEK ABSTRAK

Tabel 5.1 Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bima

PENGEMBANGAN UMKM MENGHADAPI EKONOMI GLOBAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

- 4 - BAB III SEKRETARIAT JENDERAL. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

a. PROGRAM DAN KEGIATAN

Kota Bandung 20 lokasi pengecer barang hasil tembakau

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 139/M-IND/PER/10/2009 TENTANG

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN KOPERASI KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2014

RENCANA KERJA ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( RKA SKPD )

RENCANA KERJA (RENJA)

Tabel 3.1 Rencana Kegiatan anggaran dan realisasi Triwulan IV 2012

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RENCANA KERJA (RENJA)

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mangkunegara (2007:67) prestasi kerja (job performance) merupakan

Tahun-1 (2011) Tahun-2 (2012)

Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel IV.C.5.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Kepariwisataan Tahun 2013

PROGRAM DAN KEGIATAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA Tahun Anggaran 2017

PEGUKURAN KINERJA KEGIATAN

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

REALISASI FISIK DAN ANGGARAN KEGIATAN STRATEGIS ESELON I LINGKUP KEMENTAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN TAHUN 2015

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

RENCANA PROGRAM/KEGIATAN DINAS KOPERASI USAHA KECIL MENENGAH PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ,949,470,000

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2015 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2016 KABUPATEN PULANG PISAU. Target Capaian Kinerja

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

: PERENCANAAN PEMBANGUNAN ORGANISASI : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Halaman. 78. sebelum perubahan

BAB X PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN SDM KUMKM

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA BATAM BATAM, 8 DESEMBER 2011

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Table 5.1. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif Dinas Perindagkop dan UKM Kota Parepare

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

g. pelaksanaan jasa konsultasi pengembangan teknologi dan standarisasi industri; h. pelaksanaan layanan informasi pengembangan teknologi dan standaris

Transkripsi:

VII. PENUTUP 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan kajian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. UPT Pelatihan dan pengembangan melakukan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan kemampuan dan kapasitas Industri Kecil dan Menengah di Provinsi Riau melalui kegiatan pelatihan dan penambahan kapasitas anggota dan kelembagaan IKM, penambahan permodalan usaha, pengadaan peralatan usaha, promosi produk serta peningkatan mutu produk IKM. Perwujudan pemberdayaan yang telah dilakukan belum dilakukan secara maksimal sehingga masih memungkinkan dilakukan perbaikan ke arah yang lebih baik melalui strategi yang menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dengan peningkatan partispasi IKM di dalamnya. Penguatan kinerja UPT Pelatihan dan Pengembangan melalui strategi pemberdayaan masyarakat masih sangat mungkin dilakukan, dari data tahun 2007 Industri Kecil dan Menengah di Provinsi Riau berjumlah 5.144 unit usaha yang tersebar di 11 Kab/Kota di Provinsi Riau dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 79.807 orang dengan investasi sebesar Rp.1.402.250.210.000,-.Lembaga tersebut adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelatihan dan Pengembangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau. 2. Kondisi IKM di Provinsi Riau masih memerlukan pengembangan kegiatan dalam bentuk pemberdayaan, peran UPT Pelatihan dan pengembangan masih diperlukan dalam pemberdayaan IKM, baik dalam bentuk penguatan kelembagaan komunitas maupun usaha serta pendampingan kegiatan usaha. Fokus pemberdayaan yang dilakukan oleh UPT pelatihan dan pengembangan adalah melalui penguatan modal usaha unit usaha melalui asistensi manajemen usaha dan kredit usaha berbunga rendah, pengutan jaringan usaha kerja melalui pendampingan dan advokasi melalui kegiatan konsultasi dan promosi usaha, pengadaan sarana peralatan usaha serta training untuk penggunaannya, melakukan pendampingan dalam pemasaran hasil dan peningkatan performance produk usaha serta melakukan kegiatan konsultansi usaha secara

82 terus menerus melalui peningkatan partisipasi anggota IKM dalam kelembagaan komunitas UKM dalam kegiatan klinik konsultansi usaha. 3. Program-program yang telah dilakukan oleh UPT Pelatihan dan Pengembangan melalui kegiatan pelatihan dan magang pada tahun 2006 dan 2007 telah melatih sebanyak 646 orang sedangkan magang sebanyak 129 orang. Pemberdayaan IKM oleh UPT Pelatihan dan Pengembangan secara langsung telah dapat dirasakan oleh IKM baik melalui pelatihan, magang maupun kegiatan inkubator di workshop. Pelatihan yang telah dilaksanakan pada tahun 2006 dan 2007 terdiri dari pelatihan AMT, GMP, Pertenunan, Pembatikan, Bordir, Pengelasan, Pengolahan Makanan, dan Peningkatan Kemasanan Pangan. Salah satu kegiatan tersebut yakni Peningkatan Kemasan Pangan dan dilihat dari hasil perkembangan usaha telah menunjukan perkembangan yang positip yakni peningkatan jumlah produk maupun volume penjualan. Dan ini menunjukan bahwa upaya pemberdayaan dan peningkatan kapasitas IKM dapat berjalan dengan baik walaupun UPT Pelatihan dan Pengembangan mempunyai keterbatasan SDM, sarana dan prasarana. Kegiatan UPT Pelatihan dan pengembangan pada tahun 2006 dan 2007 masih belum maksimal dalam melaksanakan metodologi pemberdayaan masyarakat akan tetapi masih memungkinkan pelaksanaannya pada kegiatankegiatan berikutnya. Proses pemberdayaan IKM yang telah dilakukan oleh UPT Pelatihan dan Pengembangan dilakukan melalui program pelatihan, magang dan penerapan inkubator serta fasilitasi manajemen usaha dan perbankan. Dalam proses pemberdayaan ini terdapat beberapa kendala yang cukup strategis antara lain belum tersusunnya silabus yang baku tentang pelatihan, terutama mengenai tatacara maupun teknis kegiatan pelatihan yang menerapkan metodologi pemberdayaan untuk peningkatan partisipasi anggota maupun kelembagaan IKM, terbatasnya sarana dan prasarana untuk praktek pelatihan dan magang serta belum dimilikinya tenaga teknis untuk proses pendampingan dan penerapan metodologi pemberdayaan untuk peningkatan partisipasi anggota maupun kelembagaan IKM 4. Strategi pengembangan UPT Pelatihan dan Pengembangan untuk masa yang akan datang dilaksanakan dengan menggunakan metodologi pemberdayaan

83 untuk peningkatan partisipasi dan peran anggota maupun kelembagaan IKM. Strategi ini diperoleh melalui identifikasi kebutuhan yang diperlukan antara lain penyediaan sumber daya manusia pengelola maupun teknis yang sesuai dengan kompetensinya, peningkatan sarana dan prasarana baik penunjang maupun melalui peningkatan anggaran yang memadai baik dari Pemerintah Daerah, Pusat maupun kerjasama dengan pihak swasta melalui program CSR. Peran lembaga UPT Pelatihan dan Pengembangan adalah sebagai wadah peningkatan kemampuan untuk pemberdayaan IKM,dan menjadi salah satu lembaga yang terkait dengan program Pemerintah Provinsi Riau dalam mengentaskan Kemiskinan dan Kebodohan dan Infrastruktur (K2I). Strategi program pengembangan UPT Pelatihan dan Pengembangan dengan melakukan skala perioritas atas beberapa tahapan; (a) Tahun I (2010) Tahap Pembenahan; (b)tahun II (2011) Tahap Pengembangan;(c)Tahun III (2012- dan seterusnya) Tahap Penumbuhan, diharapkan pada tahap penumbuhan ini proses akreditasi UPT Pelatihan dan Pengembangan sudah dapat dicapai. 7.2 Saran Kepada Pemerintahan Pusat 1. Kementerian Perindustrian Untuk dapat merealisasikan bantuan peralatan kepada UPT Pelatihan dan Pengembangan dengan program revitaslisasi UPT-UPT di seluruh Indonesia, karena peralatan tersebut dirasakan sangat penting sebagai salah satu peralatan praktek bagi pelatihan dan magang IKM. Pemerintah Daerah Provinsi Riau 1. Badan Perencanaan Pembangunan (BAPPEDA) a. Upaya Pemerintah Daerah Provinsi Riau untuk mewujudkan program pengentasan kemiskinan, kebodohan, dan infrastruktur (K2I) dapat dilakukan melalui pemberdayaan IKM dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelatihan dan Pengembangan merupakan lembaga yang mempunyai tugas melakukan Pelatihan dan Pengembangan Industri

84 khususnya IKM. Dalam melaksanaan program-program Pelatihan, UPT ini banyak terdapat kendala dan hambatan dan apabila permasalahan tersebut tidak dicarikan solusinya maka lembaga ini tidak mampu untuk meningkatkan pemberdayaan kepada IKM dan cenderung akan membebani anggaran daerah. Untuk mewujudkan kemampuan dan penguatan lembaga ini maka diperlukan perhatian Pemerintah daerah dalam bidang : peningkatan alokasi anggaran yang sesuai dengan kebutuhan pengembangannya seperti penyediaan sarana dan prasarana maupun peralatan. b. Provinsi Riau telah membuat kluster usaha potensial di setiap Kabupatennya. Peluang pengembangan usaha industri hilir kelapa sawit menjadi sebuah peluang yang sangat besar untuk peningkatan ekonomi masyarakat dan daerah. Untuk itu diperlukan perencanaan yang baik serta melibatkan partisipasi masyarakat dan pengusaha industry kecil menengah di dalamnya. Peran Bappeda dalam perencanaan sangat strategis mengingat kebijakan-kebijakan pemerintah yang pro pada masyarakat harus di mulai pada aras Bappeda. 2. Badan Administrasi dan Diklat Pegawai Dalam penempatan aparatur hendaknya memperhatikan kompetensi yang diperlukan oleh UPT Pelatihan dan Pengembangan agar aparatur tersebut dapat berdaya guna dan memberikan kinerja yang maksimal sesuai dengan kebutuhan pengembangannya. 3. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sesuai dengan perannya sebagai wadah pelatihan dan pengembangan IKM maka perlu pengawalan program-program yang akan diusulkan baik kepada pemerintah Pusat maupun Bappeda. Peluang pengembangan Industri Kecil dan Menengah harus disesuaikan dengan kluster potensi daerah yang telah ditetapkan serta mempunyai peluang yang cukup besar untuk pengembangan IKM. Peluang industri hilir kelapa sawit di Provinsi Riau sangat besar dan sangat mungkin dikembangkan. Untuk itu dinas perindustrian dan perdagangan melalui kegiata UPT Pelatihan dan

85 pengembangan harus mempunyai kesiapan dalam bentuk perencanaan, metodologi serta strategi dalam pengembangan IKM berbasis industri hilir kelapa sawit. 4. UPT Pelatihan dan Pengembangan Dalam meningkatkan pemberdayaan IKM melalui UPT ini, perlu memperhatikan sebagai berikut : a. Melaksanakan pelatihan sesuai dengan kebutuhan IKM serta menggunakan metodologi pemberdayaan secara benar pada pelaksanaan kegiatannya, terutama dalam peningkatan partisipasi IKM terhadap semua program kegiatan yang dikerjakan. b. UPT Pelatihan dan Pengembangan harus mampu mendampingi IKM dalam perluasan jaringan kerja dan usaha, baik jaringan dalam pemerintahan maupun jaringan eketernal lainnya yang melibatkan pihak swasta atau industri dengan sekala yang lebih besar. c. Diperlukan upaya yang lebih kuat lagi dalam kegiatan promosi hasil usaha dan akses informasi usaha bagi IKM yang difasilitasi oleh UPT pelatihan dan pengembangan.